Anda di halaman 1dari 4

10.

3 Kelestarian Lingkungan Etika Lingkungan


Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis
manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Dengan etika
lingkungan, kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan,
tetapi etika lingkungan hidup juga membatasi perilaku, tingkah laku dan upaya
untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kewajaran
lingkungan hidup. Jadi etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi di
antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang
mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk lain atau
dengan alam secara keseluruhan termasuk di dalamnya berbagai kebijakan yang
mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam. Untuk menuju
kepada etika lingkungan hidup tersebut, diperlukan pemahaman tentang
perubahan pandangan terhadap lingkungan hidup itu sendiri.
Etika dalam konsep lingkungan hidup sangat penting karena berkaitan
dengan perilaku manusia agar dengan etika orang dapat mengenal dan memahami
nilai dan norma-norma yang membimbing perilaku proses individual dan sosial
terhadap alam dan lingkungan hidupnya. Artinya dasar etika ini adalah tindakan
yang ditujukan kepada alam atau lingkungan hidup
Etika sering dikatakan sebagai filsafat tentang ajaran moral. Dengan
demikian, etika berbeda dengan ajaran moral atau kesusilaan. Etika di sini tidak
mengajarkan apa yang wajib dilakukan orang, melainkan bagaimana pertanyaan itu
dijawab secara rasional dan bertanggung jawab.
Manfaat etika secara “filosofis” adalah untuk mempertahankan “ketahanan
ekologi” dengan cara orang diajak untuk merefleksikan kembali: Kesadaran diri
sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungan hidup: apakah sungguh disadari
bahwa bukan hanya kita yang membutuhkan lingkungan hidup dalam artian fisik,
melainkan lingkungan hidup juga membutuhkan moralitas kita terhadapnya;
Pengertian dan tindakannya yang baik terhadap lingkungan hidup: apakah ada
pemahaman (yang benar) dan tindakan yang baik terhadap lingkungan hidup karena
didorong oleh hati nurani yang bersih, dan tanggung jawab dari manusia yang
mempunyai keunggulan mutu pribadi, yang perbuatan baik dilakukannya tidak
tergantung pada masyarakat dari luar atau ketakutan misalnya pada sanksi hukum.
Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya
dibedakan menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain
itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika
pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada
mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika
pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan
untuk kepentingan semua mahluk.
Yang dimaksud Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap
lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan
kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan
makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk
kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut
penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.
Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang
kehidupan. Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang
baik. Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi
juga demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan
manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam
demi kepentingan bersama.
Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan
yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia.
Kebanyakan para ahli memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang
menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan
kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan
kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark
Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan
manusia, secara khusus kepentingan estetika
1. Prinsip etika lingkungan hidup
1. Sikap hormat terhadap alam
2. Prinsip tanggung jawab
3. Prinsip solidaritas
4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
5. Prinsip tidak merugikan
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
7. Prinsip keadilan
8. Prinsip demokrasi
9. Prinsip integritas moral
2. Kondisi Real Lingkungan Hidup
Krisis lingkungan global yang terjadi pada saat sekarang ini antara lain
terjadinya kerusakan (hutan, tanah, lapisan ozon), pencemaran (air, tanah, udara,
laut), kepunahan sumber daya energi dan mineral, kepunahan keanekaragaman
hayati, dan lain-lain. Dimana Krisis lingkungan global sudah merupakan ancaman
yang sangat serius dan nyata terhadap kehidupan manusia. Apa yang menjadi akar
permasalahan dalam krisis lingkungan global adalah: pertama, kesalahan cara
pandang (paradigma) manusia terhadap dirinya, alam dan hubungan manusia
dengan alam. Sifat manusia yang tamak, rakus, pola konsumsi, eksploitatif dan
tidak bertanggung jawab merupakan salah satu permasalahan yang ada. Kedua,
kesalahan paradigma pembangunan, dimana pembangunan berkelanjutan hanya
sebagai jargon, yang pada kenyataannya pembangunan yang terjadi mengorbankan
lingkungan. Ketiga, adanya bad government, bad ethics seperti KKN yang
menyebabkan ijin eksploitasi tanpa peduli lingkungan hidup.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka perlu
dilakukan tindakan agar krisis lingkungan dapat teratasi yaitu: pertama, perubahan
perilaku. Kedua, perubahan paradigma pembangunan dari pembangunan
berkelanjutan ke pembangunan keberlanjutan ekologi. Ketiga, perlunya Good
Environmental Government, yang memiliki komitmen moral yang konsisten
(individu, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah).
Proses perusakan lingkungan sudah berjalan lama, yaitu sejak
dimulainya proses industrialisasi. Industrialisasi menyadarkan manusia bahwa alam
merupakan deposit kekayaan yang dapat memakmurkan. Maka mulai saat itu
sumber-sumber alam dieksploitasi untuk diolah menjadi barang guna memenuhi
kabutuhan demi kemakmuran hidup manusia. Dengan adanya alat bantu, yaitu
mesin, maka alam pun dipandang dan dikelola secara mekanis. Terjadilah intensitas
pengeksploitasian lingkungan menjadi semakin gencar tak terkendali. Alam tidak
lebih dari benda mekanis yang hanya bernilai sebagai instrumen untuk kepentingan
manusia. Alam tidak lagi dihargai sebagai organisme. Sayangnya, kesadaran akan
semakin rusaknya lingkungan hidup mulai muncul sejak sesudah Perang Dunia II
dan mulai mengglobal tiga dekade yang lalu ketika alam terlanjur rusak berat.
Ketika itu manusia makin menyadari bahwa sumber-sumber alam semakin menipis.
Untuk itu etika lingkungan hidup kini hendaknya mempunyai fungsi yang
sangat diperlukan untuk kesadaran moral dan tanggung jawab penuh terhadapt
alam, karena alam hanya dititipkan Tuhan kepada manusia untuk dijaga, dirawat,
dan dilestarikan.
Menjadi nyata bahwa benturan yang menyebabkan lingkungan hidup menjadi
rusak datang dari manusia dalam proses mengambil, mengolah, dan mengonsumsi
sumber- sumber alam. Benturan terjadi ketika proses-proses itu melampui batas-
batas kewajaran atau proposionalitas. Batas-batas kewajaran atau proposionalitas
itu terlampaui ketika manusia semakin mampu dengan bantuan ilmu pengetahuan
dan teknologi memanfaatkan sumber- sumber secara masal, intensif, dan cepat dan
sekaligus mengotori atau mencemarinya. Tetapi yang lebih parah lagi, yaitu bahwa
manusia yang merasa semakin enak semakin tidak tahu diri, sehingga ia seolah-
olah menjelma menjadi tuan dan pemilik alam. Maka kesadaran untuk menjaga dan
memelihara lingkungan hidup harus dikembalikan pada manusia, dengan
mempertanyakan tentang dirinya dan kelakuannya terhadap alam. Agar kerusakan
yang terjadi tidak semakin menjadi-jadi dan juga agar anak cucu kita juga dapat
merasakan betapa indahnya alam.

Anda mungkin juga menyukai