Anda di halaman 1dari 2

Kasus Injury time di pelabuhan

Lamanya waktu bongkar muat peti kemas (dwelling time) di pelabuhan Tanjung Priok,
Jakarta Utara, membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) murka. Pasalnya, sejak kunjungan
pertama di pelabuhan tersebut hingga kunjungan kedua, belum ada perbaikan waktu
bongkar muat.

Jokowi pun mengancam akan mencopot para pejabat yang terlibat dalam operasional
bongkar muat jika memang tak mampu memperbaiki waktu bongkar muat peti kemas
tersebut. "Kalau bertanya tidak ada jawabannya ya saya akan cari dengan cara saya. Kalau
sudah sulit, bisa saja dirjen saya copot, bisa saja pelaku di lapangan saya copot, bisa saja
menteri yang saya copot, pasti kalau itu," ungkap Jokowi dengan tegas saat sidak di Tanjung
Priok pada 17 Juni 2015.

Lembaga dan instansi yang terkait dengan praktik dwelling time pun langsung saling lempar
tanggung jawab. Mulai dari Pelindo II, Kementerian Perdagangan, Bea Cukai, dan beberapa
lainnya tak ingin disalahkan. Sebagian besar merasa tidak menjadi penyebab lamanya proses
bongkar barang di Tanjung Priok.

Terakhir, kasus yang mencuat adalah adanya praktik suap alias gratifikasi yang melibatkan
banyak kementerian. Polda Metro Jaya telah menetapkan tersangka dalam kasus tersebut,
tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka akan terus berkembang seiring berjalannya
penyelidikan.

Semakin lama waktu mengantri, semakin besar biaya operasional kapal yang harus
dikeluarkan. Biaya operasional kapal ini yang secara tidak langsung menjadi beban ekonomi
bagi masyarakat.

Penumpukan kontainer di pelabuhan, tidak gratis. Ada biaya yang harus dibayar per hari
oleh pemilik barang. Nilai yang dikeluarkan oleh pemilik barang, kemudian ditanggung oleh
masyarakat. Bila barang itu adalah barang import, artinya masyarakat harus membayar
kelebihan biaya yang timbul akibat penyimpanan kontainer di pelabuhan.

Sebaliknya, bila kontainer itu berisi barang ekspor, keuntungan eksportir menurun karena
tergerus biaya yang harus dikeluarkan untuk penyimpanan kontainer di pelabuhan. Ini
sebuah kerugian ekonomi yang sungguh sangat besar yang harus ditanggung oleh
masyarakat.

Dwelling time terjadi disinyalir karena adanya birokrasi yang panjang di proses pemeriksaan
barang yang berlangsung di pelabuhan. Selain itu, ada pula faktor peralatan bongkar-muat
di pelabuhan yang disinyalir sebagian pihak sering rusak (equipment down time). Ada pula
pendapat sebagian pihak yang menyebutkan rendahnya kinerja dari operator alat bongkar-
muat, menjadi faktor pemicu tingginya dwelling time.

Selain kerugian ekonomi akibat dwelling time, masyarakat terbebani oleh waiting time.
Waiting time adalah waktu tunggu, waktu sebuah kapal menunggu (mengantri) untuk
bersandar di dermaga, lantas melakukan proses bongkar-muat barang.

Anda mungkin juga menyukai