Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERBEDAAN INDIVIDUAL
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampuh: Yolpin Durahim S. Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perbedaan Individual” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Yolpin Durahim S.Pd, M.Pd pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Perbedaan Individual” bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang telah memberikan tugas ini agar menambah pengetahuan dan wawasan kepada kami
sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Gorontalo, 10 September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... I


DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Perbedaan Individual ..................................................................................... 3
B. Sumber Perbedaan Individual ........................................................................ 4
C. Macam-macam Perbedaan Individual ............................................................. 9
D. Intelegensi dan Emosi..................................................................................... 23
E. Motivasi dan Minat ......................................................................................... 24
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 27
A. Kesimpulan ................................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................................ 27
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah seorang individu yang mempunyai sifat dasar diantara nya
kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksitensi, kemampuan menggunakan
kata hati atau nurani, mampu bertanggung jawab, memiliki rasa kebebasan atau
kemerdekaan, kemampuan menyadari kewajiban dan hak serta memiliki moral
yakni mampu membedakan yang baik dan buruk.
Berdasarkan sifat dasar manusia itu, terdapat berbagai perbedaan seperti
perbedaan dari sifat, kecerdasan, karakter dll. Perbedaan yang ada merupakan
karunia dari Tuhan yang Maha Esa, karena dengan adanya perbedaan ini dapat
menghasilkan karakter maupun kecerdasan luar biasa terhadap setiap individu.
Perbedaan individu ini sangat lah penting bagi pendidik yang mana
pendidik bisa memahami karakter masing-masing peserta didik. Setiap individu
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tidak jarang akibat dari perbedaan
itu terdapat permasalahan. Dari permasalahan ini kita akan mengetahui definisi
perbedaan individual, sumber perbedaan individual, macam-macam perbedaan
individual, intelegensi, emosi, motivasi dan minat.
Sebagai calon seorang pendidik hendaknya cakap dalam memahami setiap
karakteristik maupun sifat-sifat dari setiap individu atau siswa didiknya. Dengan
memahami dan mengetahuinya, para pendidik nanti nya akan tahu cara untuk
mengatasi permasalahan yang akan datang dengan cara-cara yang menghibur tapi
juga mendidik dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Agar proses belajar dan mengajar dapat tercapai dengan baik, maka sangat
diperlukan untuk mengetahui perbedaan individual dalam diri peserta didik.
Perbedaan individual sendiri berkaitan dengan psikologi pribadi yang
menjelaskan mengenai perbedaan psikologi antara orang-orang serta beberapa
kesamaannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Definisi perbedaan individual.
2. Sumber perbedaan individual.
3. Macam-macam perbedaan individual.
4. Intelegensi dan emosi.
5. Motivasi dan minat.

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan definisi perbedaan individual.
2. Menyebutkan dan menjelaskan sumber perbedaan individual.
3. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam perbedaan individual.
4. Memaparkan intelegensi dan emosi.
5. Memaparkan motivasi dan minat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Individual
Keberagaman atau perbedaan ialah ciri khas manusia. Perbedaan itu ada
karena manusia merupakan mahluk yang memiliki ciri khas tersendiri. Dapat kita
lihat dari sifat-sifat pribadi, perbedaan yang terdiri dari watak, sikap, kelakuan,
hasrat serta tempramen.
Manusia sebagai individu, memiliki kepribadian yang unik juga beragam.
Manusia merupakan individu yang individed, tunggal dan khas yang dapat
diartikan bahwa setiap individu berbeda dengan individu lainnya. Setiap individu
mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik oleh lingkungan.
Selain mahluk individu, manusia juga merupakan mahluk sosial untuk
membentuk kelompok yang terdiri dari manusia yang beragam layaknya dalam
hal suku, ras, agama, ekonomi, budaya, jenis kelamin, status sosial dan daerah
tempat tinggal. Hal inilah yang membentuk unsur keberagaman dalam
masyarakat.
Hal mengenai aspek-aspek perkembangan individu mempunyai dua hal
yang menarik yaitu pada umumnya manusia memiliki unsur kesamaan dalam
acuan perkembangan nya dan dalam acuan tersebut manusia cenderung berbeda
dalam perihal fisik dan nonfisik.
Perbedaan individual memiliki kaitan erat dengan psikologi pribadi yang
menjelaskan mengenai perbedaan psikologi antara orang-orang serta beberapa
kesamaannya. Psikologi perbedaan individual dapat menguji serta menjelasakan
bagaimana setiap orang beda dalam hal berpikir, berperasaan dan bertindak.
Perbedaan individual merupakan perbedaan kemampuan serta
karakteristik (kognitif, kepribadaian, keterampilan fisik dan lain sebagainya) antar
peserta didik pada usia tertentu juga setiap kelompok tertentu.

3
Menurut Lidgren definisi “perbedaan” dan “perbedaan individu berkaitan
dengan variasi yang terjadi, baik itu variasi pada aspek psikologi maupun fisik.
Jika melihat dari pandangan Chaplin, menurut nya perbedaan individual adalah
sebarang sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa
membedakan suatu sifat dari individu dengan individu lainnya.
Sedangkan Gery dalam buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto
dan B. Agung Hartono mengelompokkan perbedaan individual yakni:
1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,, pendengaran,
penglihatan dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan
suku.
3. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
5. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat dan sikap.
Perbedaan individual mencakup dalam dua ruang lingkup yaitu dalam
lingkup psikologi dan pendidikan. Dalam dua ruang lingkup ini, terdapat
perbedaan. Dalam psikologi perbedaan individual hanya sebatas penjelasan
berupa perbedaan-perbedaan individu.
Sedangkan dalam Pendidikan, perbedaan individual berupa penjelasan
mengenai perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan perbedaan siswa saat
berpikir, bertindak dalam satu kelas dan berperasaan.
Individu menunjukan seseorang sebagai perseorangan atau orang
perorangan. Sedangkan sifat individual merupakan sifat yang berhubungan
dengan perseorangan, berhubungan dengan perbedaan individual perseorangan.
Jika sifat dan ciri orang yang satu dengan lainnya berbeda maka ini disebut dengan
perbedaan individual atau perbedaan individu.

B. Sumber Perbedaan Individual


Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga yaitu
keluarga Ayah dan keluarga Ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi

4
kehidupan yang baru tersebut, secara berkepanjangan dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan. Hal yang mempengaruhi tersebut, baik secara terpisah maupun
terpadu, semuanya saling membantu perkembangan potensi biologis, demi
terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir.
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa setiap
individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik oleh
lingkungan. Dua faktor karakteristik inilah yang menjadi sumber utama perbedaan
individual.
1. Faktor Bawaan
Faktor bawaan adalah faktor biologis yang diwarisi melalui
pewarisan genetic oleh orang tua. Pewarisan genetik ini terjadi ketika
sedang pembuahan. Menurut Zimbardo dan Geirc dalam buku Psikologi
Pendidikan karya Pupu Saeful Rahmat bahwa penyatuan antara sel sperma
dan sel telur hanya menghasilkan satu diantara miliaran kemungkinan
kombinasi gen.
Kromosom ialah partikel layaknya benang yang masing-masing
didapati untaian partikel yang sangat kecil yang disebut dengan gen.
Terdapat salah satu kromosom yaitu kromosom sex. Kromosom sex
adalah pembawa kode gen bagi perkembangan karakteristik fisik laki-laki
dan perempuan. Adapun untuk memiliki kromosom X merupakan kode
dari ibu dan salah satu kromosom X atau Y adalah kode dari ayah.
Kombinasi nya terdiri dari XX dan XY. XX merupakan kode bagi
perkembangan fisik perempuan, sedangkan XY ialah kode nagi
perkembangan fisik laki-laki.
Rata-rata orang memiliki 50 persen gen yang sama dengan saudara
kandung nya, akan tetapi kumpulan gen tersebut tetap memiliki ciri khas
yang dapat membedakannya kecuali kalau orang tersebut kembar identik.
Perbedaan gen yang dimaksud ialah salah satu penyebab manusia
berbeda dengan lainnya atau memiliki perbedaan satu sama lain.
Perbedaan itu diantaranya perbedaan fisik, psikologis, maupun perilaku

5
bahkan dengan saudara kandungnya tetapi dipengaruhi juga dengan faktor
lingkungan. Pendapat dari Zimbardo Gerrig (1999).

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang mengakibatkan adanya
perbedaan individu yang berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan
sendiri berasal dari status sosial ekonomi keluarga, pola asuh orang tua,
budaya dan yang terakhir urutan kelahiran. Berikut pembahasan nya:
1. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga yang dimaksud disini ialah tingkat
Pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua serta penghasilan orang tua.
Dalam hal ini, status ekonomi setiap orang tua berbeda-beda. Oleh karena
itu, perbedaan yang terdapat pada status sosial ekonomi keluarga
mempunyai dampak pada pola asuh, pemberian asupan gizi, perbedaan
aspirasi orang tua terhadap Pendidikan anak, aspirasi anak terhadap
Pendidikan, fasilitas yang diberikan untuk anak atau waktu disediakan
untuk mendidik anak.
Tetapi, perlu kita ingat tidak semestinya tingkat Pendidikan orang
tua dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap Pendidikan anak serta
tingkat aspirasinya terhadap Pendidikan anak.

2. Pola Asuh Orang Tua


Menurut Alief Kohn, bahwa pola asuh adalah perlakuan orang tua
dalam memberikan perlindungan dan Pendidikan kepada anak mereka
dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana sikap orang tua dalam
berhubungan dengan anak-anak mereka.
Pola asuh adalah pola perilaku yang digunakan dalam menjalin
hubungan dengan anak. Masing-masing keluarga menerapkan pola asuh
yang berbeda-beda. Terdapat tiga pola asuh dalam pengasuhan anak yakni
otoriter, permisif, dan otoritatif. Menurut sunrock (2011) pola asuh otoriter

6
adalah gaya membatasi dan menghukum ketika orang tua memaksa anak-
anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan serta
upaya mereka. Harlock (1980) menjelaskan bahwa penyerapan pola asuh
otoriter sebagai disiplin orang tua secara otoriter yang bersifat disiplin
tradisional. Atau dengan kata lain pola asuh otoriter adalah pola asuh yang
menekankan pada pengawasan orang tua kepada anak untuk mendapatkan
ketaatan atau kepatuhan. Orang tua yang bersifat tegas, suka menghukum
dan cenderung mengekang anak.
Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang memiliki ciri
dominasi pada anak, sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, tidak
ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, kontrol dan perhatian orang
tua sangat kurang (Sunrock, 2003). Perilaku orang tua yang memiliki pola
asuh permisif ini cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak
tanpa memberikan kontrol sama sekali. Atau dengan kata lain pola asuh
permisif ialah pola asuh ketika orang tua memberi kebebasan sebanyak
mungkin kepada anak agar mengatur dirinya.
Sedangkan pola asuh otoritatif ialah salah satu gaya pengasuhan
yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku
anak, tetapi orang tua juga bersikap responsif, menghargai, dan
menghormati pemikiran, perasaan serta mengikutsertakan anak dalam
pengambilan keputusan. Atau dengan kata lain pola asuh otoritatif adalah
pola asuh ketika orang tua memberikan hak serta kewajiban yang sama
dalam artian saling melengkapi. Dalam pola asuh ini anak dilatih untuk
bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat
bersikap disiplin.

3. Budaya
Menurut Taylor, kebudayaan adalah sistem kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh oleh

7
manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya ialah pikiran, akal budi serta
hasil karya manusia, atau dapat pula dimaknai sebagai adat istiadat.
Didapatkannya nilai-nilai dalam masyarakat sebagai penentu
tentang hal-hal yang baik atau penting dalam masyarakat. Nilai-nilai
tersebut kemudian diuraikan dalam bentuk norma. Tiap masyarakat
memiliki norma yang berbeda-beda. Hal tersebut lah yang membuat
perilaku yang timbul dari tiap anggota masyarakat berbeda satu dengan
lainnya.
Budaya dan kebudayaan sebagai sebuah rangkaian tindakan dan
aktifitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam tiga wujud. Wujud
pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Hal ini berupa ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud
kedua adalah budaya sebagai suatu aktifitas dan tindakan berpola dari
manusia dan masyarakat. Wujud kedua ini juga disebut sebagai sistem
sosial. Sistem sosial ini berhubungan dalam kurun waktu tertentu dan
membentuk suatu pola tertentu. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia. Kebudayaan ini berupa benda-benda yang
dapat dilihat, diraba, atau difoto.

4. Urutan Kelahiran
Meskipun urutan kelahiran masih menjadi kontroversi,
karakteristik kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh urutan
kelahiran. Maksudnya anak yang lahir sulung atau anak pertama
cenderung lebih teliti, memiliki ambisi dan lebih agresif dibandingkan
dengan adik-adiknya. Anak tengah sering menjadi mediator dan pencinta
damai. Untuk anak bungsu cenderung lebih kreatif dan biasanya menarik.
Sedangkan jika hanya anak tunggal atau anak semata wayang, mereka
biasanya sering merasa terbebani dengan harapan yang tinggi dari orang
tua terhadap diri mereka sendiri. Mereka lebih percaya diri, super, dan

8
memiliki imajinasi yang tinggi. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh
perilaku orang tua berdasarkan urutan kelahiran.

C. Macam-macam Perbedaan Individual


Macam-macam perbedaan individual diantaranya:
1. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Istilah jenis kelamin dan gender sering kali dianggap sama dan
ditukarkan. Tetapi sebenarnya jenis kelamin dan gender memiliki artian
yang berbeda. Jenis kelamin lebih merujuk kepada perbedaan biologis dari
laki-laki dan perempuan. Sedangkan gender merupakan aspek psikososial
dari laki-laki dan perempuan.
Gender sering diartikan sebagai jenis kelamin. Menurut Faqih
(2016 :112) gender merupakan penggolongan secara gramatikal terhadap
kata-kata dan kata-kata lain yang berkaitan dengannya yang secara garis
besar berhubungan dengan keberadaan dua jenis kelamin atau kenetralan.
Gender juga memiliki kaitan dengan pembedaan peran fungsi dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil kesepakatan atau
hasil bentukan masyarakat. Sedangkan menurut Judika (2015:12) gender
merupakan suatu konstruksi budaya yang sifatnya terbuka bagi Segala
perubahan.
Kata “Gender” berasal dari bahasa Inggris, gender, berarti “jenis
kelamin”.1 Dalam Webster’s New World Dictionary, Gender diartikan
sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi nilai dan tingkah laku”.
Didalam Women’s Studies Encylopedia dijelaskan bahwa Gender
adalah suatu konsep kultural yang serupa membuat perbedaan dalam hal
peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Elaine Showalter mengartikan gender lebih dari sekedar perbedaan
laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya. Ia

9
menekankannya sebagai konsep analisis (An analytic concept) yang dapat
digunakan untuk menjelaskan sesuatu.
Sedangkan Nasaruddin Umar dkk, gender diartikan semata-mata
merujuk pada karakteristik-karakteristik sosial, seperti perbedaan dalam
gaya rambut, pola pakaian, jenis pakaian dan aktifitas lain yang secara
kultural dipelajari.
Dari penjelasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa
gender merupakan suatu konsep yang digunakan agar mengidentifikasi
perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi sosial-
budaya serta dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dengan
demikian gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan
dari sudut non-biologis.
Menurut Hungu (2016:43) jenis kelamin ialah perbedaan antara
perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seorang itu dilahirkan.
Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak
dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-
laki dan perempuan yang ada di muka bumi.
Bisa kita liat pada fakta yang sering ditemui, banyak sekali tenaga
kerja bagian lapangan pada umumnya didominasi oleh laki-laki,
sedangkan pada bagian kantor suatu perusahaan pada umumnya
didominasi oleh wanita. Hal tersebut bukanlah merupakan suatu
kebetulan, melainkan adanya berbagai macam pertimbangan yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan berkaitan dengan spesifikasi dari
masing-masing gender atau jenis kelamin.
Jenis kelamin menurut Wardhaugh (2002 : 313) ialah pembeda
antara laki – laki dan perempuan melalui pendekatan genetik, psikologi,
sosial dan budaya. Sebelumnya pengertian Jenis kelamin perlu dibedakan
dengan pengertian jenis kelamin. Masih menurut Wardhaugh (2002 : 313)
jenis kelamin adalah pembeda laki – laki dan perempuan dilihat dari sudut
biologi.

10
Sunarto (2004) menjelaskan bahwa konsep seks atau jenis kelamin
mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki; pada
perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan sebagai karunia dari
Tuhan, sehingga akan berlaku sama di semua tempat dan waktu, serta sulit
untuk diciptakan oleh manusia. Dapat kita ambil contoh yakni perempuan
memiliki rahim dan sel telur sehingga dapat hamil dan melahirkan
sedangkan laki-laki tidak. Dari jenis kelamin dan gender inilah tiap
individu memiliki perbedaan.

2. Perbedaan Gender dan Prestasi di Kelas


Kelas merupakan salah satu tempat di mana anak belajar perilaku
“yang sesuai” untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Proses belajar
gender secara formal dimulai pada saat anak masuk sekolah dan berlanjut
selama anak menempuh pendidikan berikutnya. Perbedaan perlakuan
terhadap anak laki-laki dan perempuan di kelas menimbulkan
ketimpangan gender. Ketimpangan gender dalam pendidikan di sekolah
ini menghasilkan perbedaan gender yang mengganggu untuk kedua
gender, menghalangi usaha anak laki-laki dan perempuan untuk
menemukan jati diri mereka, dan mengganggu persiapan mereka untuk
masa depan.
Menurut Gallagher (2001), meskipun laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan dalam perkembangan fisik, emosional, dan
intelektual, namun sebenarnya tidak ada bukti yang berhubungan dengan
hal tersebut. Tidak mungkin prestasi akademik dijelaskan melalui
perbedaan biologis. Faktor sosial dan kultural merupakan alasan utama
yang menyebabkan terdapat perbedaan gender dalam prestasi akademik.
Faktor-faktor tersebut meliputi familiaritas siswa dengan mata pelajaran,
perubahan aspirasi pekerjaan, persepsi terhadap mata pelajaran khusus
yang dianggap tipikal gender tertentu, gaya penampilan laki-laki dan
perempuan, serta harapan guru.

11
Sadkers (dalam Elliott, 1999) menemukan bahwa pada saat siswa
laki-laki berkomentar dalam diskusi, meskipun komentar tersebut tidak
relevan guru selalu merespon mereka dengan baik. Di sisi lain, pada saat
siswa perempuan berkomentar, guru sering mengingatkannya akan aturan-
aturan dalam berbicara.
Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa harga diri siswa
perempuan lebih rendah pada sekolah koedukasi dibandingkan pada
sekolah satu jenis kelamin (Krupnick, 1985). Siswa perempuan memiliki
kepercayaan yang lebih rendah pada pendapatnya sendiri dibandingkan
laki-laki. Perempuan juga memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi untuk
melakukan kesalahan.
Perbedaan gender juga nampak dalam interaksi guru-siswa.
Menurut Sadkers (dalam Elliott, 1999) dirinya menemukan bahwa siswa
laki-laki menerima lebih banyak komentar, khususnya lebih banyak
pujian, kritik, dan remediasi. Guru bertanya lebih banyak kepada anak
laki-laki dibandingkan pada anak perempuan, serta menunggu lebih lama
untuk menjawabnya. Mereka selalu memberi semangat kepada anak laki-
laki untuk berusaha lebih keras, selalu mengingatkan bahwa mereka bisa.
Selain itu ada sebuha penelitian yang dilakukan oleh Eccles pada
tahun 1993 (dalam Santrock, 1997) dirinya menunjukkan bahwa siswa
laki-laki diberikan lebih banyak remedi, kecaman maupun pujian
dibandingkan siswa perempuan.

3. Perbedaan Kemampuan
Kemampuan dimiliki oleh setiap orang namun dengan kapasitas
berbeda-beda. Ada sejumlah orang yang sangat pintar mengarang
(menulis), cepat memahami sesuatu, mampu melihat penyebab suatu
masalah, terampil membuat barang yang bagus, cepat memahami
keinginan orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain, dan lain-
lain.

12
Menururt Kreitner (2014:135) mengemukakan bahwa kemampuan
(ability) adalah tanggung jawab karakteristik yang luas dan stabil untuk
kinerja maksimal seseorang pada tugas fisik dan mental. Pendapat lain
juga dijelaskan oleh Subkhi (2013:30) bahwa yang dimaksud dengan
istilah kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan
beberapa kegiatan dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan secara sederhana dapat diartikan sebagai kecerdasan.
Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu
dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang
terbatas.
Lebih jauh lagi kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk
memahami tugas, menemukan strategi pemecahan yang cocok, serta
prestasi individu dalam sebagian besar tugas-tugas belajar. Perbedaan
kecerdasan dapat dipahami dari perbedaan skor IQ yang dihasilkan dari
tes kecerdasan. Perbedaan kecerdasan manusia mengikuti suatu distribusi
normal, dari 0-200 dengan rata-rata 100. Distribusi IQ yang digunakan
menurut tabel yang dikembangkan oleh Wechsler.
a. Gifted
Gifted Adalah individu yang memiliki IQ di atas 130,
terdapat sekitar 1% dari populasi. Anak-anak gifted lebih banyak
berasal dari kelas sosial ekonomi yang tinggi.
Sebagian besar sukses dan berprestasi. Namun sebagian
lagi terlibat dalam perkara kriminal, drop out dini dari sekolah,
atau gagal dalam beberapa pekerjaan. Hal ini disebabkan karena
secara emosional kurang matang atau kurang motivasi
dibandingkan yang lain. Menurut Renzulli ada tiga ciri utama anak
gifted, yaitu :
1) Kemampuan umum di atas rata-rata.
2) Kreatifitas di atas rata-rata.
3) Komitmen terhadap tugas cukup tinggi

13
Anak-anak gifted beresiko mengalami kesulitan serius di
sekolah, jumlahnya sekitar 5-10% dari total anak gifted. Ciri-ciri
dari anak gifted yang mengalami kesulitan belajar di antaranya
adalah :
1) Menunjukkan hiperaktifitas di sela-sela konsentrasi yang intensif.
2) Mudah terganggu situasi gaduh.
3) Tdak dapat mengingat perintah tiga tahap.
4) Sulit belajar fonem.
5) Sulit mengeja.
6) Sulit belajar fakta-fakta matematis.
7) Minta mengulangi perintah.
8) Lemah dalam beberapa pelajaran tapi bagus dalam mata pelajaran
lain dan lain sebagainya.
Anak-anak gifted perlu mendapat perhatian. Pendidikan
harus disesuaikan atau memusatkan pada kekuatan, minat, dan
kapasitas intelektual mereka yang superior. Untuk anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar perlu menggunakan strategi-strategi
kompensasi, yang meliputi teknologi dan komunikasi yang
bervariasi.

b. Retarded
Retarded Adalah individu yang memiliki IQ di bawah 70.
Klasifikasi dari Panel Mental Retardasi dapat diartikan sebagai
berikut:
1) Mild Retardation (IQ 50-70)
 Tidak tampak sebagai anak retarded oleh orang
biasa.

14
 Dapat belajar ketrampilan praktis, membaca atau
menghitung sampai level kelas 6 SD, tapi harus
dididik di sekolah luar biasa bukan sekolah umum.
 Dapat mencapai ketrampilan sosial dan pekerjaan
untuk pemeliharaan diri tapi dilakukan dengan
lamban.
 Dapat dibimbing untuk penyesuaian sosial.
 Membutuhkan dukungan dan bimbingan berkala
saat mengalami tekanan ekonomi atau sosial yang
tidak biasa.

2) Moderate Retardation (IQ 36-50)


 Lambat dalam bergerak dan berbicara - bisa dilatih
mengerjakan tugas-tugas sederhana untuk
menolong diri.
 Dapat berkomunikasi secara sederhana.
 Dapat dilatih ketrampilan-ketrampilan tangan
sederhana.
 Mampu berjalan sendiri di tempat-tempat yang
dikenal.
 Tidak mampu merawat diri sendiri.

3) Severe Retardation (IQ 20-35)
 Lambat dalam perkembangan motoric.
 Sedikit atau tanpa kemampuan berkomunikasi.
 Masih bisa dilatih untuk keterampilan dasar
menolong diri sendiri.
 Dapat melakukan aktifitas sehari-hari yang sifatnya
rutin dan berulang.

15
 Membutuhkan petunjuk dan pengawasan dalam
sebuah lingkungan yang terlindung.

4) Profound Retardation (IQ di bawah 20)


 Memiliki kapasitas minimal dalam fungsi-fungsi
sensori motor.
 Lambat dalam semua aspek perkembangan.
 Menunjukkan emosi dasar.
 Mungkin mampu dilatih untuk menggunakan
tangan, kaki, dan rahang.
 Membutuhkan pengawasan yang ketat dan
perawatan.
 Bicara primitive.
 Tidak mampu merawat diri

4. Perbedaan Kepribadian
Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan
menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard dan Marquiz, 2010).
Menurut pervin (2011) kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang
atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pula yang menetap
dalam merespon suatu situasi.
Kepribadian ialah pola pikir dan berperilaku yang khas dan
menunjukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.
Kepribadian seseorang dapat kita liat melalui dua model yaitu model big
five dan model brigg-myers.
a. Model Big Five
Dalam model ini terbagi menjadi 5 yakni ekstroversion,
agreeableness, conscientinousness, neuroticism atau sebaliknya
stabilitas emosi dan openness to Experience.

16
1) Ekxtroversion
Dimensi Kepribadian Extraversion ini berkaitan
dengan tingkat kenyamanan seseorang dalam berinteraksi
dengan orang lain. Karakteristik Positif Individu
Extraversion adalah senang bergaul, mudah bersosialisasi,
hidup berkelompok dan tegas.
Sebaliknya, Individu yang Introversion (Kebalikan
dari Extraversion) adalah mereka yang pemalu, suka
menyendiri, penakut dan pendiam.
2) Aggreableness
Individu yang berdimensi Agreableness ini
cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan
memiliki kepribadian yang ingin menghindari konfilk.
Karakteristik Positif-nya adalah kooperatif (dapat
bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik, hangat
dan berhati lembut serta suka membantu.
Karakteristik kebalikan dari sifat “Agreeableness”
adalah mereka yang tidak mudah bersepakat dengan
individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan
tidak ramah.
3) Conscientinousness
Individu yang memiliki Dimensi Kepribadian
Conscientiousness ini cenderung lebih berhati-hati dalam
melakukan suatu tindakan ataupun penuh pertimbangan
dalam mengambil sebuah keputusan, mereka juga memiliki
disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya.
Karakteristik Positif pada dimensi adalah dapat
diandalkan, bertanggung jawab, tekun dan berorientasi
pada pencapain.

17
Sifat kebalikan dari Conscientiousness adalah individu
yang cendurung kurang bertanggung jawab, terburu-buru,
tidak teratur dan kurang dapat diandalkan dalam
melakukan suatu pekerjaan.
4) Neuroticism atau Sebaliknya Stabilitas Emosi
Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang
menilai kemampuan seseorang dalam menahan tekanan
atau stress. Karakteristik Positif dari Neuroticism disebut
dengan Emotional Stability (Stabilitas Emosional),
Individu dengan Emosional yang stabil cenderang Tenang
saat menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian
yang teguh.
Sedangkan karakteristik kepribadian Neuroticism
(karakteristik Negatif) adalah mudah gugup, depresi, tidak
percaya diri dan mudah berubah pikiran.
5) Openness to Experience
Dimensi Kepribadian Opennes to Experience ini
mengelompokan individu berdasarkan ketertarikannya
terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk mengetahui
serta mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif
pada Individu yang memiliki dimensi ini cenderung lebih
kreatif, Imajinatif, Intelektual, penasaran dan berpikiran
luas.
Sifat kebalikan dari “Openness to Experience” ini
adalah individu yang cenderung konvensional dan nyaman
terhadap hal-hal yang telah ada serta akan menimbulkan
kegelisahan jika diberikan tugas-tugas baru.

18
b. Model Brigg-myers
Dalam model ini terbagi menjadi empat bagian yakni:
1) Ekstraversion (E) vs Introversion (I)
Dimensi EI melihat sumber energi seseorang
berasal dari luar atau dalam (dirinya). Ekstrovert
merupakan tipe kepribadian yang menyukai dunia luar.
Mereka senang bergaul, berinteraksi sosial, beraktifitas
dengan orang lain, serta berfokus pada dunia luar.
Sebaliknya, dimensi introvert menyukai dunia dalam (diri
sendiri).
2) Sensing (S) vs Intuition (N)
Dimensi SN melihat cara individu memproses data.
Tipe sensing memproses data berdasar fakta yang konkrit,
praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Sementara
tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan
hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat
berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Mereka
berpedoman pada imajinasi, memilih cara unik, dan
berfokus pada masa depan.
3) Thinking (T) vs Feeling (F)
Dimensi ketiga melihat bagaimana orang
mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu
menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk
mengambil keputusan. Mereka cenderung berorientasi
pada tugas dan objektif, terkesan kaku dan keras kepala.
Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan
perasaan, empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika
hendak mengambil keputusan.

19
4) Judging (J) vs Perceptive (P)
Dimensi terakhir melihat derajat fleksibilitas
seseorang. Judging di sini bukan berarti judgemental
(menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang
selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta
senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak melompat-
lompat).
Sementara tipe perceiving adalah mereka yang
bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara
acak untuk melihat beragam peluang yang muncul.

5. Perbedaan Gaya Belajar


Belajar merupakan sebuah proses yang dialami oleh setiap orang
dalam hal ini siswa dan diukur melalui perubahan perilaku. Adanya
perbedaan perilaku yang menyebabkan perbedaan kemampuan dalam
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor diantara para siswa. Hal
tersebut berpengaruh terhadap pilihan belajar siswa yang muncul dalam
bentuk-bentuk perbedaan gaya belajar. Karena harus disadari bahwa setiap
siswa memiliki perbedaan karakter dalam proses belaja
Kemampuan setiap individu atau peserta didik untuk menyerap
dan memahami pelajaran tertentu berbeda demikian pula dengan cara
mereka belajar yang biasa disebut dengan gaya belajar. Menurut S.
Nasution gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh
seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,
berpikir, dan memecahkan soal.
Gaya belajar ( Learning style) adalah suatu teknik yang lebih kita
senangi dalam melakukan aktivitas berpikir, memproses serta
mengerti/memahami suatu informasi (Gunawan, 2006:139).

20
Menurut De porter & Hernacki (2013) gaya belajar dapat
dikategorikan menjadi tiga, yakni gaya belajar visual, auditori, dan
kinestetik.
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual (visual learners) lebih memfokuskan
pada penglihatan. Gaya belajar visual mengakses pandangan
visual, yang dihasilkan maupun diingat. Dalam gaya belajar tipe
ini, potret, warna, maupun hubungan ruang, serta gambar/sketsa
lebih menonjol.
Anak didik dengan tipe visual memiliki suatu khas yaitu
rapi dan terarah, perancang dan pengelola yang mantap (jeli,
teliti,dan rinci), pelafal yang apik dan dapat melihat kata-kata yang
sebenarnya dalam pikiran mereka dan lain sebagainya.

b. Gaya Belajar Auditori


Gaya belajar auditori (auditoryal learners) memfokuskan
pada indera pendengaran dalam mengingat sesuatu. Ciri khas gaya
belajar tipe ini benar-benar menggunakan indera pendengaran
sebagai alat esensial untuk menyerap informasi/pengetahuan.
Artinya, anak didik harus mendengar, baru selanjutnya
dapat memahami/mengingat informasi yang diperoleh tersebut.
Gaya belajar ini mengelola segala jenis suara dan kata. Nada,
musik, irama,dan dialog internal serta suara lebih ditonjolkan
untuk gaya belajar tipe ini.

c. Gaya Belajar Kinestetik


Gaya belajar kinestetik (kinesthetic learners) mensyaratkan
personal untuk menyentuh/menjamah sesuatu yang
menyampaikan informasi/data tertentu untuk diingat peserta didik.
Anak kinestetik belajar melalui bergerak, melakukan, ataupun

21
menyentuh. Anak dengan tipe ini susah duduk tenang/diam karena
hasrat mereka untuk bereksplorasi dan beraktivitas begitu kuat.
Anak dengan gaya belajar ini belajar melalui gerak dan sentuhan.

Menurut felder solomon dalam sugihartono dkk. (2007:55-57)


gaya belajar individu terbagi menjadi empat macam antara lain active and
reflective learners, sensing and intuitive learners, visual and verbal
learners, dan sequential and global learners.
a. Active dan Reflective Learners
Active dan reflective learners adalah gaya belajar
cenderung menyimpan dan memahami informasi dengan
melakukan sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan ,
mengaplikasikan, atau menjelaskannya pada orang lain. Reflective
learner cenderung memilih untuk memikirkannya terlebih dahulu.
b. Sensing and Intuitive Learners
Sensing and intuitive learners adalah tipe sensing
cenderung suka mempelajari fakta, tipe intuitif sering memilih
menemukan kemungkinan dan hubungan-hubungan
c. Visual and Verbal Learners
Tipe visual memiliki ingatan yang bagus terhadap apa yang
dilihatnya. Tipe verbal lebih mudah mengingat kata-kata, baik
tertulis atau penjelasannya. Tipe ini dapat juga dikatakan sebagai
gabungan dari gaya belajar tipe visual dan auditorial.
d. Sequential and Global Learners.
Terdapat sequential yang cenderung mengikuti langkah-
langkah logis dalam mencari solusi. Tipe global mampu
memecahkan masalah kompleks dengan cepat

22
D. Intelegensi dan Emosi
Menurut M Dalyono (2004: 124) intelegensi adalah kemampuan yang
bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap sesuatu situasi atau
masalah, yang meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir
mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya.
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal
dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Teori tentang intelegensi
pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951
yang mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang
dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.
Menurut M Dalyono (2004: 124) intelegensi adalah kemampuan yang
bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap sesuatu situasi atau
masalah, yang meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir
mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya.
Intelegensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu argument
tersebut menurut M Ngalim Purwanto (2004: 52).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa intelegensi
ialah kemampuan yang telah ada sejak lahir serta dapat dipakai untuk
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuanya.
Intelegensi seseorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan
menggunakan tes intelegensi, salah satu bentuk tes intelegensi yang sampai saat
ini masih digunakan adalah tes yang diciptakan oleh Alfred Binet dan Theodore
Simon pada tahun 1908 di Prancis. Tes ini terkenal dengan sebutan tes
BinetSimon.
Tes intelegensi yang awal dikenal dikemukakan oleh Alfred Binet dan
Theodore Simon (1904), biasa disebut dengan Tes Binet Simon, yaitu psikolog
asal Perancis yang merancang alat untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai) . Tes ini terdiri

23
dari 30 item yang mencakup kemampuan seseorang untuk menyentuh hidung atau
telinganya ketika diminta, hingga kemampuan untuk menggambar desain dari
ingatan dan mendefinisikan konsep-konsep abstrak.
Emosi adalah kondisi psikologis yang dirasakan sebagai perasaan positif
atau negatif yang dapat mempengaruhi aspek-aspek psikologis lainnya. Emosi
positif seperti rasa senang bahagia, aman, diketahui sebagai emosi yang
berdampak positif terhadap belajar. Sebaliknya emosi negatif seperti cemas, takut,
marah, kecewa atau sedih dapat berpengaruh negatif yang menghambat proses
berpikir dan belajar.
Menurut Peter salovey dan John Mayer (1990) mengemukakan konsep
kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan serta mengungkapkan
emosi secara akurat dan adaptif, memahami perspektif orang lain, menggunakan
perasaan untuk memfasilitasi pikiran layaknya berada dalam suasana hati yang
positif serta berkaitan dengan pemikiran kreatif, dan untuk mengukur dalam diri
sendiri juga orang lain seperti kemampuan untuk mengendalikan kemarahan.
Dalam proses belajar dan pembelajaran pendidik wajib untuk
membangkitkan dan memelihara emosi positif peserta didik, dengan kata lain
perlu dijaga agar ia merasa senang dan antusias dalam melakukan kegiatan serta
tugas-tugas akademiknya

E. Motivasi dan Minat


Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan internal yang membangkitkan,
mengarahkan, serta mempertahankan perilaku. Menurut Maher dan Meyer (1997)
motivasi ialah konstruksi teoretis yang digunakan untuk menjalankan inisiasi,
arah intensitas, kegigihan, dan kualitas perilaku. Sedangkan Keller (1987)
mendefinisikan motivasi sebagai konsep yang mempengaruhi arah besarnya
perilaku dan mempengaruhi upaya hasil dari perilaku.
Abraham Maslow (1987) mengutarakan teori bahwa motivasi dipicu oleh
kebutuhan dasar mulai dari kebutuhan fisiologis untuk survival, kebutuhan akan
rasa aman, kasih sayang, harga diri, kebutuhan untuk mengetahui, aktualisasi diri

24
sampai kebutuhan transcendence. Motivasi secara umum dapat dibedakan
menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi hal itu sendiri atau sebuah tujuan yang sesuai dengan
kegiatan itu sendiri. Siswa yang termotivasi secara intrinsik mungkin
terlibat dalam suatu aktivitas karena aktivitas itu memberinya kesenangan,
membantu mereka mengembangkan keterampilan yang dirasa penting
atau secara etika dan moral benar untuk dilakukan.

2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik ialah kekuatan yang menggerakkan individu
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain atau dengan kata
lain di luar kegiatan yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik seringkali
dipengaruhi oleh adanya insentif eksternal seperti penghargaan dan
hukuman.
Minat adalah rasa lebih suka dan tertarik pada suatu hal atau aktivitas
tanpa paksaan. Minat pada dasarnya ialah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, maka semakin besar minatnya. Menurut Sadirman dalam buku tahun
1990, ia mengatakan bahwa minat akan terlihat baik jika mereka bisa menemukan
objek yang disukai dengan tepat sasaran serta berkaitan langsung dengan
keinginan tersebut. Minat juga harus memiliki objek yang jelas untuk
mempermudah ke mana arahnya seseorang harus bersikap dan menuju objek yang
tepat.
Adapun jenis-jenis minat terbagi menjadi dua yaitu minat situasional dan
minat pribadi.
1. Minat Situasional
Minat situasional dipicu oleh sesuatu dari lingkungan sekitar,
seperti hal-hal yang baru, berbeda, tak terduga, menantang, sering

25
menghasilkan minat situsional dan hal-hal yang melibatkan tingkat
aktivitas yang tinggi atau emosi yang kuat.
2. Minat Pribadi
Minat Pribadi adalah minat yang bersifat jangka panjang dan
relatif stabil pada suatu topik atau aktivitas. Minat pribadi semacam ini
relatif stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten
dalam pemilihan yang dibuat siswa.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perbedaan individual merupakan perbedaan kemampuan serta
karakteristik (kognitif, kepribadaian, keterampilan fisik dan lain sebagainya) antar
peserta didik pada usia tertentu juga setiap kelompok tertentu.
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa setiap
individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik oleh
lingkungan. Dua faktor karakteristik inilah yang menjadi sumber utama perbedaan
individual.
Faktor bawaan adalah faktor biologis yang diwarisi melalui pewarisan
genetic oleh orang tua. Pewarisan genetik ini terjadi ketika sedang pembuahan.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang mengakibatkan adanya perbedaan
individu yang berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan sendiri berasal
dari status sosial ekonomi keluarga, pola asuh orang tua dan yang terakhir urutan
kelahiran. Berikut pembahasan nya
Perbedaan individual terbagi menjadi perbedaan jenis kelamin dan gender,
perbedaan gender dan prestasi dikelas, perbedaan kemampuan, perbedaan
kepribadian dan perbedaan gaya belajar, intelegensi, emosi, motivasi dan minat.

B. Saran
Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini banyak terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Dengan adanya sebuah pedoman yang bisa
dipertanggung jawabkan dan banyaknya sumber penulis saya akan memperbaiki
makalah tersebut.
Dan juga jika ada saran dan kritik yang membangun akan saya terima demi
membuat makalah ini menjadi lebih baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Pupu Saeful. 2021. Psikologi Pendidikan. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.
M. Marbun, Stefanus. 2018. Psikologi Pendidikan. Sidoharjo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Magdalena, Ina. 2022. Jadi Desainer Pembelajaran? Siapa Takut!. Indonesia: Cendekia
Publisher.
Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Nurhidayah, dkk. 2017. Psikologi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Suralaga, Fadhilah. 2021. Psikologi Pendidikan Implikasi dalam Pembelajaran. Depok:
PT Raja Grafindo Persada.
Andriani, L., & Sari, P. I. (2016). Pengaruh Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Bidang Manajemen Di Smk Unggul Sakti Kota
Jambi. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 6(2), 50-59.
Riswanti, C., Halimah, S., Magdalena, I., & Silaban, T. S. (2020). Perbedaan individu
dalam lingkup pendidikan. PANDAWA, 2(1), 97-108.
Yanti, F., Sari, P. I., & Magdalena, I. (2020). Implikasi Sumber Perbedaan Individu dalam
Lingkup Pendidikan di SDN Kalideres 06 Pagi. BINTANG, 2(3), 288-303.
Turhusna, D., & Solatun, S. (2020). Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran. As-
Sabiqun, 2(1), 18-42.
Andriani, L., & Sari, P. I. (2016). Pengaruh Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Bidang Manajemen Di Smk Unggul Sakti Kota
Jambi. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 6(2), 50-59.
Zagoto, M. M., Yarni, N., & Dakhi, O. (2019). Perbedaan Individu dari Gaya Belajarnya
Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran
(JRPP), 2(2), 259-265.
Karim, B. A. (2020). Teori kepribadian dan perbedaan individu. Education and Learning
Journal, 1(1), 40-49.
Hidayati, N. I. (2014). Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi, dan
Kemandirian Anak SD. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(01).

28
Nasution, M. (2018). Pola Asuh Permisif Terhadap Agresifitas Anak Di Lingkungan X
Kelurahan Suka Maju Kecamatan Medan Johor. Prosiding Konferensi Nasional, No.
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah, 1-4.
Kusherawati, M., Khosiah, S., & Fahmi, F. (2021). Pengaruh Pola Asuh Otoritatif
Terhadap Sikap Percaya Diri Anak Usia 4-5 Tahun di Desa Aweh, Lebak-Banten. Jurnal
CARE (Children Advisory Research and Education), 9(1), 39-45.
Aprilia, L. (2013). Penanganan Perbedaan Individual Dalam Proses Pembelajaran
Stenografi. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Sebelas Maret, 2(2),
118019.
Romas, M. Z. (2017). KECERDASAN EMOSI, INTELIGENSI, DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Jurnal Psikologi, 3(1).

29

Anda mungkin juga menyukai