Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Perbedaan (Variasi) Individual dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Potensi


Anak”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

FARNI (2019011055)
DINDA SUSTRIANI (2019011075)
RABI’A ADIMAN (2019011050)
M. NUZUL RUSLI (2019011051)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
kami mata kuliah “Psikologi Pendidikan” yang berjudul “Perbedaan (Variasi) Individual dan
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Potensi Anak” dengan tanggung jawab dan
tepat waktu.

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak baik yang telah membimbing
dan membantu dalam mengupayakan penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami dan pembaca pada umumnya dalam bermasyarakat.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Kami berharap
kritik dan saran dari para pembaca, agar makalah berikutnya menjadi lebih baik.

Baubau, 01 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................................i
Kata Pengantar ................................................................................................................ii
Daftar Isi ........................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan .........................................................................................................1
1.1 latar belakang ......................................................................................................1
1.2 rumusan masalah ................................................................................................2
1.3 tujuan masalah ...................................................................................................2
Bab 2 Kajian Teori .......................................................................................................3
2. 1 konsep dasar perbedaan individual ................................................................3
2. 2 faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individu ..............................8
2. 3 keragaman individual dalam psikologi pendidikan ....................................11
2. 4 taraf kecerdasan dan implikasi dalam pendidikan .......................................15
2. 5 konsep diri dan implikasinya dalam pendidikan .......................................21
2. 6 tempramen dan implikasinya dalam pendidikan .......................................23
2. 7 minat,bakat, dan implikasinya dalam pendidikan .......................................24

Bab 3 penutup ................................................................................................................30


3. 1 kesimpulan ................................................................................................................30
3. 2 saran ...........................................................................................................................31

Daftar Pustaka........................................................................................................................32

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengenal anak berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam
situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data dan tingkah laku
tentang anak, karena data itu sendiri hanya dapat dipergunakan dengan baik jika bertalian
dengan situasi dan waktu dimana fakta tersebut telah diperoleh. Perbedaan individual
yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran dikelas adalah faktor-faktor
yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima pengajaran karena perbedaan tersebut
akan menentukan sistem pendidikan secara keseluruhan. Perbedaan-perbedaan tersebut
harus diselesaikan dengan pendekatan individualnya juga, tetapi tetap disadari bahwa
pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk mengembangkan individu sebagai
individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat yang
bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ndividu adalah: self concept
(konsep diri), locus of control, kecemasan yang dialami anak didik, motivasi hasil belajar.

Dari bahasa bemacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta
yang menonjol, yaitu semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola
perkembangannya dan di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan
manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Perbedaan-perbeda-an tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan
bukan kualitatif.

Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada di
dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan
kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah
sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual
perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini
disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam
“perbedaan individual” menurut Landgren S. & Olsson KA. (1982: 578) me-nyangkut
variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.

Setiap individu yang terlahir di dunia berbeda satu sama lain, tidak ada individu yang
sama persis di dunia baik dalam fisik maupun psikis-nya. Masing-masing individu memiliki
fisik, sifat, perilaku, kebiasaan-kebiasaan yang beragam. Bahkan perbedaan-perbedaan akan
selalau ada meskipun pada individu yang terlahir kembar identik sekalipun. Perbedaan
individu sesungguhnya merupakan sebuah kodrat atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menurut catatan sejarah manusia, Tuhan menciptakan manusia pertama kali bernama Adam
yang berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, Tuhan menciptakan Hawa yang berjenis kelamin
perempuan.Perbedaan tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas yang

1
mereka ikuti. Misalnya ada siswa yang mampu memahami materi pelajaran dengan cepat
dan ada pula siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Oleh sebab itu,
sebagai seorang tenaga pendidik, diharapkan mampu memahami dan mengerti perbedaan-
perbedaan yang ada pada siswa. Hal tersebut sangat penting karena dengan mengetahui
perbedaan-perbedaan pada individu diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran di
dalalm kelas agar lebih efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


Dari permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagi berikut
1. mengidentifikasi Konsep Dasar Perbedaan Individual
2. mengidentifikasi Perbedaan Individual
3. mengidentifikasi Keragaman Individual dalam Psikologi Pendidikan
4. mengidentifikasi taraf kecerdasan dan implikasinya dalam pendidikan
5. mengidentifikasi konsep diri dan implikasinya dalam pendidikan
6. Mengidenifikasi temperamen dan implikasinya dalam pendidikan
7. Memgidentifikasi minat dan bakat dan implikasinya dalam pendidikan

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan masalah sebagai berikut

1 Untuk mengetahui konsep dasar perbedaan individual


2 Untuk mengetahui perbedaan individual
3 Cara pengaplikasian keragaman individual dalam psikologi pendiddikan
4 Mengetahui taraf kecerdasan dan implikasi dalam pendidikan
5 Mengetahui konsep diri dan pengaplikasiannya
6 Mengetahui tempramen dan pengaplikasiannya
7 Mengetahui minat dan bakat dan pengaplikasiannya

2
BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Perbedaan Individual


Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai
kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman, mendapatkan
pengakuan, dan mengaktualisasi dirinya. Dalam tahap per-kembangannya, siswa berada
pada periode perkembangannya yang sangat pesat dari segala aspek. Perkembangan yang
sangat erat kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:

a. Perkembangan Aspek Kognitif

Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12-18 tahun, yaitu
yang lebih kurang sma dengan usia siswa SMP/SMA, merupakan periodof formal
operation. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah ke-mampuan berfikir
secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaning fully) tanpa
memerlukan objek yang konkret atau bahkan objek yang visual. Siswa telah
memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Pada tahap perkembangan ini juga
berkembang ketujuh ke-cerdasan dalam Multiple Intellegeneces yang dikemukakan
oleh Gardner (1993) yaitu; kecerdasan linguistik, kecerdasan logis metematis,
mekerdasan musikal, kecerdasan spansial, kecerdasan kinestik ragawi, kecerdasan
intrapribadi, kecerdasan antarpribadi. Ketujuh kecerdasan ini seyogianya dapat
dikembangkan sesuai dengan karakteristik keilmuan pendidikan di berbagai jenjang
pendidikan.

b. Perkembangan Aspek Psikomotoris

Aspek psikomotoris merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui
oleh guru. Perkembangan aspek psikomotoris juga melalui beberapa tahap yaitu:
tahap kognitif-tahap asosiatif-tahap otonomi.

c. Perkembangan Aspek Afektif

3
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik,
yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Aspek afektif tersebut
dapat terlihat selama pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja kelompok. Oleh
karena itu, selama pembelajaran, guru senantiasa terus memantau dan mengamati
aktivitas siswanya individu dan Karak-teristiknya (Hartinah, 2008: 47). Dari
perkembangan anan k tersebut dilihat dari tiga aspek, maka yang sangat menentukan
adalah:

1) Individu

Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut.


Sebagaimana diketahui, manusia adalah mahluk yang berfikir atau homo sapiens,
mahluk yang berbentuk atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo
educandum, dan seterusnya merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang
dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap
manusia tersebut. Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta
didik haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam
kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakekat
manusia sebagai kesatuan sifat mahluk individu dan mahluk sosial. Individu
berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak dapat dipisahkan.
Keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang
berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus tersebut.

2) Karakteristik Individu

Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan; karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut
faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu, terdapat
keyakinan serta kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan. Hal
tersebut merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor yang terpisah, masing-
masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari bahwa apa

4
yang dirsakan oleh banyak anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari
perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan
pengaruh lingkungan. Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan
untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan
emosio-nal pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahir-kan
menjadi seorang individu ata sejauh mana seseorang dipengaruhi subjek
penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan
dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

3) Aspek Perkembangan Individu

Perkembangan-perkembangan dasar atau esensi dari lingkungan belajar-


mengajar yang sehat adalah suasana belajar yang secara nyata dapat
menumbuhkan munculnya perasaan yang terdapat antara siswa dan guru di dalam
kelas. Perasaan-perasaan yang mendasari transaksi belajar mengajar tersebut
tergantung pada peran guru dalam mencipta-kan situasi belajar yang kondusif dan
sehat adalah situasi belajar yang dapat menumbuhkan perasaan dekat antara guru
dan anak, merasa saling membutuhkan, saling menghargai, dan sebagainya.
Dengan perasaan salaing memperhatikan yang terdapat antara guru dan anak
dalam proses belajar mengajar, sikap guru yang merupakan cerminan perasaan
yang melandasi transaksi belajar mengajar diantaranya adalah: penerimaan
(acceptance), sikap ini meliputi pengenalan dan pengakuan terhadap berbagai
kemampuan dan keterbatasan mental, emosi, fisik, dan sosial yang dimiliki anak.
Rasa aman, rasa ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu memperoleh
pemenuhan sehingga dalam proses belajar mengajar diperlukan pula adanya rasa
disayangi dan diterima oleh kelompok dan guru. Pemahaman akan adanya
indivi-dualitas (differences), pemahaman pendidik bahwa tidak ada manusia yang
sama serta perilaku siswa selalu bersifat unik menjadikan diperlu-kan kesabaran
dalam menghadapi berbagai perilaku anak.

4) Memahami Perbedaan Individual

5
Tugas utama guru adalah mengajar dan dalam proses pembelajaran yang
dihadapi adalah anak manusia yang bersifat “unik”. Kata unik mengandung
berbagai pengertian. Pengertian pertama adalah unik dapat dimaknai bahwa tidak
ada manusia yang sama, dalam pengertian bahwa manusia yang satu pasti berbeda
dengan yang lain. Pengertian unik yang kedua adalah bahwa kondisi manusia itu
sendiri bersifat tidak menetap. Pengertian yang ketiga bahwa setiap tahapan
perkembangan menusia mempunyai ciri khusus yang bereda dengan
perkembangan yang lain sehingga untuk dapat memberikan stimulasi dan
mengarahkan pembentukan perilaku anak perlu pula diketahui ciri khusus dari setiap
tahapan perkembangan tersebut, agar dapat menghadapi dan melayani anak secara
tepat. Secara umum, perbedaan individual yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan pengajaran dikelas adalah faktor-faktor yang menyangkut kesiapan
anak untuk menerima pengajaran karena perbedaan tersebut akan menentukan
sistem pendidikan secara keseluruhan. Perbedaan-perbedaan tersebut harus
diselesaikan dengan pendekatan individualnya juga, tetapi tetap disadari bahwa
pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk mengembangkan individu sebagai
individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan masya-rakat yang
bervariasi Perbedaan individual banyak variasinya dan variabelitasnya. Kita
merasa perlu meninjau lebih jauh dan lebih khusus beberapa jenis dan ciri perbedaan
itu:

a) Kecerdasan (inteligensi). Anak-anak yang kurang kecerdasannya umumnya


belajar lebih lamban. Mereka memerlukan banyak latihan yang bermakna dan
lebih banyak waktu untuk maju dari tipe belajar yang satu ke tipe belajar
berikutnya. Mereka tidak dapat melakukan abstrksi. Anak-anak yang memiliki
IQ yang tinggi biasanya mem-punyai pusat perhatian yang lebih baik,
belajar, cepat, kurang memerlukan latihan, dapat menyelesaikan pekerjaannya
dalam waktu yang singkat, dan mampu mengambil kesimpulan serta
melakukan abstraksi.
b) Bakat (abtitude). Bakat sangat berpengaruh terhadap tingkat per-kembangan
seseorang. Untuk mengetahui bakat ini perlu diadakan atitude tes padm a anak-
anak waktu permulaan masuk sekolah. Hasil tes itu dapat digunakkan sebagai

6
petunjuk untuk memperkirakannya hasil belajarnya. Bakat turut menentukan
perbedaan-perbedaan pada hasil belajar sikap, minat, dan lain-lain.
c) Keadaan jasmani (physical fitness). Anak-anak berbeda-beda tinggi, berat, dan
koordinasi organ-organ tubuh. Ada yang badannya tinggi kurus, ada pula yang
bentuk nadannya atletis. Ada pula yang mendapat gangguan fisik, misalnya
kurang sehat penglihatannya, ber-penyakit asma, mudah sakit kepala,
gangguan penyakit tertentu seperti sakit gigi, kondisi badan, gangguan cacat.
Keadaan jasmani itu akan mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar karena
badan-nya mudah lelah, kurang berminan melakukan kegiatan-kegiatan, tidak
suka bermain, dan sebagainya. Sebaliknya ada anak yang energetic serta
mudah dan cekatan dalam berbuat sesuatu.
d) Penyesuaian sosial dan emosional. Aspek sosial dan aspek emosional erat
kaitannya satu dengan yang lainnya. Berbagai alternatif kondisi sosial dan
emosional dapat terjadi di kalangan anak-anak seperti pendiam, pemberang,
pemalu, pemberani, mudah beraksi, sulit ber-aksi, suka bekerja sama,
mengasingkan diri, bersikap bebas, senang menggantungkan diri, peramah,
tertekan, sensitif, mudah terpengaruh, bersikap negatif. Tingkah laku tersebut
mudah berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, baik dalam kelompok, di
kelas, maupun di rumah. Kondisi-kondisi lingkungan setiap waktu dapat
berpengaruh terhadap perbuatan belajar, minat, kepercayaan diri sendiri, dan
keyakinan atas nilai belajar.
e) Latar belakang keluarga. Keadaan keluarga mempengaruhi anak. Banyak
faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat menimbul-kan perbedaan
individual seperti kultur dalam keluarga, tingkat pendidikan orang tua, tingkat
ekonomi, hubungan antara orang tua yang sama-sama bekerja, sikap keluarga
terhadap masalah-masalah sosial, dan realitas kehidupan. Faktor-faktor ini
memberikan peng-alaman kepada anak-anak dan menimbulkan perbedaan pada
minat, apresiasi, sikap, pemahaman ekonomis, pebendaharaan kata, per-
cakapan, berkomunikasi kepada orang lain, pola berfikir, kebiasaan berbicara dan
pola hubungan kerja sama kepada orang lain. Perbedaan-perbedaan ini sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan perbuatan belajar di sekolah.

7
f) Prestasi belajar (academic achievement). Perbedaan prestasi belajar dikalangan
anak-anak disebabkan oleh faktor-faktor seperti ke-matangan akibat kemajuan,
umur kronologis, latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap suatu bidang
pelajaran, dan jenis mata pelajaran yang diberikan.
g) Anak-anak yang mengalami kesulitanseperti handicap jasmani, ke-sulitan
berbicara, dan kesulitan menyesuaikan diri terhadap ling-kungan sosial.
Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut akan menghadapi kesulitan pula
dalam berperan serta, berkomunikasi dan menyesuaikan diri dalam kehidupan
kelompok, menambah penge-tahuan, bekerja sama, dan lain-lain. Itu sebabnya
guru harus mem-pelajari kesulitan-kesulitan itu agar ia dapat memberikan
bantuan dan bimbingan dan mengusahakan agar teman-teman sekelasnya
bersimpati dan membantu teman-teman lainnya yang mengalami kesulitan itu
sehingga mereka memperoleh kemajuan belajar (Hamalik, 2009: 159-160).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu


Faktor-faktor yang penting dari kepribadian dan motivasi yang mempengaruhi
tingkah laku anak di kelas dan yang mempengaruhi keberhasilan dalam situasi belajar
adalah sebagai berikut:
a. Self Concept (Konsep Diri)
Pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, merupakan salah satu
faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku. Ciri-ciri self concept yaitu: 1)
Terorganisasi. Seorang individu mengumpulkan banyak informasi yang dipakai untuk
membentuk persepsi tentang dirinya sendiri. Untuk sampai pada gambaran umum
tentang dirinya ia menginformasikan itu ke dalam kategori-kategori yang lebih luas dan
banyak. 2) Multifaset. Individu mengkatagorikan persepsi diri itu dalam beberapa
wilayah (area) misalnya: social aceptence, physical attractive-ness, athletic ability and
academic ability. 3) Stabil. General self concept itu stabil. Perlu dicatat bahwa area self
concept bisa berubah. 4) Tersusun secara hierarkis, yaitu: general s.c; scholastic s.c;
English ability s.c; social studies s.c; math ability s.c; social s.c; friendship s.c’ dating s.c;
physical s.c; atletic s.c; physical apperarance s.c. 5) Berkembang (develop-mental).
Self concept brkembang sesuai dengan umur dan pengaruh lingkung-annya. 6)

8
Evaluative. Individu tidak hanya membentuk diskripsi dirinya pada situasi yang
istimewa, tetapi juga mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri. Beberapa murid
percaya bahwa mereka adalah murid yang sukses, sementara murid yang lain merasa
tidak layak dan merasa rendah, jika dibandingkan dengan teman-teman satu kelas.
Coopersmith menggolongkan menjadi dua yaitu self esteem yang positif dan yang
negatif. Disamping itu ada pula yang menambahkan dengan golongan yang moderat.
Ada hubungan antara positof self concept dengan prestasi (Soemanto, 2006, 184-185).
b. Parental Acceptance of Children
Ada dua, yakni: 1) Parental enforcement of cearly defined behavioral limits and
reles, 2) Parental respect for the freedom og their children’s actions within in the
established limits. Self concept mengurangi atau menumbuhkan respons terhadap
reaksi-reaksi dari orang lain yang berhubungan dengan keadaan fisik dan ukuran badan,
dan juga aktivitas-aktivitas yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh ukuran
badan dan atau keterampilan fisik
c. Locus of Control
Locus of control ialah bagaimana individu merasa/ melihat garis atau
hubungan antara tingkah lakunya dan akibatnya, apakah ia dapat menerima tanggung
jawab atau tidak atas tindakannya. Menurut Rotter, locus and control mempunyai dua
fungsi, yaitu dimensi eksternal dan internal. Dimensi ekster-nal akan menganggap bahwa
tanggung jawab segala perbuatan itu berada di luar diri pelaku. Sedangkan dimensi
internal melihat bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu pada diri pelaku.
Parenthal behavior mengatakan berhubungan dengan perkembangan control
anak. Orang tua yang sangat mendorong, membantu, mengharap anak segera berdiri
sendiri pada usia yang masih muda, maka anaknya akan mempunyai locus of control
dengan dimensi internal. Sebaliknya orang tua yang dominan, selalu melarang,
mengecam, mengakibatkan anaknya mempunyai locus of control dengan dimensi
eksternal.
Anak yang mempunyai locus of control yang eksternal mendapat skor tinggi
untuk kegelisahan, kecurigaan, dan rasa permusuhan. Sedangkan anak-anak yang internal
suka bekerja sendiri dan efektif.

9
d. Kecemasan yang Dialami Anak Didik
Kecemasan menggambarkan keadaan emosional yang dikaitkan dengan
ketakutan. Jenis dan derajat kegelisahan berbeda-beda yaitu takut akan situasi
sekolah secara menyeluruh., takut aspek khususu lingkungan sekolah guru, teman, mata
pelajaran atau ulangan., school phobia menyebabkan anak menolak untuk pergi ke
sekolah. Kegelisahan terhadap ulangan harus mendapat perhatian secara khusus oleh
pendidik. Pengaruhnya sangat buruk terhadap performasi siswa.
Sarason meneliti direct and indirect antecedent of anxiety yaitu anak pandai,
juga gelisah apabila akan menempuh test, seperti anak yang berfikir sedang atau anak
yang bodoh., kecemasan sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap
anaknya., wanita lebih cemas daripada laki-laki. Ada indikator fisik kegelisahan
yakni sakit kepala, sakit perut, tanpa ada sebab fisik, menggigit kuku, keringat,
berbicara tersendat-sendat, kikuk, tak bisa diam, bingung.
Tes dapat dipakai untuk mengenali kecemasan. Biasanya digunakan test anxiety
scale for children (TASC). Anak-anak yang kegelisahan tinggi, sel konsepnya
rendah. Kecemasan juga dapat menyebabkan masalah sosial dan akademik. Ada
hubungan negatif antara kecemasan dengan tes intelegensi. Kecemasan tinggi, IQ rendah.
e. Motivasi Hasil Belajar
Atkinson dan Feather mengembangkan modal yang sangat berguna untuk
menjelaskan disintegrasi motivasi siswa untuk hasil belajar ketika peng alaman
belajar masa lampau menyebabkan ia merasa tidak senang dan takut akan gagal. Siswa
selalu menghindari tugas-tugas yang dirasakannya akan menyebabkan kegagalan.
Holt (1964) memberikan analisis yang bagus tentang usaha-usaha anak untuk
melindungi dirinya di kelas. Contoh tingkah laku anak di sekolah yang dilakukan oleh
anak-anak yang gelisah yaitu self centered, self protective, men-jauhi pertengkara,
kebingungan, hukuman, penolakan, atau kehilangan status.
Self liminiting, self defeating ini disebabkan oleh rasa takut. Mengapa anak
pandai berlaku bodoh? Karena merasa takut. Kebanyakan anak takut di sekolah.

10
Seperti tentara, mereka berusaha mengatasi rasa takut, tetapi selalu gagal, merusak
intelegensi dan kapasitas mereka.
Atkinson dan Feather (1966) menyatakan bahwa situasi kompetitif timbul karena:
1) Keinginan untuk berhasil (the need to achieve success). 2) Keinginan untuk tidak gagal
(the need to avoid failure).
Jika motivasi seseorang untuk berhasil lebih kuat daripada motivasi untuk tidak
gagal, maka ia akan segera merinci kesulitan-kesulitan yang dihadapi-nya. Sebaliknya,
ialah ia akan mencari soal yang lebih mudah atau bahkan yang lebih sukar
(Soemanto, 2006, 187-189).

2.3 Aplikasi Keragaman Individual dalam Psikologi Pendidikan


Perbedaan individu sudah pasti akan berdampak pada tingkat kecepatan, metode, dan
aktivitas siswa dalam belajar dan mengikuti proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru perlu
memahami dengan baik kondisi dan karakteristik belajar siswanya. Terdapat banyak program
pengajaran yang dirancang sebagai dampak adanya perbedaan individu dalam belajar.
Program-progam pengajaran berbasis perbedaan individual tersebut dirancang terutama
berkaitan dengan tingkat kecepatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun
demikian, yang paling dilaksanakan adalah remidial learning (pengajaran remidial), dan
pembelajaran percepatan (accelerated learning).
1.   Remidial learning (Pengajaran remidial)
Program pengajaran remidial merupakan bentuk pengajaran yang khusus diberikan
pada siswa yang mengalami hambatan belajar. Siswa yang mengalami hambatan belajar
dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan siswa satu
kelas pada umumnya. Program remedial dapat dilakukan dengan cara memberikan jam
pelajaran tambahan atau tugas tambahan baik secara individual ataupun kelompok
sehingga mereka dapat mengejar ketertinggalan materi pelejaran dari kelas reguler.
Pelayanan pendidikan dan pembelajaran remidial dapat dilakukan sesuai dengan tipe
beajar siswa, memampuan, umur, mental, dan bakat individu.
Pengajaran remidial diselenggarakan disekolah an dilakukan secara individual
dengan program yang merupakan bagian tak terpisahkna dari kurikulum sekolah.

11
Pengajaran remedial hanya memberikan materi pelajaran yang hanya benar-benar
tidak dipahami atau susah dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu adanya  fokus materi
pelajaran yang diberikan diharapkan dapat membantu siswa mengejar ketertinggalan
materi pelajaran dan kembali mengikuti kelas reguler serta mencapai hasil belajar yang
optimal.
a)    Tujuan Pembelajaran Remedial
Tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa dapat:
1) Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi dan kesulitannya.
2) Mengubah dan memperbaiki cara-cara belajar yang lebih baik sesuai dengan jenis
kesulitannya.
3) Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan
belajar.
4) Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.
5) Mengembangkan sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya
hasil belajar yang baik.
6) Melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan.
b)   Fungsi Pembelajaran Remedial
Adapun fungsi pengajaran remedial adalah:
1) Fungsi korektif yakni mengadakan perbaikan atau pembetulan terhadap
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
2) Fungsi Penyesuaian yakni membuat siswa mampu memahami diri dalam
kemampuan dan keterampilannya.
3) Fungsi pengayaan yakni pengajuan perbaikan yang diharapkan mampu
memperkaya pengetahuan.
4) Fungsi percepatan yakni perbaikan diharapkan akan dapat mempercepat
penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran.
Pembelajaran remedial merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia
pendidikan, selama dalam proses pendidikan itu terdapat standar yang harus dicapai
oleh peserta didik.
2.   Accelerated  learning (Pembelajaran Percepatan)

12
Program percepatan merupakan pemberian layanan program pembelajaran yang
disesuaikan dengan bakat, kemampuan, tingkat kecepatan dalam belajar, dan
kecerdasanistimea yang dimiliki siswa. Bentuk umum yang digunakan adalah dalam
bentuk kenaikan kelas atau tingkat yang lebih cepat dari siswa pada umumnya sehingga
siswa yang bersangkutan dapat menyelesaikan program pendidikan reguler dengan lebih
cepat.
Accelerated Learning merupakan sebuah pendekatan alternatif yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran di sekolah.
Implementasi Accelerated Learning menurut Meier didasari oleh beberapa prinsip
penting yaitu :
a) Belajar Melibatkan seluruh Pikiran dan Tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan
“otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri”, dan verbal), tetapi juga melibatkan
seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
b) Belajar adalah Berkreasi, Bukan Mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang
diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar.
Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan
ketrampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara
harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi
elektrokimia baru di dalam sistem otak/tubuh secara menyeluruh.
c) Kerja Sama Membantu Proses Belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai
landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan
kawan-kawan dari pada yang kita pelajari dengan cara lain manapun. Persaingan di
antara pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara mereka
mempercepatnya. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada
beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri.
d) Pembelajaran Berlangsung pada Banyak Tingkatan secara Simultan. Belajar bukan
hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap
banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak
tingkatan secara simultan (sadar dan bawah-sadar, mental dan fisik) dan
memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak/tubuh
seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan

13
prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan
banyak hal sekaligus.
e) Belajar Berasal dari Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri (dengan Umpan Balik).
Belajar paling baik adalah dalam konteks. Hal-hal yang dipelari secara terpisah akan
sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara
mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara
menual dengan menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan
memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi
guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak-asalkan di
dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan
balik, merenung, dan menerjunkan diri kembal
f) Emosi Positif Sangat Membantu Pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan
juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan
positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana
muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan
menarik hati.

Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-masing


individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh
karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai
dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling
alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih
mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl
menyebutnya cara belajar cepat. Ketika para guru menggunakan cetak biru enam langkah
yang sama, maka mereka akan menjamin bahwa pengalaman belajar adalah lengkap. Dan
ketika para guru bekerja dalam urutan langkah-langkah tersebut, maka mereka akan
merasakan bahwa itu menyenangkan, efektif, dan cepat.
Pada dasarnya terdapat strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
dengan tetap memerhatikan perbedaan individual dalam belajar, seperti berikut:
1) Guru memahami gaya belajar siswa kemudian menyediakan lingkungan dan proses
pembelajaran yang sesuai kebutuhan gaya belajar siswa.

14
2) Penyampaian materi didukung penggunaan multimedia dan multimetode.
3) Menggunakan pendekatan belajar eklektik dan fleksibel.
4) Guru menggunakan kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual,
pembelajran kelompok, pembelajaran berpuat pada guru, dan pembelajaran berpusat
pada siswa.
5) Guru menggunakan alat-alat dan media pembelajaran yang mengandung
multysensory untuk membantu siswa memperoleh, memproses, dan mempraktikan
informasi yang diterima.
6) Guru memberikan umpan balik selama prooses pembelajaran dengan segera,
konsisten, dan jelas.
7) Guru mengevaluasi pencapaian program belajar siswa berdasarkan tujuan atau syarat-
syarat pencapaian yang telah ditentukan, melakukan observasi perilaku, dan juga
keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.

2.4 Memahami taraf kecerdasan dan implikasinya dalam pendidikan

Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda. Perbedaan


kecerdasan dalam diketahui para psikolog denganmenguji perbendaharaan kata, ketelitian,
ketahanan kerja, dan kekuatanpersepsi. Tes-tes kecerdasan dikembangkan untuk mengetahui
per-bedaan kecerdasan pada tiap-tiap individu. Inteligensi atau kecerdasansering
diasosiasikan dengan kecerdikan, kemengertian, kemampuanuntuk berpikir, kemampuan
untuk menguasai sesuatu, kemampuanuntuk menyesuaikan diri dengan situasi atau
lingkungan tertentu,dan sebagainya.
Sternberg dkk (1982) merancang suatu studi untukmenemukan keberagaman orang-orang
di dalammendefinisikan inteligensi. Subjek penelitiannya adalahdua kelompok yang
berbeda, yaitu orang awam danpara ahli psikologi yang secara khusus mengkaji mengenai
inteligensi.
Pada kedua kelompok tersebut, Stenberg memberikan daftar beberapaorang dengan
beberapa karakteristik tertentu dan kemudian dimintauntuk menilai keragaman kemampuan
yang didasarkan kepada karakteristiktersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa pada
kebanyakan orang awammengira bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah secara praktis, kemampuan verbal, dan kompetensi sosial.Kemampuan untuk

15
memecahkan masalah secara praktis termasukdi dalamnya penggunaan logika,
menghubungkan ide-ide, dan pandangan kepada masalah secara keseluruhan. Kemampuan
verbal meliputipenggunaan dan pemahaman bahasa secara lisan dan tulisan dengan cara
yang baik. Kompetensi sosial lebih ditekankan kepada interaksiyang baik dengan orang lain,
yaitu tentang pemikiran yang terbukapada perbedaan jenis manusia dan menunjukkan minat
dalam topik-topik yang beragam.
Para pakar psikologi menyebutkan bahwa inteligensi dapat diperolehdalam inteligensi
verbal, kemampuan dalam memecahkan masalah,dan inteligensi praktis. Ini berarti terdapat
hubungan yang dekat denganpendapat orang awam.
Perbedaan pemikiran utama di antara dua kelompok tersebut adalahsatu penekanan, di
mana orang lebih awam menekankan kompetensisosial, sementara para pakar tidak
mempertimbangkan hal tersebutsebagai hal yang esensial dalam inteligensi. Di lain pihak,
para pakarmempertimbangkan motivasi sebagai faktor yang penting, di manamotivasi ini
tidak terlihat dalam daftar yang diberikan oleh orang awam.Banyak ahli berbeda pendapat
dalam mendefinisikan inteligensi.Spearman dalam Santrock (2008) berpendapat bahwa
inteligensi adalah kemampuan umum untuk berpikir dan mempertimbangkan.
Sementara Thurstone melihat kecerdasan sebagai suatu rangkaiankemampuan yang
terpisah. Thurstone (1947) meyakini bahwa kecerdasanterdiri dari kemampuan verbal,
kefasihan berbicara, kemampuan numerik,visualisasi ruang, ingatan asosiatif, kecepatan
perseptual, dan alasan-alasan. Ketujuh kemampuan tersebut secara bersama-sama
akanmembentuk perilaku cerdas pada diri seseorang.
Guilford lebih tegas mengatakan bahwa kecerdasan terbentukdari 30 faktor yang
berbeda-beda yang kemudian menghasilkan 120bentuk keterampilan yang berbeda-beda.
Guilford (1967) membedakan3 (tiga) macam kemampuan mental dasar, yaitu: operation
(tindakan berpikir), contents (istilah-istilah dari hal-hal yang dipikirkan seseorang,seperti
kata-kata atau simbol-simbol), dan product (ide-ide yang dapat dihasilkan). Ada 5 (lima)
operasi dalam kecerdasan yaitu: kognisi, ingatan,berpikir divergen, berpikir kovergen, dan
evaluasi. Ada 6 (enam) macamproduk kecerdasan yaitu: unit-unit, kelas-kelas, hubungan-
hubungan,sistem-sistem, transfor-masi, dan implikasi. Ada 5 (lima) macam kontendalam
kecerdasan yaitu: visual, auditori, simbolik, semantik, dan behavioral.
Prinsip-prinsip yang digunakan Guilford dalam mengukurkecerdasan sebagai berikut:

16
1. Keterampilan mengemukakan alasan-alasan dan pemecahanmasalah (melibatkan
kemampuan berpikir divergen dan konvergen)dan dibagi menjadi 30 kemampuan yang
berbeda (perkalian dari6 (enam) kemampuan produk dan 5 (lima) kemampuan konten).
2. Operasi-operasi ingatan dapat dibagi menjadi 30 keterampilan yang berbeda (perkalian
dari 6 (enam) kemampuan produk dan5 (lima) kemampuan konten).
3. Keterampilan membuat keputusan (operasi evaluasi) dapat dibagi menjadi 30
keterampilan yang berbeda (perkalian dari 6 (enam)kemampuan produk dan 5 (lima)
kemampuan konten).
4. Keterampilan yang berkaitan dengan bahasa dapat dibagi menjadi 30 keterampilan yang
berbeda (perkalian dari 6 (enam) kemampuan produk dan 5 (lima) kemampuan konten)
(Guilford, 1971).
Ada dua buah tes inteligensi individual yang terbaik yang telahsangat terkenal yaitu Binet
dan Wechsler. Alfred Binet atas permintaanMenteri Pendidikan Perancis menyusun tes
kecerdasan untuk meng-identifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah pada
tahun1904. Tes ini dibuat untuk mengurangi jumlah anak yang tidak mampubersekolah di
sekolah umum. Melalui tes ini pemerintah akan memindah-kan anak-anak yang tidak
mampu belajar ke sekolah khusus (Santocrk, 2008: 135). Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan
mulai dari kemampuanuntuk menyentuh telinga hingga kemampuan untuk
menggambarberdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak.
Asumsi Binet meski suatu tes inteligensi terdiri dari berbagai macam butir soal (yang
mengukur kemampuan seperti rentang ingatan, berhitung,dan kosa kata) seperti dalam tes
Binet, akan tetapi anak yang cerdasakan cenderung mendapatkan skor yang lebih tinggi dari
pada anak yang bodoh. Binet dan Simon juga berasumsi bahwa tugas yang berbeda-beda
tersebut menggali kecakapan atau kemampuan dasar. Dalaminteligensi kecakapan tersebut
jika mengalami perubahan dan kekuranganakan mempengaruhi kehidupan praktis.
Kecakapan ini berupa daya timbang, akal sehat, cita rasa praktis, inisiatif, dan kecakapan
untuk menyesuaikan diri terhadap situasi. Menimbang dengan baik, memahami dengan
baik, menalar dengan baik, kesemuanya itu merupakan kegiatan inteligensi yang sangat
penting.
Binet mengembangkan konsep Mental Age (MA) yaitu level perkembangan mental
individu. Quotient (IQ) yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usiakronologisnya

17
( chronological age /CA) dikalikan 100, sehingga rumusnyamenjadi IQ= MA/CA x 100
(Santrock, 2008: 135). Rumus ini selanjutnya menjadi rumus perhitungan inteligensi.
Misalnya seorang anak usia 6 (enam) tahun dapat menjawab pertanyaan untuk anak usia 8
(delapan) tahun, maka hitungannya menjadi: 8/6 x 100 = 133. Jadi IQ anak tersebut adalah
133.
Tes kecerdasan yang bersifat individu juga telah diciptakan David Wechsler. Tes ini ini
ada tiga jenis yaitu, Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-
R) untuk menguji anak usia empat sampai enam setengah tahun, Wechsler Intelligence Scale
for Children-Revised (WISC-R) digunakan untuk anak usia 6 (enam) sampai 16tahun, dan
Wechsler Adults Intelligence Scale -Revised (WAIS-R) untukorang dewasa (Santrock,
2008: 136)
Di samping Tes Binet dan tes Wechsler untuk tes kemampuan individual ada juga tes
inteligensi untuk tes kemampuan klasikal, yang dapat dilakukan terhadap sejumlah orang
dengan satu orang penguji, serta biasanya dalam bentuk tertulis. Tes kemampuan yang
bersifat klasikal tersebut berfungsi jika sejumlah orang harus segera dievaluasi, sementara
hanya terdapat sedikit orang penguji. Salah satu bentuk tes klasikal adalah SPM (Standard
Proggresive Matrices).
Tes inteligensi umum (seperti Binet dan Wechsler) ternyata berhubungan cukup tinggi
dengan prestasi belajar di sekolah, tetapi berhubungan lebih rendah dengan prestasi
intelektual di kemudian hari. Hal ini disebabkan tes-tes inteligensi tersebut tidak dapat
mengukur aspek penting dari inteligensi yaitu pemikiran kreativitas atau pemikiran
orisional. Oleh sebab itu diperlukan tes lain untuk mengetahui kemampuan kreativitas
seseorang.
Kemampuan yang akan digali melalui tes inteligensi dan tes kreativitas tampaknya selalu
tumpang tindih. Untuk sejumlah orang, tes inteligensi cenderung berhubungan positif
dengan skor pada tes kreativitas; di mana orang yang memiliki IQ di atas rata-rata cenderun
mencapai skor di atas rata-rata pada tes kreativitas. Tetapi pada tahap inteligensi tertentu (IQ
sekitar 120), terdapat hubungan yang rendah antara skor inteligensi dengan skor kreativitas.
Beberapa individu yang memiliki skor yang sangat tinggi pada tes inteligensi akan
memperoleh skor yang rendah pada tes kreativitas. Sementara individu yang memiliki
inteligensi sedikit di atas rata-rata akan memperoleh skor yang tinggi pada tes kreativitas.

18
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada orang yang memiliki skor IQ tinggi, kreativitas tidak
tergantung pada inteligensi.
Hal ini terkadang membingungkan. Mungkin sama dengan pertanyaanyang muncul, siapa
yang lebih cerdas Mozart atau Einstein, atau Rudi Hadi Suwarno dengan Rudi Hartono.
Sternberg (1986-2000) telahmengemukakan teori triakhis yang menyatakan bahwa
kecerdasan muncul dalam tiga bentuk: analitis, kreatif, dan praktis. Beberapa murid
mungkin cerdas dalam ketiga area tersebut, dan mungkin juga hanya pada satu atau dua area
saja. Tetapi dalam pandangan Sternberg baik anak cerdas pada ketiga area atau hanya pada
satu atau dua area saja, anak tetap dipandang sebagai anak yang cerdas.
Sternberg menyarankan guru untuk mempertimbangkan ketiga jenis inteligensi tersebut
dalam pembelajaran. Artinya diberi kesempatan untuk berpikir analitis, kreatif, dan praktis.
Sayangnya alat untuk tes kecerdasan Sternberg belum ada.
Howard Gardner lahir tanggal 11 Juli 1943 di Amerika. Lulus doktor dalam bidang
psikologi dari Universitas Harvard pada tahun 1971. Dia mulai menggagas teori multiple
intelligences (kecerdasan jamak) dengan menulis buku yang berjudul Frames of Mind pada
tahun 1983. Gardner menyatakan ada delapan kecerdasan manusia yaitu:
1) Kecerdasan verbal ( linguistic )
2) Kecerdasan matematika (logical mathematical )
3) Kecerdasan spasial ( visual)
4) Kecerdasan tubuh-kinestetik ( bodily and kinesthetic)
5) Kecerdasan music (musical)
6) Kecerdasan sosial (intrapersonal )
7) Kecerdasan diri (interpersonal )
8) Kecerdasan alam (naturalistic) (Campbell, 1999)
Kedelapan kecerdasan ini akan membedakan kemampuan anakdalam belajar. Anak-anak
yang memiliki kecerdasan verbal akan sangat pandai belajar menulis dan berbicara. Anak-
anak yang memiliki kecer-dasan matematika akan sangat pandai berhitung. Anak yang
memilikikecerdasan spasial akan sangat pandai berpikir tiga dimensi. Anak yang memiliki
kecerdasan tubuh-kinestetik akan mampu memanipulasiobjek dan cerdas dalam latihan-
latihan fisik. Anak yang memiliki kecerdasanmusik memiliki sensitivitas yang tinggi
terhadap irama, melodi, dansuara. Anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal akan

19
memiliki kemampuan memahami diri sendiri dan menata kehidupannya. Anak yang
memiliki kecerdasan interpersonal akan mampu berinteraksi efektif dengan orang lain. Anak
yang memiliki kecerdasan natural akanmemiliki kemampuan yang baik dalam mengamati
pola-pola alamdan memahami sistem alam serta sistem buatan manusia.
Perbedaan kecerdasan membutuhkan perbedaan stimulasi yang tepat dalam
pembelajaran. Misalnya guru dapat melakukan pembelajaran matematika dengan
menggunakan soal cerita, menghitung luas, menya-nyikan lagu, memahami makna angka,
menghitung jumlah teman, dan menghitung jumlah benda di sekitarnya.
Para ahli di atas berpendapat bahwa kecerdasan tidak dapat dilihatsebagai perilaku
tunggal, tetapi merupakan kombinasi dari berbagaiperilaku dan kemampuan. Di samping itu
kecerdasan merupakan kemampuan yang dipengaruhi berbagai faktor yang bersifat internal
maupun eksternal.
Faktor internal antara lain keturunan, kesehatan, minat, dan bakat. Anak-anak yang
dilahirkan dari ayah-ibu yang cerdas memiliki kemung-kinan besar untuk menjadi cerdas
seperti orang tuanya. Anak-anak yang memiliki bakat dan minat dalam hal tertentu akan
berperilaku lebih cerdas dalam hal tersebut dibandingkan anak lain.
Faktor eskternal yang mempengaruhi kecerdasan antara lain urutan kelahiran anak.
Pengaruh urutan kelahiran pada anak dan jarak waktu kelahiran merupakan kondisi yang
berperan penting pada inteligensi setiap anak, dimana hal itu akan berpengaruh pada skor
IQ. Skor IQ akan mempengaruhi keberhasilan anak dalam pendidikannya, pekerjaan serta
pendapatannya.
Anak pertama itu biasanya lebih cerdas daripada adik-adiknya. Start dan istrinya Ann
dari Universitas Melbourne telah menerbitkan hasil-hasil penelitian mereka dalam suatu
laporan yang berjudul: “Research in education” (Riset dalam pendidikan) yang diterbitkan
oleh penerbitan Universitas Manchester. Mereka telah meneliti dan mengobservasi 155
anak-anak yaitu 76 anak perempuan dan 79 anak laki-laki. Mereka kemudian meminta
kepada beberapa guru untuk membagi anak- anak itu dalam kategori kecerdasan dan
kesanggupan belajar. Dalamlaporan tersebut disimpulkan bahwa berdasarkan pengamatan
para guru, anak-anak pertama mempunyai kesanggupan belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak yang lahir sebagai anak kedua atau ketiga.

20
Menurut Anastasi, fakta bahwa hubungan antara jumlah saudarakandung dengan IQ
merupakan hal yang banyak terjadi pada kelompok-kelompok dengan status sosial ekonomi
rendah. Hal ini sejalan dengan dugaan yang menyatakan bahwa kendala materi dalam
keluarga dengan jumlah anggota besar dalam kelompok-kelompok yang berstatus ekonomi
rendah berpengaruh negatif pada perkembangan intelektual anak.

2.5 konsep diri dan implikasinya dalam pendidikan

Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan
dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Setelah ter-install, konsep diri akan masuk
kepikiran bawah sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada
suatu waktu.
1.   Konsep Diri dan Harga Diri
Konsep diri penting untuk membangun atmosfer belajar yang baik, sebab konsep
adalah bagaimana cara pandang individu dalam menghadapi pembelajaran disekolah.

a. Pengetahuan, dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang
diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberikan gambaran
tentang diri saya.
b. Harapan, dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan dimasa depan. Kita juga
mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri, penghargaan ini merupakan diri-
ideal atau diri yang dicita-citakan.
c. Penilaian, yaitu penilaian kita terhadap diri sendiri. Setiap hari kita berperan sebagai
penilaian tentang diri sendiri.

2.    Konsep Diri dalam Prestasi Belajar


Siswa yang tergolong kelompok prestasi lebih menunjukkan konsep diri yang lebih
positif, dan hubungan yang erat antara konsep diri dan prestasi belajar yang terlihat jelas.
Siswa yang tergolong kelompok prestasi kurang mempunyai konsep diri yang negatif.
                          
Implikasi Perkembangan Konsep Diri terhadap Pendidikan
Peserta didik mengalami masalah disekolah pada umumnya menunjukkan tingkat
konsep diri yang rendah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan disekolah, guru

21
perluu melakukan upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta
didik, yaitu sebagai berikut:

1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru, dukungan ini dapat ditunjukkan
dalam dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa.
2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab, memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk
memberi tanggung jawab kepada siswa.
3. Membuat siswa merasa mampu, menunjukkan sikap dan pandangan yang positif
terhadap kemampuan yang dimiliki siswa.
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis, yakni tujuan yang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis, dengan membandingkan prestasi
siswa pada masa lampau dan prestasi siswa saat in
6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis, memberikan dorongan
kepada siswa agar bangga dengan prestasi yang telah dicapainya.

Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada
individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Nature adalah karakteristik
individu atau sifat khas seseorang sejak lahir atau yang diwarisi sebagai pembawaan.
Sedangkan nuture adalah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak masa
pembuahan sampai selanjutnya.

a. Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal, seperti kemampuan intelektual,


kemampuan berpikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
b. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosio-kultural.
c. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, seperti sikap,
perasaan, minat, dan lain-lain.

2.6 temperamen dan implikasinya dalam pendidikan

22
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan caranya yangkhas dalam menanggapi
atau merespon sesuatu. Temperamen adalahgabungan dari sifat/karakteristik dalam diri
seseorang yang cenderungmenentukan cara ia berpikir, bertindak, dan merasa.
Karakteristik fisik seseorang berkaitan erat dengan temperamennya. Sadar atau
tidak,temperamen berpengaruh kuat dalam tingkah laku individu sehari-hari. Pengenalan
terhadap temperamen seseorang dapat menjadi dasar praduga bagaimana reaksinya bila
dihadapkan pada situasi tertentu.

Santrock (2008:160) dengan mengutip Alexander Chess danStella Thomas menyatakan


ada tiga jenis tempramen pada peserta didik, yaitu:

1. Easy child (anak mudah). Anak tipe ini biasa memiliki perasaan (mood) positif, cepat
membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman atau hal-hal yang
baru.
2. Difficult child (anak sulit). Anak tipe ini cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif,
kurang kontrol diri, dan lamban menyesuaikan dengan pengalaman atau hal-hal yang
baru.
3. Slow-to-warm child (anak lambat bersikap hangat). Anak tipe ini selalu beraktivitas
lamban, cenderung bersikap negatif, lambat dalam beradaptasi, dan intentisitas mood
(perasaan yang dominan) yang rendah.
Capsi dkk sebagaimana dikutip Santrock (2008) mengelompokkan tempramen anak
menjadi dua kelompok:
1. Anak-anak mudah tersinggung dan terganggu diberi label “di luar kendali”. Anak-anak
dengan tipe ini memiliki karakteristik mudah tersinggung, sensitif, emosional, dan
susah berteman.
2. Anak-anak yang ramah diberi label “approach”. Anak-anak dengan tipe memiliki
karakeristik keramahan, ekspresif, dan mudah bergaul.
Meskipun anak-anak berbeda tempramen menurut Santrock(2008: 161) hal perlu
diperhatikan yang pada perbedaan tempramen anak adalah: 1) sikap dan pendekatan positif
pada anak, 2) sikap negatif anak, dan 3) kemampuan kontrol diri pada anak. Oleh sebab itu
pengkajian terakhir tentang perbedaan tempramen anak adalah bagaiman konteks sekolah
dan kelas dapat melunakkan ekspresi tempramen pada anak.

23
2.7 Minat, Bakat, dan Implikasinya Dalam Pendidikan

A. Pengertian Bakat

Pengertian bakat khusus (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang


merupakan potensi (potensial ability) yang masih perlu pengembangan dan pelatihan
lebih lanjut karena sifatnya masih bersifat potensial. Menurut Utami Munandar (1992)
bakat merupakan potensi yang masih memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan
secara serius dan sistematis agar dapat terwujud.
Dengan demikian dapat disarikan bahwa bakat masih merupakan suatu potensi yang
akan muncul setelah memperoleh pengembangan dan latihan. Adapun kemampuan dan
kapasitas ialah suatu tindakan yang dapat dilaksanakan atau akan dapat dilaksanakan.
Manusia  diciptakan memiliki bakat yang memang ada sejak manusia diciptakan,
dengan kata lain yaitu dengan semua potensi atau bakat yang di berikan oleh Allah
S.W.T sejak manusia di ciptakan.
Jadi yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus (Conny
Semiawan, 1987).
Oleh karena itu anak yang memiliki bakat khusus menonjol sering disebut dengan
istilah talented children, sedangkan anak yang memiliki bakat intelektual menonjol
sering disebut dengan istilah gifted children.

B. Jenis-jenis Bakat Khusus

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda sesuai dengan potensi yang ada
pada dirinya. Potensi yang dimiliki individu ada yang bersifat umum dan ada yang
khusus. Intelegensi termasuk kemampuan umum, sedangkan kemampuan khusus
mengacu kepada bakat yang dimiliki individu yang biasanya disebut dengan bakat
khusus. Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan
jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai
kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Individu yang memiliki
24
bakat khusus di bidang matematika misalnya, apabila memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan secara optimal disertai motivasi yang tinggi akan memiliki
kemampuan khusus dan prestasi yang menonjol dalam bidang matematika.
1. Conny Semiawan dan Utami Munandar (1987)
Conny Semiawan dan Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan jenis-jenis
bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi
lima bidang, yaitu:
a. Bakat akademik khusus misalnya bakat untuk bekerja dalam angka-angka
(numeric), logika bahasa, dan sejenisnya.
b. Bakat khusus dalam bidang kreatif-produktif artinya bakat dalam menciptakan
sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan rancangan arsitektur baru,
menciptakan teknologi terbaru dan lainnya.
c. Bakat khusus dalam bidang seni, misalnya mampu mengaransemen music dan
sangat dikagumi, menciptakan lagu hanya dalam waktu 30 menit, mampu
melukis dengan sangat indah dalam waktu singkat dan sejenisnya.
d. Bakat khusus kinestetik atau psikomotorik, misalnya bakat dalam bidang sepak
bola, bulu tangkis, tennis, dan keterampilan teknik.
e. Bakat khusus dalam bidang social misalnya sangat mahir melakukan negoisasi,
mahir berkomunikasi dan sangat mahir dalam kepemimpinan.
2.     Raven (dalam Pali, 1995)
Raven (dalam Pali, 1995) mengelompokkan bakat khusus seseorang sebagai
berikut:
a. Bakat pemahaman verbal
b. Kemampuan numerical
c. Skolastik
d. Bakat kerani (kesekretariatan)
e. Pemahaman mekanik
f. Tilikan (pandangan) ruang atau berpikir 3 dimensi
g. Bakat bahasa.
3. Ny. Moesono (1979)

25
Ditinjau dari cara berfungsinya, Ny. Moesono (1979) mengemukakan bahwa
bakat dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Bakat kemahiran atau kemampuan mengenai bidang pekerjaan yang khusus
seperti bakat musik, bakat menari, olahraga (sepakbola, senam), dan
sebagainya.
2) Bakat khusus tertentu yang diperlukan sebagai perantara untuk merealisir
kemampuan tertentu, misalnya bakat melihat ruang (dimensi) yang diperlukan
untuk merealisir bakat insinyur, bakat berhitung untuk merealisir bakat sebagai
ahli statistik atau akuntansi, bakat verbal untuk merealisir bakat sebagai
wartawan atau penulis novel, bakat bahasa untuk merealisir bakat orator dan
penceramah.

C. Hubungan Antara Bakat Dengan Prestasi

Perwujudan dari bakat dan kemampuan adalah prestasi (Utami munandar) karena
bakat dan kemampuan dapat menentukan prestasi seseorang. Misalnya orang yang
memiliki bakat dalam bidang matematika di predisikan mampu mendapatkan prestasi
yang baik dalam bidang matematika.
Inteligensi yang merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini,
terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang
spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah
yang disebut Bakat. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap
kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes
inteligensi.
Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki
kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi.
Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan
yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat
mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan
sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara. Bakat-bakat tersebut

26
baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi : kemampuan intelektual
umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni,
kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial seperti bakat kepemimpinan.
Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang, namun biasanya seseorang
mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja. Dan tidak pada semua bidang.
Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi tidak dalam bidang seni. Si B
menunjukkan kemampuan memimpin, tetapi prestasi akademiknya tidak terlalu
menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh pendidik. Mereka menganggap bahwa
seseorang telah diidentifikasi sebagai berbakat harus menonjol dalam semua bidang.
Selanjutnya perumusan tersebut menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan
prestasi yang tinggi. Mampu belum tentu terwujud. Contoh, ada anak-anak yang sudah
dapat mewujudkan bakat mereka yang unggul, tetapi ada pula yang belum.
Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam prestasi yang
unggul. Perlu di tekankan bahwa karena bakat masih bersifat potensial, seorang yang
berbakat belum mampu mencapai prestasi yang tinggi dalam bidangnya jika tidak
mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya secara maksimal, makudnya
ialah dapat berupa motivasi yang tinggi, fasilitas yang lengkap dan mendapat arahan yang
tepat, walaupun dia seseorang tidak memiliki latar belakang orang tua yang
berpendidikan tapi memungkinkan jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi dibantu
arahan yang tepat akan menghasilkan bentuk prestasi unggul.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Bakat Khusus

Conny Semiawan (1987) dan Utami Munandar (1992) menegaskan bahwa berbeda
dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu kinerja (performance) yang dapat
dilakukan sekarang. Bakat sebagai potensi masih memerlukan pendidikan dan latihan
agar kinerja (performance) dapat dapat dilakukan pada masa yang akan datang.
Ada sejumlah faktor yang memperngaruhi perkembangan bakat khusus yang secara
garis besar dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri individu, faktor- faktor
internal tersebut ialah:
a. Minat

27
b. Motif berprestasi
c. Keberanian mengambil resiko
d. Keuletan dalam mengahadapi tantangan
e. Kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul
Adapun faktor eksternal ialah factor yang berasal dari lingkungan individu tumbuh
dan berkembang, faktor-faktor eksternal meliputi:
a. Kesempatan maksimal untuk mengembangankan diri
b. Sarana dan prasarana
c. Dukungan dan dorongan dari orang tua dan keluarga
d. Lingkungan tempat tinggal
e. Pola asuh orang tua
Individu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal maupun
eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat
khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang yang tinggi,
dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangakan bakat khususnya tersebut secara
optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi
yang menonjol.

E. Upaya Pengembangan Bakat dan Implikasinya Bagi Pendidikan

Dari sekian banyak pesrta didik, jika dituangkan kedalam kurva normal, kemampuan
individualnya akan membentuk distribusi normal. Artinya, sebagian besar berada pada
kemampuan rata-rata, sebagian kecil berada dibawah rata-rata, dan sebagian kecil lagi
berada diatas rata-rata. Dilihat dari perspektif ini, peserta didik yang memiliki bakat
khusus berada didalam kelompok diatas rata-rata.
Agar dapat mengimplikasikan bakat khusus seseorang atau individu secara optimal,
mereka memerlukan progam pendidikan khusus seseuai dengan bakatnya. Program
pendidikan untuk mengembangkan individu berbakat khusus agar mencapai prestasi
unggul biasanya dikenal dengan istilah pendidkan berdiferensi. Program pendidikan ini
merupakan pelayanan di luar jangkauan program pendidikan biasa agar dapat
merealisasikan bakat dan kemampuannya secara optimal, baik untuk pengembangan diri
maupun untuk memeberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan bangsa dan negara

28
(Cony Semiawan (1987) dan Utami Munandar (1992). Kurikulumya dalam program
pendidikan ini pun di sebut kurikuum berdiferensiasi.
Ada sejumlah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkan bakat
khusus individu, yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak-anak
dan remaja untuk mengembangkan bakat khususnya dengan mengusahakan
dukungan baik psikologis maupun fisik.
b. Berupaya menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi dikalangan
anak dan remaja baik dalam lingkungan keluarga sekolah maupun masyarakat.
c. Meningkatkan daya juang kegigihan pada diri anak dna remaja dalam menghadapai
tantangan dan kesulitan.
d. Mengembangkan program pendidikan berdiferensi disekoah dengan kurikulum
berdiferensiasi pula, guna memberikan pelayanan secara lebih lebih efektif kepada
anak dan remaja yang memilik bakat khusus.
Bila semua aspek diatas dapat terpenuhi maka, pengembangan anak yang
mempunyai bakat khusus akan bisa berkembang secara optimal, dan memberikan prestasi
yang memuaskan terhadap orang tua, lingkungan sosial serta lingkungan pendidikan.

BAB 3 PENUTUP

29
3.1 Kesimpulan
Mengenal anak berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-
macam situasi. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data
dan tingkah laku tentang anak, karena data itu sendiri hanya dapat dipergunakan
dengan baik jika bertalian dengan situasi dan waktu dimana fakta tersebut telah diperoleh.
Perbedaan individual yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran
dikelas adalah faktor-faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima
pengajaran karena perbedaan tersebut akan menentukan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan
individualnya juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidikan tidak semata-mata bertujuan
untuk mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola
kehidupan masyarakat yang bervariasi.

setiap individu yang terlahir di dunia berbeda satu sama lain, tidak ada individu yang
sama persis di dunia baik dalam fisik maupun psikis-nya. Masing-masing individu
memiliki fisik, sifat, perilaku, kebiasaan-kebiasaan yang beragam.
Perbedaan tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas yang mereka
ikuti. Perbedaan individu sudah pasti akan berdampak pada tingkat kecepatan, metode, dan
aktivitas siswa dalam belajar dan mengikuti proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru perlu
memahami dengan baik kondisi dan karakteristik belajar siswanya.
Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Bakat merupakan kemampuan bawaan yang masih perlu pengembangan dan pelatihan
lebih lanjut karena sifatnya masih bersifat potensial.
2. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda sesuai dengan potensi yang ada pada
dirinya.
3. Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam prestasi yang
unggul.
4. Individu memiliki kesempatan maksimal untuk mengembangakan bakat khususnya
tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan
mencapai prestasi yang menonjol.

30
5. Dibutuhkan program pendidikan untuk mengembangkan individu berbakat khusus agar
mencapai prestasi unggul.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca berkenan
menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini, serta memberikan
saran dan masukan atas kekurangan tersebut. Kritik dan saran yang pembaca ajukan akan
kami jadikan sebagai bahan perbaikan untuk penyusunan makalah yang selanjutnya, agar
tidak terjadi kesalahan yang sama.

31
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, dkk, 1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.


Djamarah, Syaiful Bahri, 2000, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif , Jakarta: Rineka
Cipta.
Hosnan, M. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor: Ghalia Indonesia

Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.


Hamalik, Umar, 2009, Psikologi Belajar dan mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2003
Wijaya, Cece. Pendidikan Remidial, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya , 1995
Harlock, E.B. Psikologi perkembangan (Edisi Lima). Jakarta: PT. Erlangga
Hartinah, Siti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
http://amirsyaifudin618.blogspot.com/2016/04/realitas-perbedaan-individu- dan.html diakses 01
Oktober 2020
http://kanjengsyaifulrahma.blogspot.com/2010/07/model-perbedaan-pembelajaran-accelerated-
learning_27.html diakses 01 oktober 2020

Landgren S. & Olsson KA. 1980. “Oral Mechanoreceptor”, dalam S. Grillner B.


Lindblom, J.F. Lubker & A. Persson (eds.), Speech Motor Control, Oxford: Pergamon
Press,.
Muhammad. A., Asori. 2009. Psikologi Remaja (Perkembagan Peserta Didik). Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Mulyasa, E. ,2005, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Syafruddin, 2005, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching.
Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

32
Soemanto, Westy, 2006, Psikologi pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta.

33

Anda mungkin juga menyukai