Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Perbedaan Individu Dalam Belajar”

Dosen Pembina:

Prof. Dr. Firman, M.S, Kons

Nilam Zola,S.Pd, M.Pd

Oleh kelompok 13:

Putri Vanisha

23075199

DEPARTEMEN PENDIDIKANKESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan
rahmat dan karunianya berupa nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Yakni
tentang Perbedaan Individu Dalam Belajar. Sholawat berangkaikan salam tidak
lupa kami kirimkan kepada junjungan alam, yakni Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman berilmu
pengetahuan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Firman, M.S, Kons dan
Nilam Zola,S.Pd, M.Pd Selaku dosen pengajar yang memberikan dorongan,
masukan kepada kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan. Maka kami berharap adanya
masukkan dari berbagai pihak untuk perbaikkan dimasa yang akan datang.

Akhir kata, besar harapan kami agar teman-teman berkenan memberikan


umpan balik berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat serta wawasan bagi kita semua dan dipergunakan
dengan semestinya.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 2

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN.................................................................................................... 3

A. Pengertian Perbedaan Individu........................................................................ 3

B. Gaya Belajar .....................................................................................................5

C. Siswa Beresiko .......................................................................………..…........7

D. Anak Berkebutuhan Khusus....................................................................…...10

E. Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Keberagaman Peserta


Didik………………………………............................................................…11

BAB III................................................................................................................. 13

PENUTUP............................................................................................................ 13

A. Kesimpulan.................................................................................................... 13

B. Saran............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan secara
umum disebabkan oleh dua faktor, yakni factor bawaan dan faktor lingkungan.
Faktor bawaan merupakan factor biologis yang diturunkan melalui pewaris
genetic oleh orang tua. Factor lingkungan yang menyebabkan terjadinya
perbedaan individual diantaranya sstatus social ekonomi orangtua, budaya, dan
urutan kelahiran. Perbedaan-perbedaan yang tampak diantaranya adalah
perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan, perbedaan
kepribadian, serta perbedaan gaya belajar, perbedaan tersebut sedikit banyak
berpengaruh terhadap proses-proses pembelajaran. Perbedaan individu diantara
anak didik merupakan hal yang tidak mungkin dihindari, karena hamper tidak ada
kesamaan yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Sejauh mana
individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-
kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut. Setiap orang, apakah ia
seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada didalam suatu kelompok
atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukan kedudukan seseorang
sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang
berkaitan dengan orang perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda
dengan yang yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan
individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individu” menurut landgren
(1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun
psikologis. Dilingkungan pendidikan, ditemukan perbedaan individual anak didik
cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri kepribadian anak didik sebagai
individu. Suharsimi arikunto (1986) melihat kepribadian anak didik itu mencakup
aspek jasmani,agama, intelektual, social,etika, dan estetika.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang muncul sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan perbedaan belajar?
2. Apa saja Jenis-jenis gaya belajar?
3. Bagaimana karakteristik/tipe belajar siswa ?
4. Bagaimana implementasi dan perbedaan individu?

C. Tujuan
Adapun tujuan makalahini dibuat adalah agar pembaca sekalian
memahami Perbedaan Individu dalam Belajar sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan pembaca terkhusus pada mata kuliah Psikologi
Pendidikan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbedaan Individu

Perbedaan individu berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang


menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai
persamaanya. Psikologi perbedaan individu menguji dan menjelaskan
bagaimana setiap orang berbeda dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak.
Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual”
menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi dari segi fisik dan
psikologis. Perbedaan individu menurut Chaplin (1995:244) adalah “sebarang
sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu
individu dengan individu lainnya. Sedangkan menurut Gerry (1963) ddalam
buku perkembangan peserta didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono
mengkategorikan perbedaan individual seperti berikut:

1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,


penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan
suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar(skema).
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah dalam mencapai
pengetahuan baru.

Bermacam-macam aspek perbedaan individu, ada dua fakta yang di kenal


dan menonjol, yaitu: dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan
garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang
baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam
faktor lingkungan di sekitarnya yang merangsang pertumbuhan dan
perkembangannya. Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di
6
dalam pola perkembangannya. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa
yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu
mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara
keseluruhan lebih banyak besifat kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana
individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan individu yang
bersangkutan. Individu menunjukkan kedudukan eseorang sebagai orang
perorangan maupun perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual
perseorangan. Ciri serta sifat atau karakteristik setiap individu tidaklah sama.
Perbedaan tersebut di sebut perbedaan individu dan perbedaan individual.

Alfred Adler berpendapat bahwa manusia adalah mahluk sosial yang


bertanggung jawab. Ia percaya manusia sejak lahir dikarunia dengan kesadaran
bersosial dan hanya keterpaksaan (kompensasi) yang membuatnya bertanggung
jawab kepada manusia lain untuk dapat mencapai sebuah kesejahteraan yang
baikbagi dirinya dan orang lain. Pada akhirnya Adler meyakinkan bahwa
manusia adalah mahluk yang menyimpan interest sosial yangsangat
dalam.Teori psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak
berupaya menyadarkan manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang
berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam, sehingga itu pulalah ia dapat
“survive” dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki kekuatan dalam
hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari
perilaku yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran
dari diri manusia tersebut. hal ini sangat menarik karena merupakan
pandangan yang kami kira sangat positif dan futureristik, dan hal ini
tentunya dapat membangkitkan semangat dan gaya hidup manusia
dalammelakukan aktivitas.

7
B. Gaya Belajar
a. Pengertian
Gaya belajar adalah segala faktor yang mempermudah dan mendorong
siswa/mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang telah ditentukan
(Kosasih A Jahiri, 1978,h.7). Gaya belajar adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-
situasi antar pribadi. Ketika menyadari bahwa bagaimana seseorang
menyerap dan mengolah informasi, belajar dan berkomunikasi menjadi
sesuatu yang mudah dan menyenangkan(Nunan, 1991: 168). Setiap anak
atau peserta didik memiliki cara belajar sendiri yang di pandang efektif
dalam belajar. Cara belajar atau kesenangan belajar yang sering juga
disebut gaya belajar (learning style) diartikan sebagai karakteristik dan
preferensi atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan infomasi,
menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi
tersebut. Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama Gaya belajar
visual: yaitu gaya belajar yang lebih banya menggunakan alat indra
penglihatan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik
anak yang memiliki gaya belajar visual ialah mudah memperoleh
pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, dan
menyukai metode demonstrasi serta kurang menyukai metode ceramah.
Kedua Gaya belajar auditorial: yaitu gaya belajar yang lebih banyak
menggunakan indra pendengaran untuk memperoleh pengetahuan.
Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar auditorial ialah mudah
memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis
tetapi mudah bercerita, senang bersuara keras ketika sedang membaca,
lebih suka gurauan dari pada membaca buku, dan menyukai metode
ceramah. Ketiga Gaya belajar kinestetik: yaitu gaya belajar yang lebih
menekan geralk atau praktek langsung atas apa yang sedang dipelajarinya.
Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka
mengerjakan sendiri atau praktek langsung, banyak bererak, ketika
membaca menggunakan jari sebagai penunjuk, menyukai permainan yang

8
menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu. Dengan adanya tiga
gaya tersebut, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar peserta didiknya,
sehingga dapat memberikan layanan kepada peserta didiknya sesuai
dengan gaya belajar masing-masing peserta didik. Dengan demikian
masing-masing peserta didik dapat belajar dengan optimal.

b. Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir


Dua dikotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam wacana
tentang pembelajaran siswa adalah gaya impulsif/reflektif dan
mendalam/dangkal. Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo
konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif atau
menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan
akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Murid yang impulsif seringkali
lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif.
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin
melakukan tugas berikut :
1) Mengingat informasi yang terstruktur
2) Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks
3) Memecahkan problem dan membuat keputusan

Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih


mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada
informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi.
Gaya mendalam/dangkal. Maksudnya adalah sejauh mana murid
mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk
memahami makan materi tersebut (gaya mendalam), atau sekedar mencari
apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang belajar
menggunakan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka
pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung
belajar secara pasif, seringkali hanya mengingat informasi. Pelajar
mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-
apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat.
9
Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam
aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar mendalam lebih mungkin
memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal (surface
learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada penghargaan dari
luar, serta pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, &Jackson,
1996).

C. Siswa Beresiko
1. Tipe kepribadian

Kata kepribadian berasal dari bahasa inggris yaitu personality diambil


dari bahasa Yunani yaitu proposan atau persona yang berarti topeng yang biasa
dipakai dalam teather. Para pelaku theater bertingkah laku seperti topeng yang
dipakainya, seolah topeng itu mewakili cirri kepribadiaannya. Jadi konsep awal
pengertian kepribadian adalah tingkah laku yang ditampakkan di lingkungan
sosial kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh
lingkungan (Suryabrata, 1998:28).

Santrock (2010:158) menyatakan, kepribadian atau personalitas adalah


pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu yang menjadi cirri dari seseorang
dalam menghadapi dunianya. Alfiani (dalam blogspot) mengutip pendapat
Atkinson yang menyatakan kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berpikir
yang khas yang menentukan penyesuaian diri seorang terhadap lingkungan.
Kepribadian seseorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big five
dan model brigg-myers.
a. Model Big Five
Merupakan model yang diajukan oleh Lewis Goldberg. Yang terdiri dari
model kepribadian lima dimensi.
a) Extrovesion
Orang tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh
energi, serta mengalami emosi positive.

10
b) Agreeableness
Merupakan individu yang penuh perhatian, bersahabat, dermawan,
suka menolong, dan mau menyesuaikan keinginannya dengan orang
lain.
c) Conscientiousness
Individu ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan
tingkat tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih.

d) Neoriticism (stabilitas emosional)


Individu yang Neoriticism tinggi memiliki reaksi emosi negatif,
sedangkan orang yang Neoriticism rendah cenderung tidak mudah
terganggu, kurang reaktif secara emosi, tenang, serta bebas dari emosi
negative yang menetap.
e) Openness to ekperience
Individu ini cenderung terbuka secara intelektual, selalu ingin tahu,
memiliki apresiasi terhadap seni serta sensitive terhadap kecantikan.

b. Model Brigg-Myers
Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. model ini
meliputi empat dimensi yaitu:
a) Extraversion (E) versus Introversion (I)
Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan
abstraksi. Mereka selalu ingin memahami dunia dan meupakan
pemikir reflektif serta konsentrator. Sementara orang yang extrovert,
menemukan energy pada orang dan benda benda. Mereka memilih
berinteraksi dengan orang lain dan berorientasi pada tindakan.

b) Sensing (S) versus Intution (N)


Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta dan
mempercayainya. Orang-orang yang intuitif mencari pola dan

11
hbungan diantara fakta-fakta yang diperoleh.
c) Thingking (T) vercus Feeling (F)
Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat
keputusan dengan mempertimbangkan criteria objektif dan logika dari
situasi. Individu yang Feeling menghargai harmoni, mereka
memusatkan pada nilai-nilaidan kebutuhan-kebtuham kemanusiaan
pada saat membuat keputusan atau penilaian.
d) Judging (J) dan Perceptive (P)
Orang yang judging cenderung tegas, penuh rencana, mengatur diri.
Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui
esensi, dan bertindak cepat. Orang-orang perceptive selalu ingin tahu,
dapat menyesuaikan diri, dan spontan.

2. latar Belakang sosial ekonomi


Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya.
Meskipun tidak mutlak tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap
orang tua terhadap pendidikan anak serta tingkat aspirasinya terhadap
pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan dan penghasilan orang
tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan membawa implikasi pada
berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak
terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak dan mungkin
waktu disediakan untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga perbedaan
status ekonomi dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan
pola gizi yang diterapkan dalam keluarga.
Status sosio-ekonomi yang didasarkan pada penghasilan perkerjaan,
pendidikan dan gengsi sosial sangat mempengaruhi sikap pelajar terhadap
sekolah, pngetahuan, kesiapan beajar dan pencapaian akademis. Siswa yang
berasal dari keluarga yang berpendidikan rendah mengalami tekanan yang
mempunyai andil bagi praktik pengasuhan anak, pola komunikasi dan

12
harapan yang rendah yang mungkin akan kurang menguntungkan anak-anak
ketika mereka memasuko sekolah.
D. Anak Berkebutuhan Khusus

Sesuai dengan arti kata ‘exceptional’, anak luar biasa diartikan sebagai
individu-individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu
lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih
khusus, anak luar biasa menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan
emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya, atau
berada di luar standar norma-norma yang berlaku di masyarakat itu
menyimpang ‘ke atas’ maupun ‘ke bawah’ baik dari segi fisik, intelektual
maupun emosional sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik
dari segi sosial, personal maupun aktivitas pendidikan. (Tahlib, 2010:245).

Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan


keluarbiasaan, yaitu: disabled, impaired, disordered, handicap, atau
exsepsionalitas. Disabled secara umum merujuk pada pribadi yang mengalami
gangguan fungsional sebagai akibat dari deviasi fisik, problem belajar yang
serius, atau penyesuaian sosial. Disabled pada umumnya digunakan untuk
menggambarkan deviasi fisik, seperti cacat anggota badanm kerusakan otak,
kelumpuhan, dan cacat fisik lainnya. Impaired biasanya digunakan untuk
menggambarkan deviasi yang berhubungan dengan pancaindra, misalnya
gangguan pendengaran atau penglihatan. Disordered, juga sering digunakan
untuk merujuk pada problem belajar atau perilaku sosial. Handicap, mengacu
pada kesulitan merespons atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
disebabkan oleh deviasi fisik, intelektual dan emosional. Namun, istilah
exceptional tampaknya mengandung pengertian yang lebih luas ketimbang
istilah-istlah lainnya, di mana istilah exceptional itu mencakup juga anak yang
gifted (cerdas) dan talented (berbakat).

13
E. Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Keberagaman Peserta Didik

Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani


perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa sehingga dengan
penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan
individual ini adanya perlakuan terhadap perbedaan individual masing-masing
siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun
kebutuhan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan
menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebagai makhluk sosial
anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik
dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk
membantu siswa belajar. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan
yang terbuka antar guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan
perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara
guru dengan siswa dalam belajar.
Untuk mencapai hal ini Djamarah (2005:165) menjelaskan guru harus
melakukan hal berikut ini:
1. Mendengarkan secara empati dan menanggapi secara positif pikiran anak
didik dan membuat hubungan saling percaya.
2. Membantu anak didik dengan pendekatan verbal dan nonverbal.
3. Membantu anak didik tampa harus mendominasi/mengambil alih tugas
4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima
perbedaannya dengan penuh perhatian.
5. Menangani anak didik dengan member rasa aman, penuh pengertian,
bantuan dan mungkin member beberapa alternative pemecahan.
Berikut ini beberapa cara pendekatan pembelajaran sesuai dengan gaya
belajar individu (Hamalik, 2008:187).

14
a. Gaya Visual
1) Gunakan materi visual seperti gambar-gambar, diagram dan peta
2) Gunakan warna untuk memperjelas hal-hal penting
3) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi
4) Gunakan multimedia
5) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam
gambar.
b. Gaya Auditori
1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi
2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3) Gunakan musik
4) Diskusikan ide dengan anak secara verbal
5) Biarkan anak merekam materi
c. Gaya Kinestik
1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
2) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
3) Izinkan anak untuk mengunyah permenkaret pada saat belajar
4) Gunakan warna terang untuk memperjelas hal-hal penting dalam
bacaan
5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai
sudut pandang. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang,
perseorangan dan oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal
yang berkaitan dengan psikolgi pribadi yang menjelaskan perbedaan psikologis
antara orang-orang serta berbagai persamaanya. Sumber perbedaan individu
disebabkan faktor bawaan dan faktor lingkungan. Terdapat beberapa macam
bidang perbedaan individu yaitu perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan
berbahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan
bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan jenis kelamin, perbedaan
kepribadian, dan perbedaan gaya belajar. Perbedaan individu dapat
diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu menggunakan pelayanan pendidikan
sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa.
Menggunakan pendekatan pembelajaran ekletik dan fleksible, menggunakan
kombinasi cooperative learning, menggunakan alat-alat multi sensori untuk
mempraktekan dan memperoleh informasi.

B. Saran

Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan kami agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan khalayak yang membacanya. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi

Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Makmun, Abin Syamsuddin.1999.Psikologi Kependidikan.Bandung:Remaja

Rosdakarya.

Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan

Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.

Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris

Aplikatif. Jakarta:Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai