PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan baik dari sifat, karakter,
kecerdasan, maupun lainnya. Tidak ada dua individu yang sama persis, tiap individu
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan pada individu merupakan suatu
karunia dari Allah SWT yang karena perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter
dan kecerdasan luar biasa pada setiap individu. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik,
guru diharapkan mampu untuk mengenali dan memahami perbedaan pada setiap siswa
didiknya agar tahu bagaimana cara untuk menangani setiap perbedaan tersebut ke arah
yang baik. Perbedaan individu penting untuk dipahami karena karakteristik individu yang
berbeda seringkali menimbulkan permasalahan.
Oleh karena itu, sebagai calon seorang pendidik hendaknya mampu memahami
setiap karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa didiknya.
Dengan memahami dan mengetahuinya, pendidik akan tahu bagaimana caranya untuk
mengatasi dengan cara-cara yang yang menghibur tetapi mendidik bagi anak usia dini dan
mudah dipahami oleh mereka. Melalui pembahasan ini di harapkan dapat memberikan
pengetahuan tentang perbedaan individu dan aplikasinya.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INDIVIDU
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang
majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan
kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia
keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki
peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya
sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu
dengan individu lainnya. Sedangkan menurut Gerry (1963) dalam buku perkembangan
peserta didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengkategorikan perbedaan individual
seperti berikut:
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasilpengamatan
atau penyerapan atas suatu obyek yang berarti ia menguasai segala segala sesuatu yang di
ketahui. Dalam arti dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan
secara sistematik untuk menjadi miliknya.
Gaya berpikir sekuensial konkret merupakan gaya berpikir dimana sipemikir berpegang
pada kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi si
pemilik gaya berpikir SK ini realitas terdiri dari apa yang mereka ketahui yang diperoleh
melalui indra fisik mereka. Yang meliputi indra penglihatan, indra pendengaran, indra peraba,
indra penciuman dan indra perasa mereka. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas
dengan mudah dan mengingat fakta – fakta, informasi, rumus – rumus, dan juga aturan – aturan
khusus dengan mudah
b) Gaya Berpikir Acak Konkret ( AK )
Gaya berpikir acak konkret ini memiliki sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku
yang kurang terstuktur. Sepeti hal nya pada gaya berpikir sekuensial konkret, mereka
berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba salah
(trial and error). Oleh karena itu, mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan
Gaya berpikir acak abstrak ( AA ) merupakan cara berpikir yang tertarik pada nuansa dan
sebagian lagi cenderung kepada mistisime. Adapun gaya berpikir AA ini menyerap ide – ide
atau informasi serta kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Namun kadang – kadang hal ini
memakan waktu yang lama sehingga orang lain tidak menyangka bahwa orang gaya berpikir
AA ini mempunyai reaksi ataupun pendapat terhadap Sesutu yangsedang diperbincangkan. Si
pemikir AA ini mengingat dengan baik jika informasi dipersonifikasikan. Perasaannya juga
dapat meningkatkan atau memengaruhi gaya belajar mereka.
d) Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ( SA )
Gaya berpikir sekuensial abstrak atau SA ini merupakan gaya berpikir yang bersifat duniateori
metafisis dan dunia abstrak. Gaya berpikir SA ini cenderung lebih suka berpikir secara konsep
dan menganalisis informasi. Si pemikir SA ini sangat menghargai orang – orang serta peristiwa
– peristiwa yang teratur dan rapi. Sangatlah mungkin bagi mereka untuk meneropong hal – hal
yang bersifat sangat penting, seperti pada titik – titik kunci dan detail –detail yang sangat
penting. Adapun proses dan cara berpikir si pemikir SA ini sangatlah logis, rasional dan
intelektual. Dan bisanya proses atau cara berpikir mereka sering kali diatas cara berpikir ornag
yang lainnya.
4. Memiliki ingatan yang kuat tentang bentuk, warna, dan pemahaman artistik.
1. Ketika menghafal yaitu dengan cara berjalan atau membuat gerakan- gerakan.
3. Anak yang aktif dan banyak bergerak, memiliki perkembangan otak yang baik.
6 | MAKALAH PERBEDAAN INDIVIDUAL
4. Menggunakan objek nyata sebagai alat bantu.
Orang atau anak dengan gaya belajar kinestetik ini cenderung tidak bisa diam.
Cenderung bosan dengan gaya pembelajaran konvensional yang hanya duduk diam
mendengar. Lebih cocok dengan pembelajaran yang melibatkan kerjasama tim, partisipasi aktif
siswa, dan kegiatan aktif lainnya. Metode belajar yang bisa diterapkan yaitu dengan
menggerakkan jari, mengunyah permen karet, mengeksplorasi lingkungan dengan berjalan
jalan, dan lainnya. Pada anak, metode pembelajaran untuk anak dengan gaya belajar kinestetik
ini bisa dengan membuat permainan peran, drama, praktik skill, menari, memainkan alat
musik, dan lainnya.
4. Gaya Belajar Global
Anak dengan gaya belajar global memiliki kemampuan memahami sesuatu secara
menyeluruh. Pemahaman yang dimiliki berisi gambaran yang besar dan juga hubungan antara
satu objek dengan yang lainnya. Anak dengan gaya belajar global juga mampu mengartikan
hal hal yang tersirat dengan bahasanya sendiri secara jelas.
Ciri ciri gaya belajar global:
Anak dengan gaya belajar global biasanya kurang rapi, meskipun sebenarnya menyukai
kerapian. Dalam melakukan suatu hal, seringkali berserakan dan barang- barangnya tidak rapi.
Untung mengatasi hal ini maka akan membuat suatu sistem penataan dengan mengkategorikan
barang- barang sesuai tipenya. Anak dengan tipe global ini tidak bisa hanya memikirkan satu
hal namun memikirkan bnayak hal sekaligus. Meskipun satu tugas belum selesai, dia juga akan
mengerjakan tugas berikutnya. Anak dengan gaya belajar global peka terhadap sekitarnya
termasuk perasaan orang lain dan merasa senang untuk bekerja keras membuat orang lain
senang. Cenderung memerlukan banyak dorongan semangat pada saat akan memulai
melakukan sesuatu.
5. Gaya Belajar Analitik
Anak dengan gaya belajar analitik memikili kemampuan dalam memandang sesuatu
cenderung ditelaah terlebih dahulu secara terperinci, spesifik, dan teratur. Mengerjakan suatu
hal secara bertahap dan urut.
A. KESIMPULAN
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut
pandang. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan dan
oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang berkaitan dengan psikologi
pribadi yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai
persamaanya. Sumber perbedaan individu disebabkan faktor bawaan dan faktor
lingkunganm,
. Terdapat beberapa macam bidang perbedaan individu yaitu perbedaan kognitif, perbedaan
kecakapan berbahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan
bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan jenis kelamin, perbedaan kepribadian, dan
perbedaan gaya belajar. Perbedaan individu dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu
menggunakan pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa
yang dimiliki oleh siswa. Siswa menggunakan pendekatan pembelajaran ekletik dan
fleksible, menggunakan kombinasi cooperative learning, menggunakan alat-alat multi
sensori untuk mempraktekan dan memperoleh informasi.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat, dengan adanya makalah ini sebagai pembaca
semoga lebih mengetahui dan mendapat informasi mengenai perbedaan individu, selain itu
sebagai seorang pendidik haruslah memahami bahwa masing-masing individu memiliki
perbedaan, maka dalam mengajar sebaiknya menerapkan teknik yang sesuai dengan
kemampuan individu tersebut untuk menunjang kualitas pembelajarannya.
Santrock, John W. 2014. Psikologi pendidikan edisi kelima buku 1. Jakarta: Salemba
Humanika.
Santrock, John W. 2015. Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Prenada Media Grup.