Anda di halaman 1dari 11

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pendidikan
Lingkungan Sosial dan Budaya” yang diampu oleh
Rif’atun, M.Pd

Disusun Oleh :
Andini Nuraeni Aspia
Indri Nurul Fadillah
Melza Triana Restu

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MANGGALA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manusia Sebagai Makhluk Individu”.
Makalah Manusia Sebagai Makhluk Individu disusun guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh Ibu Rif’atun, M.Pd pada mata kuliah Pendidikan Lingkungan
Sosial dan Budaya di kampus STAI Manggala.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Rif’atun,
M.Pd, selaku dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial dan Budaya. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Pacet, 05 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. ii

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3

A. Manusia Sebagai Makhluk Individu ......................................................................3

B. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial..............................4

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................7

A. Kesimpulan ...........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik,
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia
ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri
atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing.
Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk
menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin
menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan
keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah
bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi
secara alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan
bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia
yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan
bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan
antara yang satu dengan lainnya. Dari kedua hal diatas,
manusiasebagaimakhlukindividudanmakhluksosial memiliki fungsi
masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai
makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial
yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan
kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-
masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus
mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.Untukitu,perlukirany
penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat menginspirasi pembaca.

1
2

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
rumusan masalahsebagai berikut.
1. Apa Yang Dimaksud Manusia Sebagai Makhluk Individu?
2. Bagaimana Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu?

B. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu
2. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam
bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan.Individualitas manusia tampak pada keinginan
untuk selalu tumbuh berkembang sebagai sosok pribadi yang khas atau
berbeda dengan lain.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan
sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak
disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-
masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan
antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa
individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak
lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang
dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.
Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu

3
4

melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota


keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip)
yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan di
bebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup
dengan sesama manusia. Seringkali pula terdapat konflik dalam diri
individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan
peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat
yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai
bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam
menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai
warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti
sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya
atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari
lingkungannya telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses
dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat
oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.

B. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial


1. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu
organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang
dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap
segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara
realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian,
5

perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran


akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku
yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa
dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat
digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut,
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam
dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-
potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap
yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk
menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin
berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang
untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara
optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang
akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan,
manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada
pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan
ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam
kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia itu sendiri.
2. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian.
Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini
merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan
dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu
hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan
warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu
6

mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif


maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela
mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman
modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak
mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja,
manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan
kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain
pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri
pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan
bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang
khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik
merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia.
Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan
menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas
dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi
bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa
disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan
jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan
rohani.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai
individu, ia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorongnya
berbuat dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya,
orang dapat mengetahui pribadi seseorang. Sebagai makhluk idividu,
manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang
menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa
kesenangan dan kebahagiaan kepada dirinya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak
milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan
dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya,
orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan
menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini
mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain.
Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga
sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan
manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama
manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya
manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul
dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia
dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak
lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk
kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi
kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-ketahanan-
budaya-bangsa-2/
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-
pembelajaran-sejarah-dan/
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-
kebudayaan-daerah/
https://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html
Ahmadi, A. 1991. Ilmu Sosial Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Bouman. 1976. SOSIOLOGI (Pengertian-Pengertian Dan Masalah-Masalah). Jakarta :
Yayasan Kanisius
Daldjoeni, N. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Mahasiswa IKIP
(FKIP) dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung : PT. Alumni
Darmayah.dkk.1986. Ilmu Sosial Dasar (Kumpulan Essei). Surabaya : Usaha Offset
Priting.
Diknas .2003. Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta :
Diknas
Ahmadi, A. 1991. Ilmu Sosial Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Bouman. 1976. SOSIOLOGI (Pengertian-Pengertian Dan Masalah-Masalah). Jakarta :
Yayasan Kanisius
Daldjoeni, N. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Mahasiswa IKIP
(FKIP) dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung : PT. Alumni
Darmayah.dkk.1986. Ilmu Sosial Dasar (Kumpulan Essei). Surabaya : Usaha Offset
Priting.

Anda mungkin juga menyukai