Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL”

Disusun Oleh

Nama : NISRINA

NPM : 1802090093

Kelas : A 7 Malam

TAHUN AJARAN 2020/2021

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, November 2021


DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................i

Daftar isi..........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan...........................................................................................1

1. Latar belakang.......................................................................................2

2. Rumusan Masalah ................................................................................2

3. Tujuan....................................................................................................2

Bab II Landasan Teori.....................................................................................

Bab III Pembahasan.........................................................................................

A. Manusia sebagai makhluk individu.......................................................

B. Manusia sebagai makhluk sosial...........................................................

C. Interaksi social dan sosialisasi...............................................................

D. Sosialisasi..............................................................................................

E. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial ............

F. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial.................................

Bab IV Penutup...............................................................................................

1. Kesimpulan............................................................................................

Daftar Pustaka.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
    
A. Latar Belakang Masalah
                    Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara
yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya
masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-
potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan
berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin
menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.

       Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam
mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya,
tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya,
tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan
bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu
dengan lainnya.

              Dari kedua hal diatas, manusiasebagaimakhlukindividudanmakhluksosial memiliki


fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk
individu  manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat
dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat,
manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya
masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus
mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.Untukitu,perlukirany penulis menulis
sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.
B. Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2. Bagaimana interaksi sosial dan sosial dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial;
2. Interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial;
3. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Manusia
Pengertian Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain,
oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksidengan manusia yang lain.

Seorang Antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat


adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat terus menerus, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pandangan
yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat tersebut menegaskan bahwa di dalam masyarakat
terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi secara terus menerus sesuai dengan
sistem nilai dan sistem norma yang di anutnya. Interaksi antar komponen tersebut dapat
terjadi antara individu dengna individu, antara lain individu dengan kelompok, maupun
antara kelompok dengan kelompok..

a. Pengertian Manusia Menurut Para Ahli


Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:

1. Menurut NICOLAUS D. & A. SUDIARJA bahwa:


“Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan
rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang”
2. Menurut ABINENO J. I bahwa:
“Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus dalam tubuh yang fana"”
3. Menurut UPANISADS:
“Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
atau badan fisik”
4. Menurut SOKRATES bahwa:
“Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar
dan lebar”
5. Menurut PAULA J. C & JANET W. K:
“Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan”
BAB III
PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan.Individualitas manusia tampak pada keinginan untuk selalu tumbuh
berkembang sebagai sosok pribadi yang khas atau berbeda dengan lain. Manusia secara
perseorangan.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi
maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat
yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.
Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
(genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan di bebankan berbagai
peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia. Seringkali
pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan
dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang
namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku
sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai
individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti
sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata
lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang


sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi
pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat
oleh kelompok sekitarnya.

B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Dimulai sejak lahir .Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang
serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya,
manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh
potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu :
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah
dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal
yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang
lain kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang
lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

C. Interaksi Sosial dan Sosialisasi


1) Interaksi Sosial
a. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih
dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang
dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial
adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti
salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau
sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.

Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh
mempengaruhi dala pikiran dan tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial
antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu
mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak      atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti
juga pada proses identifikasi.
2) Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk
keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang
kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai
pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka
ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
1) Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.
2) Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan
pertentangan pertikain. Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
a. Bentuk Interaksi Asosiatif
i. Kerja sama (cooperation).
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya
dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk
kerja sama, yaitu:

 Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara


dua organisasi atau lebih  Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu
carta untuk menghindari terjadinya goncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
 Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan
yang sama.
 Akomodasi (accomodation)

Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya :

 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena


adanya paksaan.
 Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-
masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
 Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang
berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
 Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial
dalam persoalan yang ada.
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih,
bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang
berkepentinganmempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam
melakukan pertentangan.
 Toleransi
 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
 Displesment, mengakhiri pertentangan dengan mengalihkan perhatian
 Konversi

ii. Asimiliasi , proses social untuk mengurangi perbedaan yang ada.


Akulturasi, proses social terjadi kerjasama sehingga menimbulkan sebuah
kebudayaan yang sama.
3) Bentuk Interaksi Disosiatif.
 Persaingan (competition).
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan
cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan kekerasan.
 Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan
pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang,
perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian
orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau
pertikaian. Contohnya : tidak pecaya, saling memfitnah, terror,
4) Pertentangan (conflict).
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang
berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau
kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi,
pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentangan politik.

D. Sosialisasi.
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).

Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead.
Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead
menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota
masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap
generalized other.

Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus
tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia
berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil
peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran
generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena
telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia
berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui
interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini
oleh Cooley diberi nama looking-glass self.

Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap
berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.

Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208)
mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan
sistem pendidikan.
1) Bentuk dan Pola Sosialisasi
 Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia.
Dalam kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi
seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau
pendidikan berkesinambungan.
 Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang
menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yabg
merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan
anak menjadi pusat sosialisasi.

2) Masyarakat dan Komunitas


Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar
hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-
unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki
sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki
bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.

3) Masyarakat Setempat (community)


Masyarakat setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal
disatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang
menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya,
dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.

4) Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota


Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang
berbeda, khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah
perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan
pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain
kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.

5) Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk
mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda,
yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural.

Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak).
Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme
sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan
menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan
budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan
kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya
itu mereka adalah sama diruang publik.

Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan


Kehidupan Global Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai
kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor
utama yang secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan
kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial,
dan intervensi asing. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi
munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa
sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan
dalam keragaman yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan
keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam
kebudayaan yang beraneka ragam.

E. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial


1. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi
atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran
pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut
meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat
kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan
potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.

Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan
merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens
memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan
akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya
seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna.

Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang


memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya
pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan
keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada
pada dirinya secara optimal.

Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan


berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat
menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan
pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan
menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia itu sendiri.
F. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi
dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus
watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap
pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka
ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi
badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan
kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional
lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan
dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia
hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu, ia
mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dari apa
yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya, orang dapat mengetahui pribadi seseorang.
Sebagai makhluk idividu, manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari
segala yang menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan
kebahagiaan kepada dirinya.

Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu
benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh
diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas
haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya
untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu
semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan
sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama
manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup
menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya
dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini
ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk
kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan
jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih
sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting
artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia, sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun yang dapat
mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam
hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-ketahanan-budaya-
bangsa-2/
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-pembelajaran-
sejarah-dan/
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-
daerah/
https://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html
Ahmadi, A. 1991. Ilmu Sosial Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Bouman. 1976. SOSIOLOGI (Pengertian-Pengertian Dan Masalah-Masalah). Jakarta :
Yayasan Kanisius
Daldjoeni, N. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Mahasiswa IKIP (FKIP)
dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung : PT. Alumni
Darmayah.dkk.1986. Ilmu Sosial Dasar (Kumpulan Essei). Surabaya : Usaha Offset Priting.
Diknas .2003. Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat
Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta : Diknas
Ahmadi, A. 1991. Ilmu Sosial Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Bouman. 1976. SOSIOLOGI (Pengertian-Pengertian Dan Masalah-Masalah). Jakarta :
Yayasan Kanisius
Daldjoeni, N. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Mahasiswa IKIP (FKIP)
dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung : PT. Alumni
Darmayah.dkk.1986. Ilmu Sosial Dasar (Kumpulan Essei). Surabaya : Usaha Offset Priting.

Anda mungkin juga menyukai