Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“DILEMA KEPENTINGAN INDIVIDU


DAN KEPENTINGAN SOSIAL”

Dosen Pengampu :

Raida Fuadi, SE.Ak, MM


(196804271999032001)

Disusun Oleh :

Putri Indah Sari (2006103030019)


Syalvi Meliandini Limbong (2006103030020)
Nurmaida Arista (2006103030021)
Fuddah Rizvia (2006103030022)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat
rahmat, hidayahnya, penulis telasmampu menyelesaiakan sebuah makalah yang berjudul
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah ilmu budaya dasar.

Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk
suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam
menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka
setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu
kiranya penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi
para pembaca.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1. 1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

2.1 Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu................................................2

2.2 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial...................................................2

2.3 Interaksi Sosial ,unsur-unsur social dan faktor-faktor manusia berinteraksi ......3

2.4 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial.........................5

BAB III PENUTUP...............................................................................................8

3.1 Kesimpulan............................................................................................8

3.2 Saran.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk pribadi dan juga makhluk sosial. Jika manusia
dipandang sebagai makhluk individu, maka paham individualisme beranggapan bahwa
manusia semata-mata hanya makhluk pribadi dengan mengesampingkan kodratnya sebagai
makhluk sosial. Sebaliknya, sosialisme menyatakan sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, maka manusia akan berinteraksi dengan manusia lain dalam wujud interaksi
sosial.

Menurut Hermanto dan Winarno pada buku Ilmu Sosial Budaya Dasar, interaksi
sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial.

Oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama-
sama. Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak aakn menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam ini baru akan terjadi
apabila orang-orang atau kelompok manusia saling bekerja sama, saling berbicara untuk
mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Seperti apa hakikat Manusia sebagai makhluk individu?
b. Seperti apa hakikat manusia sebagai makhluk sosial?
c. Apa itu interaksi sosial, unsur-unsur sosial, dan faktor-faktor manusia berinteraksi?
d. Apa itu dilema kepentingan individu dan kepentingan sosial?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui seperti apa hakikat manusia sebagai makhluk individu.


b. Untuk mengetahui seperti apa hakikat manusia sebagai makhluk sosial.
c. Untuk mengetahui apa itu interaksi sosial, unsur-unsur sosial, dan faktor-faktor
manusia berinteraksi.
d. Untuk mengetahui apa itu dilema kepentingan individu dan kepentingan sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu

Kata Individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Individu berasal dari bahasa
latin kata individium (tidak terbagi) dan dalam bahasa inggris berarti in (salah satunya
mengandung pengertian tidak) dan divide (terbagi).Manusia sebagai makhluk individu
mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan yang tepat bagi manusia yang
memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan
jiwanya.

Sebagai mahluk individu manusia sangat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya.
Setiap individu akan sangat ekspresif tentang dirinya. Hal ini yang dikategorikan oleh para
ahli dengan sifat, kepribadian, dan banyak istilah lain. Ekspresi manusia dapat melalui
penampilan fisik, tingkah laku, nilai-nilai yang diyakini, dan setiap media dalam hidupnya
adalah bentuk ekspresi individu. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang
memberikan kepadanya identitas khusus, disebut sebagai “kepribadian”.

Banyak pakar yang memberikan pengertian tentang kepribadian. Dari beberapa


konsep atau pengertian tentang kepribadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
adalah ciri-ciri / karakteristik watak individu yang konsisten yang berkenaan dengan sikap,
keinginan, pola pikiran dan tingkah laku untuk berbuat, berpikir, dan merasakan khususnya
apabila individu itu berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan di
lingkungannya. Kepribadian mempunyai karakteristik yang konsisten dan mencirikan
kepribadian secara normal. Karakteristik kepribadian tersebut merupakan perpaduan antara
bawaan atau warisan yang dibawa sejak lahir dengan faktor lingkungan.

2.2 Hakikat Manusia Sebagi Makhluk Sosial


Mahluk hidup yang disebut manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang
senang bergaul/berkawan (animal society = hewan yang bernaluri untuk hidup bersama).
Status mahluk sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup
secara utuh hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal

2
dunia, manusia memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lainCiri utama mahluk
sosial adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan akal budi dalam suatu
sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut meliputi
filsafat yang terdiri atas pandangan hidup, politik, teknologi, komunikasi, ekonomi,
sosial,budaya dan keamanan.

Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan
melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia
merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan
masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu
harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan
bersama.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:

1. Faktor alamiah atau kodrat Tuhan

2. Faktor saling memenuhi kebutuhan

3. Faktor saling ketergantungan

Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia,
sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu
Khaldun bahwa hidup bermasyarakat itu bukan hanya sekadar kodrat Tuhan melainkan juga
merupakan suatu kebutuhan bagi jenis manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya.

2.3 Interaksi Sosial, Unsur-Unsur Dan Faktor Manusia Berinteraksi

1. Interaksi Sosial

Merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan


hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antarindividu,
antarkelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi
sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian.

3
Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari
kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan
hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem
sarafnya sebagai akibat hubungan yang di maksud.

2. Unsur-Unsur Sosial

Unsur sosial ada 4 yaitu :

1. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu
yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama.

2. Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-
benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan.

3. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri,
mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat
untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.

4. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup
berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi.

Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social
yang sering disebut masyarakat.

3. Faktor-Faktor Manusia Berinteraksi

a. Faktor Imitasi

Menurut Tarde faktor imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yang mendasari atau
melandasi interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Gerungan (1966:36). Imitasi tidak
berlangsung secara otomatis melainkan dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi
terhadap apa yang diimitasi. Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis
lain yang berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada
faktor lain yang ikut berperan, sehingga seseorang mengadakan imitasi. Bagaimana orang
dapat mengimitasi sesuatu kalu orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima
terhadap apa yang diimitasi itu. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya
sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu imitasi

4
tidak berlangsung dengan sendirinya. Contoh dari imitasi adalah bahasa; anak belajar
berbahasa melalui peniruan terhadap orang lain selain itu mode-mode yang melanda
masyarakat berkembang karena faktor imitasi.

b. Faktor Sugesti

Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri
sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya
kritik dari individu yang bersangkutan.

c. Faktor Identifikasi

Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh dalam
psikologi dalam, khususnya dalam psikoanalisis. Contoh anak-anak belajar norma-norma
sosial dari hasil identifikasinya terhadap orang tua mereka. Di dalam identifikasi anak akan
mengabil oper sikap-sikap ataupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat
identifikasi itu.

d. Faktor Simpati

merupakan perasaan tertarik kepada orang lain. Oleh karena merupakan perasaan
maka timbulnya atas dasar emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik pada orang lain yang
seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya tertarik sering tidak dapat
memberikan penjelasan lebih lanjut. Lawan dari simpati adalah antipati yaitu merupakan
penolakan atau bersifat negatif.

2.4 Dilema Antara Kepentingan Inividu Dan Masyarakat


Individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan
kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua
kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan
tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan
suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya,
jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah
kemasyarakatan contohnya: korupsi.

5
Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa
membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Dilema anatara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan mana yang harus diutamakan,
kepentingan manusia selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup
bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan
dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh
suatu kelompok masyarakat.

1. Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah


makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang
utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat
bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme
adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme
menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme
liberal.

Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme)


pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas
Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan
ideologi liberalisme adalah sebagai berikut.

Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada
pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, mementingkan diri sendiri atau
kepentingan individu yang bersangkutan, Pemberian kebebasan penuh pada individu,
Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.

Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan


dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar
individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan
dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap
menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.

6
2. Pandangan Sosialisme

Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc,
dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang
diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan
sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.

Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil,


selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat
produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan
terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan
kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu
harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme
yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu adalah dengan
menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan. Paham
marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).

Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam


memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776,
orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas
merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan
dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai
makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.

Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme


liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi,
imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan
politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang
ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi
kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani
manusia belum tentu terjamin.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu
manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
2. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial karena tidak bisa hidup dengan
individu, namun ada kalanya manusia bisa menjadi manusia yang hidup sendiri
(individu), biasanya manusia menjadi makhluk yang individu dikarenakan
kepentingan pribadi yang orang lain tidak boleh mengetahuinya.

3.2 Saran

Demikianlah pokok pembahasan makalah dari kami selaku penulis, besar harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, tapi apalah daya karena
keterbatasan intelektual dan referensi membuat makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar makalah ini
dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan mendatang.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ariska, I. (2013). Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.
Effendi, R. Dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan
Teknologi. Bandung : UPI Press.
Kappara. (2011). Pengertian Sosial dan Politik. (http://id.shvoong.com/law-and-
politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf).
Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafal Pendidikan. Bandung : Alfabeta

iii

Anda mungkin juga menyukai