Anda di halaman 1dari 24

KESELARASAN INDIVIDUALISME DAN SOSIALISME

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Dosen Pengampu: Y. Ch. Nany, M.Si.

Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Santi Destiana Sayekti / 09303241001 2. Pramu Adi Dharma / 09303241002 3. Astri Kurniawati / 09303241003 4. Septi Riyanningsih / 09303241004 5. Lia Nurul Husna / 09303241005

PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Keselarasan Individualisme dan Sosialisme ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas di Program Studi Pendidikan Kimia, yaitu Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Makalah ini memberikan penjelasan tentang pengertian manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta keselarasan pandangan Individualisme dan Sosialisme. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Atas saran dan kritiknya penulis ucapkan terima kasih. Yogyakarta, Mei 2010 Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 A. B. C. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 Rumusan masalah ................................................................................................... 2 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3 A. B. C. D. E. F. G. Pengertian Makhluk Individu.................................................................................. 3 Pengertian Makhluk Sosial ..................................................................................... 5 Peranan Makhluk Individu ...................................................................................... 6 Peranan Makhluk Sosial.......................................................................................... 8 Dinamika Interaksi Sosial ..................................................................................... 11 Pengertian Individualisme dan Sosialisme ........................................................... 13 Pandangan Individualisme dan Sosialisme ........................................................... 14

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 20 A. B. Kesimpulan ........................................................................................................... 20 Saran ..................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai makhluk individu dan sosial. Ada kalanya manusia menjadi makhluk individu dan ada kalanya manusia menjadi makhluk sosial. Tetapi seringkali manusia dapat berperan menjadi keduanya atau disebut monodualisme. Sebagai contoh ketika seseorang makan, dia tidak akan bisa makan tanpa bantuan petani yang menanam padi. Uraian tersebut membuktikan bahwa manusia membutuhkan bantuan orang lain, tidak dapat hidup sendiri dan merupakan salah satu cermin contoh makhluk sosial. Sedangkan sisi individualisme dari contoh tersebut adalah saat seseorang itu makan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Indonesia adalah satu-satunya negara yang memiliki SARA yang beraneka ragam. Di samping itu, masyarakat Indonesia juga mempunyai jiwa sosial dan gotong royong yang tinggi dibanding negara lain. Ini menjadi suatu ciri khas bangsa Indonesia yang harus selalu kita jaga karena merupakan budaya dari nenek moyang kita. Di masa dahulu, masyarakat Indonesia memiliki jiwa sosial yang sangat kuat karena mereka beranggapan bahwa masyarakat adalah saudara, dan saudara adalah keluarga. Jadi mereka menganggap masyarakat adalah keluarga yang harus dikasihsayangi, diperhatikan, juga dilindungi. Karena apabila seorang individu mengalami kesulitan, yang menolong pertama kali adalah masyarakat sekitar. Namun, seiring berkembangnya masa, pemikiran manusia pun ikut berkembang. Ini terlihat pada sifat individu/masyarakat saat ini berbeda dibandingkan individu/masyarakat di masa lalu. Misalnya, menurunnya jiwa sosial suatu individu terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat saat ini lebih mementingkan kepentingan individu dibandingkan kepentingan bermasyarakat karena mereka beranggapan bahwa

urusan kehidupan pribadi saja sudah banyak dan rumit, apalagi ditambah dengan urusan kehidupan bermasyarakat. Kemudian melihat fenomena tersebut kita akan mencoba untuk membahas kedua sisi tersebut yaitu antara sisi individualisme dan sosialisme seseorang dan bagaimana pengaruh kedua pandangan tersebut di negara lain.

B. Rumusan masalah 1. Apakah pengertian manusia sebagai makhluk individu ? 2. Apakah pengertian manusia sebagai makhluk sosial ? 3. Apakah peranan manusia sebagai makhluk individu ? 4. Apakah peranan manusia sebagai makhluk sosial ? 5. Bagaimana dinamika interaksi sosial ? 6. Apa pengertian individualisme dan sosialisme ? 7. Bagaimanakah pandangan individualisme dan masyarakat ? sosialisme di dalam

C. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui pengertian makhluk individu 2. Mahasiswa mengetahui pengertian makhluk sosial 3. Mahasiswa mengetahui peranan makhluk individu 4. Mahasiswa mengetahui peranan makhluk sosial 5. Mahasiswa mengetahui dinamika interaksi sosial 6. Mahasiswa mengetahui pengertian individualisme dan sosialisme 7. Mahasiswa mengetahui pandangan individualisme dan sosialisme di dalam masyarakat.

BAB II PEMBAHASAN

Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi dan sosial harus dikembangkan secara seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik. A. Pengertian Makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas (Anonim, 2009 dalam http://enunggling.multiply.com/journal/item/9). Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya. Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masingmasing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang
3

dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terusmenerus. Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. istilah pertumbuhan lebih tertuju pada segi fisik atau biologic individu, sedangkan perkembangan tertuju pada segi mental psikologis individu. Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenai hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu 1. Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu sematamata ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya. Misalnya, jika ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi seniman pula.

2. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu sematamata didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang dengan pandangan nativistik. 3. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini berupaya menghubungkan kedua pandangan sebelumnya

(Herimanto,2008:42). Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan raga, maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan jiwa, rohani, atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kehidupannya. B. Pengertian Makhluk Sosial Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh
5

potensi kemanusiaannya. Berdasarkan proses di atas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara naluriah manusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak lahir dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antaranggota sehingga dapat dikatakan bahwa berkeluarga merupakan kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kelompok masyarakat pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk sosial. Karena dalam lingkungan itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan orang lain. Kelompok berikutnya adalah kelompok pertemanan, pergaulan, kelompok pekerja, dan masyarakat secara lugs. Secara politik, kehidupan berkelompok manusia dimulai dari keluarga, marga, suku, bangsa, negara, bahkan masyarakat secara internasional. C. Peranan Makhluk Individu Sebagai individu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap manusia dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama pula. Perbedaan yang ada seperti berbeda keyakinan, tempat tinggal, ras, suku, dan golongan tidak meniadakan persamaan akan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, pengakuan dan penghargaan manusia sebagai manusia mutlak diperlukan. Pengakuan dan penghargaan itu diwujudkan dengan pengakuan akan jaminan atas hak-hak asasi manusia. Manusia memiliki hakhak dasar yang sama yang tidak boleh dihalangi oleh manusia lain. Penindasan terhadap hak-hak dasar orang lain pada dasarnya adalah merendahkan derajat kemanusiaan. Seorang individu pastilah tidak mau harkat dan martabatnya direndahkan, bahkan diinjak-injak oleh individu lain. Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi jasmani maupun potensi rohani. Jasmani atau raga adalah badan atau tubuh manusia yang bersifat kebendaan, dapat

diraba, dan bersifat riil. Rohani atau jiwa adalah unsur-unsur manusia yang bersifat kerohanian, tidak berwujud, tidak bisa diraba, atau ditangkap dengan indra. Unsur jiwa ini terdiri dari tiga jenis, yaitu akal, rasa, dan kehendak. Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat individualistik dalam diri pribadi yang bersangkutan. Di samping itu, faktor pemenuhan atas kepentingan diri tersebut juga menjadikan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut. Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, dapat diketahui bahwa manusia memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-hak dasar, setiap manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Dengan uraian di atas, manusia sebagai makhluk individu berperan untuk mewujudkan hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu akan berusaha:
1. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya. 2. Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia. 3. Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani. 4. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan

hidupnya (Herimanto,2008:48). Dalam hidup bermasyarakat, individu memberikan fungsi-fungsi positif sebagai berikut: 1. Perlu dihargainya harkat dan martabat diri seorang manusia. 2. Adanya jaminan akan hak dasar setiap manusia . 3. Berkembangnya potensi-potensi diri yang kreatif dan inovatif (Anonim, 2009 dalam http://enunggling.multiply.com/journal/item/9). Tidak jarang ditemui dalam masyarakat ada seseorang yang memiliki potensi baik yang dengan potensi itulah ia mampu menggerakkan masyarakatnya

untuk maju. Misalnya, seorang lulusan akademi pertanian mempelopori masyarakatnya dalam projek penghijauan lahan kritis, seorang sarjana pendidikan memelopori gerakan bebas buta aksara, atau sarjana kedokteran memelopori gerakan penanggulangan wabah penyakit demam berdarah di daerahnya. dan lain-lain. Namun demikian, dalam hidup kemasyarakatan, individu bisa

menghasilkan fungsi-fungsi negatif. Misalnya, unsur pemenuhan kepentingan diri menjadikan orang per orang memiliki sifat individualistik dan egois. Orang tidak lagi mau membantu, bersimpati, atau berempati terhadap orang lain karena yang dipentingkan kebutuhan diri. Di samping itu, persaingan yang terjadi dapat menjurus pada persaingan yang sehat. Akibatnya, masyarakat akan tidak tertib, penuh persaingan,

perseteruan, dan pemaksakan masing-masing kehendak. D. Peranan Makhluk Sosial Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya, manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan "ketidakberdayaan" manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehidupan berkelompok pada manusia. Berbagai tipe kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi. Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma norma pengaturannya. Terdapat norma-norma sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku bagi manusia di kelompoknya. Norma-norma tersebut ialah
1. Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang

diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran-ajaran agama.
2. Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati

nurani manusia untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral. Orang yang berkelakuan baik adalah orang yang bermoral, sedangkan yang berkelakuan buruk adalah amoral.
3. Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari

tidak bermoral atau

masyarakat dan berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarsesama. d. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (negara) yang pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum berisi perintah dan larangan. Norma hukum dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang bersifat tertulis (Herimanto,2008:49-50). Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya di masyarakat. Ada norma yang daya ikatnya sangat kuat, sedang, dan ada pula norma yang daya ikatnya sangat lemah. Keempat jenis norma tersebut adalah cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom). 1. Cara (usage) Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya sangat lemah. Norma ini lebih menonjol dalam hubungan antarindividu atau ant arpe roran gan. P el an ggar an t erhad a p norm a i ni t i dak

mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekadar celaan. Contohnya cara makan, ada yang makan sambil berdiri dan ada yang makan sambil duduk. Cara kedua mungkin dianggap lebih pantas dari cara pertama. 2. Kebiasaan (folkways) Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang diulang - ulang dalam bentuk yang sama oleh orang banyak karena disukai. Norma ini lebih kuat daya ikatnya daripada norma cara. Contohnya, kebiasaan memberi salam bila bertemu.

3. Tata kelakuan (mores) Tata kelakuan adalah kebiasaan yang dianggap sebagai norma pengatur. Sifat norma ini di satu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan di sisi lain sebagai suatu larangan. Dengan demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar masyarakat menyesuaikan diri dengan kelakuan yang ada serta meninggalkan perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kelakuan. 4. Adat istiadat (custom) Adat istiadat adalah tata kelakuan yang telah menyatu kuat dalam polapola perilaku sebuah masyarakat. Oleh karena itu, pada umumnya kelompok masyarakat atau suku memiliki norma adat yang berbeda-beda. Norma ini memiliki daya ikat yang sangat kuat. Norma adat berisi perintah dan larangan. Anggota masyarakat yang melanggar norma ini akan mendapat sanksi adat yang berlaku (Herimanto,2008:50). Manusia dalam kelompok sosialnya, misalnya hidup bernegara, terikat pada norma-norma sebagai hasil interaksi dari manusia itu sendiri. Keterikatan kepada norma termasuk pula keterikatan untuk menghargai adanya orang lain. Jadi, jika dalam dimensi individu, muncul hak-hak dasar manusia maka dalam dimensi sosial ini, muncul kewajiban dasar manusia. Kewajiban dasar manusia adalah menghargai hak dasar orang lain serta menaati norma-norma yang berlaku di masyarakatnya. Berdasarkan hal di atas, maka manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi sebagai berikut :
1. Kesadaran akan "ketidakberdayaan" manusia bila seorang diri. 2. Kesadaran untuk senantiasa d an harus berinteraksi dengan

orang lain.
3. Penghargaan akan hak-hak orang lain. 4. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku (Herimanto,2008:51).

Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai berikut : 1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.

10

2. Membentuk kelompok-kelompok sosial. 3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok (Herimanto,2008:51). E. Dinamika Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antarindividu, antar kelompok manusia, maupun antar orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian. Apabila dua orang atau lebih bertemu akan menjadi interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa isyarat, atau interaksi sosial karena telah mengubah perasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihakpihak apabila terjadi dari kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan

sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem sarafnya sebagai akibat hubungan yang dimaksud. Ciri-ciri sebuah interaksi sosial adalah sebagai berikut : 1. Perlakuannya lebih dari satu orang. 2. Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial. 3. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang dipikirkan pelaku. 4. Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung (Herimanto,2008:52). Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi. Kontak sosial berasal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya menyentuh. Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa lewat bicara, melalui telepon, telegram, surat, radio, dan sebagainya.

11

Kontak dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada kontak langsung dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dan sebagainya kontak sekunder terjadi dengan perantara. Kontak sekunder langsung, misalnya melalui telepon, radio, TV, dan sebagainya. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu : 1. Kontak antar individu, misalnya seorang siswa baru mempelajari tata tertib dan budaya sekolah. 2. Kontak antarindividu dengan suatu kelompok, misalnya seorang guru mengajar di suatu kelas tentang suatu pokok pembahasan. 3. Kotak antarkelompok dengan kelompok lain, misalnya class meeting antar kelas (Herimanto,2008:53). Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada prilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaanperasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang memberi reaksi berupa tindakan terhadap maksud orang lain tersebut. Misalnya, jika Anda melambaikan tangan di pingir jalan atau halte bus maka salah satu bus yang lewat pasti akan berhenti. Jadi, komunikasi merupakan proses saling memberi penafsiran terhadap tindakan atau prilaku orang lain. Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan, penampilan, dan gaya hidup. Sugesti adalah rengsangan, pengaruh atau stimulus yang diberiakn individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional. Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu yang ditirunya. Proses identifikasi erat kaitannya degan imitasi simpati adalah proses kejiwaan seorang individu yang merasa tertarik dengan individu atau kelompok karena sikap, penampilan atau perbuatannya. Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberiakn individu kapada individu lain

12

sehingga orang yang diberi motivasi melaksanakannya secara kritis, rasional dan tanggung jawab. Empati adalah proses kejiwaan seseorang idividu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka. Seperti telah dikemukakan di atas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan ada interaksi sosial yang sifatnya positif, yaitu mengarah pada kerja sama antar individu atau antar kelompok. Interaksi sosial yang dimaksud interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Ada pula interaksi sosial yang mengarah pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik. Interaksi sosial dimaksud disebut dengan interaksi sosial yang bersifat disasosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang bersifat disasosiatif mencakup persaingan, kontroversi, dan permusuhan. Dengan demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial dapat beragam dilihat dari jenisnya ada interaksi antarindividu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok. Dilihat dari faktor penyebabnya, ada interaksi yang disebabkan oleh faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Ada interaksi yang berbentuk kerja sama dan ada interaksi yang berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari sifat interaksinya, ada interaksi yang asosiatif dan interaksi yang disasosiatif. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia

sebagai makhluk sosial pastilah melakukan interaksi sosial dalam kerangka hidup bersama itu. F. Pengertian Individualisme dan Sosialisme 1. Individualisme Dalam kamus bahasa Indonesia in.di.vi.du.al.is.me (n) mempunyai 3 arti yaitu : a. Paham yang menganggap manusia secara pribadi perlu diperhatikan (kesanggupan dan kebutuhannya tidak boleh disamaratakan).

13

b. Paham yang menghendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang, paham yang mementingkan hak perseorangan disamping kepentingan masyarakat atau negara. c. Paham yang menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting daripada orang lain. (Adi Gunawan, 2003:184). 2. Sosialisme Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya

masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera, bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat alat produksi (Herimanto, 2008:57). Menurut ajaran Marxisme-Leninisme Sosialisme diartikan sebagai ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (Sutarjo Adisusilo, 1991: 127). G. Pandangan Individualisme dan Sosialisme 1. Individualisme Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Manusia sebagai individu adalah bebas, karena itu ia memiliki hak hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hak hak itu terpenuhi maka kehidupan manusia akan terjamin dan bahagia. Masyarakat hanyalah kumpulan dari individu individu. Jika individu individu itu hidupnya bahagia dan sejahtera maka masyarakatnya pun akan sejahtera. Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan

individulah yang harus diutamakan. Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tertinggi yang harus diperjuangkan melalui persamaan dan kebebasan. Jadi, yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini juga bisa disebut ideologi individualisme liberal.

14

Liberalisme model Barat pada abad 17 juga menekankan kebebasan manusianya. Kebebasan tersebut diperjuangkan melalui pendidikan. Manusia bebas tersebut mampu menciptakan berbagai ilmu pengetahuan dan penemuan ( teknologi ) baru. Pada abad 18, kebebasan yang dimiliki manusia memunculkan berbagai pemikiran seperti naturalisme,

materialisme, dan empirisme. Selain itu, juga muncul pandangan tentang alam ( kosmologi ), materi, kehidupan dalam bekerja, penataan organisasi kerja, kehidupan perekonomian. Adapun beberapa ciri liberalisme, yaitu : a. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik. b. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers. c. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri. d. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi. e. Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian besar individu berbahagia. Walau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagian sebagian besar individu belum tentu maksimal. Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya. Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika Serikat (Anggara Adiputra,2010 dalam http://artikel.sabda.org/node/714 ). Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut : a. Penjaminan hak milik perorangan.

15

Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial. b. Mementingkan bersangkutan. Prinsip ini juga mengandung pengertian membiarkan setiap orang untuk melakukan berbagai aktivitas untuk kepentingan sendiri. Pemenuhan akan kepentingan sendiri sendiri diyakini akan membawa kemakmuran bersama. c. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Individu adalah primer, sedangkan masyarakat adalah sekunder. Bila individu mendapat kebebasan dan kepuasan maka masyarakat akan mendapatkan kemakmuran. d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing masing (Herimanto, 2008:56). Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi polotik, kebebasan berbicara, berpendapat, berserikat, dan perlunya jaminan hak asasi manusia. Liberalisme dalam bidang ekonomi menghasilakan diri sendiri atau kepentingan individu yang

kapitalisme dan pasar bebas. Sedangkan liberalisme dalam bidang sosial budaya adalah kebebasan individu untuk mengekspresikan sikap, perilaku, seni dan budayanya. Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antarindividu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antarindividu tersebut dapat diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama. Terkadang individualisme sering dipandang keluar dari masyarakat dan menyendiri namun sebenarnya individu tidak sepenuhnya seperti itu. Individualisme dipanggil individualisme adalah karena paham ini beranggapan bahwa seorang individu (bukan kelompok) adalah

konstituensi pusat dari suatu masyarakat. Individualisme tetap mengakui bahwa hidup dan bekerja dengan yang lainnya kenyataannya berguna.

16

Didalam individualisme juga mengutamakan beberapa point penting yaitu : a. Elemen utama dari individualisme adalah tanggung jawab pribadi. Menjadi orang yang bertangung jawab berarti menjadi pro-Aktif. Disini setiap individu membuat keputusan dengan kesadaran dan kehati hatian pribadi. b. Setiap individu memiliki kebebasan karena dia adalah pusat dirinya sendiri. Tetapi karena alasan ini juga, individualisme bukan berarti kebebasan yang tidak bertanggung jawab. Kebebasan seorang individu akan dibatasi oleh kebebasan individu yang lainnya. c. Individualisme menagajarkan agar kita mencintai diri kita sendiri. Terkadang banyak orang melupakan bahwa diri mereka adalah sebuah individu yang utuh dan pantas dihargai juga (Willy Dozan,2009 dalam http://willydozanwijaya.wordpress.com/2009/08/28/individualisme/). 2. Sosialisme Istilah sosialis atau negara sosial demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang menganut paham sosialisme moderat yang dilawankan dengan sosialisme radikal untuk sebutan lain bagi komunisme. Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses

perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya menganut paham liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat). Perbedaan yang paling menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme melalui revolusi. Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai istilah sosialisme dan komunisme secara bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin membedakan teorinya yang

17

disebut sosialisme ilmiah dari sosialisme utopia untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga karena latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah komunisme sebagai ganti sosialisme agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991: 127). Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of IndependenceAmerika Serikat 1776. orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, tidak seorang pun berhak mencampuri urusan pribadinya. Manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini, manusia sebagai makhluk pribadi tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara. Lalu, bagaimana kita memposisikan diri atas kedua pandangan tersebut? Kepentingan manakah yang harus diutamakan, kepentingan diri (privat) atau kepentingan masyarakat (publik)? Jika kita simak lebih jauh, kedua pandangan di atas mempunyai kelemahannya masing-masing. Kebebasan perseorangan yang merupakan inti dari ajaran individualisme liberal dalam pelaksanaannya justru mengingkari asas ajarannya sendiri, yaitu persamaan. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme baik dalam bentuk lama maupun baru. Persaingan bebas akan memunculkan kesenjangan antara orang kaya dengan orang miskin. Liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme menghargai dalam bentuk sebagai yang ekstrem (marxisme/komunisme) bisa merendahkan tidak sisi

manusia

pribadi

sehingga

kemanusiaan. Dalam negara komunis, mungkin terjadi kemakmuran masyarakat, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin. Negara komunis mudah menjadi negara otoriter yang memasung hak-hak dasar manusia maupun warga

18

negara. Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut pandangan filsafat Pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini tidak sekadar menggabungkan dua pandangan (individualisme dan sosialisme) di atas, tetapi secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Oleh karena itu contoh konkret yang harus kita lakukan adalah menyadari adanya sifat individual kita dan adanya masyarakat di lingkungan sekitar kita. Kemudian mulailah kita untuk peduli dan bergotong royong membangun kehidupan masyarakat yang penuh dengan jiwa sosial yang tinggi, yang nantinya akan memperkuat jiwa nasionalisme kita terhadap bangsa dan negara kita, Indonesia. Tetapi semua itu tergantung dari pemikiran setiap individu, apakah ia bisa untuk bersosialisasi atau sebaliknya, masih hanya memikirkan urusan pribadi. Namun, jika kita mengakui sebagai masyarakat Indonesia, seharusnya kita menjadi seseorang yang peduli dan bergotong royong membangun kehidupan masyarakat dari berbagai SARA yang ada, tanpa hanya mementingkan urusan pribadi, karena itulah ciri khas Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia.

19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Manusia sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai dua fungsi sekaligus yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Di dalam kedua fungsi tersebut manusia mempunyai peranan masing masing dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan dengan adanya kedua fungsi tersebut melahirkan sebuah pandangan atau paham yang kadang menimbulkan suatu masalah. Tetapi secara umum pandangan yang sering disebut individualisme untuk mewakili manusia sebagai makhluk individu dan sosialisme mewakili manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing . Dengan adanya hal tersebut bangsa Indonesia memanfaatkan kelebihan masing masing pandangan sehingga terbentuk falsafah pancasila yang merupakan keselarasan antara manusia sebagai makhluk individu (individualisme) sekaligus makhluk sosial (sosialisme). B. Saran Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial hal yang seharusnya kita lakukan agar kita tidak menjadi manusia yang hanya mementingkan individu saja atau sosial saja adalah : 1. Menyadari adanya sifat individual kita dan adanya masyarakat di lingkungan sekitar kita. 2. Mulailah kita untuk peduli dan bergotong royong membangun kehidupan masyarakat yang penuh dengan jiwa sosial yang tinggi. 3. Lebih mengharagai diri sendiri namun tidak melupakan peranan orang lain yang ikut membantu kelangsungan hidup kita.

20

DAFTAR PUSTAKA

Adi Gunawan.2003.Kamus Cerdas Bahasa Indonesia.Jakarta:Kartika Anggara Adiputra.2010.Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme. http://artikel.sabda.org/node/714.Diakses pada Jumat, 14 Mei 2010 pukul 16.03 Anonim.2009.Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. http://enunggling.multiply.com/journal/item/9.Diakses pada Jumat, 14 Mei 2010 pukul 16.02 Elly M. Setiadi, dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Sindhunata.1999.Pergulatan Intelektual Kegelisahan.Yogyakarta:Kanisius dalam Era

Sutarjo Adisusilo . 1991 . Kapita Selekta Sejarah Eropa Abad XVIII-XIX . Yogyakarta : IKIP Sanata Dharma . Willy Dozan Wijaya.2009.Individualisme. http://willydozanwijaya.wordpress.com/2009/08/28/individualisme/.Diakses pada pada Jumat, 14 Mei 2010 pukul 16.10

21

Anda mungkin juga menyukai