Jurusan Manajemen
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Upaya bela negara bagi kalangan maha. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
dosen matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing kami
menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bela negara. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
anda dari perbaikan makalah diwaktu yang akan datang.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Dalam bangnas tersebut kita harus berupaya dan mampu mengembangkan potensi
sumber daya alam termasuk kedudukan dan kondisi geografi indonesia, sumber daya
manusia Indonesia (dalam sistem tannas disebut Trigatra) dan sumber daya ciptaan
(teknologi). Untuk menjadi kekuatan dalam meningkatkan kesejahteraan dan keamanan
agar kita bisa sejajar dengan negara bangsa yang telah maju. Oleh karna itu, sangat
tepat sekali strategi bangnas indonesia dititikberatkan pada pembangunan dibidang
ekonomi tanpa mengesampingkan bidang-bidang lainnya. Sementara itu, invasi
(perang) antara negara bangsa dewasa ini tidak populer. Hubungan antar bangsa dan
negara diletakan pada landasan kerjasama untuk membangun kesejahteraan bersama.
Kendati demikian, kita tidak boleh lengah karena ancaman terhadap identitas dan
intergritas bangsa dan negara. Ancaman tidak hanya dari militer tetapi juga bisa datang
dari sisi ideologi politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Dimensi perang juga sudah berubah tidak harus dengan invasi bersenjata (hankam),
tetapi juga dapat dilihat dari invasi ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Oleh
karena itu konteks bela negara juga harus mencakup semua bidang kehidupan tersebut
yang menjadi tanggung jawab setiap warga negara
Peran serta masyarakat dalam upaya pembelaan negara berlangsung sejak masa
awal kemerdekaan. Keterlibatan warga negara dalam pembelaan negara adalah sebagai
berikut :
1. Dibentuknya kelaskaran rakyat, kemudian dikembang kan menjadi barisan
cadangan pada periode perang kemerdekaan ke-1.
2. Pasukan Perang Gerilya Desa (Pager Desa) termasuk mobilisasi Pelajar (Mobpel)
sebagai bentuk per kembangan dari barisan cadangan. Pada periode perang
kemerdekaan ke-2.
3. Pada 1958-1960, muncul Organisasi Keamanan Desa (OKD) dan Organisasi
Perlawanan Rakyat (OPR) yang merupakan bentuk kelanjutan Pager Desa.
4. Pada 1961 dibentuk pertahanan sipil (Hansip), Wanra, dan Kamra sebagai
bentuk penyempurnaan dari OKD/OPR.
5. Perwira cadangan yang dibentuk sejak 1963.
6. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 1982, ada organisasi yang
disebut rakyat terlatih yaitu Wanra yang membantu pertahanan dan Kamra yang
membantu keamanan dan anggota per lindungan masyarakat.
Contoh yang dilakukan Polri dalam upaya bela negara, antara lain:
1. Mendukung tetap tegaknya negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
2. Melakukan penyuluhan kesadaran hukum bagi warga Negara.
3. Melakukan pengaturan lalu lintas dan memberikan pengayoman keamanan bagi
warga Negara.
4. Memberikan perlindungan keamanan dari berbagai tindak kejahatan terhadap
warga Negara.
5. Melakukan proses penyidikan dan penyelidikan terhadap berbagai tindak
kejahatan.
KESIMPULAN
Wujud dan upaya bela negara dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia bukan oleh satu kelompok saja melainkan oleh seluruh rakyat indobesia.
Berdasarkan UU No 29 Tahun 1954 tentang pertahanan negara, wujud bela negara
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. PPPR (P3R) atau Pendidikan Pendahuluan Perlawanan Rakyat.
2. Wajib Latih Mahasiswa.
3. Rakyat Terlatih (Ratih).
4. Angkatan Perang Republik Indonesia.
5. Cadangan Angkatan Perang Republik Indonesia.
Bela negara tidak hanya menyangkut masalah kemiliteran dan hankam tetapi pada
seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hankam), untuk itu sangat penting dijaga stabilitas keamanan negara.
Selain itu terdapat unsur kesadaran bela negara pada rakyat terutama mahasiswa
diantaranya, cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan kesaktian
pancasila, rela berkorban terhadap bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal
bela negara.
Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah
demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan
sebagai pengambil keputusan. Hal tersebut telah terjadi di berbagai negara di dunia,
baik di Timur maupun di Barat.
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para
mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat
realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa
untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka
sendiri.
Dalam sejarahnya mahasiswa merupakan kelompok dalam kelas menengah
yang kritis dan selalu mencoba memahami apa yang terjadi di masyarakat. Bahkan
di zaman kolonial, mahasiswa menjadi kelompok elite paling terdidik yang harus
diakui kemudian telah mencetak sejarah bahkan mengantarkan Indonseia ke
gerbang kemerdekaannya.
Dengan demikian adalah sebuah keharusan bagi mahasiswa untuk menjadi
pelopor dalam melakukan fungsi control terhadap jalannya roda pemerintahan
sekarang. Bukan malah sebaliknya.
Mahasiswa sudah telanjur dikenal masyarakat sebagai agent of change, agent
of modernization, atau agen-agen yang lain. Hal ini memberikan konsekuensi logis
kepada mahasiswa untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan gelar yang
disandangnya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dengan mencoba
menelusuri permasalahan sampai ke akar-akarnya.
Dengan adanya sikap kritis dalam diri mahasiswa diharapkan akan timbul
sikap korektif terhadap kondisi yang sedang berjalan. Pemikiran prospektif ke arah
masa depan harus hinggap dalam pola pikir setiap mahasiswa. Sebaliknya,
pemikiran konservatif pro-status quo harus dihindari. Tetapi tidak bisa dipungkiri,
mahasiswa sebagai social control terkadang juga kurang mengontrol dirinya sendiri.
Sehingga mahasiswa harus menghindari tindakan dan sikap yang dapat merusak
status yang disandangnya, termasuk sikap hedonis-materialis yang banyak
menghinggapi mahasiswa. Karena itu, kepedulian dan nasionalisme terhadap
bangsa dapat pula ditunjukkan dengan keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah.
Mahasiswa dapat mengasah keahlian dan spesialisasi pada bidang ilmu yang
mereka pelajari di perguruan tinggi, agar dapat meluruskan berbagai ketimpangan
sosial ketika terjun di masyarakat kelak.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa
mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal dan
mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa.
Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk
mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah
mereka perjuangkan. Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum
keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.
Organisasi kemahasiswaan
Resimen Mahasiswa (MENWA) merupakan wadah penyaluran potensi Mahasiswa
untuk ikut serta dalam bela Negara. Melalui Pendidkan Dasar Militer yang wajib
ditempuh setiap anggota MENWA, diharapkan memantapkan fisik dan mental serta
rasa kesadaran bela Negara dengan semangat, disiplin, dan jiwa nasionalis yang
tinggi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Bela
negara merupakan sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara yang mencerminkan patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen untuk kepentingan mempertahankan
eksistensi negara. Bela negara juga dapat dimaknai sebagai upaya setiap warga
negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari
luar maupun dalam negeri dengan cara penyelenggaraan pertahanan negara yang
dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia maupun oleh seluruh komponen bangsa.
Membangun Kesadaran Bela Negara pada pemuda merupakan sesuatu yang
penting karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa. Begitu besarnya
kiprah pemuda dalam melakukan perubahan-perubahan di negara indonesia
sebagai wujud sikap bela negara. Dahulu para pemuda indonesia bersatu padu
untuk memperoleh kemerdekaan, dan saat ini peran dan fungsi pemuda sebagai
generasi penerus bangsa dan pengisi kemerdekaan sebagaimana dilakukan pemuda
tempo dulu masih sangat diidamkan oleh seluruh elemen bangsa.
Semangat juang dan patah semangat yang dimiliki kaum muda hendaknya
dimanfaatkan sebagai dasar pergerakan pemuda. Pemuda kala ini hendaknya ikut
serta dalam usaha pembelaan negara yang dilakukan dengan cara mengisi
kemerdekaan dengan manampilkan sikap-sikap positif yang sesuai dengan ideologi
bangsa dan konstitusi yang berlaku di indonesia. Semangat bela negara dapat
tercermin dari adanya kesadaran pemuda akan aturan-aturan yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan, serta adanya kemelekan politik dari para pemuda yang akhirnya
dapat memposisikan diri dalam kancah politik nasional untuk perubahan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmiah:
2. Rahayu, Minto, Dkk. 2019. “Kesadaran Bela Negara pada Mahasiswa”. Epigram Vol. 16.
No. 2. Jakarta :Politeknik Negeri Jakarta.
Buku
Lasiyo, Dkk. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan (BMP MKDU4111. Ed. 2). Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka-UT.