Anda di halaman 1dari 11

UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA

Nama : Rahimuddin. Wattimena

Jurusan Manajemen

Tugas tiga pendidikan kewarganegaraan

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Upaya bela negara bagi kalangan maha. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
dosen matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing kami
menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bela negara. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
anda dari perbaikan makalah diwaktu yang akan datang.

PENDAHULUAN

Generasi muda merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan yang memiliki


potensi strategis, dinamis, kreatif, inovatif dan produktif sangat diperlukan dalam
kaitannya untuk mewujudkan pengetahuan kebangsaan dan sumber daya manusia guna
mengantisipasi arus globalisasi, dengan menumbuhkan sikap optimisme dalam
menatap masa depan bangsa dan negara, serta sikap proaktif dalam menghadapi
tantangan dan peluang di era global untuk menghantar negara Indonesia dalam arus
utama dunia.
Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini
dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 27 ayat 3 tentang Warga negara dan penduduk
bahwa: setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. Pasal ini menitikberatkan pada keikut sertaan dalam mengahdapi ancaman
dalam segala aspek kehidupan atau sering disebut dengan ancaman nonmiliter.

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan


negara pasal 9 dinyatakan bahwa: setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
Selanjutnya keikutsertaan warga negara diselenggarakan melalui (1) Pendidikan
kewarganegaraan, (2) pelatihan dasar kemiliteran secara wajib (3) pengabdian sebagai
Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara sukarela atau wajib (4) pengabdian sesuai
profesi.

PEMBAHASAN

1.1Definisi Bela Negara


Bela Negara, adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (UU No.3/2002). Bela negara
merupakan sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara yang mencerminkan patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen untuk kepentingan mempertahankan
eksistensi negara. Bela negara dibagi menjadi dua, yaitu :
1. FISIK, Usaha pertahanan mengahadapi serangan fisik atau Agresi dari pihak
yang mengancam keberadaan negara.
2. NON-FISIK, upaya turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Bela negara juga dapat dimaknai sebagai upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun
dalam negeri dengan cara penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh
Tentara Nasional Indonesia maupun oleh seluruh komponen bangsa.

Sejarah Bela Negara


1. Periode Pertama (Perang Kemerdekaan 1945-1949).
Bela negara dipersepsikan dengan perang kemerdekaan, keikutsertaan
warga negara dalam bela negara diwujudkan ikut serta berperan dalam
perjuangan kemerdekaan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata.
2. Periode Kedua (1950-1965).
Dalam menghadapi berbagai pemberontakan dan gangguan-gangguan
dalam negeri, bela negara dipersepsikan identik dengan upaya pertahanan dan
keamanan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata
3. Periode ketiga (Orde Baru 1966-1998)
Bela negara dipersepsikan identik dengan Ketahanan Nasional. Pada
periode ini keikutsertaan warga negara dalam bela negara diselenggarakan
melalui berbagai segenap aspek kehidupan nasional.
4. Periode Keempat (Reformasi 1999 – Sekarang)
Bela negara dipersepsikan sebagai upaya untuk mengatasi berbagai krisis
yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pada periode ini keikutsertaan
warga negara dalam upaya bela negara disesuaikan dengan kemapuan dan
profesi masing-masing
Nilai-nilai Bela Negara
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara Indonesia
3. Yakin akan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
4. Rela Berkorban Untuk Bangsa dan Negara
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Dasar Hukum Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara“. dan
“Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang”. Jadi sudah pasti mau
tidak mau kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman,
gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara:
1. Tap MPR No. VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara Rl.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tenteng Pertahanan Negara.

Wujud dan Upaya Bela Negara


Perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan bukan oleh satu kelompok masyarakat atau rakyat, tetapi oleh seluruh
rakyat indonesia, dengan mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan yang
dimilikinya. Tantangan yang dihadapi masalalu tentu beda dengan sekarang. Di masa
lalu kita harus merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Di masa sekarang kita
harus mengisi kemerdekaan dengan bangnas untuk menjajarkan diri dengan negara
bangsa ( nation state) yang telah maju.

Dalam bangnas tersebut kita harus berupaya dan mampu mengembangkan potensi
sumber daya alam termasuk kedudukan dan kondisi geografi indonesia, sumber daya
manusia Indonesia (dalam sistem tannas disebut Trigatra) dan sumber daya ciptaan
(teknologi). Untuk menjadi kekuatan dalam meningkatkan kesejahteraan dan keamanan
agar kita bisa sejajar dengan negara bangsa yang telah maju. Oleh karna itu, sangat
tepat sekali strategi bangnas indonesia dititikberatkan pada pembangunan dibidang
ekonomi tanpa mengesampingkan bidang-bidang lainnya. Sementara itu, invasi
(perang) antara negara bangsa dewasa ini tidak populer. Hubungan antar bangsa dan
negara diletakan pada landasan kerjasama untuk membangun kesejahteraan bersama.
Kendati demikian, kita tidak boleh lengah karena ancaman terhadap identitas dan
intergritas bangsa dan negara. Ancaman tidak hanya dari militer tetapi juga bisa datang
dari sisi ideologi politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Dimensi perang juga sudah berubah tidak harus dengan invasi bersenjata (hankam),
tetapi juga dapat dilihat dari invasi ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Oleh
karena itu konteks bela negara juga harus mencakup semua bidang kehidupan tersebut
yang menjadi tanggung jawab setiap warga negara

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu UU No.29 Tahun 1954


tentang pertahanan negara, wujud bela negara dapat dikelompkan sebagai berikut.
1. PPPR (P3R) ataiu pendidikan Pendahuluan perlawanan Rakyat.
2. Wajib Latih Mahasiswa (Walawa)
3. Rakyat Terlatih (Ratih)
4. Angkatan Perang Republik indonesia (APRI)
5. Cadangan Angkatan Perang Republik Indonesia.

Pertahanan dan Keamanan


Dalam bidang pertahanan dan keamanan sudah ditata sistem. Pertahanan dan
keamanan rakyat semesta, doktrin hankamarata serta diundangkannya UU No 20 tahun
1982 tentang pertahanan dan keamanan negara. Disis lain bangsa indonesia mewarisi
tradisi sebagai bangsa pejuang yang merebut kemerdekaan dari penjajah merupakan
sumber kekuatan. Kelemahannya sishankamarata tersebut belum sepenuhnya
terwujud. Kesadaran bela negara belum memasyarakat, sementara itu tingkat
keamanan masyarakat masih terganggu dengan makin meningkatnya kriminalitas.

Memantapkan Kesadaran Bela Negara


Bela negara merupakan kewajiban hak dan kehormatan bagi setiap warga negara. Bela
negara dalam pengertian yang luas tidak hanya menyangkut masalah kemiliteran dan
hankam. Tetapi pada seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara. Dalam konteks
hankam telah diciptakan sistem pertahanan rakyat semesta yang perlu diwujudkan.
Kondisi negara saat ini dan lingkungan strategi tidak menekankan pembangunan
hankam, tetapi menekakan pada pembangunan ekonomi. Peningkatan alokasi anggaran
pada bidang kesejahteraan akan mengurangi alokasi anggaran pada bidang keamanan.
Masalah keamanan tidak hanya datang dari luar negeri tetapi juga datang dari dalam
negeri, yang dipicu oleh masalah-masalah ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya
(SARA), untuk itu sangat penting dijaga dan dimantapkan stabilitas keamanan dan
aspek kehidupan lainnya. Stabilitas ini merupakan syarat mutlak dalam pembangunan.
Tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya jika stabilitas di negara ini
terguncang. Begitu pula tidak ada ketenangan bagi rakyat terutama mahasiswa untuk
turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
selain diperlukan stabilitas keamanan dalam pembangunan nasional maka yang lebih
esensial harus dipadukan dan dimantapkan ialah kesamaan pola pikir, pola sikap, dan
pola tindak kita untuk mencapai karsa dalam cita-cita nasional, tujuan nasional, tujuan
pembangunan nasional, sasaran pembangunan nasional, dan kepentingan nasional.

Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa


Dalam konteks ini kesadaran bela negara pada mahasiswa terhadap unsur bela negara,
yaitu cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin atas kesaktian
pancasila, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal bela
negara. Ketiga unsur tersebut harus ditanamkan kepada diri mahasiswa agar
terciptanya sikap bela negara terhadap mahasiswa.

Cinta Tanah Air


Cinta tanah air yaitu mengenal dan mencintai tanah air sehingga selalu waspada dan
siap membela tanah air indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara oleh siapapun dan dari manapun. Untuk meningkatkan rasa cinta terhadap
tanah air indonesia dapat dilakukanj dengan kegiatan yang dapat membangkitkan sikap
rasa memiliki, menjaga dan merawat tanah air Indonesia, mengenal dan memahami
wilayah Indonesia dengan baik, dan sikap rasa banga terhadap tanah air.

Kesadaran Berbangsa dan Bernegara


Kesadaran ini diarahkan dalam bentuk sikap tingkah laku bermasyarakat sesuai
dengan kepribadian bangsa, selalu mengaitkan dirinya dengan pencapaian cita-cita dan
tujuan hidup bangsa Indonesia. Untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara dapat dilakukan melalui kegiatan yang dapat membangkitkan ; menjunjung
tinggi rasa kesatuan dan petrsatuan, mencintai seni dan budaya bangsa, dan memiliki
rasa faham dan semangat kebangsaan yang tinggi serta perlakuan hormat terhadap
bendera merah putih, lagu kebangsaan, dan lambang negara Indonesia.

Keyakinan atas Pancasila


Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa dan negara merupakan kerangka acuan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan
nasional. Terwujudnya pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara dapat di capai
dengan cara meningkatkan kesadaran akan hakikat berdirinya, kebenaran negara
kesatuan republik Indonesia.

Rela Berkorbanuntuk Bangsa dan Negara


Rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan
memberikan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain. Dalam pengertian yang
sederhana, rela berkorban adalah sikap dan prilaku yang tindakannya dilakukan
dengan ikhlas serta mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri
sendiri, begitupun pada negara, kita harus mementingkan bangsa dan negara dari pada
apapun. Perwujudanya adalah bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan
harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya siap mengorbankan jiwa
dan raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Untuk meningkatkan semangat rela
berkorban untuk bangsa dan negara dapat dilakukan melalui kegiatan yang dapat
membangkitakan; memiliki sikap peduli terhadap lingkungan dan ringan tangan untuk
saling tolong menolong.

Kemampuan Awal Bela Negara


Untuk meningkatkan kemampuan awal bela negara dapat dilakukan melalui kegiatan
yang dapat membangkitkan secara psikis (mental) memiliki sifat-sifat disiplin, ulet,
kerja keras, mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, percaya akan
kemampuan sendiri, tahan uji, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk
mencapai tujuan nasional.

Bentuk Ancaman terhadap Bangsa dan Negara

Menurut  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 ancaman  terhadap Negara


mencakup ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Ancaman terhadap
kedaulatan Negara yang semula bersifat konvensional (fisik)  berkembang  menjadi 
multidimensional (fisik dan nonfisik)  baik  yang  berasal  dari  luar  negeri  dan  dari  
dalam  negeri. Ancaman  dibedakan  menjadi dua yaitu, Ancaman Militer dan Ancaman
Nonmiliter.

Peran serta masyarakat dalam upaya pembelaan negara berlangsung sejak masa
awal kemerdekaan. Keterlibatan warga negara dalam pembelaan negara adalah sebagai
berikut :
1. Dibentuknya kelaskaran rakyat, kemudian dikembang kan menjadi barisan
cadangan pada periode perang kemerdekaan ke-1.
2. Pasukan Perang Gerilya Desa (Pager Desa) termasuk mobilisasi Pelajar (Mobpel)
sebagai bentuk per kembangan dari barisan cadangan. Pada periode perang
kemerdekaan ke-2.
3. Pada 1958-1960, muncul Organisasi Keamanan Desa (OKD) dan Organisasi
Perlawanan Rakyat (OPR) yang merupakan bentuk kelanjutan Pager Desa.
4. Pada 1961 dibentuk pertahanan sipil (Hansip), Wanra, dan Kamra sebagai
bentuk penyempurnaan dari OKD/OPR.
5. Perwira cadangan yang dibentuk sejak 1963.
6. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 1982, ada organisasi yang
disebut rakyat terlatih yaitu Wanra yang membantu pertahanan dan Kamra yang
membantu keamanan dan anggota per lindungan masyarakat.
Contoh yang dilakukan Polri dalam upaya bela negara, antara lain:
1. Mendukung tetap tegaknya negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
2. Melakukan penyuluhan kesadaran hukum bagi warga Negara.
3. Melakukan pengaturan lalu lintas dan memberikan pengayoman keamanan bagi
warga Negara.
4. Memberikan perlindungan keamanan dari berbagai tindak kejahatan terhadap
warga Negara.
5. Melakukan proses penyidikan dan penyelidikan terhadap berbagai tindak
kejahatan.

KESIMPULAN
Wujud dan upaya bela negara dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia bukan oleh satu kelompok saja melainkan oleh seluruh rakyat indobesia.
Berdasarkan UU No 29 Tahun 1954 tentang pertahanan negara, wujud bela negara
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. PPPR (P3R) atau Pendidikan Pendahuluan Perlawanan Rakyat.
2. Wajib Latih Mahasiswa.
3. Rakyat Terlatih (Ratih).
4. Angkatan Perang Republik Indonesia.
5. Cadangan Angkatan Perang Republik Indonesia.
Bela negara tidak hanya menyangkut masalah kemiliteran dan hankam tetapi pada
seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hankam), untuk itu sangat penting dijaga stabilitas keamanan negara.
Selain itu terdapat unsur kesadaran bela negara pada rakyat terutama mahasiswa
diantaranya, cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan kesaktian
pancasila, rela berkorban terhadap bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal
bela negara.

PERAN MAHASISWA DALAM MEMBELA NEGARA

Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah
demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan
sebagai pengambil keputusan. Hal tersebut telah terjadi di berbagai negara di dunia,
baik di Timur maupun di Barat.
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para
mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat
realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa
untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka
sendiri.
Dalam sejarahnya mahasiswa merupakan kelompok dalam kelas menengah
yang kritis dan selalu mencoba memahami apa yang terjadi di masyarakat. Bahkan
di zaman kolonial, mahasiswa menjadi kelompok elite paling terdidik yang harus
diakui kemudian telah mencetak sejarah bahkan mengantarkan Indonseia ke
gerbang kemerdekaannya.
Dengan demikian adalah sebuah keharusan bagi mahasiswa untuk menjadi
pelopor dalam melakukan fungsi control terhadap jalannya roda pemerintahan
sekarang. Bukan malah sebaliknya.
Mahasiswa sudah telanjur dikenal masyarakat sebagai agent of change, agent
of modernization, atau agen-agen yang lain. Hal ini memberikan konsekuensi logis
kepada mahasiswa untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan gelar yang
disandangnya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dengan mencoba
menelusuri permasalahan sampai ke akar-akarnya.
Dengan adanya sikap kritis dalam diri mahasiswa diharapkan akan timbul
sikap korektif terhadap kondisi yang sedang berjalan. Pemikiran prospektif ke arah
masa depan harus hinggap dalam pola pikir setiap mahasiswa. Sebaliknya,
pemikiran konservatif pro-status quo harus dihindari. Tetapi tidak bisa dipungkiri,
mahasiswa sebagai social control terkadang juga kurang mengontrol dirinya sendiri.
Sehingga mahasiswa harus menghindari tindakan dan sikap yang dapat merusak
status yang disandangnya, termasuk sikap hedonis-materialis yang banyak
menghinggapi mahasiswa. Karena itu, kepedulian dan nasionalisme terhadap
bangsa dapat pula ditunjukkan dengan keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah.
Mahasiswa dapat mengasah keahlian dan spesialisasi pada bidang ilmu yang
mereka pelajari di perguruan tinggi, agar dapat meluruskan berbagai ketimpangan
sosial ketika terjun di masyarakat kelak.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa
mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal dan
mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa.
Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk
mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah
mereka perjuangkan. Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum
keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.

Organisasi kemahasiswaan
Resimen Mahasiswa (MENWA) merupakan wadah penyaluran potensi Mahasiswa
untuk ikut serta dalam bela Negara. Melalui Pendidkan Dasar Militer yang wajib
ditempuh setiap anggota MENWA, diharapkan memantapkan fisik dan mental serta
rasa kesadaran bela Negara dengan semangat, disiplin, dan jiwa nasionalis yang
tinggi.

PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Bela
negara merupakan sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara yang mencerminkan patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen untuk kepentingan mempertahankan
eksistensi negara. Bela negara juga dapat dimaknai sebagai upaya setiap warga
negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari
luar maupun dalam negeri dengan cara penyelenggaraan pertahanan negara yang
dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia maupun oleh seluruh komponen bangsa.
Membangun Kesadaran Bela Negara pada pemuda merupakan sesuatu yang
penting  karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa. Begitu besarnya
kiprah pemuda dalam melakukan perubahan-perubahan di negara indonesia
sebagai wujud sikap bela negara. Dahulu para pemuda indonesia bersatu padu
untuk memperoleh kemerdekaan, dan saat ini peran dan fungsi pemuda sebagai
generasi penerus bangsa dan pengisi kemerdekaan sebagaimana dilakukan pemuda
tempo dulu masih sangat diidamkan oleh seluruh elemen bangsa.
Semangat juang dan patah semangat yang dimiliki kaum muda hendaknya
dimanfaatkan sebagai dasar pergerakan pemuda. Pemuda kala ini hendaknya ikut
serta dalam usaha pembelaan negara yang dilakukan dengan cara mengisi
kemerdekaan dengan manampilkan sikap-sikap positif yang sesuai dengan ideologi
bangsa dan konstitusi yang berlaku di indonesia. Semangat bela negara dapat
tercermin dari adanya kesadaran pemuda akan aturan-aturan yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan, serta adanya kemelekan politik dari para pemuda yang akhirnya
dapat memposisikan diri dalam kancah politik nasional untuk perubahan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ilmiah:

1. Gredinard, Doni. 2013. “Penerapan PendidikanBela Negara di Perguruan Tinggi”. Vol


3. No.2. Universitas Pertahanan.

2. Rahayu, Minto, Dkk. 2019. “Kesadaran Bela Negara pada Mahasiswa”. Epigram Vol. 16.
No. 2. Jakarta :Politeknik Negeri Jakarta.

Buku

Lasiyo, Dkk. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan (BMP MKDU4111. Ed. 2). Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka-UT.

Anda mungkin juga menyukai