Anda di halaman 1dari 62

Bahan Ajar Kewarganegaraan |1

BAHAN AJAR MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN


PADA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KUPANG

DISUSUN OLEH :
J. A. CINDY PENY, SH., MH
Bahan Ajar Kewarganegaraan |2

Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas hikmat-Nya maka bahan ajar
untuk mata kuliah Kewarganegaraan ini telah dapat disusun dengan baik. Bahan ajar ini
memuat materi tentang Konsep Warga Negara dan Negara, Hak Asasi Manusia, Demokrasi
dan Masyarakat Madani. Materi ini merupakan materi yang dibahas dalam proses
pembelajaran di Institusi pendidikan khususnya pada Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kupang untuk pertemuan 1 sampai dengan 7.
Bahan ajar ini disusun dengan menggunakan berbagai literatur dengan tujuan untuk
memudahkan mahasiswa/i dalam memahami berbagai konsep terkait kewarganegaraan
sehingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dengan penuh rasa tanggung jawab, taat hukum serta cinta tanah air.
Bahan ajar ini dari tahun ke tahun terus direvisi isinya mengingat peraturan perundang-
undangan yang bersifat dinamis. Pada akhirnya, pembaca sebagai mitra diskusi di area
publik sangat diharapkan masukannya demi perbaikan isi bahan ajar ini ke depannya.

Penyusun
Agustus 2017
Bahan Ajar Kewarganegaraan |3

Pertemuan :I
Materi : Konsep Negara dan Warga Negara
Bahan Kajian : - Penjelasan RPS
- Pengertian Negara
- Teori terbentuknya Negara
- Bentuk-bentuk Negara
- Pengertian Warga Negara Indonesia

1. Penjelasan RPS meliputi :


Jumlah Dosen yang mengasuh MK ini dengan pembagian tertera dalam RPS ; Buku
referensi yang digunakan ; MK menggunakan metode ceramah (penyajian materi oleh
Dosen), diskusi (tanya jawab dan presentasi tugas), Kuis (Post Test) ; Penjelasan tentang
pembagian kelompok untuk tugas makalah (judul makalah untuk tiap kelompok dan criteria
penilaian) ; Bobot penilaian MK ; Penyampaian Kontrak kuliah ; dll.

2. BAHAN KAJIAN :
2.1 Pengertian Negara
Istilah Negara berasal dari kata : staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris) dan etat
(Perancis) 1. Secara etimologi Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara
satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu
kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat 2.
Banyak ahli hukum yang mendefinisikan Negara, salah satunya adalah Kranenburg . Ia
mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi
yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan terlebih dahulu yang harus ada
adalah kelompok manusia, sedangkan Negara adalah sekunder artinya itu menyusul
kemudian3.

2.2 Teori Terbentuknya Negara


2.2.1 Teori kontrak sosial (Social Contract)

1
Donatus Patty, Ilmu Negara, ________, Kupang, 1995, hlm. 17
2
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 120
3
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 18
Bahan Ajar Kewarganegaraan |4

Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian


masyarakat dalam tradisi sosial masyarakat. Penganut teori ini antara lain
Thomas Hobbes, Jhon Locke dan J.J. Rousseau4.
2.2.2 Teori Ketuhanan (Teokrasi)
Teori ini berpandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para Raja berasal
dari Tuhan. Mereka mendapat mandate dari Tuhan untuk bertakhta sebagai
5
penguasa . Teori ini berawal dari tumbuhnya agama Kristen dalam Pemerintahan
Roma yang tidak menerima adanya aliran lain. Theodosius Agung (379-395
Masehi) kemudian meresmikan agama Kristen Nicea sebagai agama resmi
Kekaisaran Romawi6.
Penganut teori ini antara lain Agustinus (354-430 Masehi) dan Thomas Aquinas
(1225-1274 Masehi). Menurut Agustinus, keadilan hanya mungkin dicapai dalam
Negara yang diperintah oleh agama Kristen yaitu dalam Civitas Dei (Negara
Tuhan). Selanjutnya menurut Thomas Aquinas, Tuhan adalah Principiun dari
semua kekuasaan. Raja dianggap sebagai wakil Tuhan dan pelanggaran
terhadap kekuasaan Raja merupakan pelanggaran terhadap Tuhan 7.
2.2.3 Teori Kekuatan
Teori ini berpendapat bahwa melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh
kelompok tertentu maka terbentuklah sebuah Negara atau dengan kata lain
terbentuknya suatu Negara adalah karena pertarungan kekuatan dimana yang
menang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah Negara. Kekuatan menjadi
pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya Negara. Adapun penganut teori ini
antara lain F. Oppenheimer, Karl Marx, H.J. Laski dan Leon Duguit 8.
2.2.4 Teori Patriarkhal dan Teori Matriarkhal
Menurut teori Patriarkhal, Negara adalah pengelompokkan beberapa suku yang
ditarik menurut gens kaum laki-laki. Sedangkan menurut teori Matriarkhal ,
Negara terbentuk dari beberapa suku yang ditarik dari clan Ibu9.
2.2.5 Teori Organis
Menurut teori ini Negara dipersamakan dengan makhluk hidup (manusia dan atau
binatang) dan individu (baca:warga Negara) dianggap sebagai sel-sel dari
4
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)….., Op., Cit., hlm. 123
5
Ibid., hlm. 124-125
6
https://id.m.wikipedia.org?wiki/theodosius_I . Data diakses pada Minggu,3 september 2017 pukul 20.58 WITA
7
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 45-46
8
Ibid., hlm. 46-48
9
Ibid., hlm. 48-49
Bahan Ajar Kewarganegaraan |5

makhluk hidup. Penganut teori ini antara lain Plato, Cicero dan Nicholas dari
Cusal (1401-1464 Masehi)10.

2.2.6 Teori Daluwarsa


Menurut teori ini, Negara timbul karena adanya milik yang sudah lama yang
kemudian melahirkan hak milik. Raja bertakhta bukan karena kekuasaan
berdasarkan hak-hak Ketuhanan atau jure divino tetapi berdasarkan kebiasaan
atau jure consuetudinario. Penganut teori ini antara lain Jean Bodin dan Loysean.
2.2.7 Teori Alamiah
Teori ini pertama-tama dikemukakan oleh Aristoteles. Terbentuknya Negara
menurut teori ini adalah karena ciptaan alam dan manusia yang awalnya
merupakan makhluk politik (zoon politican) ditakdirkan untuk hidup bernegara11.
2.2.8 Teori Idealistis
Menurut teori ini Negara sebagai suatu kesatuan yang harus ada dan sebagai
kesatuan yang mistis yang bersifat supranatural. Negara memiliki hakekat
tersendiri terlepas dari komponennya, ia bukan ciptaan mekanistis tetapi suatu
kesatuan ideal yang melambangkan manusia dalam bentuknya yang megah dan
sempurna12.
2.2.9 Teori Historis
Menurut teori ini, Negara tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan manusia guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang tidak
luput dari pengaruhi tempat, waktu dan tuntutan zaman13.

2.3 Bentuk-Bentuk Negara


2.3.1 Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah Negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Dalam
pelaksanaannya, Negara Kesatuan terbagi ke dalam dua sistem pemerintahan
yakni sentralisasi dan desentralisasi.

10
Ibid., hlm 49-50
11
Ibid., hlm. 50-51
12
Ibid., hlm. 51
13
Ibid., hlm. 51-52
Bahan Ajar Kewarganegaraan |6

Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang


langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
melaksanakan kebijakan pusat. Sedangkan Negara Kesatuan dengan sistem
desentralisasi adalah sistem pemerintahan yang memberi kesempatan dan
kewenangan kepada Kepala Daerah untuk mengurus urusan Pemerintah di
wilayahnya sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah Otonomi Daerah.
2.3.2 Negara Serikat
Negara serikat adalah negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara
bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara bagian tersebut
merupakan Negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri tetapi kemudian
menggabungkan diri dengan negara serikat sehingga dengan sendirinya Negara
tersebut menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada negara serikat.
2.3.3 Negara Monarkhi
Negara monarki adalah negara yang pemerintahannya dikepalai oleh Raja atau
Ratu. Dalam praktek, Negara monarki terdiri dari dua jenis yakni monarki absolut
dan monarki konstitusional.
Monarki absolut adalah negara yang kekuasaan tertingginya berada di tangan
satu orang raja atau ratu. Contoh: Arab Saudi. Sedangkan monarki konstitusional
merupakan negara yang kepala pemerintahannya adalah perdana menteri yang
dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara dan kedudukan Raja hanya
sebatas symbol belaka. Contoh: Malaysia, Thailand, Jepang dan Inggris.
2.3.4 Negara Oligarki
Negara oligarki adalah negara yang pemerintahannya dijalankan oleh beberapa
orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
2.3.5 Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah Negara yang pemerintahannya bersandar pada
kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak
rakyat melalui mekanisme Pemilu.

2.4 Pengertian Warga Negara Indonesia


2.4.1 Pengertian Warga Negara Indonesia
Dalam pasal 26 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa warga negara Indonesia
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Sedangkan menurut
Bahan Ajar Kewarganegaraan |7

Undang - Undang RI No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia (UU KRI) khususnya pasal 4, 5 dan 6.
Dalam pasal 4 disebutkan bahwa Warga Negara Indonesia adalah:
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia
dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi
Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
dan ibu Warga Negara Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu
Warga Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan
atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan
kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari
setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya
Warga Negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu
Warga Negara Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu
warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang
pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara
Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila
ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya;
Bahan Ajar Kewarganegaraan |8

l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik


Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan
permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal
dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selanjutnya pasal 5 UU KRI tentang status anak warga Negara Indonesia


menyatakan bahwa :
(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah,
belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin diakui secara sah
oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga
Negara Indonesia.
(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat
secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan
pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.

Sedangkan tentang pilihan menjadi Warga Negara bagi anak yang dimaksud
pada pasal-pasal sebelumnya dijelaskan dalam pasal 6 UU KRI yaitu :
Bahan Ajar Kewarganegaraan |9

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf 1, dan
Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia, 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan
melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan
perundang-undangan.

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak
berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

3. Post Test

Pertemuan : II
Materi : Konsep Warga Negara dan Warga Negara (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Asas-asas kewarganegaraan
- Problem Status Kewarganegaraan
- Hak dan Kewajiban Warga Negara
- Hubungan Negara dengan Warga Negara

1. Bahan Kajian
1.1 Asas-asas kewaranegaraan
Asas-asas kewarganegaraan merupakan prinsip-prinsip umum dalam penentuan suatu
kewarganegaraan. Sebagai prisnip / landasan dalam penentuan kewarganegaraan
dapat ditentukan melalui 3 asas yakni 14:
 Asas Ius Sanguinis adalah asas penentuan kewaganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Kewarganegaraan orangtua menjadi pokok sorotannya tanpa
mengindahkan dimana tempat dan keberadaan orangtuanya.
 Asas Ius Soli adalah asas penentuan kewarganegaraan berdasarkan tempat dimana
seseorang dilahirkan. Asas Ius Soli biasanya digunakan oleh negara-negara yang

14
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 20
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 10

sebagian besar penduduknya berasal dari kaum imigran misalnya Amerika Serikat,
Kanada dan Australia.
 Asas Campuran adalah penganutan terhadap penggunaan asas ius sanguinis dan
asas Ius Soli secara bersamaan atas dasar pertimbangan keuntungan bagi
kepentingan negara yang bersangkutan. Contoh : India dan Pakistan.

Sehubungan dengan ketiga asas tersebut maka setiap negara bebas memilih asas
mana yang hendak dipakai tergantung kepentingannya masing-masing. Dalam
penerapan ketiga asas tersebut memunculkan stelsel sebagai instrumennya, yaitu
stelsel aktif dan stelsel pasif. Stelsel aktif adalah stelsel yang mengharuskan
seseorang mengusahakan sendiri status kewarganegaraannya dengan cara
mengajukan permohonan kepada Presiden melalui menteri Hukum dan HAM.
Sedangkan stelsel pasif adalah stelsel yang tidak mengharuskan seseorang untuk
melakukan tindakan hukum tertentu untuk dapat menjadi warga negara Indonesia.
Contohnya jika orangtua kita adalah WNI maka pada saat lahir kita langsung
menjadi WNI 15.
Selanjutnya terkait dengan kedua stelsel tersebut telah pula menimbulkan instrument
hukum yang berupa hak opsi dan hak refudiasi. Hak opsi biasanya muncul dari
stelsel aktif yakni hak untuk memilih suatu kewarganegaraan. Sedangkan hak
refudiasi biasanya muncul dalam lapangan stelsel pasif yaitu hak untuk menolak
suatu kewarganegaraan16.

1.2 Problem Status Kewarganegaraan


Akibat dari penggunaan tiga asas kewarganegaraan di atas muncullah problem
hukum antara lain 17:
Apatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki
kewarganegaraan.
Bipatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kewarganegaraan
rangkap atau dua kewarganegaraan. Contohnya adalah B. J. Habiebie yang
memiliki dua kewarganegaraan yakni Indonesia dan Jerman.
Multipatride adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki status
kewarganegaraan yang banyak. Misalnya Gus Hiddink, seorang pelatih
15
Ibid., hlm. 21
16
Ibid.,
17
Ibid., hlm. 21 - 22
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 11

sepakbola berkewarganegaraan Belanda yang pada tahun 2002 karena berhasil


membawa tim sepakbola Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia maka atas
prestasinya itu ia dianugerahi kewarganegaraan korea selatan. Selanjutnya pada
tahun 2006 ia berhasil lagi membawa tim nasional sepak bola Australia ke
perempat final Piala Dunia sehingga atas prestasinya itu ia dianugerahi
kewarganegaraan Australia.
1.3 Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak-hak warganegara RI secara umum dapat kita temukan dalam UUD 1945 yaitu :
 Pasal 27 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk diperlakukan sama
di depan hukum dan pemerintahan.
 Pasal 27 ayat (2) memuat tentang hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
 Pasal 28 memuat tentang hak warga negara untuk bebas berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan.
 Pasal 29 memuat tentang hak warga negara untuk memeluk agamanya masing-
masing ;
 Pasal 30 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk ikut dalam usaha bela
negara;
 Pasal 31 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan
dan pengajaran.
 Pasal 34 ayat (1) memuat tentang hak fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara.
Sedangkan kewajiban warga negara adalah mematuhi semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di NKRI. Berdasarkan UU. No. 10 tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan maka tata urutan perundang-undangan
RI di Indonesia adalah :
UUD 1945
Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah ( PP )
Perpres (Peraturan Presiden)
Peraturan Daerah (Perda)
Selain itu sebagai warga negara kita juga wajib untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1), wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara (pasal 30 ayat 1) dan wajib mematuhi semua peraturan baik
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 12

tertulis maupun tidak tertulis misalnya konvensi / living law, hukum adat, hukum agama
dan lain sebagainya 18.

1.4 Hubungan Negara dengan WN


Hubungan antara negara dan warga negara adalah timbal balik dan sangat erat. Negara
misalnya memiliki kewajiban untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar
maka di sisi lain warga negara punya kewajiban untuk membayar pajak yang nantinya
akan digunakan negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial dan menyediakan
fasilitas publik bagi warga negaranya. Hubungan ini diharapkan berjalan seimbang
(balance).

2. Post Test

Pertemuan : III
Materi : Hak Asasi Manusia
Bahan Kajian : - Pengertian Dasar HAM
- Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM
- Jenis-jenis HAM
- Pelanggaran dan Pengadilan HAM
- Kelompok-Kelompok Yang Rentan Terhadap Pelanggaran HAM

1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Dasar HAM
Terdapat berbagai istilah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam berbagai kepustakaan
yaitu19:
Bahasa Inggris : Fundamental rights, Human Rights ;
Bahasa Belanda : Grondrechten, Mensenrechten ;
Bahasa Indonesia : Hak Dasar Manusia, Hak Asasi Manusia .
Menurut Black’s Law Dictionary, HAM adalah suatu kebebasan/kemerdekaan,
kekebalan dan yang menguntungkan atau bermanfaat bagi manusia sesuai dengan
nilai-nilai hukum modern20. Menurut Rhoda E. Howard, HAM adalah hak yang dimiliki

18
Ibid., hlm. 21-2
19
Yohanes Saryono, 2014, Buku Ajar Berbasis Modul “Politik Hukum”, Program Studi Magister Ilmu Hukum - Program Pasca
Sarjana UNDANA, hlm. 133
20
Ibid., hlm. 134
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 13

manusia karena dirinya manusia. Setiap manusia mempunyai HAM dan tak seorang pun
boleh diingkari HAM-nya tanpa keputusan hukum yang adil21.

Menurut UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM pada pasal 1 angka (1) jo. UU. No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM pada pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa :
“ Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk TYME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. ”

1.2 Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM


1.2.1 Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM di Dunia ;
Lahirnya HAM adalah bersamaan dengan adanya manusia yang diciptakan oleh
TYME di dunia ini. HAM melekat dalam diri setiap manusia sebagai karunia dari
TYME. Ditinjau dari sejarah lahirnya HAM terdapat beberapa pendapat yaitu22 :
Menurut hukum kodrat : HAM berasal dari Tuhan yang dibawanya sejak lahir
sebagai anugerah TYME ;
Menurut Kaum Positifisme/Realisme : HAM ada dan lahir ketika
dikukuhkannya HAM ke dalam konstitusi atau UUD, Deklarasi, Bills, Act,
Konvensi dan UU HAM, baik yang berlaku dalam suatu Negara maupun di
dunia internasional.
Sejarah HAM berkembang melalui beberapa tahap yaitu23 :
1. Pada tahun 1215 Raja John Lackland terpaksa menandatangani dan
menyiarkan Magna Charta. Isinya ialah penarikan pajak harus seijin Great
Council yang anggota-anggotanya adalah kepala-kepala daerah , orang-
orang bebas tidak boleh ditahan, dipenjarakan, dibuang atau dihukum mati
tanpa pertimbangan hukum dan perlindungan hukum tertulis.

21
Yohanes Saryono, Loc.Cit., hlm. 134
22
Ibid., hlm. 144
23
Ibid., hlm. 145-146
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 14

2. Pada tahun 1628 Parlemen Inggris mengajukan Petition of Rights. Isi petisi
tersebut kemudian menimbulkan ketegangan antara Raja Charles dengan
parlemen. Dalam “clash” tersebut akhirnya Parlemen menang dan
mengeluarkan petisi sebagai berikut :
- Penerapan pajak dan pungutan-pungutan istimewa harus dengan
persetujuan parlemen ;
- Seseorang tidak boleh ditahan tanpa tuduhan yang sah dan tanpa alasan
;
- Tentara tidak diperbolehkan menggunakan Hukum Perang dalam
keadaan damai.
3. Pada tahun 1679 Raja Charles II dari kerajaan inggris menandatangai
Habeas Corups Act. Dalam Undang-Undang tersebut HAM dikembangkan
lebih lanjut.
4. Dalam tahun 1689 terjadi revolusi di Inggris yang akhirnya membawa
dampak positif yaitu ditetapkannya Bill of Rights pada 1689. Isi Bill of Rights
adalah :
Pemilihan anggota parlemen harus dilakukan dengan asas bebas dan
rahasia ;
Adanya pengakuan terhadap kebebasan berbicara dan kebebasan
mengeluarkan pendapat ;
Warganegara Inggris mempunyai hak untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut kepercayaannya itu.
5. Pada tahun 1776 wakil dari 13 daerah di Amerika Utara mengeluarkan
Declaration of Independence (pernyataan kemerdekaan). Dalam pernyataan
itu dikatakan :
“ kami percaya bahwa semua kebenaran itu adalah bukti nyata, bahwa
semua orang diciptakan sama, bahwa mereka dikaruniai oleh Pencipta hak-
hak tertentu yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa diantaranya adalah
hidup,kebebasan dan pengejaran kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-
hak ini dibentuk Pemerintah diantara orang-orang yang memperoleh
kekuasaan mereka yang adil dengan ijin dari yang diperintah. “
6. Tahun 1789 di Perancis terjadi Revolusi yang menghasilkan Declaration des
Droits de l’ Home et du Cityen (Pernyataan hak-hak asasi manusia dan
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 15

warganegara). Deklarasi ini menghasilkan semboyan yang terkenal yakni


Liberte (Kebebasan), Egalite (Persamaan) dan Fraternite (Persaudaraan).
7. Tanggal 10 desember 1948 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) mengeluarkan The Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia / DUHAM) yang intinya adalah :
Setiap orang berhak akan hidup, kemerdekaan, keamanan bagi dirinya ;
Tidak seorangpun boleh dikenakan hukuman tahanan atau pembuangan
yang sewenang-wenang ;
Setiap orang berhak mendapatkan pekerjaan yang layak.
Adanya DUHAM sebagaimana disebutkan di atas merupakan suatu manifestasi
dan reaksi atas berbagai tindakan pemerintahan yang otoriter sebelum dan
selama perang dunia kedua berlangsung yang mengabaikan perlindungan
hukum terhadap HAM. Jhon Locke yang dikenal sebagai Bapak Hak Asasi
Manusia, mengemukakan bahwa manusia dalam keadaan bebas dalam hukum
alam adalah bebas dan sederajat, tetap mempunyai hak-hak alamiah yang tidak
dapat diserahkan kepada kelompok masyarakat lainnya kecuali lewat perjanjian
masyarakat. Hak-hak tersebut tidak dapat diserahkan kepada
masyarakat/publik/penguasa24.

1.2.2 Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM di Indonesia ;


Secara garis besar, perkembangan HAM di Indonesia dapat dibagi dalam dua
periode yakni 25:
1. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945) ;
Pemikiran HAM pada masa ini dimulai dengan kemunculan organisasi
pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo (1908). Organisasi ini muncul
karena pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa kolonial terhadap
masyarakat Indonesia ketika itu. Organisasi ini memperjuangkan kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui organisasi massa dan konsep
perwakilan rakyat. Kemudian muncul organisasi Perhimpunan Indonesia
(1925) yang menekankan perjuangan HAM melalui wacana hak menentukan
nasib sendiri (the right of self determination).
2. Periode Setelah Kemerdekaan ;

24
Ibid., 153-154
25
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), hlm. 154-161
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 16

Periode ini terbagi lagi menjadi 5 periode yakni :


Periode 1945-1950 :
Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih
menekankan pada wacana hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk
berserikat melalui organisasi politik yang didirikan, serta hak kebebasan
untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.
Periode 1950-1959 :
Periode ini merupakan masa gemilang sejarah HAM di Indonesia yang
tercermin pada 5 indikator yaitu :
 Munculnya partai-partai politik dengan beragam ideology ;
 Adanya kebebasan Pers
 Pelaksanaan Pemilu secara aman, bebas dan demokratis
 Kontrol parlemen atas Eksekutif
 Perdebatan HAM secara bebas dan demokratis
Di periode ini Indonesia meratifikasi dua konvensi internasional HAM
yaitu:
 Konvensi Genewa (1949) yang mencakup perlindungan hak bagi
korban perang, tawanan perang dan perlindungan sipil di waktu
perang.
 Konvensi tentang hak politik perempuan yang mencakup hak
perempuan untuk memilih dan dipilih tanpa perlakuan diskriminasi,
serta hak perempuan untuk menempati jabatan publik.
Periode 1959-1966 :
Periode ini ditandai dengan bergantinya sistem pemerintahan menjadi
Demokrasi Terpimpin dimana kekuasaan terpusat di tangan Presiden.
Hal ini mengakibatkan terpasungnya hak-hak asasi warga negara.
Periode 1966-1998 :
Periode ini adalah masa Orde Baru yang awalnya menjanjikan harapan
baru bagi penegakan HAM di Indonesia namun sama halnya dengan
periode sebelumnya (Orde Lama), Pemimpin dimasa ini juga
memandang HAM dan demokrasi sebagai produk barat yang
bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Pelanggaran HAM
pemerintah Orde Baru dapat dilihat dari kebijakan politik yang sentralistis
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 17

dan cara-cara kekerasan yang berlawanan dengan prinsip-prinsip HAM.


Contohnya kasus Tanjung Priok, Kedung Ombo, Lampung dan Aceh.
Kemudian di awal tahun 1990 karena kuatnya tuntutan penegakan HAM
dari kalangan organisasi pemerintahan atau LSM maka pemerintah Orde
Baru membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
melalui Keputusan Presiden (Keppres). Sayangnya Komnas HAM juga
tidak berdaya mengungkap pelanggaran-pelanggaran HAM berat yang
ada.
Periode Pasca Orde Baru (Reformasi) :
Pada periode ini perhatian Pemerintah terhadap penegakan HAM terlihat
dari beberapa hal berikut :
 Lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
 Sejumlah konvensi HAM juga diratifikasi diantaranya konvensi tentang
penyiksaan dan perlakuan kejam, konvensi penghapusan segala
bentuk diskriminasi rasial, konvensi penghapusan kerja paksa, dll.
 Pemerintahan B.J.Habiebie mencanangkan program Rencana Aksi
Nasional HAM pada agustus 1998 ;
 Pengesahan UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM serta pembentukan
Departemen Kehakiman dan HAM ;
 Penambahan pasal-pasal khusus tentang HAM dalam amandemen
UUD 1945 ;
 Pengesahan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM ;
 Keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang penghapusan
sistem tenaga kontrak (outsourcing) ;
 Judicial Review atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
berkaitan dengan status anak di luar pernikahan yang sah (anak
tersebut tidak hanya punya hubungan keperdataan dengan Ibunya dan
keluarga Ibunya tetapi juga dengan laki-laki yang adalah ayahnya
selama dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah,
termasuk dengan keluarga ayahnya. Dengan demikian anak di luar
perkawinan berhak mendapat akta lahir dan hak waris ;

1.3 Jenis-Jenis HAM


B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 18

Menurut the international bill of human rights, HAM dapat dibedakan menjadi 26 :
Personal rights (hak-hak asasi pribadi) yang meliputi kebebasan pendapat,
memeluk agama, bergerak, dll.
Property Rights (hak-hak asasi bidang ekonomi) yang meliputi hak untuk memiliki
sesuatu, membeli, menjual dan menikmati.
Rights of Legal Equality (hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan).
Political Rights (hak asasi bidang politik) yang meliputi hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam Pemilu), hak mendirikan partai
politik, dll.
Social and Culture Rights (hak asasi bidang sosial dan kebudayaan) yang meliputi
hak memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan, dll.
Procedural Rights (hak asasi bidang prosedur peradilan), yang meliputi hak untuk
mendapatkan surat perintah penangkapan/penggeledahan, hak didampingi
pembela, dll.

1.4 Pelanggaran dan Pengadilan HAM


UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM khususnya pasal 1 angka 6 menegaskan bahwa
27
:
“Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang - Undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku. “

Selanjutnya HAM dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu :


Pelanggaran HAM berat, meliputi kejahatan genosida (memusnahkan seluruh atau
sebagian bangsa/ras/etnis/agama tertentu) dan kejahatan kemanusiaan (dilakukan
dengan serangan yang meluas dan sistematis terhadap penduduk sipil dengan cara

26
Mardenis, Op. Cit., hlm. 58-59

27
Lihat UU. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 19

pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran, penyiksaan, pemerkosaan,


penganiyaan, penghilangan orang secara paksa, kejahatan apartheid);
Pelanggaran HAM ringan.

Terhadap pelanggaran HAM dapat dilakukan proses peradilan melalui tahap


penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan
khusus yang berada di lingkungan peradilan umum. Pengadilan atas pelanggaran HAM
berat diberlakukan asas retroaktif yaitu pelanggaran HAM berat dapat diadili dengan
membentuk pengadilan HAM Ad Hoc yang dibentuk berdasar atas usul DPR dengan
Keppres dan berada di lingkungan Peradilan Umum 28.
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada saat
kejahatan dilakukan (pasal 6 UU. No. 26 / 2000) 29.
Upaya mengungkap pelanggaran HAM dapat melibatkan masyarakat umum melalui
pengembangan komunitas HAM atau penyelenggaraan tribunal (forum kesaksian untuk
mengungkapkan dan menginvestigasi sebuah kasus secara mendalam) tentang
pelanggaran HAM 30.

1.5 Kelompok-Kelompok Yang Rentan Terhadap Pelanggaran HAM


Secara garis besar ada 6 kelompok yang rentan terhadap pelanggaran HAM yaitu 31:
1. Anak-Anak ;
Kerentanan anak-anak terhadap pelanggaran HAM adalah sebagai konsekuensi dari
anak sebagai manusia yang lemah. Usia dan faktor kematangan psikologis dan
mental membuatnya kerap terpinggirkan. Convention on the rights of the child
menegaskan ada 4 butir pengakuan masyarakat internasional atas hak-hak anak
yaitu :
Hak terhadap kelangsungan hidup anak (survival rights) ;
Hak terhadap perlindungan (protection rights) ;
Hak untuk tumbuh berkembang (development rights) ;
Hak untuk berpartisipasi (participation rights) ;

28
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 164
29
Lihat juga pasal 66 UU. No. 26 TAhun 2000 tentang Pengadilan HAM
30
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 165
31
Mardenis, Op. Cit., hlm. 67 – 80
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 20

Selain itu, Indonesia juga telah memiliki UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Menurut UU ini, pada hakikatnya perlindungan anak harus
mampu menjamin terselenggaranya hak-hak anak terhadap agama (pasal 42 dan
43), kesehatan (pasal 44 sampai 47), pendidikan (pasal 48 sampai 53), Sosial (pasal
55 samapi 57), perlindungan khusus (pasal 59 dan 60).
2. Perempuan ;
Kekerasan terhadap perempuan antara lain kekerasan fisik serta pembakaran,
penyiksaan mental, deprivasi ekonomi (tidak diberi nafkah secara rutin dalam jumlah
yang cukup untuk kebutuhan wajar sehari-hari), Diskriminasi (pendidikan, pekerjaan,
upah / gaji, dll), serangan seksual, perdagangan perempuan.
3. Masyarakat Adat ;
Pasal 28 i ayat (3) UUD 1945 dan pasal 6 UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
sama-sama menegaskan bahwa identitas budaya masyarakat hukum adat termasuk
hak ulayat dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah.
4. Pembela HAM ;
Pembela HAM merupakan garda terdepan dalam perjuangan penegakan HAM
sehingga mereka terkategori kedalam kelompok yang rentan terhadap pelanggaran
HAM. Contoh : kasus mantan Ketua Komnas HAM Munir yang dibunuh tahun 2004
dalam perjalanan dengan pesawat terbang ke Amsterdam-Belanda.
5. Penyandang Cacat ;
Indonesia telah memiliki UU. No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang cacat yang
memberikan landasan hukum bagi hak-hak penyandang cacat untuk dilindungi
Negara.
6. Pengungsi ;
Hak-hak yang melekat pada diri pengungsi adalah sebagaimana yang disebutkan
dalam berbagai konvensi internasional yang ada antara lain hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya.

2. Post Test :
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 21

Pertemuan : IV
Materi : Konsep Demokrasi
Bahan Kajian : - Konsep Dasar Demokrasi
- Norma-Norma Yang Mendasari Demokrasi
- Komponen-Komponen Penegak Demokrasi

1. Bahan Kajian
1.1 Konsep Dasar Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni demos yang
artinya rakyat dan cratein atau cratos yang artinya kekuasaan dan kedaulatan.
Perpaduan kata demos dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang
memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat (government of
the people) dimana kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat dan dilakukan secara
langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang
berlangsung secara bebas. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu
pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat 32.

32
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 66
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 22

Definisi Demokrasi menurut para ahli 33:


Menurut Philip C. Schmitter, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakannya di wilayah publik
oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan wakil-wakil mereka yang telah terpilih.
Menurut Henry B. Mayo, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip-prinsip politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

1.2 Norma-Norma Yang Mendasari Demokrasi


Menurut Frans Magnis Suseno, setidaknya ada lima prinsip Negara demokrasi yaitu 34:
Menganut sistem Negara hukum; Dengan kata lain negara demokrasi tidak
mengenal keabsolutan. Tidak ada satu pihak di dalam pemerintahan yang
mempunyai kekuasaan yang mutlak. Kekuasaan di Negara demokrasi berada di
tangan rakyat dan diatur oleh hukum yang berlaku sehingga hukum sangat berperan
dalam penerapan demokrasi.
Kontrol sosial; Di dalam Negara demokrasi pengawasan dilaksanakan oleh rakyat,
semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam pemerintahan mendapat pengawasan
dari rakyat.
Adanya pemilu yang bebas ; hal ini menunjukkan nilai-nilai pokok yang dijunjung
oleh demokrasi yaitu kebebsan individu dalam mengekspresikan diri. Tidak ada
pengekangan individu dalam melakukan kegiatan baik politik, hukum, sosial budaya
ataupun bidang kehidupan lainnya.
Prinsip mayoritas ; Nilai-nilai dasar demokrasi merujuk kepada kepentingan
mayoritas, bukan kepada kepentingan segelintir orang.
Adanya jaminan atas hak dan asasi manusia; Negara-negara yang menganut prinsip
demokrasi akan selalu menjunjung tinggi HAM.
Hendry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi itu harus didasari oleh beberapa norma
dasar yakni 35:
Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga ;
33
Ibid., hlm. 67
34
Mardenis, Op., Cit., hlm. 32
35
Ibid., hlm. 32-33
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 23

Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam masyarakat yang


sedang berubah;
Penyelenggaraan pergantian pimpinan secara teratur ;
Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum ;
Mengakui serta menganggap secara wajar adanya keanekaragaman dalam
masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan serta
tingkah laku;
Menjamin tegaknya keadilan.

1.3 Komponen-Komponen Penegak Demokrasi


Tegaknya demokrasi pada suatu Negara sangat bergantung pada komponen-komponen
berikut 36:
1. Negara Hukum ;
Negara hukum adalah salah satu unsur demokrasi. Negara hukum yang
dimaksudkan adalah negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga
negaranya melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan imparsial (tidak memihak)
dan sekaligus juga terdapat jaminan terhadap perlindungan HAM.
2. Good Governance ;
Demokrasi sangat ditopang oleh pemerintahan yang baik (good governance) yang
pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien, responsif terhadap
kebutuhan rakyat dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan.
3. Badan pemegang kekuasaan Legislatif ;
Di Indonesia badan ini adalah DPR RI yang memiliki fungsi budgeting, controlling dan
regulating ( pasal 20A ayat (1) UUD 1945 ).
4. Peradilan yang bebas dan mandiri ;
Peran dunia peradilan yang bebas, tidak terpengaruh oleh tekanan dan kepentingan
kekuasaan.
5. Masyarakat madani ;
Masyarakat madani antara lain dicirikan dengan masyarakat yang terbuka dan
berperadaban, bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, kritis,
berpartisipasi aktif serta egaliter. Ia memiliki peran penting bagi tegaknya demokrasi,
karena demokrasi membutuhkan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan suatu
keputusan oleh negara / pemerintah.

36
Ibid., hlm. 34-36
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 24

6. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;


Berkembangnya demokrasi pada suatu negara membutuhkan pengawasan oleh pers
yang bebas, dalam arti tidak berada di bawah pengaruh dan tekanan kekuasaan dari
pihak manapun namun tetap dilandasi tanggung jawab kepada masyarakat dan
bangsa berdasarkan fakta-fakta.
7. Infrastuktur Politik ;
Infrastruktur politik adalah lembaga-lembaga yang berperan memberikan masukan
dalam suatu proses politik, seperti partai politik, LSM, perguruan tinggi, pers,dll.

2. SGD Kel. 2

Pertemuan :V
Materi : Konsep Demokrasi (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
- Demokrasi di Indonesia
- Demokrasi dan Korupsi
Bahan Kajian
1.1 Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
Parameter tatanan kehidupan demokrasi dapat diketahui melalui unsur-unsur berikut 37:
a. Hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga negara
berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan,
kemerdekaan dan rasa merdeka ;
b. Penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip supremasi hukum (supremacy of
law), kesamaan di depan hukum (equality before the law) dan jaminan terhadap
HAM ;
c. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat ;
d. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;
e. Pengakuan terhadap hak minoritas ;

37
Ibid., hlm. 36-37
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 25

f. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada asas pelayanan,


pemberdayaan dan pencerdasan ;
g. Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif ;
h. Keseimbangan dan keharmonisan ;
i. Tentara yang professional sebagai kekuatan pertahanan ;
j. Lembaga peradilan yang independen .

Selanjutnya dalam pandangan Robert A. Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada
dalam sistem demokrasi yaitu : kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum
yang jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
kebebasan mengakses informasi dan kebebasan berserikat 38.

1.2 Demokrasi di Indonesia


Sejarah demokrasi di Indonesia dibagi dalam 4 periode yaitu39 :
1. Periode 1945 – 1959 ;
Demokrasi pada jaman ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Namun
model demokrasi ini tidak cocok dengan Indonesia karena partai-partai politik
mendominasi kehidupan sosial politik sehingga mengakibatkan destabilisasi politik
nasional yang mengancam integrasi nasional.
2. Periode 1959 – 1965 ;
Periode ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri-ciri demokrasi ini
adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan peran
ABRI dalam panggung politik nasional. Kepemimpinan Presiden yang tanpa batas
muncul ketika Presiden Soekrano mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
salah satu isinya adalah Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu yang
mana hal ini adalah inkonstitusional.
3. Periode 1965 – 1998 ;
Demokrasi pada periode ini adalah Demokrasi Pancasila. Secara garis besar
Demokrasi Pancasila yang ditawarkan oleh Pemerintah Orde Baru adalah

38
Ibid., hlm. 36
39
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 75-78
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 26

demokrasi dalam bidang politik dan ekonomi. Namun hal ini ternyata hanya sebatas
retorika politik belaka karena nyatanya pemerintah Orde Baru bertindak jauh dari
prinsip-prinsip demokrasi, misalnya sentralisasi pengambilan keputusan politik,
dominannya peran militer (ABRI), campur tangan pemerintah terhadap partai politik.
4. Periode Pasca Orde Baru ;
Demokrasi pada periode ini erat kaitannya dengan masyarakat madani (civil society)
dan penegakan HAM.

1.3 Demokrasi dan Korupsi 40


Membahas hubungan demokrasi dan korupsi maka ada aksioma yang popular dari Lord
Acton yakni “Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely” (kekuasaan
cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut maka korupnya juga absolut). Dengan
demikian absolutisme berbanding lurus dengan korupsi sebaliknya demokrasi
berbanding terbalik dengan korupsi. Namun di Indonesia hal ini tidak berlaku. Inilah
yang disebut dengan anomali demokrasi atau dengan kata lain yang terjadi di Indonesia
adalah sesuatu yang abnormal.
Hal ini setidaknya disebabkan oleh 3 hal 41 :
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejauh ini cenderung menekankan pada
demokrasi formal ketimbang substantif. Demokrasi formal contohnya Pemilu secara
langsung, pembentukan lembaga-lembaga penunjang sistem demokrasi. Sedangkan
demokrasi substantif contohnya Kontrol sosial, akuntabilitas, kesejahteraan sosial,
transparansi, dll.
Pelaksanaan demokrasi membutuhkan ongkos yang sangat besar (high cost
democracy). Contoh money politic untuk mendongrak kapasitas dan integritas para
politisi sehingga saat menduduki jabatan publik maka mereka harus mengembalikan
modal tersebut (bisa jadi dengan cara korupsi).
Perjalanan demokrasi justru mengarah ke oligarkhi yakni sistem demokrasi yang
dikuasai oleh satu kelompok elit. Sistem ini sarat dengan KKN yang bertolak
belakang dari spirit demokrasi.

2. Post Test

40
Mardenis, Op., Cit., hlm. 39-41
41
Ibid., hlm. 40-41
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 27

Pertemuan : VI
Materi : Masyarakat Madani
Bahan Kajian : - Pengertian Masyarakat Madani
- Sejarah Singkat Masyarakat Madani
- Karakteristik Masyarakat Madani

1. Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani adalah kata dari terjemahan bahasa inggris “civil society”. Civil
membentuk kata “civilization” yang berarti peradaban dan “society” yang artinya
masyarakat. Kata civil society sendiri berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei artinya kota
Ilahi. Oleh karena itu kata “civil society” dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota
yakni masyarakat yang telah berperadapan maju42.
Istilah masyarakat madani dimunculkan pertama kali oleh Datuk Anwar Ibrahim yang berarti
sebuah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Ciri-ciri
masyarakat madani adalah kemajemukan budaya, hubungan timbal balik dan sikap saling
memahami dan menghargai 43.

42
Mardenis., Op.Cit., hlm. 138-139
43
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Op.Cit., hlm. 216
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 28

2. Sejarah singkat Masyarakat Madani 44


Terkait dengan sejarah masyarakat madani maka terdapat beberapa ahli yang menyatakan
pemikirannya antara lain :
Filsuf Yunani yakni Aristoteles (384-322 SM) memandang konsep civil society
(masyarakat sipil) sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri.
Konsep civil society pada masa ini dikenal sebagai istilah koinonia politike, yaitu sebuah
komunitas politik tempat warga negara dapat terlibat langsung dalam berbagai
percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan. Istilah ini oleh Aristoteles
digunakan untuk menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis di mana warga
negara di dalamnya berkedudukan sama di depan hukum45.
Berbeda dengan itu, negarawan Romawi yakni Cicero (106-43 SM) mengistilahkan
masyarakat sipil dengan societies civilizes yaitu sebuah komunitas yang mendominasi
komunitas yang lain dengan tradisi politik kota sebagai komponen utamanya. Cicero
lebih menekankan pada konsep negara kota (city-state), kota bukan hanya konsentrasi
penduduk tetapi sebagai pusat kebudayaan dan pemerintahan46.
Selanjutnya, Thomas Hobbes (1588-1679 M) yang mengatakan bahwa sebagai entitas
negara, civil society mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat
sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak yang mampu mengontrol dan mengawasi
secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap warga negara.
Kemudian Jhon Locke (1632-1704 M) yang mengatakan bahwa kehadiran civil society
adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara.
Pada perkembangan selanjutnya, Adam Ferguson (1776) yang
mengkontekstualisasikan civil society dengan konteks sosial politik di Skotlandia.
Ferguson menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial.
Thomas Paine (1737-1809) yaitu seorang aktivis politik asal Inggris-Amerika yang
memaknai civil society sebagai ruang dimana warga negara dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas tanpa
paksaan.
G.W.F. Hegel (1770-1831) yang memandang civil society sebagai kelompok subordinatif
terhadap negara. Baginya, intervensi negara terhadap masyarakat sipil bukanlah
tindakan illegal karena hanya pada level negaralah politik bisa berlangsung secara
murni dan utuh.
44
Ibid., hlm. 217 - 225
45
Ibid., hlm. 217
46
Ibid., hlm.218
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 29

Karl Marx (1818-1883) memandang civil society sebagai masyarakat borjuis. Civil
society harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.
Antonio Gramsci (1837-1891) mengartikan civil society sebagai tempat perebutan posisi
hegemoni di luar kekuatan negara, aparat mengembangkan hegemoni untuk
membentuk konsensus dalam masyarakat.
Alexis de Tocqueville (1805-1859) memandang civil society sebagai kelompok
penyeimbang kekuatan negara. Civil society adalah sesuatu yang tidak apriori maupun
tersubordinasi dari lembaga negara. Civil society bersifat otonom dan memiliki kapasitas
politik tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan
intervensi negara atas warga negara.
Dari sejumlah model dan pandangan tentang civil society di atas maka mazhab
Gramscian dan Tocqueville telah menginspirasi gerakan prodemokrasi di Eropa Timur
dan Eropa tengah serta cendekiawan Indonesia M. Dawam Rahardjo. Rahardjo
mengelaborasi pemikiran ahli-ahli sebelumnya menjadi :
1. Pasar (market) sangat berperan menentukan unsur-unsur dalam masyarakat madani
(negara dan hubungan sosial yang bersifat sukarela/voluntary) ;
2. Adanya ruang publik yang bebas (lembaga sosial, media masa, sekolah, partai
politik, lembaga yang dibentuk negara) memungkinkan warga negara melakukan
kegiatan berpendapat,berserikat dan berkumpul secara merdeka;
3. Pola hubungan kerja antara Pemerintah, masyarakat madani dan swasta (pasar)
berada dalam kerangka keseimbangan peran masing-masing.
4. Kedudukan komponen moral dalam konstelasi hubungan antara tiga komponen
dalam masyarakat madani (Pemerintah/Negara, sektor swasta dan rakyat) adalah
ditengah-tengah sebagai pengubung ketiga komponen tersebut.

3. Karakteristik Masyarakat Madani47


Beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh masyarakat madani adalah :
1. Wilayah publik yang bebas (free public sphere), adalah ruang publik yang bebas
sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat warga masyarakat dan semua warga
memiliki posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa
rasa takut dan terancam oleh kekuatan di luar civil society .
2. Demokrasi, adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni
(genuine) ;

47
Ibid., hlm. 225-226
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 30

3. Toleransi, dalam masyarakat madani sikap-sikap toleransi untuk menerima


keberagaman pandangan politik adalah bukan sekedar tuntutan sosial masyarakat tetapi
bagian dari pelaksanaan ajaran moral agama ;
4. Kemajemukan, adalah sesuatu yang alamiah dan merupakan rahmat Tuhan bagi
kehidupan masyarakat. Kemajemukan adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan
keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).

Pertemuan : VII
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society ) – Lanjutan
Bahan Kajian : - Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek
- Gerakan Sosial Untuk Memperkuat Masyarakat Madani
- Organisasi Non-Pemerintah Dalam Ranah Masyarakat Madani

1. Bahan Kajian
1.1 Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek 48
Indonesia memiliki tradisi kuat masyarakat madani / civil society . Bahkan civil society
telah berkembang pesat yang diwakili oleh organisasi sosial keagamaan dan
pergerakan nasional dalam merebut kemerdekaan, misalnya organisasi berbasis islam
seperti Syarikat Islam (SI), Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia yaitu :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Sistem demokrasi tanpa kesadaran
berbangsa dan bernegara yang kuat di kalangan warga negara justru akan
menimbulkan tindakan anarkis yang berpotensi kekacauan.
2. Pandangan reformasi sistem politik demokrasi yang menekankan bahwa
demokrasi tidak perlu bergantung pada pembangunan ekonomi.
3. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi. Pandangan ini menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik

48
Ibid., hlm. 237 - 230
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 31

warga negara sehingga melahirkan tatanan masyarakat yang secara ekonomi dan
politik mandiri.
Tiga paradigma di atas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi melalui
cara :
1. Memperluas kesempatan bagi kelas menengah untuk berkembang menjadi
kelompok masyarakat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi dan negara
menjadi regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional ;
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi yang ada sesuai prinsip-prinsip demokrasi ;
3. Penyelenggaraan pendidikan politik dan demokrasi bagi warga negara secara
keseluruhan.

1.2 Gerakan Sosial Untuk Memperkuat Masyarakat Madani 49


Keberadaan masyarakat madani tidak terlepas dari peran gerakan sosial. Gerakan
sosial dapat dipadankan dengan perubahan sosial yang didasari oleh tiga ranah yaitu
negara (state), perusahaan/pasar (corporation/market) dan masyarakat sipil. Aktor pada
ranah politik adalah partai politik, aktor di ranah pasar adalah lobbyist dan perusahaan
dan aktor di ranah masyarakat sipil adalah organisasi atau kelompok sosial. Ketiga aktor
dalam ranah tersebut di atas saling bersinergi, sebagai contoh gerakan sosial oleh
masyarakat sipil baik yang pro maupun kontra terhadap RUU Anti Pornografi dan
Pornoaksi (RUU APP) mempunyai kaitan dengan kelompok atau parpol di ranah politik
maupun kelompok bisnis pada sisi lain.

1.3 Organisasi Non-Pemerintah Dalam Ranah Masyarakat Madani50


Istilah organisasi non-pemerintah adalah terjemahan harafiah NGO (Non-Governmental
Organization). Istilah NGO merujuk pada organisasi non-negara yang mempunyai kaitan
dengan badan-badan PBB atau mitra organisasi ini ketika berinteraksi dengan
organisasi non-pemerintah. Di Indonesia NGO diterjemahkan menjadi Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan NGO lebih merupakan organisasi yang berhubungan
langsung dengan pembangunan.
LP3ES mendefinisikan organisasi non-pemerintah sebagai organisasi atau kelompok
dalam masyarakat yang secara hukum bukan merupakan bagian dari pemerintah (non-

49
Ibid., hlm. 231 - 232
50
Ibid., hlm. 232-234
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 32

government) dan bekerja tidak untuk mencari keuntungan (non-profit), tidak melayani
diri sendiri atau anggota-anggota (self-serving), tetapi melayani kepentingan masyarakat
yang membutuhkannya.
Organisasi non-pemerintah ini ada yang berbadan hukum dan ada yang tidak berbadan
hukum bahkan ada yang bersifat sementara seperti forum, koalisi, aliansi, konsorsium,
asosiasi, jaringan, solidaritas, dll.

Pertemuan : VIII
Materi : Wawasan Nusantara
Bahan Kajian : Pengertian dan hakikat Wawasan Nusantara
Teori-Teori Geopolitik
Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik di Indonesia
Wawasan Nusantara Dalam Peraturan Perundang-Undangan RI
Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara Indonesia
Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara

1. Pengertian dan Hakikat Wawasan Nusantara


Secara etimologi kata wawasan nusantara berasal dari dua suku kata yaitu Wawasan
dan Nusantara. Wawasan dari akar kata “wawas” yang berarti pandangan, tinjauan,
penglihatan atau tanggap indrawi. Setelah mendapat akhiran “an” menjadi “wawasan”
maka berarti cara pandang, cara tinjau, cara lihat atau cara tanggap indrawi. Nusantara
diartikan sebagai suatu negara kepulauan yang terletak (dibatasi) antara dua benua
besar ( Asia dan Australia ) serta oleh dua samudera (samudera Hindia dan Samudera
Pasifik). Secara terminologi wawasan nusantara diartikan sebagai cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya sesuai ide nasionalnya yaitu Pancasila dan
UUD 1945, sebagai inspirasi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat dan bermartabat di
tengah-tengah lingkungannya yang menjiwai tidank kebijaksanaan dalam mencapai
tujuan perjuangan bangsa51.

51
Mardenis, Op., Cit., hlm. 99-100
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 33

- Pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998
tentang GBHN adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
- Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. DR. Wan Usman :
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam 52.

Selanjutnya hakikat wawasan Nusantara berkaitan erat dengan upaya bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan keempat. Dengan demikian wawasan
nusantara pada hakikatnya merupakan perwujudan Pancasila karena Pancasila
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh serta mengandung paham keseimbangan.
Perwujudan cita-cita dan tujuan nasional tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor
diantaranya : (1) Kondisi geografis yaitu wilayah Indonesia yang luas yakni sekitar 8,5
juta km dan terdiri dari ribuan pulau dikelilingi lautan dan benua-benua; (2) Faktor
manusia yaitu penduduk Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa; dan (3) Faktor
lingkungan yaitu wilayah Indonesia yang dikelilingi oleh lautan (perairan) yang luas
yang dapat merupakan titik rawan terutama ditinjau dari segi sosial budaya dan
pertahanan keamanan.

2. Teori - Teori Geopolitik 53


Teori Geopolitik dari beberapa pakar :
2.1. Pandangan Ajaran Frederich Ratzel (1897) :
Frederick Ratzel marupakan tokoh yang terkenal mempunyai Teori Geopolitik.
Pendapat dari Frederick Ratzel ini juga disebut dengan Teori Ruang. Ratzel
menyatakan bahwa “Negara dalam hal- hal tertentu dapat disamakan dengan
organism, yaitu mengalami fase kehidupan dalam kombinasi dua atau lebih antara
lahir, tumbuh, berkembang, mencapai puncak, surut, kemudian mati”. Inti ajaran
Ratzel ini adalah ruang yang ditempati oleh kelompok- kelompok politik (negara-

52
Sumarsono. S,dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm. 82
53
Ibid., 58-63
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 34

negara) yang mengembangkan hukum ekspansionisme baik di bidang gagasan,


perutusan, maupun bidang produk.

2.2. Pandangan Rudolf Kjellen :


Ia adalah seorang ilmuwan politik yag berasal dari Swedia pada masa awal abad ke-
20. Menurut Rudolf Kjellen, geopolitik adalah suatu seni dan juga praktek penggunaan
kekuasaan politik atas suatu wilayah tertentu. menurut cara pandang tradisional, istilah
ini hanya diterapkan terutama terhadap dampak geografi pada politik, namun
perlahan- lahan penggunaannya telah berkembang selama abad ke abad, yakni
mencakup konotasi yang lebih luas. Bagi kalangan akademisi, studi tentang geopolitik
akan melibatkan analisis geografi, sejarah dan juga ilmu sosial dengan mengacu pada
tata ruang politik dan pola pada berbagai skala, mulai dari tingkat negara sampai
dengan tingkat internasional.

2.3. Karl Houshoffer (1896 – 1946)


Pendapat dari Karl Houshiffer mengenai geopolitik ini juga disebut atau dikenal
dengan Teori Ekspansionisme. Karl Houshoffer dalam teori ekspansionismenya
mengajarkan paham geopolitik ini sebagai ajaran ekspansionisme dalam bentuk politik
geografi yang mempunyai titik berat pada persoalan- persoalan strategi perbatasan,
ruang hidup dari bangsa dan juga tekanan rasial, ekonomi dan sosial sebagai faktor
yang mengharuskan pembagian baru kekayaan di dunia. Pandangan Karl Haushofer
ini berkembang di Jerman di bawah kekuasaan Adolf Hitler, juga dikembangkan ke
Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan juga
fasisme. Pokok- pokok dari teori Haushofer ini pada dasarnya menganut teori Kjellen
yang sudah dibahas sebelumnya.

2.4. Sir Harold Mackinder


Mackinder ini merupakan penganut teori kekuatan, yang mencetuskan wawasan
benua sebagai konsep pengembangan kekuatan darat. Teorinya menyetakan bahwa
“barang siapa menguasai daerah jantung (haertland) yaitu benua di dunia seperti
Eropa- Asia akan dapat menguasai pulau- pulau dunia dan akhirnya akan menjadi
pengusas dunia. Teori ahli Geopolitik yang satu ini menganut “konsep kekuatan”. Ia
mencetuskan wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat. Ajaran ilmuwan ini
menyatakan bahwa barang siapa dapat menguasai “daerah jantung”, yakni Eropa dan
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 35

Asia akan dapat menguasai “pulau dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat
menguasai dunia.

2.5. Sir Walter Raleigh dan Alfred Mahan


Pendapat dari kedua ahli tersebut sering dikenal sebagai wawasan bahari. Teori
Raleigh dan Mahan ini pada dasarnya merupakan teori kekuatan lautan atau kekuatan
bahari. Mereka mengatakan bahwa siapa saja yang menguasai lautan akan
menguasai jalur perdagangan dunia, yang berarti menguasai kekuatan kekuatan dunia
sehingga akhirnya akan dapat mengusai dunia. Barang siapa menguasai lautan akan
dapat menguasai perdagangan. Dan menguasai perdagangan berarti menguasai
kekayaan dunia, dan pada akhirnya kan menguasai dunia.
2.6. Menurut W. Michel dan John Frederick Charles Fulles
Pendapat dari kedua ahli tersebut disebut dengan wawasan nusantara. Mitchel dan
Fuller mempunyai pendapat bahwa kekuatan udara merupakan kekuatan yang paling
menentukan penguasaan dunia. Keunggulan yang dimiliki wawasan dirgantara ini
adalah pengembangan kekuatan yang ada di udara, yang memiliki daya tangkis yang
andal dari berbagai ancaman lawan dalam tempo yang cepat, yang dasyat dan juga
dampaknya sangat mengerikan lawan sehingga tidak ada kesempatan bagi lawan
untuk bergerak. Kekuatan udara mempunyai daya tangkis terhadap ancaman dan
dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan cara penghancuran di kandang lawan itu
sendiri agar tidak mampu lagi bergerak menyerang.

2.7. Nicholas J. Spykman


Teori dari Spykman juga disebut dengan Wawasan Kombinasi. Yakni teori yang
menghubungkan kekuatan darat, laut dan juga udara dan dalam pelaksanaannya 
disesuaikan dengan kondisi dan juga kebutuhan.

3. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik di Indonesia


Paham negara kepulauan di Indonesia dikembangkan dari asas archipelago yang berbeda
dengan pemahaman di negara-negara Barat pada umumnya. Menurut paham barat, laut
berperan sebagai “pemisah” pulau sedangkan menurut paham Indonesia, laut adalah
“penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai “Tanah
Air” dan disebut dengan Negara Kepulauan 54.

54
Sumarsono, Op., Cit., hlm. 63
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 36

Wawasan nusantara juga merupakan perwujudan dari Geopolitik di Indonesia. Konsepsi


geopolitik di Indonesia ini menolak paham ekspansionisme dan rasialisme. Wawasan
Nusantara merupakan keutuhan nusantara dalam pengertian : “cara pandang yang selalu
utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional”. Hal tersebut berarti
bahwa setiap warga negara harus berpikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh
demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga produk yang dihasilkan
oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara
Indonesia tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan
dan kepentingan orang perorangan 55.
Konsep wawasan nusantara lahir dari kondisi wilayah geografis Indonesia yang sangat
potensial pada posisi silang yang kaya dengan sumber daya alam. Dalam ilmu geografi,
posisi silang Indonesia ini memberikan keuntungan dan memiliki arti penting dalam
kaitannya dengan iklim dan perekonomian antara lain :
1. Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudera memungkinkan menjadi
persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara maupun laut ;
2. Indonesia sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia, antara perdagangan
negara-negara industry dan negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya antara
Jepang, Korea dan RRC dengan negara-negara Asia, Afrika dan Eropa.
3. Karena letak geografis Indonesia pula, Indonesia mendapat pengaruh berbagai
kebudayaan dan peradaban dunia, serta secara alami dipengaruhi oleh angin musim.
Sekitar bulan Oktober-April angin bertiup dari Asia ke Australia yang membawa banyak
uap air dari Samudera Pasifik sehingga menimbulkan musim hujan. Sekitar bulan April-
Oktober angin bertiup dari Australia ke Asia yang sedikit membawa uap air dari
Samudera Hindia sehingga menimbulkan musim kemarau.
4. Pengaruh musim tersebut di atas menyebabkan Indonesia menjadi negara agraris
terkemuka. Pertanian di Indonesia maju pesat dan banyak menghasilkan bahan
makanan seperti beras, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, karet, kopi, gula,
tembakau dan lain-lain yang sangat berguna bagi kemakmuran dan keberlangsungan
penduduk Indonesia, secara ekonomi pun menjadi peluang untuk berperan serta dalam
perdagangan internasional 56.

55
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan (untuk Perguruan Tinggi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015,
hlm. 156-157
56
Ibid.,
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 37

4. Wawasan Nusantara Dalam Peraturan Perundang-Undangan RI 57


Wawasan nusantara mulai dirumuskan secara tegas dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan sejak tahun 1973 yakni dengan dimuatnya secara tegas konsep
Wawasan Nusantara dalam GBHN. Sesuai dengan ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1973 jo. TAP MPR No.IV/MPR/1978 jo. TAP MPR No. II/MPR/1983 jo. TAP
MPR No. II/MPR/1988 jo. TAP MPR No. II/MPR/1993 jo. TAP MPR No. II/MPR/1998.
Dalam TAP MPR tersebut wawasan nusantara mencakup :
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Politik, artinya kebulatan
wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan
wilayah;
2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, artinya
kekayaan wilayah nusantara adalah modal dan milik bersama bangsa dan harus
tersedia secara merata di seluruh wilayah tanah air ;
3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Sosial dan Budaya,
artinya masyarakat Indonesia adalah satu ;
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan
keamanan, artinya ancaman terhadap satu daerah dan pulau juga merupakan
ancaman bagi seluruh bangsa dan negara.

5. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara 58


Wawasan nusantara pada dasarnya lahir dan berkembang sejalan dengan kepentingan
nasional bangsa Indonesia yang wilayahnya terletak pada posisi silang dunia dengan
akibat/konsekuensinya. Segala akibat tersebut memaksa bangsa Indonesia mengambil
sikap tegas dan Wawasan Nusantara merupakan perwujudan dari sikap tersebut.
Terdapat tiga dasar pemikiran Wawasan Nusantara yaitu :
1.2.1 Dasar Pemikiran Geografis dan Geostrategis
1.2.1.1 Keadaan Geografis
Secara geografis/wilayah dan demografi/penduduk, Indonesia merupakan
negara terbesar di Asia Tenggara bahkan dengan penduduk terbesar
nomor empat di dunia. Hal-hal lain dari aspek geografis antara lain :
Panjang wilayah mencakup 1/8 khatulistiwa ;
Memiliki 13.667 pulau ;
Luas lautan 2/3 dari seluruh wilayah ;
57
Mardenis, Op.Cit., hlm. 102-103
58
Mardenis, Op.Cit., hlm. 104-108
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 38

Tanahnya mengandung sumber kekayaan alam yang cukup besar


dan potensial ;
Penduduknya padat sekitar 215 juta jiwa dengan penyebaran yang
kurang merata yakni di Pulau Jawa, Madura dan Bali cukup padat
sementara Kalimantan, Irian dan Sulawesi jarang.
1.2.1.2 Geostrategi Indonesia
Geostrategi diartikan sebagai pertahanan dan keamanan yang dirancang
sesuai dengan kondisi wilayah negara yang bersangkutan. Letak wilayah
Indonesia pada posisi silang dunia memang menguntungkan namun di
sisi lain dapat mengundang berbagai ancaman. Jika ditinjau lebih jauh,
maka letak wilayah Indonesia tersebut juga terkait dengan aspek-aspek
kehidupan sosial yaitu :
Demografi/kependudukan : antara daerah yang berpenduduk padat
di Utara (RRC) dan daerah yang berpenduduk jarang di Selatan
(Australia);
Ideologi : antara Komunisme di Utara dan Liberalisme di Selatan ;
Budaya : antara kebudayaan Timur di Utara (Budha dan Kong Hu
Chu) dan kebudayaan Barat di selatan ;
Hankam : antara sistem pertahanan continental (kekuatan di darat) di
Utara dan sistem pertahanan maritime di Barat, Selatan dan Timur.

Posisi Indonesia itu membuat Indonesia berada dalam dua pilihan, yang
pertama membiarkan diri terus menerus menjadi objek lalu lintas
kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh lingkungan sekitar dan
condong untuk menggantungkan diri kepada kekuatan/pengaruh yang
besar atau yang kedua, turut serta mengatur lalu lintas kekuatan-
kekuatan dan pengaruh-pengaruh tersebut dengan ikut berperan sebagai
subjek.
Sesuai dengan semangat Pembukaan UUD 1945 yang menganut sistem
Politik Luar Negeri Bebas Aktif maka Indonesia harus berperan sebagai
subjek yang menuntut Indonesia untuk mampu mengubah pengaruh dan
kekuatan dari luar menjadi kekuatan nasional yang dikendalikan sebagai
kekuatan sentrifugal.
1.2.2 Dasar Pemikiran Historis dan Yuridis Formal
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 39

Batas wilayah Negara Republik Indonesia dapat ditelaah melalui 3 aturan yakni :
Di awal kemerdekaan, berdasarkan aturan peralihan maka Ordonansi tahun
1939 diberlakukan. Ordonansi ini menegaskan bahwa batas wilayah HIndia
Belanda adalah 3 mil laut dari pantai waktu pasang surut. Ordonansi ini
menganut asas pulau demi pulau.
Tanggal 13 desember 1957 pemerintah mengeluarkan Deklarasi Djuanda
yang menerapkan asas Nusantara. Dekalarasi ini menegaskan bahwa batas
wilayah Indonesia adalah 12 mil laut dari garis dasar yang menghubungkan
titik - titik ujung terluar dari pulau-pulau Indonesia terluar, sehingga Ordonansi
1939 dengan sendirinya batal. Karena itu Deklarasi Djuanda dianggap
sebagai langkah awal bangsa Indonesia merealisasikan kembali konsep
wawasan nusantara melalui pengadaan peraturan perundang-undangan.
Tahun 1969 Pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman tentang
Landas Kontinen Indonesia yang menegaskan bahwa dasar laut dan tanah di
bawahnya di luar perairan RI sampai dengan kedalaman 200 meter adalah
milik eksklusif negara RI. Ketentuan ini selain merupakan penerapan Pasal 33
ayat (3) UUD 1945 sekaligus juga sebagai respon terhadap perkembangan
teknologi terutama eksplorasi minyak lepas pantai serta teknologi
pemasangan instalasi pemasangan instalasi komunikasi di dasar laut pada
saat itu.
Tahun 1980, pemerintah keluarkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia
selebar 200 mil dari garis dasar.
1.2.3 Dasar Pemikiran Kepentingan Nasional
Bagi bangsa Indonesia, kepentingan nasionalnya yang utama adalah menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dengan menjamin kesinambungan
pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian, konsep wawasan
nusantara pada akhirnya bermuara untuk mempertahankan kedua kepentingan
nasional tersebut.

6. Latar Belakang Filosofis


Latar belakang filosofis Wawasan Nusantara didasarkan pada :
Pemikiran berdasar falsafah Pancasila, yakni pengembangan wawasan nusantara
sesuai dengan sila-sila Pancasila ;
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 40

Pemikiran berdasarkan aspek kewilayahan nusantara, yakni wawasan nusantara yang


memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi serta konstelasi geografis Indonesia
mengharuskan tetap terpeliharanya keutuhan dan kekompakan wilayah, tetap dihargai
dan dijaganya ciri, karakter serta kemampuan masing-masing daerah dan
diupayakannya pemanfaatan nilai lebih dari geografi Indonesia.
Pemikiran berdasarkan aspek sosial budaya, yakni perbedaan ras, etnis dan
kebudayaan yang ada pada masyarakat Indonesia membuat wawasan nusantara
dimaksudkan untuk menjaga persatuan nasional yang dibina melalui semangat
kehidupan bersama secara harmonis agar tidak terjadi disintegrasi bangsa.
Pemikiran berdasarkan aspek kesejarahan ; Adanya semboyan yang dikemukakan oleh
Mpu Tantular yaitu “Bhineka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangrva”, gerakan Boedi
Oetomo, Sumpah Pemuda hingga peristiwa proklamasi kemerdekaan Negara RI
mengindikasikan bahwa wawasan nusantara diwarnai oleh pengalaman sejarah yang
tidak menginginkan adanya perpecahan dalam negara dan bangsa Indonesia 59.

59
Sumarsono, Op.Cit., hlm. 64-78
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 41

Pertemuan : IX
Materi : Wawasan Nusantara (Lanjutan)
Bahan Kajian : Ajaran Dasar Wawasan Nusantara
Unsur Dasar Wawasan Nusantara
Asas Wawasan Nusantara
Arah Pandang Wawasan Nusantara
Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara
Sosialisasi Wawasan Nusantara
Empat Pilar Kebangsaan RI
Implementasi Wawasan Nusantara
Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara Dalam Kehidupan Nasional

1. Ajaran Dasar Wawasan Nusantara


Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta wilayahnya sehingga diperlukan sebuah gagasan untuk menjamin hal tersebut.
Gagasan tersebut yang disebut dengan wawasan nusantara. Namun demikian, wawasan
nusantara pada hakikatnya adalah pancaran dari falsafah Pancasila yang diterapkan dalam
kondisi nyata Indonesia, atau dengan kata lain Pancasila adalah landasan idiil dari wawasan
nusantara. Sedangkan UUD Negara RI Tahun 1945 adalah landasan konstitusional dari
wawasan nusantara 60.

2. Unsur Dasar Wawasan Nusantara

60
Ibid., hlm., 83-85
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 42

Unsur dasar wawasan nusantara terdiri dari :


2.1. Wadah ;
Wawasan nusantara sebagai wadah meliputi 3 komponen yaitu wujud wilayah, tata inti
organisasi dan tata kelengkapan organisasi.
Wujud wilayah artinya batas ruang lingkup nusantara ditentukan oleh lautan yang di
dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh perairan; Tata
inti organisasi artinya bagi Indonesia tata inti organisasi negara (yang menyangkut
bentuk, kedaulatan negara, kekuasaan pemerintahan, sistem pemerintahan dan sistem
perwakilan) didasarkan pada UUD Negara RI Tahun 1945. Sedangkan yang dimaksud
dengan tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, pers serta seluruh aparatur negara.
2.2. Isi ;
Isi wawasan nusantara tercermin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesia dalam
eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu.
Cita-cita bangsa yakni tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 sedangkan asas
manunggal yang terpadu meliputi satu kesatuan wilayah, satu kesatuan politik, satu
kesatuan sosial budaya, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan pertahanan dan
keamanan serta satu kesatuan kebijakan nasional.
2.3. Tata Laku ;
Tata laku meliputi dua segi yaitu batiniah dan lahiriah. Dalam tata laku batiniah, wawasan
nusantara berlandaskan pada falsafah Pancasila untuk membentuk sikap mental bangsa
yang meliputi cipta, rasa dan karsa secara terpadu. Dalam tata laku lahiriah, wawasan
nusantara diwujudkan dalam satu sistem organisasi yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian 61.

3. Asas Wawasan Nusantara


Asas wawasan nusantara terdiri dari 62:
1.1. Kepentingan yang sama, artinya sebagai satu bangsa kita memiliki tujuan yang sama
yaitu tercapainya kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik dari sebelumnya.
1.2. Keadilan, yang berarti kesesuaian pembagian hasil dengan andil, jerih payah usaha dan
kegiatan baik orang perorangan, golongan, kelompok maupun daerah.
1.3. Kejujuran, yang berarti berani berpikir, berkata dan bertindak sesuai realita.
61
Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Revisi, Paradigma, Yogyakarta, 2016, hlm. 162-165
62
Sumarsono, Op., Cit., hlm. 87-88
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 43

1.4. Solidaritas, yang berarti diperlukannya rasa setia kawan, mau memberi dan berkorban
bagi orang lain tanpa meninggalkan cirri dan karakter budaya masing-masing.
1.5. Kerjasama, berarti adanya koordinasi demi terciptanya sinergi yang baik.
1.6. Kesetiaan, yang berarti kesepakatan bersama untuk tetap ada dalam persatuan dan
kesatuan sebagai Negara Kesatuan RI.

4. Arah Pandang Wawasan Nusantara


Arah pandang ke dalam mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus peka dan
berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya
disintegrasi bangsa dan harus mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan
dan kesatuan dalam kebhinekaan.
Arah pandang ke luar mengandung arti bahwa dalam kehidupan internasionalnya, bangsa
Indonesia harus berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya dalam semua aspek
kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan demi
tercapainya tujuan nasional sesuai dengan yang tertera pada Pembukaan UUD 1945 63.

5. Kedudukan dan Fungsi Wawasan Nusantara


Kedudukan Wawasan Nusantara adalah sebagai landasan visional dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional. Kemudian fungsi wawasan nasional adalah sebagai
pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan,
keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah
maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi di
segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional
daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah 64.

6. Sosialisasi Wawasan Nusantara


Sosialisasi wawasan nusantara dapat dilakukan dengan cara :
1.1. Menurut sifat/cara penyampaiannya, dapat dilakukan dengan cara langsung berupa
ceramah, diskusi, dialog dan tatap muka, serta dengan cara tidak langsung melalui
media elektronik dan media cetak.
1.2. Menurut metode penyampaiannya dapat dilakukan dengan cara :

63
Ibid., hlm. 88-89
64
Ibid., hlm. 89-90
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 44

Keteladanan : memberi teladan dalam sikap perilaku kehidupan sehari-hari;


Edukasi : melalui metode pendidikan formal dan informal;
Komunikasi : tercapainya hubungan komunikatif yang baik agar tercapai tujuan
wawasan nusantara;
Integrasi : tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi wawasan nusantara melalui
metode integrasi adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan bangsa 65.

7. Empat Pilar Kebangsaan RI 66


Empat pilar kebangsaan RI adalah :
2.1. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara RI ;
2.2. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara RI ;
2.3. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara dan realitas sosial bangsa Indonesia;
2.4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara RI.

8. Implementasi Wawasan Nusantara 67


Implementasi wawasan nusantara berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah
air secara menyeluruh sebagai berikut :

i. Dalam bidang politik, implementasi wawasan nusantara berorientasi pada


upaya menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis yang
perwujudannya tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat dan legitimate sebagai
penjelmaan dari asas kedaulatan rakyat ;
ii. Dalam bidang ekonomi, diprioritaskan pada upaya menciptakan integritas
ekonomi nasional yang perwujudannya tampak pada terjaminnya pemenuhan dan
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
iii. Bidang sosial dan budaya, implementasi wawasan nusantara adalah
pada upaya menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan
menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup
sekaligus karunia Tuhan yang bermuara pada upaya menciptakan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang rukun, harmonis dan bersatu dalam keberagaman yang
dinamis.

65
Ibid., hlm. 93-94
66
Ibid., hlm. 108
67
Ibid., hlm. 109-110
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 45

iv. Implementasi wawasan nusantara pada bidang Hankam diorientasikan


pada upaya menumbuhkembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang
pada gilirannya akan membentuk sikap bela negara pada setiap bangsa Indonesia
dalam arti yang seluas-luasnya.

9. Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara Dalam Kehidupan Nasional


Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan
wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh. Disamping itu, wawasan nusantara dapat
diimplementasikan ke dalam segenap pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam
nuansa kebhinekaan 68.

68
Ibid., hlm. 91-93
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 46

Pertemuan :X
Materi : Ketahanan Nasional (Geo Strategi Nasional)
Bahan Kajian : - Pengertian Ketahanan Nasional
- Perkembangan Teori Ketahanan Nasional
- Pembinaan Ketahanan Nasional
- Doktrin baru Ketahanan Nasional

1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Ketahanan Nasional 69
Dalam terminologi asing, ketahanan nasional dikenal dengan istilah “National Power”
atau kekuatan nasional. Hans Morgenthau dalam bukunya yang berjudul “Politic Among
Nation” menjelaskan ciri-ciri atau persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu negara jika
ingin disebut sebagai “super power” yaitu geografis yang luas, sumber daya alam yang
besar, kapasitas industry, penguasaan teknologi, kesiapsiagaan militer, kepemimpinan
yang efektif, kualitas dan kuantitas angkatan perang.
Indonesia tidak menggunakan “National Power” atau kekuatan nasional karena istilah
ketahanan nasional dipandang lebih sesuai dengan dinamika sejarah perjuangan
bangsa Indonesia yang berabad-abad telah berhasil mempertahankan kelangsungan
hidupnya sebagai sebuah bangsa.
Secara terminologi pengertian ketahanan nasional meliputi :
1. Pengertian Konstitusional (terdapat dalam GBHN) :
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dan kondisi
tiap-tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
2. Pengertian Politik Hukum (terdapat dalam UU.No.20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI) :

69
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 114-117
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 47

Ketahanan nasional Indonesia pada hakikatnya adalah konsepsi pengaturan dan


penyelenggaraan kesejahteraan dan kemanan dalam kehidupan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3. Pengertian Operasional (terdapat dalam rumusan dari Lemhanas) :
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam
maupun dari luar yang langsung atau tidak langsung yang dapat membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup serta perjuangan tujuan nasional.

1.2 Perkembangan Teori Ketahanan Nasional 70


Teori ketahanan nasional telah mengalami berbagai perkembangan yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi dinamis :
Sebagai kondisi dinamis maka ketahanan mengacu pada pengalaman empirik,
artinya pada keadaan nyata yang berkembang dalam masyarakat dan dapat diamati
dengan indera manusia. Dalam hubungan ini maka yang menjadi focus perhatian
adalah adanya ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) disatu pihak,
serta adanya keuletan dan ketangguhan untuk mengembangkan kekuatan dan
kemampuan di pihak lain. Untuk dapat memahami perkembangan kedua hal
tersebut, maka bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengadakan telaahan
strategi nasional sehingga dapat diketahui ATHG yang dihadapi bangsa Indonesia di
semua bidang untuk 10 tahun ke depan serta kekuatan apa yang kita miliki buat
mengatasinya.
2. Ketahanan nasional sebagai konsepsi pengaturan negara :
Dalam ketahanan nasional sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan
negara maka focus perhatian diarahkan pada upaya menata hubungan antara apek
kesejateraan dan keamanan dalam arti luas. Artinya suatu bangsa dan negara akan
memiliki kekuatan nasional yang kuat dan kokoh jika bangsa tersebut mampu
menata/mengharmonikan kesejahteraan dan keamanan rakyatnya secara baik.
3. Ketahanan nasional sebagai metode berpikir :
Metode berpikir ketahanan nasional disebut juga dengan metode berpikir sistemik
yang bermakna semua bidang / sub sistem harus dilihat sebagai suatu kesatuan
yang saling terkait satu sama lainnya. Konsekuensinya adalah jika salah satu bidang

70
Ibid., hlm. 118-119
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 48

/ sub sistem terganggu / tidak berfungsi maka keseluruhan sistemnya juga akan
terganggu.

1.3 Pembinaan Ketahanan Nasional 71


Ketahanan nasional suatu bangsa dan negara akan kuat serta kokoh apabila dilakukan
upaya pembinaan/pengembangan terhadap setiap gatra/bidang secara terencana,
terpadu dan berkesinambungan. Pembinaan tersebut menggunakan pendekatan astra
gatra (8 bidang/aspek) yang merupakan keseluruhan aspek kehidupan bangsa dan
negara.
1.3.1 Pembinaan Gatra Ideologi :
Pancasila adalah ideologi negara. Ancaman yang dihadapi adalah ancaman
pada nilai dasar (misalnya ancaman terhadap dalil-dalil pokok / sila-sila
Pancasila), pada nilai instrumental misalnya masih digunakannya produk hukum
Belanda yang bertentangan dengan nilai dasar Pancasila dan ancaman terhadap
nilai pengalaman (fraksis) adalah dalam hal penanggulangan korupsi.
Pembinaan yang harus lakukan terhadap ancaman nilai dasar adalah harus
dirumuskan kembali makna nilai dasar Pancasila secara jernih dan sistematis.
Terhadap ancaman nilai instrumental maka pembinaannya adalah semua produk
hukum dan consensus sejak merdeka hingga sekarang harus ditinjau kembali
dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Terhadap ancaman nilai
pengalaman (fraksis) maka pembinaannya adalah kepada para pemimpin
bangsa yang harus serius melaksanakannya baik secara formal maupun
informal.

1.3.2 Pembinaan Gatra Politik :


Ancaman terhadap sistem politik antara lain adalah berkembangnya berbagai
bentuk ketidakpercayaan / ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah serta
terjadinya berbagai aksi kerusuhan. Pembinaan yang harus dilakukan adalah
dengan pengaturan dan pembatasan wewenang dan kekuasaan Presiden serta
memberdayakan kekuatan - kekuatan rakyat seperti partai politik, Pers, LSM,
Perguruan Tinggi, dan sebagainya.

1.3.3 Pembinaan Gatra Ekonomi :

71
Ibid., hlm. 120 - 127
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 49

Ancaman yang dihadapi adalah pertumbuhan ekonomi nasional yang ditandai


dengan utang luar negeri yang besar dan kesenjangan ekonomi yang sangat
mencolok. Pembinaan yang harus dilakukan adalah perubahan paradigma
pembangunan ekonomi nasional dari pembangunan ekonomi makro dan
mengejar pertumbuhan ke pembangunan ekonomi kerakyatan dengan
berorientasi pada sektor pertanian dan agro industry serta dengan lebih
mengacu aspek pemerataan hasil pembangunan dalam arti yang luas.

1.3.4 Pembinaan Gatra Sosial dan Budaya :


Ancaman yang dihadapi adalah adanya mental yang suka meniru sesuatu di luar
negara Indonesia yang negatif seperti budaya liberal materialistik. Pembinaan
yang dilakukan adalah dengan meningkatkan pemahaman, kesadaran dan
penghargaan terhadap nilai-nilai bangsa sendiri.

1.3.5 Pembinaan Gatra Pertahanan dan Keamanan :


Dalam kaitannya dengan pertahanan keamanan, Indonesia menganut strategi
prefentif aktif, artinya polisi dalam pelaksanaan tugasnya harus giat bertindak
untuk mencegah sebelum gangguan keamanan terjadi. Ancaman terhadap
bidang pertahanan kemanan adalah disintegrasi bangsa. Pembinaan yang
dilakukan adalah dengan menanamkan kembali nilai cinta tanah air kepada
semua lapisan masyarakat.

1.4 Doktrin Baru Pertahanan Nasional


Sistem pertahanan negara Indonesia sebelumnya adalah Sistem Pertahanan Rakyat
Semesta (Sishanrata). Kemudian doktrin bidang pertahanan keamanan Indonesia tersebut
berubah menjadi Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata)
yang berarti suatu sistem pertahanan dan keamanan yang merupakan gabungan yang
serasi antara sistem senjata teknologi dengan sistem senjata sosial.
Sebagai suatu sistem, maka sishankamrata terdiri atas beberapa unsur/subsistem yaitu :
1. Rakyat terlatih sebagai komponen dasar yang mampu melaksanakan fungsi ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat dan perlawanan rakyat.
2. Tentara nasional dan cadangan TNI sebagai komponen utama, melaksanakan fungsi
selaku penindak dan penyanggah awal terhadap setiap ancaman dari luar maupun dari
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 50

dalam negeri, serta pelatih rakyat untuk melaksanakan tugas pertahanan dan
keamanan.
3. Perlindungan masyarakat sebagai komponen khusus, melaksanakan fungsi
menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam lainnya serta memperkecil akibat
malapetaka yang menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda.
4. Sumber daya alam, sumber daya buatan dan prasarana nasional sebagai komponen
pendukung didayagunakan bagi peningkatan hasil guna serta kelancaran dan
kelangsungan upaya pertahanan keamanan.
Dalam Sishankamrata tidak pernah ada unsur yang diangap lebih penting dari unsur yang lain.

Pertemuan : XI
Materi : Politik dan Strategi Nasional
Bahan Kajian : - Pengertian Politik
- Pengertian Strategi Nasional
- Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional

1. BAHAN KAJIAN :
1.1 Pengertian Politik
Politik secara etimologis dari bahasa Yunani Politeia dari akar kata polis dan teia. Polis
artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia yg artinya urusan. Dalam
bahasa inggris disebut “politics” yang artinya suatu rangkaian asas, prinsip,
keadaan,cara dan alat utk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Sedangkan kata
“policy” artinya kebijakan yang bermakna pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan
dan arah tersebut sebaik-baiknya.
Secara umum politik adalah proses penentuan tujuan Negara dan cara
melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan policy yang menyangkut
pengaturan, pembagian atau alokasi sumber-sumber yang ada72.
Politik terkait dengan73 :
 Negara ;

72
Sumarsono. S, dkk, hlm. 137
73
Ibid., hlm. 138-139
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 51

Istilah Negara berasal dari kata : staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris) dan
74
etat (Perancis) . Secara etimologi Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di
antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di
dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat 75.
Banyak ahli hukum yang mendefinisikan Negara, salah satunya adalah Kranenburg .
Ia mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu
organisasi yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan terlebih dahulu yang
harus ada adalah kelompok manusia, sedangkan Negara adalah sekunder artinya itu
menyusul kemudian 76.
 Kekuasaan 77;
Dalam politik, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kekuasaan itu diperoleh,
bagaimana mempertahankannya dan bagaimana melaksanakannya.
 Pengambilan Keputusan 78;
Politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. Siapa pengambil
keputusan itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat.
 Kebijakan Umum 79;
Kebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh
seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
 Distribusi80 ;
Politik bicara tentang bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara
mengikat.

1.2 Pengertian Strategi Nasional


1.2.1 Pengertian Strategi 81
Strategi berasal dari bahasa Yunani yakni “ strategia ” yang artinya “ the art of
the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam
peperangan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan

74
Donatus Patty, Ilmu Negara, ________, Kupang, 1995, hlm. 17
75
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 120
76
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 18
77
Sumarsono. S, hlm. 138
78
Ibid., hlm. 138
79
Ibid., hlm. 138
80
Ibid., hlm. 139
81
Ibid.,
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 52

dan mengembangkan kekuatan (ideology, politik, ekonomi,sosial-budaya dan


hankam ) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
1.2.2 Pengertian Strategi Nasional82
Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai
sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.
1.2.3 Pengertian Politik Nasional
Politik nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang
pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian)
serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

1.3 Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


Penyusunan politik dan strategi nasional berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945,
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Wawasan nusantara adalah cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sesuai ide nasionalnya, yaitu
Pancasila dan UUD 1945 sebagai inspirasi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat dan
bermartabat di tengah-tengah lingkungannya yang menjiwai tindak kebijaksanaan dalam
mencapai tujuan perjuangan bangsa83.
Sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, tantangan dan gangguan baik yang dating dari dalam
maupun dari luar yang langsung atau tidak langsung dapat membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup serta perjuangan tujuan nasional 84.
Politik dan strategi nasional disusun berdasarkan sistem ketatanegaraan menurut UUD
1945 yang dilaksanakan oleh lembaga suprastruktur politik dan lembaga infrastruktur
politik.85.

82
Ibid., hlm. 140
83
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 100

84
Ibid., hlm. 117
85
Sumarsono.S, dkk, hlm. 140
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 53

Pertemuan : XII
Materi : Politik dan Strategi Nasional (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Dinamika Sistem Politik di Indonesia
- Sistem Politik di Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945

1.4 Dinamika Sistem Politik di Indonesia 86


Menurut Robert A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari hubungan – hubungan
antara manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu, control, pengaruh,
kekuasaan, ataupun wewenang.
Sedangkan Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain
dan menunjukkan suatu proses yang langgeng.
Sebagai suatu sistem, sistem politik terdiri atas berbagai sub sistem antara lain sistem
kepartaian, sistem pemilihan umum, sistem budaya politik dan sistem peradaban politik
lainnya. Dalam eksistensinya, sistem politik akan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan tugas dan fungsi pemerintahan serta perubahan dan perkembangan yang
ada dalam faktor lingkungan.

86
https://saiyanadia.wordpress.com/2010/11/20/pengertian-sistem-politik-indonesia/, data diakses pada 20 September 2017, pukul
08.49.
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 54

Dalam Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang


seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik
sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam
hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-
lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden
dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-
lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan
umum.
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), alat / media komunikasi
politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan
infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya.
Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan adanya
partisipasi masyarakat diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan
aspirasi dan kehendak rakyat.
Di Indonesia, sistem politik yang dianut adalah sistem politik demokrasi pancasila yakni
sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai luhur, prinsip, prosedur dan kelembagaan
yang demokratis.
Adapun prinsip-prinsip sistem politik demokrasi di Indonesia antara lain:
1. pembagian kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif berada pada badan yang
berbeda
2. Negara berdasarkan atas hukum
3. Pemerintah berdasarkan konstitusi
4. jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas tertentu
5. pemerintahan mayoritas
6. pemilu yang bebas
7. parpol lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
Sistem politik Indonesia mengalami banyak perubahan setelah ada amandemen terhadap
UUD 1945. Amandemen terakhir atas UUD 1945 dilakukan pada tahun 2002. Perbandingan
sistem politik Indonesia sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945 adalah sebagai
berikut :
1.4.1 Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR,
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 55

Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensiil artinya presiden


berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
UUD 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang mengatur kedudukan dan
tanggung jawab penyelenggaraan negara, kewenangan, tugas, dan hubungan
antara lembaga-lembaga negara. UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban
warga negara.
Lembaga legislatif terdiri atas MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara dan
DPR. Lembaga eksekutif terdiri atas presiden dan menjalankan tugasnya yang
dibantu oleh seorang wakil presiden serta kabinet. Lembaga yudikatif menjalankan
kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh MA sebagai lembaga kehakiman
tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada dibawahnya.

1.4.2 Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945


Pokok-pokok sistem politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945 adalah
sebagai berikut :
Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah
republik. NKRI terbagi dalam 33 daerah provinsi dengan menggunakan prinsip
desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Dengan demikian,
terdapat pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Kekuasaan eksekutif berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden beserta wakilnya dipilih dalam satu
paket secara langsung oleh rakyat. Presiden tidak bertanggung jawab pada
parlemen, dan tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan presiden
beserta wakilnya adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu
kali masa jabatan.
Tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara. Yang ada lembaga-
lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, BPK, presiden, MK, KY dan MA.
DPA ditiadakan yang kemudian dibentuk sebuah dewan pertimbangan yang
berada langsung dibawah presiden.
Kekuasaan membentuk UU ada ditangan DPR. Selain itu DPR menetapkan
anggaran belanja negara dan mengawasi jalannya pemerintahan. DPR tidak
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 56

dapat dibubarkan oleh presiden beserta kabinetnya, tetapi dapat mengajukan


usulan pemberhentian presiden kepada MPR.

Gambar Susunan Lembaga Negara RI


Sebelum dan Setelah Amandemen UUD 1945
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 57

Pertemuan : XIII
Materi : Identias Nasional
Bahan Kajian : - Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional
- Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia

1. Bahan Kajian :
1.1 Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional
Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa
banyak dikaitkan dengan “identitas nasional”. Proses pembentukan identitas terus
berkembang dan kontekstual mengikuti perkembangan zaman yang mengharuskan
setiap bangsa selalu kritis terhadap identitas nasionalnya. Contohnya bangsa Indonesia
adalah bangsa yang ramah dan agamais 87.
Menurut para ahli, beberapa unsur komponen identitas nasional adalah 88:
 Pola perilaku adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya adat istiadat, budaya dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada
orangtua dan gotong royong.
 Lambang-lambang adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi negara.
Lambang-lambang ini biasanya dinyatakan dalam Undang-Undang misalnya
bendera, bahasa dan lagu kebangsaan.
 Alat-alat perlengkapan adalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi,
misalnya bangunan candi, masjid, gereja, pakaian adat, teknologi bercocok tanam
dan teknologi seperti kapal laut, pesawat terbang, dll.
 Tujuan yang ingin dicapai yang bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis dan
tidak tetap, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu. Tujuan bangsa
Indonesia misalnya telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

87
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 51
88
Ibid., hlm. 52
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 58

1.2 Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia


Salah satu identitas yang melekat pada bangsa Indonesia adalah kemajemukannya
yang tercermin pada ungkapan “bhinneka Tunggal Ika”. Kemajemukan itu merupakan
perpaduan dari unsur-unsur yang menjadi inti identitas nasional yaitu 89 :
Sejarah
Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara Indonesia pernah
memiliki dua kerajaan yang berjuang melawan penjajah yakni Majapahit dan
Sriwijaya. Semangat juang bangsa inilah yang menjadi salah satu unsur pembentuk
identitas nasional.
Kebudayaan
Aspek kebudayaan pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu akal budi,
peradaban dan pengetahuan. Contoh : unsur akal budi terlihat dari sikap ramah dan
santun kepada sesama, unsur peradaban terlihat dari keberadaan Pancasila sebagai
dasar negara, unsur pengetahuan terlihat dari keandalan bangsa Indonesia dalam
membuat kapal Pinisi.
Suku Bangsa
Hidup bersama dalam kemajemukan atau keberadaan ribuan suku, bahasa dan
budaya merupakan unsur lain pembentuk identitas nasional.
Agama
Keragaman agama juga merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Bahasa
Peristiwa sumpah pemuda tahun 1928 telah memberikan nilai tersendiri bagi
pembentukan identitas nasional Indonesia. Karena meskipun memiliki ribuan bahasa
daerah tetapi bahasa Indonesia tetap sebagai bahasa penghubung (lingua franca)
bagi seluruh rakyat Indonesia.

89
Ibid., hlm. 53-54
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 59

Pertemuan : XIV
Materi : Identias Nasional (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Globalisasi dan Ketahanan Identitas Nasional
- Multikulturalisme : Antara Nasionalisme dan Globalisme

1.1 Globalisasi dan Ketahanan Identitas Nasional


Globalisasi adalah sebuah istilah yang dikenalkan pertama kali oleh wartawan Theodore
Levitt pada tahun 1980-an. Istilah tersebut sampai sekarang masih terus diperdebatkan di
kalangan akademisi dan dunia pemerintahan, baik nasional maupun internasional.
Menurut Mansur Fakih dalam bukunya yang berjudul “ Runtuhnya Teori Pembangunan dan
Globalisasi”, pada dasarnya globalisasi terjadi ketika ditetapkannya formasi sosial global
baru dengan diberlakukannya secara global suatu mekanisme perdagangan melalui
penciptaan kebijakan free trade (pasar bebas) dengan ditandatanganinya suatu perjanjian
internasional di bidang perdagangan pada bulan April 1994 di Marrakesh-Maroko, yang
dikenal dengan “ General Agreement Tariff and Trade ( GATT ) “ 90.
Proses globalisasi menurut Fakih, ditandai dengan pesatnya perkembangan paham
kapitalisme, yakni kian terbuka atau mengglobalnya peran pasar, investasi dan proses
produksi dari perusahaan-perusahaan transnasional yang kemudian dikuatkan oleh ideologi
dan tata dunia perdagangan baru di bawah suatu aturan yang ditetapkan oleh organisasi
perdagangan bebas secara global.
Secara umum, gobalisasi adalah sebuah gambaran tentang semakin ketergantungan di
antara sesama masyarakat dunia baik budaya maupun ekonomi. Fenomena ini adalah
gejala kecenderungan dunia menjadi perkampungan global (global village) dimana interaksi
manusia berlangsung tanpa halangan batas geografis91.
Beberapa pengertian globalisasi 92:
Globalisasi sebagai transformasi kondisi spasial temporal kehidupan. Misalnya
kemajuan teknologi informasi mengakibatkan berita atau kejadian di kawasan dunia lain
dapat diketahui dalam beberapa saat saja oleh penduduk di belahan lain.

90
Ashad Kusuma Djaya, Teori-Teori Modernitas dan Globalisasi, Kreasi Wacana Offset, Bantul, 2012, hlm. 81-82
91
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 55
92
Ibid., hlm. 55-56
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 60

Globalisasi sebagai transformasi lingkup cara pandang. Artinya isi dan perasaan kita
tidak lagi dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di lingkup di mana kita berada tetapi
oleh berbagai peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain.
Globalisasi sebagai transformasi modus tindakan dan praktik. Contohnya dalam dunia
perdagangan, adanya kemudahan untuk berbelanja secara online, atau di bidang lain
misalnya media, budaya, transportasi, teknologi, informasi, dan sebagainya.

Dengan demikian global village merupakan kenyataan sosial yang saling terpisah secara
fisik tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi secara nonfisik. Contohnya harga
minyak di pasaran dunia sangat mempengaruhi harga bahan bakar minyak di Indonesia.
Hal serupa terjadi di bidang sosial, politik dan kebudayaan.
Selanjutnya, ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan
dan ketangguhan, kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan dari luar maupun dalam
negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional.
Peluang dan tantangan tersebut dapat direspon dengan komitmen dan kebijakan
pemerintah di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya93.

1.2 Multikulturalisme : Antara Nasionalisme dan Globalisme


1.2.1 Pengertian Multikulturalisme 94
Istilah multikulturalisme mulai digunakan sekitar tahun 1950-an di Kanada untuk
menggambarkan masyarakat Kanada di perkotaan yang multikultural dan multilingual.
Menurut Gurpreet Majahan, konsep multikulturalisme juga berkembang di Amerika
Serikat, Inggris dan Jerman. Istilah multikulturalisme adalah konsep pengakuan
(recognition) suatu entitas budaya dominan terhadap keberadaan budaya lain yang
minoritas.
Konsep multikulturalisme sangat menjunjung perbedaan budaya bahkan menjaganya
agar tetap hidup dan berkembang secara dinamis. Karakter masyarakat multikultural
adalah toleran dan damai. Dalam perspektif multikulturalisme, baik individu maupun
kelompok dari berbagai etnik dan budaya hidup dalam suasana kohesi sosial yang
dinamis tanpa kehilangan identitas etnik dan kultur mereka.

93
Ibid., hlm. 56-57
94
Ibid., hlm. 57-59
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 61

1.2.2 Multikulturalisme Indonesia 95


Terdapat beberapa tahap yang sudah dan sedang dilalui bangsa Indonesia dalam
kaitannya dengan multikulturalisme yakni :
Tahap Pertama ditandai dengan adanya perbedaan pendapat ketika bangsa
Indonesia akan mendirikan negara, apakah berlandaskan Islam atau Nasionalis.
Tahap Kedua ditandai dengan adanya ancaman musuh dari luar terus menerus
terhadap kemerdekaan Indonesia.
Tahap Ketiga adalah nasionalisme persatuan dan kesatuan.
Tahap keempat adalah nasionalisme kosmopolitan, artinya bangsa Indonesia
tidak dapat menghindar dari bangsa lain namun dengan tetap meiliki
nasionalisme kultural keindonesiaan dengan memberikan kesempatan kepada
aktor-aktor di daerah untuk menjadi aktor kosmopolit.
Nasionalisme kosmopolitan yang menjadikan Indonesia sebagai bagian masyarakat
dunia secara otomatis menjadikan bangsa Indonesia terbuka bagi gagasan
multikulturalisme. Terdapat lima hal penting dalam melihat hubungan antara
Pancasila dan multikulturalisme di Indonesia yakni :
Multikulturalisme adalah pandangan kebudayaan yang berorientasi praktis yang
menekankan perwujudan ide menjadi tindakan. Dengan kata lain,
multikulturalisme dapat juga disebut sebagai penerjemahan Pancasila ke dalam
konteks yang lebih konkrit dan praktis.
Multikulturalisme harus menjadi strategi budaya masa depan Indonesia yang
dicanangkan dalam program pendidikan sebagai langkah awalnya.
Menjadikan multikulturalisme sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila dengan
menjadikan unsur kebudayaan tidak sebatas sebagai hal yang bersifat partikular.
Sebaliknya, kebudayaan dipandang sebagai suatu faktor penting.
Multikulturalisme didefinisikan sebagai sejumlah kebudayaan yang hidup
berdampingan dan seyogyanya dikembangkan cara pandang yang mengakui dan
menghargai keberadaan kebudayaan lain.
Perubahan cara pikir dari pluralisme ke multikulturalisme dalam memandang
Pancasila adalah menyangkut nilai-nilai dasar yang tidak mudah diwujudkan
sehingga kita harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai model

95
Ibid., hlm. 59-63
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 62

multikulturalisme yang sesuai dengan kondisi Indonesia, serta kebijakan itu harus
berjangka panjang, konsisten dan membutuhkan kondisi politik yang mendukung.
Dengan demikian, konsep masyarakat multikultural dapat menjadi wadah
pengembangan demokrasi dan masyarakat madani di Indonesia. Kemajemukan
bangsa Indonesia dapat menjadi modal sosial bagi pengembangan model
masyarakat multikultural di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai