DISUSUN OLEH :
J. A. CINDY PENY, SH., MH
Bahan Ajar Kewarganegaraan |2
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas hikmat-Nya maka bahan ajar
untuk mata kuliah Kewarganegaraan ini telah dapat disusun dengan baik. Bahan ajar ini
memuat materi tentang Konsep Warga Negara dan Negara, Hak Asasi Manusia, Demokrasi
dan Masyarakat Madani. Materi ini merupakan materi yang dibahas dalam proses
pembelajaran di Institusi pendidikan khususnya pada Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kupang untuk pertemuan 1 sampai dengan 7.
Bahan ajar ini disusun dengan menggunakan berbagai literatur dengan tujuan untuk
memudahkan mahasiswa/i dalam memahami berbagai konsep terkait kewarganegaraan
sehingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dengan penuh rasa tanggung jawab, taat hukum serta cinta tanah air.
Bahan ajar ini dari tahun ke tahun terus direvisi isinya mengingat peraturan perundang-
undangan yang bersifat dinamis. Pada akhirnya, pembaca sebagai mitra diskusi di area
publik sangat diharapkan masukannya demi perbaikan isi bahan ajar ini ke depannya.
Penyusun
Agustus 2017
Bahan Ajar Kewarganegaraan |3
Pertemuan :I
Materi : Konsep Negara dan Warga Negara
Bahan Kajian : - Penjelasan RPS
- Pengertian Negara
- Teori terbentuknya Negara
- Bentuk-bentuk Negara
- Pengertian Warga Negara Indonesia
2. BAHAN KAJIAN :
2.1 Pengertian Negara
Istilah Negara berasal dari kata : staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris) dan etat
(Perancis) 1. Secara etimologi Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara
satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu
kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat 2.
Banyak ahli hukum yang mendefinisikan Negara, salah satunya adalah Kranenburg . Ia
mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi
yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan terlebih dahulu yang harus ada
adalah kelompok manusia, sedangkan Negara adalah sekunder artinya itu menyusul
kemudian3.
1
Donatus Patty, Ilmu Negara, ________, Kupang, 1995, hlm. 17
2
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 120
3
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 18
Bahan Ajar Kewarganegaraan |4
makhluk hidup. Penganut teori ini antara lain Plato, Cicero dan Nicholas dari
Cusal (1401-1464 Masehi)10.
10
Ibid., hlm 49-50
11
Ibid., hlm. 50-51
12
Ibid., hlm. 51
13
Ibid., hlm. 51-52
Bahan Ajar Kewarganegaraan |6
Sedangkan tentang pilihan menjadi Warga Negara bagi anak yang dimaksud
pada pasal-pasal sebelumnya dijelaskan dalam pasal 6 UU KRI yaitu :
Bahan Ajar Kewarganegaraan |9
3. Post Test
Pertemuan : II
Materi : Konsep Warga Negara dan Warga Negara (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Asas-asas kewarganegaraan
- Problem Status Kewarganegaraan
- Hak dan Kewajiban Warga Negara
- Hubungan Negara dengan Warga Negara
1. Bahan Kajian
1.1 Asas-asas kewaranegaraan
Asas-asas kewarganegaraan merupakan prinsip-prinsip umum dalam penentuan suatu
kewarganegaraan. Sebagai prisnip / landasan dalam penentuan kewarganegaraan
dapat ditentukan melalui 3 asas yakni 14:
Asas Ius Sanguinis adalah asas penentuan kewaganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Kewarganegaraan orangtua menjadi pokok sorotannya tanpa
mengindahkan dimana tempat dan keberadaan orangtuanya.
Asas Ius Soli adalah asas penentuan kewarganegaraan berdasarkan tempat dimana
seseorang dilahirkan. Asas Ius Soli biasanya digunakan oleh negara-negara yang
14
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 20
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 10
sebagian besar penduduknya berasal dari kaum imigran misalnya Amerika Serikat,
Kanada dan Australia.
Asas Campuran adalah penganutan terhadap penggunaan asas ius sanguinis dan
asas Ius Soli secara bersamaan atas dasar pertimbangan keuntungan bagi
kepentingan negara yang bersangkutan. Contoh : India dan Pakistan.
Sehubungan dengan ketiga asas tersebut maka setiap negara bebas memilih asas
mana yang hendak dipakai tergantung kepentingannya masing-masing. Dalam
penerapan ketiga asas tersebut memunculkan stelsel sebagai instrumennya, yaitu
stelsel aktif dan stelsel pasif. Stelsel aktif adalah stelsel yang mengharuskan
seseorang mengusahakan sendiri status kewarganegaraannya dengan cara
mengajukan permohonan kepada Presiden melalui menteri Hukum dan HAM.
Sedangkan stelsel pasif adalah stelsel yang tidak mengharuskan seseorang untuk
melakukan tindakan hukum tertentu untuk dapat menjadi warga negara Indonesia.
Contohnya jika orangtua kita adalah WNI maka pada saat lahir kita langsung
menjadi WNI 15.
Selanjutnya terkait dengan kedua stelsel tersebut telah pula menimbulkan instrument
hukum yang berupa hak opsi dan hak refudiasi. Hak opsi biasanya muncul dari
stelsel aktif yakni hak untuk memilih suatu kewarganegaraan. Sedangkan hak
refudiasi biasanya muncul dalam lapangan stelsel pasif yaitu hak untuk menolak
suatu kewarganegaraan16.
tertulis maupun tidak tertulis misalnya konvensi / living law, hukum adat, hukum agama
dan lain sebagainya 18.
2. Post Test
Pertemuan : III
Materi : Hak Asasi Manusia
Bahan Kajian : - Pengertian Dasar HAM
- Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM
- Jenis-jenis HAM
- Pelanggaran dan Pengadilan HAM
- Kelompok-Kelompok Yang Rentan Terhadap Pelanggaran HAM
1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Dasar HAM
Terdapat berbagai istilah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam berbagai kepustakaan
yaitu19:
Bahasa Inggris : Fundamental rights, Human Rights ;
Bahasa Belanda : Grondrechten, Mensenrechten ;
Bahasa Indonesia : Hak Dasar Manusia, Hak Asasi Manusia .
Menurut Black’s Law Dictionary, HAM adalah suatu kebebasan/kemerdekaan,
kekebalan dan yang menguntungkan atau bermanfaat bagi manusia sesuai dengan
nilai-nilai hukum modern20. Menurut Rhoda E. Howard, HAM adalah hak yang dimiliki
18
Ibid., hlm. 21-2
19
Yohanes Saryono, 2014, Buku Ajar Berbasis Modul “Politik Hukum”, Program Studi Magister Ilmu Hukum - Program Pasca
Sarjana UNDANA, hlm. 133
20
Ibid., hlm. 134
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 13
manusia karena dirinya manusia. Setiap manusia mempunyai HAM dan tak seorang pun
boleh diingkari HAM-nya tanpa keputusan hukum yang adil21.
Menurut UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM pada pasal 1 angka (1) jo. UU. No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM pada pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa :
“ Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk TYME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. ”
21
Yohanes Saryono, Loc.Cit., hlm. 134
22
Ibid., hlm. 144
23
Ibid., hlm. 145-146
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 14
2. Pada tahun 1628 Parlemen Inggris mengajukan Petition of Rights. Isi petisi
tersebut kemudian menimbulkan ketegangan antara Raja Charles dengan
parlemen. Dalam “clash” tersebut akhirnya Parlemen menang dan
mengeluarkan petisi sebagai berikut :
- Penerapan pajak dan pungutan-pungutan istimewa harus dengan
persetujuan parlemen ;
- Seseorang tidak boleh ditahan tanpa tuduhan yang sah dan tanpa alasan
;
- Tentara tidak diperbolehkan menggunakan Hukum Perang dalam
keadaan damai.
3. Pada tahun 1679 Raja Charles II dari kerajaan inggris menandatangai
Habeas Corups Act. Dalam Undang-Undang tersebut HAM dikembangkan
lebih lanjut.
4. Dalam tahun 1689 terjadi revolusi di Inggris yang akhirnya membawa
dampak positif yaitu ditetapkannya Bill of Rights pada 1689. Isi Bill of Rights
adalah :
Pemilihan anggota parlemen harus dilakukan dengan asas bebas dan
rahasia ;
Adanya pengakuan terhadap kebebasan berbicara dan kebebasan
mengeluarkan pendapat ;
Warganegara Inggris mempunyai hak untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut kepercayaannya itu.
5. Pada tahun 1776 wakil dari 13 daerah di Amerika Utara mengeluarkan
Declaration of Independence (pernyataan kemerdekaan). Dalam pernyataan
itu dikatakan :
“ kami percaya bahwa semua kebenaran itu adalah bukti nyata, bahwa
semua orang diciptakan sama, bahwa mereka dikaruniai oleh Pencipta hak-
hak tertentu yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa diantaranya adalah
hidup,kebebasan dan pengejaran kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-
hak ini dibentuk Pemerintah diantara orang-orang yang memperoleh
kekuasaan mereka yang adil dengan ijin dari yang diperintah. “
6. Tahun 1789 di Perancis terjadi Revolusi yang menghasilkan Declaration des
Droits de l’ Home et du Cityen (Pernyataan hak-hak asasi manusia dan
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 15
24
Ibid., 153-154
25
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), hlm. 154-161
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 16
Menurut the international bill of human rights, HAM dapat dibedakan menjadi 26 :
Personal rights (hak-hak asasi pribadi) yang meliputi kebebasan pendapat,
memeluk agama, bergerak, dll.
Property Rights (hak-hak asasi bidang ekonomi) yang meliputi hak untuk memiliki
sesuatu, membeli, menjual dan menikmati.
Rights of Legal Equality (hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan).
Political Rights (hak asasi bidang politik) yang meliputi hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam Pemilu), hak mendirikan partai
politik, dll.
Social and Culture Rights (hak asasi bidang sosial dan kebudayaan) yang meliputi
hak memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan, dll.
Procedural Rights (hak asasi bidang prosedur peradilan), yang meliputi hak untuk
mendapatkan surat perintah penangkapan/penggeledahan, hak didampingi
pembela, dll.
26
Mardenis, Op. Cit., hlm. 58-59
27
Lihat UU. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 19
28
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 164
29
Lihat juga pasal 66 UU. No. 26 TAhun 2000 tentang Pengadilan HAM
30
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 165
31
Mardenis, Op. Cit., hlm. 67 – 80
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 20
Selain itu, Indonesia juga telah memiliki UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Menurut UU ini, pada hakikatnya perlindungan anak harus
mampu menjamin terselenggaranya hak-hak anak terhadap agama (pasal 42 dan
43), kesehatan (pasal 44 sampai 47), pendidikan (pasal 48 sampai 53), Sosial (pasal
55 samapi 57), perlindungan khusus (pasal 59 dan 60).
2. Perempuan ;
Kekerasan terhadap perempuan antara lain kekerasan fisik serta pembakaran,
penyiksaan mental, deprivasi ekonomi (tidak diberi nafkah secara rutin dalam jumlah
yang cukup untuk kebutuhan wajar sehari-hari), Diskriminasi (pendidikan, pekerjaan,
upah / gaji, dll), serangan seksual, perdagangan perempuan.
3. Masyarakat Adat ;
Pasal 28 i ayat (3) UUD 1945 dan pasal 6 UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
sama-sama menegaskan bahwa identitas budaya masyarakat hukum adat termasuk
hak ulayat dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah.
4. Pembela HAM ;
Pembela HAM merupakan garda terdepan dalam perjuangan penegakan HAM
sehingga mereka terkategori kedalam kelompok yang rentan terhadap pelanggaran
HAM. Contoh : kasus mantan Ketua Komnas HAM Munir yang dibunuh tahun 2004
dalam perjalanan dengan pesawat terbang ke Amsterdam-Belanda.
5. Penyandang Cacat ;
Indonesia telah memiliki UU. No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang cacat yang
memberikan landasan hukum bagi hak-hak penyandang cacat untuk dilindungi
Negara.
6. Pengungsi ;
Hak-hak yang melekat pada diri pengungsi adalah sebagaimana yang disebutkan
dalam berbagai konvensi internasional yang ada antara lain hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya.
2. Post Test :
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 21
Pertemuan : IV
Materi : Konsep Demokrasi
Bahan Kajian : - Konsep Dasar Demokrasi
- Norma-Norma Yang Mendasari Demokrasi
- Komponen-Komponen Penegak Demokrasi
1. Bahan Kajian
1.1 Konsep Dasar Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni demos yang
artinya rakyat dan cratein atau cratos yang artinya kekuasaan dan kedaulatan.
Perpaduan kata demos dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang
memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat (government of
the people) dimana kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat dan dilakukan secara
langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang
berlangsung secara bebas. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu
pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat 32.
32
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 66
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 22
36
Ibid., hlm. 34-36
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 24
2. SGD Kel. 2
Pertemuan :V
Materi : Konsep Demokrasi (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
- Demokrasi di Indonesia
- Demokrasi dan Korupsi
Bahan Kajian
1.1 Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
Parameter tatanan kehidupan demokrasi dapat diketahui melalui unsur-unsur berikut 37:
a. Hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga negara
berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan,
kemerdekaan dan rasa merdeka ;
b. Penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip supremasi hukum (supremacy of
law), kesamaan di depan hukum (equality before the law) dan jaminan terhadap
HAM ;
c. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat ;
d. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;
e. Pengakuan terhadap hak minoritas ;
37
Ibid., hlm. 36-37
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 25
Selanjutnya dalam pandangan Robert A. Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada
dalam sistem demokrasi yaitu : kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum
yang jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
kebebasan mengakses informasi dan kebebasan berserikat 38.
38
Ibid., hlm. 36
39
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 75-78
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 26
demokrasi dalam bidang politik dan ekonomi. Namun hal ini ternyata hanya sebatas
retorika politik belaka karena nyatanya pemerintah Orde Baru bertindak jauh dari
prinsip-prinsip demokrasi, misalnya sentralisasi pengambilan keputusan politik,
dominannya peran militer (ABRI), campur tangan pemerintah terhadap partai politik.
4. Periode Pasca Orde Baru ;
Demokrasi pada periode ini erat kaitannya dengan masyarakat madani (civil society)
dan penegakan HAM.
2. Post Test
40
Mardenis, Op., Cit., hlm. 39-41
41
Ibid., hlm. 40-41
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 27
Pertemuan : VI
Materi : Masyarakat Madani
Bahan Kajian : - Pengertian Masyarakat Madani
- Sejarah Singkat Masyarakat Madani
- Karakteristik Masyarakat Madani
42
Mardenis., Op.Cit., hlm. 138-139
43
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Op.Cit., hlm. 216
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 28
Karl Marx (1818-1883) memandang civil society sebagai masyarakat borjuis. Civil
society harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.
Antonio Gramsci (1837-1891) mengartikan civil society sebagai tempat perebutan posisi
hegemoni di luar kekuatan negara, aparat mengembangkan hegemoni untuk
membentuk konsensus dalam masyarakat.
Alexis de Tocqueville (1805-1859) memandang civil society sebagai kelompok
penyeimbang kekuatan negara. Civil society adalah sesuatu yang tidak apriori maupun
tersubordinasi dari lembaga negara. Civil society bersifat otonom dan memiliki kapasitas
politik tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan
intervensi negara atas warga negara.
Dari sejumlah model dan pandangan tentang civil society di atas maka mazhab
Gramscian dan Tocqueville telah menginspirasi gerakan prodemokrasi di Eropa Timur
dan Eropa tengah serta cendekiawan Indonesia M. Dawam Rahardjo. Rahardjo
mengelaborasi pemikiran ahli-ahli sebelumnya menjadi :
1. Pasar (market) sangat berperan menentukan unsur-unsur dalam masyarakat madani
(negara dan hubungan sosial yang bersifat sukarela/voluntary) ;
2. Adanya ruang publik yang bebas (lembaga sosial, media masa, sekolah, partai
politik, lembaga yang dibentuk negara) memungkinkan warga negara melakukan
kegiatan berpendapat,berserikat dan berkumpul secara merdeka;
3. Pola hubungan kerja antara Pemerintah, masyarakat madani dan swasta (pasar)
berada dalam kerangka keseimbangan peran masing-masing.
4. Kedudukan komponen moral dalam konstelasi hubungan antara tiga komponen
dalam masyarakat madani (Pemerintah/Negara, sektor swasta dan rakyat) adalah
ditengah-tengah sebagai pengubung ketiga komponen tersebut.
47
Ibid., hlm. 225-226
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 30
Pertemuan : VII
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society ) – Lanjutan
Bahan Kajian : - Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek
- Gerakan Sosial Untuk Memperkuat Masyarakat Madani
- Organisasi Non-Pemerintah Dalam Ranah Masyarakat Madani
1. Bahan Kajian
1.1 Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek 48
Indonesia memiliki tradisi kuat masyarakat madani / civil society . Bahkan civil society
telah berkembang pesat yang diwakili oleh organisasi sosial keagamaan dan
pergerakan nasional dalam merebut kemerdekaan, misalnya organisasi berbasis islam
seperti Syarikat Islam (SI), Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia yaitu :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Sistem demokrasi tanpa kesadaran
berbangsa dan bernegara yang kuat di kalangan warga negara justru akan
menimbulkan tindakan anarkis yang berpotensi kekacauan.
2. Pandangan reformasi sistem politik demokrasi yang menekankan bahwa
demokrasi tidak perlu bergantung pada pembangunan ekonomi.
3. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi. Pandangan ini menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik
48
Ibid., hlm. 237 - 230
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 31
warga negara sehingga melahirkan tatanan masyarakat yang secara ekonomi dan
politik mandiri.
Tiga paradigma di atas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi melalui
cara :
1. Memperluas kesempatan bagi kelas menengah untuk berkembang menjadi
kelompok masyarakat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi dan negara
menjadi regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional ;
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi yang ada sesuai prinsip-prinsip demokrasi ;
3. Penyelenggaraan pendidikan politik dan demokrasi bagi warga negara secara
keseluruhan.
49
Ibid., hlm. 231 - 232
50
Ibid., hlm. 232-234
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 32
government) dan bekerja tidak untuk mencari keuntungan (non-profit), tidak melayani
diri sendiri atau anggota-anggota (self-serving), tetapi melayani kepentingan masyarakat
yang membutuhkannya.
Organisasi non-pemerintah ini ada yang berbadan hukum dan ada yang tidak berbadan
hukum bahkan ada yang bersifat sementara seperti forum, koalisi, aliansi, konsorsium,
asosiasi, jaringan, solidaritas, dll.
Pertemuan : VIII
Materi : Wawasan Nusantara
Bahan Kajian : Pengertian dan hakikat Wawasan Nusantara
Teori-Teori Geopolitik
Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik di Indonesia
Wawasan Nusantara Dalam Peraturan Perundang-Undangan RI
Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara Indonesia
Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara
51
Mardenis, Op., Cit., hlm. 99-100
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 33
- Pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998
tentang GBHN adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
- Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. DR. Wan Usman :
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam 52.
Selanjutnya hakikat wawasan Nusantara berkaitan erat dengan upaya bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan keempat. Dengan demikian wawasan
nusantara pada hakikatnya merupakan perwujudan Pancasila karena Pancasila
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh serta mengandung paham keseimbangan.
Perwujudan cita-cita dan tujuan nasional tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor
diantaranya : (1) Kondisi geografis yaitu wilayah Indonesia yang luas yakni sekitar 8,5
juta km dan terdiri dari ribuan pulau dikelilingi lautan dan benua-benua; (2) Faktor
manusia yaitu penduduk Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa; dan (3) Faktor
lingkungan yaitu wilayah Indonesia yang dikelilingi oleh lautan (perairan) yang luas
yang dapat merupakan titik rawan terutama ditinjau dari segi sosial budaya dan
pertahanan keamanan.
52
Sumarsono. S,dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm. 82
53
Ibid., 58-63
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 34
Asia akan dapat menguasai “pulau dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat
menguasai dunia.
54
Sumarsono, Op., Cit., hlm. 63
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 36
55
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan (untuk Perguruan Tinggi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015,
hlm. 156-157
56
Ibid.,
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 37
Posisi Indonesia itu membuat Indonesia berada dalam dua pilihan, yang
pertama membiarkan diri terus menerus menjadi objek lalu lintas
kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh lingkungan sekitar dan
condong untuk menggantungkan diri kepada kekuatan/pengaruh yang
besar atau yang kedua, turut serta mengatur lalu lintas kekuatan-
kekuatan dan pengaruh-pengaruh tersebut dengan ikut berperan sebagai
subjek.
Sesuai dengan semangat Pembukaan UUD 1945 yang menganut sistem
Politik Luar Negeri Bebas Aktif maka Indonesia harus berperan sebagai
subjek yang menuntut Indonesia untuk mampu mengubah pengaruh dan
kekuatan dari luar menjadi kekuatan nasional yang dikendalikan sebagai
kekuatan sentrifugal.
1.2.2 Dasar Pemikiran Historis dan Yuridis Formal
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 39
Batas wilayah Negara Republik Indonesia dapat ditelaah melalui 3 aturan yakni :
Di awal kemerdekaan, berdasarkan aturan peralihan maka Ordonansi tahun
1939 diberlakukan. Ordonansi ini menegaskan bahwa batas wilayah HIndia
Belanda adalah 3 mil laut dari pantai waktu pasang surut. Ordonansi ini
menganut asas pulau demi pulau.
Tanggal 13 desember 1957 pemerintah mengeluarkan Deklarasi Djuanda
yang menerapkan asas Nusantara. Dekalarasi ini menegaskan bahwa batas
wilayah Indonesia adalah 12 mil laut dari garis dasar yang menghubungkan
titik - titik ujung terluar dari pulau-pulau Indonesia terluar, sehingga Ordonansi
1939 dengan sendirinya batal. Karena itu Deklarasi Djuanda dianggap
sebagai langkah awal bangsa Indonesia merealisasikan kembali konsep
wawasan nusantara melalui pengadaan peraturan perundang-undangan.
Tahun 1969 Pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman tentang
Landas Kontinen Indonesia yang menegaskan bahwa dasar laut dan tanah di
bawahnya di luar perairan RI sampai dengan kedalaman 200 meter adalah
milik eksklusif negara RI. Ketentuan ini selain merupakan penerapan Pasal 33
ayat (3) UUD 1945 sekaligus juga sebagai respon terhadap perkembangan
teknologi terutama eksplorasi minyak lepas pantai serta teknologi
pemasangan instalasi pemasangan instalasi komunikasi di dasar laut pada
saat itu.
Tahun 1980, pemerintah keluarkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia
selebar 200 mil dari garis dasar.
1.2.3 Dasar Pemikiran Kepentingan Nasional
Bagi bangsa Indonesia, kepentingan nasionalnya yang utama adalah menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dengan menjamin kesinambungan
pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian, konsep wawasan
nusantara pada akhirnya bermuara untuk mempertahankan kedua kepentingan
nasional tersebut.
59
Sumarsono, Op.Cit., hlm. 64-78
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 41
Pertemuan : IX
Materi : Wawasan Nusantara (Lanjutan)
Bahan Kajian : Ajaran Dasar Wawasan Nusantara
Unsur Dasar Wawasan Nusantara
Asas Wawasan Nusantara
Arah Pandang Wawasan Nusantara
Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara
Sosialisasi Wawasan Nusantara
Empat Pilar Kebangsaan RI
Implementasi Wawasan Nusantara
Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara Dalam Kehidupan Nasional
60
Ibid., hlm., 83-85
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 42
1.4. Solidaritas, yang berarti diperlukannya rasa setia kawan, mau memberi dan berkorban
bagi orang lain tanpa meninggalkan cirri dan karakter budaya masing-masing.
1.5. Kerjasama, berarti adanya koordinasi demi terciptanya sinergi yang baik.
1.6. Kesetiaan, yang berarti kesepakatan bersama untuk tetap ada dalam persatuan dan
kesatuan sebagai Negara Kesatuan RI.
63
Ibid., hlm. 88-89
64
Ibid., hlm. 89-90
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 44
65
Ibid., hlm. 93-94
66
Ibid., hlm. 108
67
Ibid., hlm. 109-110
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 45
68
Ibid., hlm. 91-93
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 46
Pertemuan :X
Materi : Ketahanan Nasional (Geo Strategi Nasional)
Bahan Kajian : - Pengertian Ketahanan Nasional
- Perkembangan Teori Ketahanan Nasional
- Pembinaan Ketahanan Nasional
- Doktrin baru Ketahanan Nasional
1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Ketahanan Nasional 69
Dalam terminologi asing, ketahanan nasional dikenal dengan istilah “National Power”
atau kekuatan nasional. Hans Morgenthau dalam bukunya yang berjudul “Politic Among
Nation” menjelaskan ciri-ciri atau persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu negara jika
ingin disebut sebagai “super power” yaitu geografis yang luas, sumber daya alam yang
besar, kapasitas industry, penguasaan teknologi, kesiapsiagaan militer, kepemimpinan
yang efektif, kualitas dan kuantitas angkatan perang.
Indonesia tidak menggunakan “National Power” atau kekuatan nasional karena istilah
ketahanan nasional dipandang lebih sesuai dengan dinamika sejarah perjuangan
bangsa Indonesia yang berabad-abad telah berhasil mempertahankan kelangsungan
hidupnya sebagai sebuah bangsa.
Secara terminologi pengertian ketahanan nasional meliputi :
1. Pengertian Konstitusional (terdapat dalam GBHN) :
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dan kondisi
tiap-tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
2. Pengertian Politik Hukum (terdapat dalam UU.No.20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI) :
69
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 114-117
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 47
70
Ibid., hlm. 118-119
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 48
/ sub sistem terganggu / tidak berfungsi maka keseluruhan sistemnya juga akan
terganggu.
71
Ibid., hlm. 120 - 127
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 49
dalam negeri, serta pelatih rakyat untuk melaksanakan tugas pertahanan dan
keamanan.
3. Perlindungan masyarakat sebagai komponen khusus, melaksanakan fungsi
menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam lainnya serta memperkecil akibat
malapetaka yang menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda.
4. Sumber daya alam, sumber daya buatan dan prasarana nasional sebagai komponen
pendukung didayagunakan bagi peningkatan hasil guna serta kelancaran dan
kelangsungan upaya pertahanan keamanan.
Dalam Sishankamrata tidak pernah ada unsur yang diangap lebih penting dari unsur yang lain.
Pertemuan : XI
Materi : Politik dan Strategi Nasional
Bahan Kajian : - Pengertian Politik
- Pengertian Strategi Nasional
- Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
1. BAHAN KAJIAN :
1.1 Pengertian Politik
Politik secara etimologis dari bahasa Yunani Politeia dari akar kata polis dan teia. Polis
artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia yg artinya urusan. Dalam
bahasa inggris disebut “politics” yang artinya suatu rangkaian asas, prinsip,
keadaan,cara dan alat utk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Sedangkan kata
“policy” artinya kebijakan yang bermakna pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan
dan arah tersebut sebaik-baiknya.
Secara umum politik adalah proses penentuan tujuan Negara dan cara
melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan policy yang menyangkut
pengaturan, pembagian atau alokasi sumber-sumber yang ada72.
Politik terkait dengan73 :
Negara ;
72
Sumarsono. S, dkk, hlm. 137
73
Ibid., hlm. 138-139
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 51
Istilah Negara berasal dari kata : staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris) dan
74
etat (Perancis) . Secara etimologi Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di
antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di
dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat 75.
Banyak ahli hukum yang mendefinisikan Negara, salah satunya adalah Kranenburg .
Ia mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu
organisasi yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan terlebih dahulu yang
harus ada adalah kelompok manusia, sedangkan Negara adalah sekunder artinya itu
menyusul kemudian 76.
Kekuasaan 77;
Dalam politik, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kekuasaan itu diperoleh,
bagaimana mempertahankannya dan bagaimana melaksanakannya.
Pengambilan Keputusan 78;
Politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. Siapa pengambil
keputusan itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat.
Kebijakan Umum 79;
Kebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh
seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
Distribusi80 ;
Politik bicara tentang bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara
mengikat.
74
Donatus Patty, Ilmu Negara, ________, Kupang, 1995, hlm. 17
75
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 120
76
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 18
77
Sumarsono. S, hlm. 138
78
Ibid., hlm. 138
79
Ibid., hlm. 138
80
Ibid., hlm. 139
81
Ibid.,
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 52
82
Ibid., hlm. 140
83
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 100
84
Ibid., hlm. 117
85
Sumarsono.S, dkk, hlm. 140
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 53
Pertemuan : XII
Materi : Politik dan Strategi Nasional (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Dinamika Sistem Politik di Indonesia
- Sistem Politik di Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945
86
https://saiyanadia.wordpress.com/2010/11/20/pengertian-sistem-politik-indonesia/, data diakses pada 20 September 2017, pukul
08.49.
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 54
Pertemuan : XIII
Materi : Identias Nasional
Bahan Kajian : - Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional
- Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia
1. Bahan Kajian :
1.1 Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional
Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa
banyak dikaitkan dengan “identitas nasional”. Proses pembentukan identitas terus
berkembang dan kontekstual mengikuti perkembangan zaman yang mengharuskan
setiap bangsa selalu kritis terhadap identitas nasionalnya. Contohnya bangsa Indonesia
adalah bangsa yang ramah dan agamais 87.
Menurut para ahli, beberapa unsur komponen identitas nasional adalah 88:
Pola perilaku adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya adat istiadat, budaya dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada
orangtua dan gotong royong.
Lambang-lambang adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi negara.
Lambang-lambang ini biasanya dinyatakan dalam Undang-Undang misalnya
bendera, bahasa dan lagu kebangsaan.
Alat-alat perlengkapan adalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi,
misalnya bangunan candi, masjid, gereja, pakaian adat, teknologi bercocok tanam
dan teknologi seperti kapal laut, pesawat terbang, dll.
Tujuan yang ingin dicapai yang bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis dan
tidak tetap, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu. Tujuan bangsa
Indonesia misalnya telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
87
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 51
88
Ibid., hlm. 52
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 58
89
Ibid., hlm. 53-54
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 59
Pertemuan : XIV
Materi : Identias Nasional (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Globalisasi dan Ketahanan Identitas Nasional
- Multikulturalisme : Antara Nasionalisme dan Globalisme
90
Ashad Kusuma Djaya, Teori-Teori Modernitas dan Globalisasi, Kreasi Wacana Offset, Bantul, 2012, hlm. 81-82
91
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 55
92
Ibid., hlm. 55-56
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 60
Globalisasi sebagai transformasi lingkup cara pandang. Artinya isi dan perasaan kita
tidak lagi dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di lingkup di mana kita berada tetapi
oleh berbagai peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain.
Globalisasi sebagai transformasi modus tindakan dan praktik. Contohnya dalam dunia
perdagangan, adanya kemudahan untuk berbelanja secara online, atau di bidang lain
misalnya media, budaya, transportasi, teknologi, informasi, dan sebagainya.
Dengan demikian global village merupakan kenyataan sosial yang saling terpisah secara
fisik tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi secara nonfisik. Contohnya harga
minyak di pasaran dunia sangat mempengaruhi harga bahan bakar minyak di Indonesia.
Hal serupa terjadi di bidang sosial, politik dan kebudayaan.
Selanjutnya, ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan
dan ketangguhan, kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan dari luar maupun dalam
negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional.
Peluang dan tantangan tersebut dapat direspon dengan komitmen dan kebijakan
pemerintah di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya93.
93
Ibid., hlm. 56-57
94
Ibid., hlm. 57-59
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 61
95
Ibid., hlm. 59-63
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n | 62
multikulturalisme yang sesuai dengan kondisi Indonesia, serta kebijakan itu harus
berjangka panjang, konsisten dan membutuhkan kondisi politik yang mendukung.
Dengan demikian, konsep masyarakat multikultural dapat menjadi wadah
pengembangan demokrasi dan masyarakat madani di Indonesia. Kemajemukan
bangsa Indonesia dapat menjadi modal sosial bagi pengembangan model
masyarakat multikultural di Indonesia.