Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pemberdayaan Perempuan Dalam Membangun Ketahanan Keluarga

Dosen Pengampuh : Adriana Ms Boimalu,SST,M.Kes

OLEH

Nama : MARCE C KITU HOMA

Tingkat :1B

NIM : PO530324019474

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Saya Haturkan Kehadirat Tuhan Yang Tuhan Esa Karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini saya banyak mengalami banyak kesulitan namun atas
bantuan dan bimbingan, motivasi yang tiada hentinya disertai harapan yang optimis dan kuatdari
orang tua, dan teman-teman semuanya yang mengarahkan saya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari
makalah ini dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya.Oleh karena itu dengan senanghati
saya menerima segala kritikan dan saran dari pembaca. Akhir kata saya berharap semoga
makalah ini dapat memberkan manfaat bagi pembaca.

Kupang, 26 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran perempuan dalam dunia kerja............................................................................2

2.2 Peran perempuan dalam penanggulangan bencana.....................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9

3.2 Saran............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peran perempuan dalam pembangunan meliputi peran reproduktif, produktif dan


sosial. Yang dimaksud peran reproduktif adalah fungsi perempuan yang dapat hamil,
melahirkan, menyusui, danmerawat anak dalam keluarga. Peran produktif adalah perempuan
melakukan karya-karya produktif dengan berbagai profesi yang menghasilkan, sedangkan
peran sosial adalah peran perempuan yang banyak dilakukan dalam membantu masyarakat.
Tuntutan terhadap perempuan Indonesia untuk lebih berperan dalam
pembangunan bangsa terus disuarakan, agar dapat bermitra sejajar dengan kaum laki-laki di
berbagai bidang pembangunan.Meskipun demikian dalam pelaksanaan pembangunan
pemberdayaan perempuan masih mengalami berbagai kendala. Dalam publikasi ininampak
adanya beberapa permasalahan yang dihadapi perempuan antara lain dalam bidang
ketenagakerjaan meskipun angka pengangguran perempuan berkurang, namun tingkat
partisipasi angkatan kerja perempuan justru mengalami penurunan. Di sisi lain masih
tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan juga membutuhkan perhatian berbagai pihak
dalam penanganannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa peran perempuan dalam dunia kerja ?
2. Apa saja peran perempuan dalam penanggulangan bencana?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang peran permpuan dalam dunia kerja
2. Untuk mengetahui tentang peran perempuan dalam penanggulangan bencana

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran perempuan dalam dunia kerja


1. Kegiatan perempuan usia 15 tahun ke atas
Usia tahun 2017,kegiatan utama selama seminggu yang lalu yang paling
banyak di lakukan penduduk berumur 15 tahun keatas adalah bekerja. Bila di
tinjau menurut jenis kelamin,presentase penduduk perempuan berumur 15 tahun
ke atas yang bekerja,lebih renda dari pada laki-laki.persentase penduduk
perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja adalah 48,12 persen.
Sementara itu,persentase penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang
bekerja, hampir dua kali lipatnya yakni 77,95 persen.
Pada kelompok perempuan, bekerja merupakan kegiatan utama dengan
persentase tertinggi. Meskipun demikian, kegiatan mengurus ruma tangga juga
memiliki persentase yang cukup tinggi. Bilah di amati persentase perempuan
berumur 15 tahun yang kegiatan utamanya pada seminggu yang lalu adalah
mengurus ruma tangga adalah 37,86 persen. Sementara itu jika di bandingkan
dengan kelompok laki-laki, persentase perempuan berumur 15 tahun ke yang
mengurus ruma tangga,jau lebih tinggi.Persentase laki-laki berumur 15 tahun
yang mengurus rumah tangga hanya beada hanya 3,65 persen.
2. Tingkat partisipasi angkatan kerja
Perbandingan TPAK antara perempuan dengan laki-laki pada tahun 2017
menunjukan perbedaan yang cukup besar,tingkat partisipasi angkatan kerja
perempuan yaitu sebesar 50,89 persen.Berdasarkan daera tempat tinggal,TPAK
perempuan perdesaan lebih tinggi di bandingkan TPAK perempuan perkotaan
yakni sebesar 52,72 persen di bandingkan 49,39 persen. Baik di perdesaan
maupun di perkotaan TPAK perempuan selalauh lebih tinggi di bandingkan
tempat partisipasi angkatan kerja laki-laki.

5
Kemudian jika di bandingkan berdasarkan provinsi,terlihat bawah tahun
2017,TPAK perempuan tertinggi di bali yaitusebesar 67,70 persen dan TPAK
laki-laki tertinggi berada di lampung yaitu sebesar 86,28 persen .
3. Tingkat pengangguran terbuka
Pada tahun 2017,TPT perempuan lebih renda dari pada TPT laki-laki yaitu
5,44 persen untuk TPT perempuan dan 5,33 persen untuk TPT laki-laki.Namun
bilah di lihat menurut daerah tempat tinggal,khususnya di daerah pendesaan
kondisinya terbalik, lebih besar TPT perempuan di bandingkan TPT laku-laki
yaitu 4,10 persen untuk TPT perempuan dan 3,96 persen untuk TPT laki-laki
sementara itu di daerah perkotaan TPT perempuan lebih kecil di bandingkan TPT
laki-laki yaitu 6,62 persen dan 6,89 persen TPT laki-laki.
Pada tahun 2017,TPT perempuan sedikit lebih rendah di bandingkan laki-
laki yakni sebesar 5,44 persen, sedangkan TPT laki-laki sebesar 5,53 persen.Pola
yang sama juga terjadi di kota perkotaan .TPT perempuan dan laki-laki di
perkotaan lebih tinggi di bandingkan di perdesaan, TPT perempuan di perkotaan
sebesar 6,62 persen dan di perdesaan sebesar 4,10 persen dan sementara itu, TPT
laki-laki di perkotaan 6,89 persen dan di perdesaan sebeser 3,96 persen.
4. Penduduk yang bekerja
Pada bab ini akan di gambarkan karakteristik penduduk yang bekerja
berdasarkan tingkat pendidikan,status perkawinan, lapangan pekerjaan utama dan
bekerja di sektor formal dan informal,menurut daerah tempat tinggal dan jenis
kelamin.

a. Tingkat pendidikan
Pendidikan seringkali di pandang sebagai instrumen kebijakan yang
krusial dalam menagani kemiskinan.Hal tersebut karena pendidikan mungkin
dapat membantu seseorang untuk mengakses pekerjaan yang lebih baik yang
meningkatkan pendapatan,sehingga dapat meningkatkan kehidupan
mereka(lonescu 2012).
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan baik
buruknya kualitas sumber daya manusia.Berkaitan dengan ketenaga

6
kerjaan,pendidikan tertinggi yang di tamatkan penduduk berumur 15 tahun ke
atas yang bekerja selama seminggu yang lalu di gunakan untuk melihat
seberapa jauh kualitas penduduk yang bekerja di suatu daerah.
b. Status perkawinan
Status perkawinan yang dimaksud adalah terdiri atas belum
kawin,kawin,cerai. Pada tahun 2015, mayoritas penduduk berumur 15 tahun
yang bekerja berstatus kawin,baik diperkotaan maupun pedesaan.
Bila dibandigkan berdasarkan jenis kelamin presentase bekerja laki-laki
berumur 15 tahun yang berstatus kawin dan belum kawin selalu lebih tinggi
dibandingkan perempuan baikdi perkotaan maupun pedesaan.Sebaliknya
presentase pekerja perempuan 15 tahun ke atas yang berstatus cerai hidup atau
cerai mati selalu lebih tinggi dibangdingkan laki-laki.
Presentase perempuan berumur 15 tahun ke atas yang bekerja seminggu
yang lalu sebagian besar berstatus kawin.Secara total presentase pekerja
perempua yang berstatus kawin sebesar 15,95 persen cerai hidup sebesar 3,92
persen dan cerai mati sebesar 9,33 persen.
5. Penduduk migrasi indonesia
Migrasi manusia adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk
menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi
internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain,
migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah
(negara) ke daerah (negara) lain. Arus migrasi ini berlangsung sebagai tanggapan
terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Namun, pendapatan
yang dimaksud bukanlah pendapatan aktual, melainkan penghasilan yang
diharapkan (expected income).
2.2 Peran perempuan dalam penanggulangan bencana
Berdasarkan data Sunsus penduduk 2014 dan 2015, Badan Pusat Statistik (BPS)
merilis jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 254,9 juta jiwa. Dari data tersebut,
rinciannya adalah penduduk laki-laki berjumlah 128,1 juta jiwa dan perempuan berjumlah
126,8 juta jiwa. Perempuan merupakan kelompok masyarakat yang rentan ketika terjadi
bencana. Jumlah penduduk perempuan yang hampir separuh dari jumlah penduduk Indonesia

7
menjadi aspek penting yang seharusnya mendapat perhatian dalam menghadapi bencana.
Perempuan relatif rentan ketika terjadi bencana, oleh karena itu meningkatkan peran serta
perempuan dalam menghadapi bencana merupakan variabel penting untuk menekan kerugian
sebagai dampak dari bencana.

Peran perempuan dalam mengurangi risiko bencana


Perempuan memiliki peran strategis dalam menghadapi bencana agar resiko yang
ditimbulkan akibat bencana dapat ditekan melalui upaya meningkatkan peran perempuan
dalam mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kemampuan perempuan dalam mengurangi
risiko bencana dapat dilakukan melalui peningkatan :
1. Kesadaran perempuan dalam memahami situasi lingkungan dan ancaman bahaya.
2. Pemahaman tentang kerentanan dan kemampuan untuk mengukur kapasitas yang dimiliki
perempuan.
3. Kemampuan untuk menilai risiko yang dihadapi perempuan sebagai individu, anggota
keluarga dan masyarakat
4. Kemampuan untuk merencanakan dan melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang
dimiliki baik melalui peningkatan kapasitas dan mengurangi kerentanan.
5. Kemampuan perempuan untuk memantau, mengevaluasi dan menjamin keberlangsungan
upaya pengurangan risiko sehingga dampak bencana dapat dikurangi atau dicegahk di
rumah tangga.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perempuan merupakan makluk yang di ciptakan sebagai kelebihan,sehingga


banyak topik yang di angkat dengan latar belakang perempuan.Peran perempuan dalam
dunia kerja pun sangat dibutuhkan bisa dilihat bahwa,tingkat partisipasi angkatan kerja
perempuan yaitu sebesar 50,89 persen dan TPT perempuan lebih renda dari pada TPT laki-
laki yaitu 5,44 persen untuk TPT perempuan dan 5,33 persen untuk TPT laki-laki. Partisipasi
perempuan yang bekerja meningkatkan peran mereka terhadap rumah tangga dan kontrol
mereka terhadap alokasi sumber daya. Hal tersebut dapat mengarakan terhadap kemandirian
ekonomi dan kemampuan menentukan pilihan sendiri, yang mana dua hal tersebut penting
dalam pemberdayaan perempuan.

3.2 Saran

Semoga kedepanya peran perempuan dalam bekerja dan juga peran perempuan
dalam penanggulangan bencana lebih ditingkatkan lagi seperti menurunkan angka
pengaguran yang tinggi agar masyarakat indonesia terkhusunya perempuan dapat dapat
hidup lebih baik termasuk segi ekonomi perekonomian yang meningkat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, I. 2016. Metode Evaluasi Program Pemberdayaan perempuan. Humaniora Utama Press;
Bandung

Anoraga, Pandji. 2015 peran perempuan dalam dunia pekerjaan. Rineka Cipta; Jakarta.

Chambers, Robert. 2107 Strategi memberdakan perempuan indonesia LP3ES ; Jakarta

Dumadia. 2015 Profil perempuan indonesia, Medika utama;Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai