PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Neonatus
2. Untuk mengetahui tentang Pengkajian fisik bayi baru lahir
3. Untuk mengetahui tentang adaptasi fisilogis bayi baru lahir\
4. Untuk mengetahui tentang termoregulasi,penceghan infeksi dan rawat gabung
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara komplit, tenaga kesehatan
perlu melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini:
a. Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnio( volume) apakah selama
kehamilan terjadi hidramnion/oligohedramnion
b. Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, dan jumlah korion. Hal ini
penting untuk menentukan adanya kembar identik/tidak.
c. Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada vena/arteri,ada tali simpul?
d. Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram),PB (45-50 cm), LK
(33-35), LD (30-33 cm).
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga di kaji, antara lain:
a. Factor genetic, meliputi kelainan/gangguan metabolic pada keluarga dan sindroma genetik
b. Factor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,penyakit
ginjal,penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus,
RH/isoimunisasi
c. Factor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, ada riwayat pendarahan, preeklamsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar /terganggu,diabetes gestasional,poli/oligohidramnion
d Factor prenatal, meliputi premature/ postmatur, partus lama, penggunaan obat selama
persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur
mekonium, amnionitis, ketuban peca dini (KPD), pendarahan dalam persalinan, prolapsus tapi
pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan
Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segaralah
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik yang
lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemeriksa hendaknya
memperhatikan beberapa hal yang penting berikut ini:
a. Periksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada tanda-
tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.
b Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama pemeriksaan
dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan
warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas
yang nyata.
c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan
e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa
f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head to toe secara sistematis.
g. Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebioh lanjut yang memang
diperlukan.
h. Catat setiap hasil pengamatan
Proses Adaptasi fisiologi yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui dengan lebih
baik oleh tenaga Kesehatan khususnya bidan yang bertanggung jawab terhada ibu dan bayi baru
lahir, saat lahir, bayi baru lahir harus beradapatasi dengan keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan rahim ke lingkungan luar rahim, kemampuan adaptasi fisiologi bayi baru lahir
disebut juga “ Homeostasis”
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan status gizi.
Kemampuan Homeostasis pada neonatus kurang bulan tergantung masa gestasi. Matriks otak
belum sempurna sehingga mudah terjadi perdarahan intrakranial.
Sistem pernafasan adalah sistem paling tertantang ketika perubahan dari lingkungan intra
uteri ke lingkungan eksra uterin. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin sebelum
bayi lahir adalah plasenta janin mengembangkan otot-ototyang diperlukan untuk bernafas dan
menunjukkan gerakan bernafas sepanjang TM II dan TM III cairan yang mengisi mulut dan
trachea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trachea. Pernafasan pertama pada bayi
baru lahir normal terjadi dalam waktu 30 Menit pertama sesudah bayi lahir. Usaha bayi pertama
kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas
dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada
neonatus biasanya pernafasan dengan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan
dalamnya belum teratur.Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan kolaps dan paru-paru
kaku sehingga terjadi atelektasis. Dalamkeadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerob.
Proses Pernafasan Pertama
Nafas aktif pertama merangkai peristiwa-peristiwa tanpa gangguan yang membantu sirkulasi
perubahan janin menjadi sirkulasi dewasa, mengosongkan paru dan caira menetapkan volume
paru neonatus dan karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan mengurangi tekanan arteri
pulmonalis. Ketika kepala dilahirkan, lendir keluar dari hidung dan mulut, banyak bayi baru lahir
mega-megap dan bahkan menangis saat itu, oleh karena itu pengisapan mulut dan hidung dengan
sebuah suction dari karet tidak diperlukan. Alat penghisap baru digunakan apabila usaha nafas
bayi baru lahir ber kurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari jalan nafas. Stimulasi
fisik yang perlu dilakukan untuk membantu proses pernafasan awal adalah dengan melakukan
rangsangan taktil, seperti mengusap punggung bayi, mengeringkan badan bayi dan menjentikkan
dengan lembut telapak kaki bayi. Jangan lakukan stimulasi fisik yang berlebihan pada bayi baru
lahir.
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem. Tindakan ini meniadakan suplay
oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi dalam paru sebagai respons terhadap
tarikan nafas pertama. Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untukmengambil oksigen
dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen keseluruh jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan di luar rahim harus terjadi2 perubahan besar yaitu
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi
/meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merobah sistem pembuluh darah :
a)Pada saat tali pusat di potong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun, tekanan atrium menurun karenabekurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut.hal ini menyebabkanpenurunan volumedan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalirke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenisasi ulang.
b)Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan pada atrium kananoksiga pada pernafasan ini menimbulkan relaksasidan terbukanya
sestem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatantekanan atrium kanan ini dan
penurunan pada atrium kiri, foraman kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen ovali
secara fungsional akan menutup.
Dalam beberapa saat, perubahan yang luar biasa terjadi dalamjantung dan sirkulasi darah
bayi baru lahir. Walaupun perubahan ini tidak selesai secara anatomis dalam beberapa minggu,
penutupan fungsional foramen ovale dan duktus arteriosus terjadi setelah bayi baru lahir. Sangat
pentingbagi bidan untuk memahami bahwa perubahan sirkulasi janin kesirkulasi bayi baru lahir
secara keseluruhan saling berhubungan dengan fungsi pernafasan dan oksigen yang adekuat.
3.Adaptasi suhu
Bayi baru lahir memiliki kecenderungmenjadi cepat stres karena perubahan lingkungan dan bayi
harus beradaptasi dengan suhu lingkungan yang cenderung dingin diluar. Terdapat empat
mekanisme kemungkinan hilangnya panas dari bayi baru lahir kelingkungannya, yaitu
1)Konduksi,panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda disekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi.
2)Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang sedang bergerak
4)Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan kepada kecepatan dan kelembaban
udara.Contohnya : bayi baru lahir yang tidak dikeringkan dari cairan amonium.
Untuk itu seorang bidan harus melakukan pencegahan kehilangan panas dengan segera
mengeringkan badan bayi dari cairan amnion, menyelimuti bayi, menempatkan bayi pada tempat
yang hangat dan jangan menggunakan stetoskopdingin untuk memeriksa bayi.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6
– 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama
menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Gejala hipotermia:
a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak
kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
b. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
c. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan.
d. Muka bayi berwarna merah terang
e. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada BBL adalah :
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap
bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di
sebgalah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang
mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dna dibungkus dengan kasa
tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab kaan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat
berakhir dengna kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara
lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi
dan seger melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan,
keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit BBL atau penyakit
infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dna bayi,
sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran
pencernaan bayi dengna mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya
zat antibody bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu (ASI).
c. Pencegahan infeksi pada mata BBL
Cara mencegah infeksi pada mata BBL adalah merawat mata BBL dengan mencuci tangan
terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bai segera setelah lahir dengna kapas atau sapu
tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (tetrasiklin 1%,
eritromisin 0,5% atau nitras argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di
sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangna kembali.
Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya BBL diberi salep mata setelah lewat 1 jam
setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata BBL.
d. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberculosis, imunisasi BCG harus diberikan pada bayi segera
setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetes polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau
pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal. Imunisasi hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi
Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.
Umur Bayi Jenis Imunisasi
≤ 7 Hari Hepatitis B (HB) 0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan Campak
B Rawat Gabung
1. Pengertian
Menurut Muslihatun (2010) menyatakan bahwa rawat gabung adalah satu cara perawatan ibu
beserta bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang,
kamar, atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
2. Tujuan rawat gabung :
1) Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi.
2) Meningkatkan penggunaan ASI.
3) Mencegah infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu.
4) Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana saja bayi
membutuhkannya.
5) Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan
oleh petugas.
6) Ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya.
7) Dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui bayinya secara
baik dan benar.
8) Ibu mendapatkan kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya.
3. Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :
1) Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong.
2) Apabila bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup
sehat, reflex menghisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dan lain-lain.
3) Bayi yang lahir secara section caesaria (SC) dengan pembiusan umum, rawat gabung
dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam setelah operasi selesai.
4) Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR ≥ 7).
5) Usia kehamilan ≥ 37 minggu atau lebih.
6) Berat bayi lahir ≥ 2.500 gram.
7) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
8) Bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
ukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. 2016. Jakarta; Trans
Info Media
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2018 Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Salemba
Medik.
Dewi.Vivian Nanny Lia. 2017. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Sudarti dan Khoirunisa. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta :
Nuha Medika.