NIM : PO530324019474
TINGKAT : II B
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
berjudul“Perubahan Psiologi pada masa nifas”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalaha nserta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, Penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGARTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................12
3.2 Saran .....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu. Secara psikologi, pascapersalinan ibu
akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak
mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan mengalami atau merasakan hal-hal
yang baru setelah melahirkan. Beberapa ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa
sulit, ibu akan terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan
hal yang baru seperti adanya bayi.
2. Ketidaknyaman fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita
pasca melahirkan misalnya, rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, seperti perubahan fisik dan
emosional yang kompleks.
4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6. Latar belakang psikososial wanita tersebut misalnya, tingkat pendidikan, kehamilan yang tidak
diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa pada wanita tersebut.
7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua dan keluarga.
8. Stres dalam keluarga misalnya, faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami, problem dengan
mertua atau orang tua.
9. Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya, karena belum bisa menyusui bayinya atau ASI
tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, rasa bosan terhadap rutinitas barunya.
10. Kelelahan pasca melahirkan.
11. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang dialami ibu dan adanya rasa cemas terhadap
kemampuan merawat bayi
12. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.
13. Problem anak setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya,
sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.
§ Post Partum Depression/Neurosa Post Partum
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang
ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih
oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan
apapuan untuk menghilangakan perasaan itu. Depresi post partum dapat berlangsung selama
3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.
Gejalanya sama saja tetapi di samping itu, ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan
bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Walaupun banyak wanita yang mengalami depresi post partum segera setelah
melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi sampai beberapa minggu
atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam kurun waktu enam bulan
berikutnya. Depresi post partum mungkin saja berkembang menjadi post partum psikosis,
walaupun jarang terjadi.
a. Pencegahan
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman
depresi setelah melahirkan.
· Pelajari Diri Sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum, sehingga ibu dan
keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka ibu akan segera mendapatkan
bantuan secepatnya.
· Tidur dan Makan yang Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode post partum dan kehamilan.
· Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi post partum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat ibu merasa lebih baik dan
menguasai emosi berlebihan dalam dirinya.
· Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau Sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan depresi post
partum yang diderita.
· Beritahukan Perasaan Ibu
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang ibu inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap
sesuatu, segera beritahukan kepada pasangan atau orang terdekat.
· Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan sangat
diperlukan. Ceritakan kepada pasangan atau orang tua, atau siapa saja yang bersedia menjadi
pendengar yang baik. Yakinkan diri, bahwa mereka akan selalu berada di sisi ibu setiap
mengalami kesulitan.
· Persiapkan Diri dengan Baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah kelas senam hamil yang
sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yang ibu perlukan. Kelas senam hamil akan
sangat membantu ibu dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga
nantinya ibu tidak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika ibu tahu apa yang
diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
· Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu ibu melupakan gejolak perasaan
yang terjadi selama periode post partum. Kondisi ibu yang belum stabil bisa dicurahkan
dengan memasak atau membersihkan rumah.
· Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu ibu dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta
perubahan kehidupan yang ibu alami, sehingga ibu merasa lebih baik setelahnya.
· Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan.
· Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakan ibu, mintalah dukungan
dan pertolongannya.
· Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat
bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
· Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
· Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi
cerita dengan orang lain, bersikap fleksibel, bergabung dengan orang-orang baru.
· Pada psikosis post partum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian
anti depresan atau lithium dan perawatan di rumah sakit, serta sebaiknya menyusui
dihentikan karena anti depresan disekresi melalui ASI.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi
yang baru lahir, sehingga dalam proses adaptasi masa nifas, ibu dapat mengalami gangguan
psikologi post partum diantaranya, post partum blues, post partum depression, dan psikosis
post partum. Saat hal tersebut terjadi maka, dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainnya maupun petugas kesehatan merupakan dukungan positif bagi ibu.
3.2 Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan agar
persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat melakukan
proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga
harus sangat diperhatikan, baik keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan
ibu sebagai pembimbing dan pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Sitti. 2016. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, dkk.2017 Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: