PROPOSAL
Diajukan sebagai syarat untuk kelulusan blok Academic Writing pada
Program Studi Sarjana Kedokteran
Oleh
FIKRI MUHAMMAD ASGAR SETIADI
119170062
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2023
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN KONTROL RUTIN
TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN TB PARU DI UPTD PUSKESMAS
CANGKOL KOTA CIREBON
PROPOSAL
Oleh
FIKRI MUHAMMAD ASGAR SETIADI
119170062
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Proposal KTI ini.
Penulisan Proposal KTI ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
kelulusan blok Academic Writing di Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon. Kami menyadari sangatlah sulit bagi kami untuk
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sejak penyusunan proposal ini. Bersama ini kami menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon,
Catur Setiya Sulistiyana, dr., M.Med.Ed. yang telah memberikan sarana
dan prasarana kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik dan lancar.
3. M. Duddy Satrianugraha Wahidin, S.Si., M.Si.Med. selaku dosen
pembimibing pertama yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membimbing saya dalam penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Shofa Nur Fauzah, M.KM. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam
penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Orangtua tercinta dr. Asep Subur Setiadi dan Rr. Poppy Ratna Dewi
Puspitarini, SE. yang senantiasa memberikan dukungan moral maupun
material. Terima kasih atas semua doa, perhatian, dan kasih sayang yang
telah diberikan kepada saya.
6. Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung sehingga proposals Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon, Februari 2023
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tuberculosis (TB) Paru
2.1.1.1 Pengertian TB Paru
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering
dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar
bakteri TB sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan
menyebabkan TB paru, namun bakteri ini juga memiliki
kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB ekstra
paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra
paru lainnya.12
2.1.1.2 Epidemiologi TB Paru
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa
estimasi jumlah individu yang terdiagnosis TB pada tahun
2021 secara global adalah sebanyak 10,6 juta kasus atau naik
sekitar 600.000 kasus dari tahun 2020 yang diperkirakan
angka kejadian TB telah menembus 10,6 juta kasus dengan
persentase 6,4 juta (60,3%) orang telah terdiagnosis dan
dilaporkan menjalani pengobatan dan 4,2 juta (39,7%)
lainnya belum terdiagnosis dan menjalani pengobatan.13
TB dapat diderita oleh siapapun. Sesuai dengan data
pasien TB pada tahun 2021 diketahui bahwa terdapat 6 juta
kasus pasien adalah pria dewasa, 3,4 juta kasus adalah
wanita dewasa dan kasus TB lainnya adalah anak-anak
sebanyak 1,2 juta kasus.13
Kematian yang diakibatkan oleh TB secara
keseluruhan juga terbilang tinggi. Setidaknya 1,6 juta orang
meninggal diakibatkan karena TB yang di mana angka ini
juga mengalami kenaikan dibanding dengan tahun
sebelumnya yakni sekitar 1,3 juta orang meninggal karena
TB.13
Indonesia sendiri berada pada posisi kedua dengan
jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India, diikuti
oleh Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan
Republik Demoktratik Kongo. Pada tahun 2020, Indonesia
berada pada posisi ketiga dengan beban jumlah kasus
terbanyak, sehingga tahun 2021 jelas tidak lebih baik. Kasus
TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus
TBC (satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari
tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus. Insidensi kasus
TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk, yang
artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang
di antaranya yang menderita TB.13
2.1.1.3 Klasifikasi TB Paru
Mycrobacterium tuberculosis memiliki beberapa
jenis spesies di antaranya adalah M. tuberculosis, M.
bovis, M. leprae, M. africanum, dll (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Gejala yang paling
utama pada pengidap TB adalah batuk selama 2 minggu
ataupun lebih, gejala batuk ini biasanya juga diikuti
dengan gejala lainnya seperti batuk berdarah dan
berdahak, mengalami sesak nafas, badan akan menjadi
lebih mudah lelah dan lemas, tiap malam hari badan akan
mudah berkeringat, serta penderita akan mengalami
penurunan nafsu makan.
TB paru akan menyerang paru-paru dan apabila
tidak mendapat pengobatan yang intensif, bakteri
Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi bagian
organ tubuh lainnya. Seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar
getah bening, atau selaput otak. Kondisi ini dinamakan
dengan TB Ekstra paru.14
2.1.1.4 Faktor Risiko TB Paru
Faktor risiko terjadinya TB Paru pada suatu individu
adalah terantung dari :
- Konsentrasi atau jumlah bakteri yang terhirup
- Lama waktu sejak terinfeksi
- Usia seseorang yang terinfeksi
- Tingkat daya tahan tubuh seseorang, yang
apabila daya tahan tubuhnya rendah seperti pada
pasien HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk)
akan lebih rentan terjangkit TB Paru dan
perkembangannya akan jauh lebih aktif.
- Infeksi HIV juga menjadi salah satu faktor risiko
seseorang terinfeksi TB, karena 10% di antara
pasien HIV akan terinfeksi TB. Orang dengan
HIV berisiko 20 – 37 kali untuk terpapar TB
dibandingkan dengan orang sehat, yang
kemudian mengakibatkan penularan TB di
masyarakat akan meningkat.15
2.1.1.5 Patofisiologi TB Paru
Patofisiologi penyakit tuberkulosis dimulai dari
masuknya bakteri ke dalam alveoli lalu sistem imun dan
sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan cara
melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menekan bakteri, dan
limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan bakteri dan
jaringan normal. Reaksi tersebut menimbulkan
penumpukan eksudat di dalam alveoli yang bisa
mengakibatkan bronchopneumonia. Selanjutnya terbentuk
granulomas yang diubah menjadi fibrosa, Bagian sentral
dari massa tersebut disebut ghon tuberculosis dan menjadi
nekrotik membentuk massa seperti keju dan membentuk
jaringan kolagen kemudian bakteri menjadi dorman.
Penularan tuberkulosis dipengaruhi oleh faktor umur, jenis
kelamin, kebiasan merokok, pekerjaan, status ekonomi,
dan lingkungan. Penderita tuberkulosis umumnya akan
mengalami gejala seperti batuk lebih dari dua minggu,
sesak nafas, mudah lelah, nafsu makan turun, dahak
bercampur darah, demam, dan berat badan menurun.16
2.1.1.6 Penegakan Diagnosis TB Paru
Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil
anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium,
dan pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Keluhan dan hasil anamnesis meliputi :
Keluhan yang disampaikan pasien melalui wawancara
rinci berdasarkan keluhan pasien
2. Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala dan tanda
TB yang meliputi :
Gejala utama TB paru adalah batuk berdahak
selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.17 Pada
pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan
gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak
harus selalu selama 2 minggu atau lebih.18
Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis,
bronchitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke
fasyankes dengan gejala tersebut di atas, dianggap
sebagai seorang terduga pasien TB, dan diperlukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Selain gejala tersebut, perlu dipertimbangkan
pemeriksaan pada orang dengan faktor risiko,
seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di
daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah
pengungsian, dan orang yang bekerja dengan
bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan
infeksi paru.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan bakteriologi
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak selain berfungsi
untuk menegakkan diagnosis, juga untuk
menentukan potensi penularan dan menilai
keberhasilan pengobatan.19
Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 2
contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa
dahak sewaktu-pagi (SP) :
a) S (Sewaktu) : Dahak ditampung di
fasyankes.(17)
b) P (Pagi) : Dahak ditampung pada pagi
segera setelah bangun tidur. Dapat
dilakukan di rumah pasien atau di bangsal
rawat bilamana pasien menjalani rawat
inap.20
2) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan
metode xpert MTB/RIF.TCM merupakan
sarana untuk penegakan diagnosis.19
3) Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan
dengan media padat (Lowenstein-jensen) dan
media cair (Mycrobacteria Growth
IndicatorTube) untuk identifikasi
Mycrobacterium tuberkolosis (M.tb).19
Pemeriksaan di atas dilakukan di sarana
laboratorium yang terpantau mutunya. Dalam menjamin
hasil pemeriksaan laboratorium, diperlukan contoh uji
dahak yang berkualitas.19 Pada faskes yang tidak memiliki
akses langsung terhadap pemeriksaan TCM, biakan, dan
uji kepekaan, diperlukan sistem transportasi contoh uji.20
Hal ini, bertujuan untuk menjangkau pasien yang
membutuhkan akses terhadap pemeriksaan tersebut serta
mengurangi risiko penularan jika pasien bepergian
langsung ke laboratorium.19
4. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
a. Pemeriksaan foto thoraks
b. Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang
dicurigai TB ekstra paru
c. Pemeriksaan uji kepekaan obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk
menentukan ada tidaknya resistensi
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT. Uji
kepekaan obat ini harus dilakukan di laboratorium
yang telah lulus uji pemantapan mutu / Quality
Assurance (QA) dan mendapatkan sertifikat
nasional maupun internasional.19
d. Pemeriksaan serologis
Sampai saat ini belum direkomendasikan.
5. Alur diagnosis TB Paru pada orang dewasa
Alur diagnosis TB Paru pada orang dewasa dibagi
sesuai dengan fasilitas yang tersedia, antara lain:19
a. Faskes yang mempunyai akses pemeriksaan
dengan alat tes cepat molekuler.
b. Faskes yang hanya mempunyai pemeriksaan
mikroskopis dan tidak memiliki akses tes cepat
molekuler.19
Gambar 1. Alur diagnosis TB dan TB Resisten di Indonesia
Keterangan :
*) Dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sputum.
**) Kontak TB Paru dewasa dan kontak TB Paru anak terkonfirmasi
bakteriologis.
***) Evaluasi respon pengobatan, jika tidak merespon baik dengan pengobatan
adekuat, evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk.
Tabel 2. Sistem Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3 Skor
Tidak - Laporan BTA (+)
jelas keluarga,
BTA(-)/BTA
Kontak TB
tidak
jelas/tidak
tahu
Negatif - - Positif (≥10 mm
Uji tuberkulin atau ≥5 mm pada
(mantoux) immunokomprom
ais)
- BB/TB <90% Klinis gizi
Berat atau BB/U buruk atau
badan/Keadaa <80% BB/TB <70%
n Gizi atau BB/U
<60%
Demam yang - ≥ 2 minggu - -
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm, > 1, - -
kelenjar limfe, tidak nyeri
kolli, aksila,
inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Normal Gambaran - -
atau sugestif TB
Foto toraks kelainan
tidak
jelas
2.1.1.7 Tatalaksana TB Paru
Dalam penatalaksanaannya, pengobatan TB
memiliki tujuan serta prinsip yang jelas, yaitu:
Tujuan pengobatan TB
1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup pasien.
2) Mencegah terjadinya kematian dan dampak buruk
yang disebabkan karena TB .
3) Mencegah terjadinya kekambuhan TB.
4) Menurunkan risiko penularan TB.
5) Mencegah terjadinya resistensi pengobatan TB.
a. Prinsip pengobatan TB
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) merupakan
komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB merupakan salah satu upaya yang
paling efisien untuk mencegah terjadinya penyebaran
TB lebih lanjut di lingkungan pasien. Pada dasarnya,
pengobatan TB memiliki prinsip antara lain:
1) Pengobatan diberikan dalam bentuk perpaduan
OAT yang minimal mengandung 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi
2) Memberikan dosis yang tepat
3) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung
oleh Pengawas Minum Obat (PMO) sampai selesai
pengobatan.
4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang
cukup, yang terbagi dalam 2 tahap yaitu tahap
awal serta lanjutan sebagai pengobatan adekuat
untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada
pasien.
b. Tahapan pengobatan TB
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap
awal dan lanjutan dengan maksud sebagai berikut :
1) Tahap awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan
pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan
secara efektif menurunkan jumlah bakteri yang ada
pada tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh
dari sebagian kecil bakteri yang mungkin sudah
resisten sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Pengobatan pada tahap awal pada
semua pasien baru, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara
teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan
sudah sangat menurun setelah pengobatan selama
2 minggu pertama.21
2) Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan untuk
membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan.19
c. Jenis-jenis Obat Antri Tuberkulosis (OAT)
Tabel 3. OAT lini pertama
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid (H) Baterisidial Neuropati perifer (Ganagguan
saraf tepi), Psikosis toksis,
Gangguan fungsi hati, Kejang.
Rifampisin (R) Bakterisidial Flu syndrome (gejala influenza
berat), gangguan gastrointestinal,
urine berwarna merah, gangguan
fungsi hati, trombositopeni,
demam, skin rash, sesak napas,
anemia hemolitik.
Pirazinamid (Z) Bakterisidial Gangguan gastrointestinal,
gangguan fungsi hati, gout
arthritis.
Streptomisin (S) Bakterisidial Nyeri di tempat suntikan,
gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan anafilaktik,
anemia, agranulositosis,
trombositopenia.
Etambutol (E) Bakteriostati Gangguan penglihatan, buta
k warna, neuritis perifer (gangguan
sarap tepi)
Pengetahuan
Dukungan Keluarga
Motivasi
Kepatuhan Pasien
Keterangan
: yang diteliti
Kontrol Rutin
Kontrol Rutin
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup bidang Ilmu
Kedokteran Dasar dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai
berikut :
Waktu : Maret – April 2023
Tempat : Puskesmas Cangkol Kota Cirebon
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan metode studi cross sectional, adalah suatu metode yang
mengamati variabel independen dan variabel dependen dalam waktu
bersamaan.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah pasien TB Paru di
Puskesmas Cangkol Kota Cirebon.
3.4.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien TB
Paru yang sedang dalam masa pengobatan dan sedang berobat ke
Puskesmas Cangkol Kota Cirebon pada bulan Maret hingga April
tahun 2023.
3.4.3 Sampel Penelitian
3.4.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain adalah :
a. Terdaftar sebagai pasien TB Paru di Puskesmas
Cangkol Kota Cirebon
b. Bersedia menjadi sampel penelitian dan menandatangi
informed consent.
c. Mengisi kuesioner dengan lengkap.
3.4.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Usia;
b. Jenis kelamin;
c. Riwayat pengobatan TB Sebelumnya; dan
d. Kategori Obat Anti Tuberkulosis.
3.4.4 Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik Consecutive Sampling.
Caranya adalah memasukkan semua subyek yang datang
berkunjung dan yang memenuhi kriteria pemilihan sampai dengan
jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
3.4.5 Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus Slovin. Rumus slovin dapat digunakan untuk
sampel yang representatif dan terdapat tingkat kepercayaan atau
ketepatan yang diinginkan. Rumus Slovin adalah sebagai berikut :
N
n= 2
1+ N ( e )
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan dalam penelitian (5% atau 0.05)
Diketahui bahwa jumlah penduduk dengan suspek TB di
Cangkol adalah sebesar 96 jiwa, yang apabila diaplikasikan ke
dalam rumus, maka didapatkan jumlah :
96
n=
1+ 96 ( 0.052 )
96
n=
1+ 96 ( 0,0025 )
96
n=
1+ ( 0,24 )
96
n=
1,24
n=77,4193548
Dari rumus di atas dinyatakan bahwa besar sampel yang
dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sebanyak 77,4193548 yang
dibulatkan menjadi 78 responden.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum
obat dan kontrol rutin yang dilakukan oleh pasien TB Paru.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat
kesembuhan pasien TB Paru.
3.6 Definisi Operasional
Tabel 12. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
TB Paru Tuberkulosis Pemeriksaan Rekam Nominal 1. Positif :
adalah suatu dilakukan medis (Data Menderita TB
penyakit kronik oleh peneliti sekunder) Paru
menular yang yang 2. Negatif :
disebabkan oleh dikonfirmasi Tidak
bakteri oleh dokter menderita TB
Mycobacterium Puskesmas. Paru
tuberculosis.
Kepatuhan Kepatuhan Kuesioner Kuesioner Ordinal 1. Tidak patuh
Minum dalam dan Rekam apabila pasien
Obat mengonsumsi Medis hanya minum
obat harian pasien TB obat 1 kali.
adalah perilaku Paru di 2. Kepatuhan
menaati saran Puskesmas rendah
atau prosedur Cangkol apabila pasien
dari dokter Kota hanya minum
tentang Cirebon obat sampai
penggunaan tak bergejala
obat yang 3. Kepatuhan
sebelumnya sedang jika
didahului pasien hanya
dengan proses minum obat
konsultasi sampai habis
antara pasien 4. Kepatuhan
dengan dokter tinggi apabila
sebagai pasien selama
penyedia jasa pengobatan 6
kesehatan. bulan hanya
terlewat 1 – 2
pil obat
5. Sangat patuh
apabila pasien
selama
pengobatan 6
bulan tidak
terlewat sama
sekali.
Kontrol Frekuensi Wawancara Kuesioner Nominal 1. Rutin, jika
Rutin kunjungan dan Lembar dan rekam responden
pasien TB Paru Observasi. medis datang dan
selama 6 bulan pasien TB melakukan
terakhir untuk Paru pemeriksaan
melakukan Puskesmas ke Puskesmas
kontrol rutin Cangkol setiap bulan
yang didapat Kota atau minimal
dari data rekam Cirebon. 2 kali dalam 3
medis dan bulan.
pengakuan 2. Tidak rutin,
responden. jika
responden
tidak
berkunjung
lebih dari 3
bulan ataupun
tidak
berkunjung ke
Puskesmas
untuk
melakukan
pemeriksaan
dan
pengobatan
rutin ke
Puskesmas.
3.7 Cara Pengumpulan Data
3.7.1 Bahan dan Alat
a. Kuesioner yang berisikan identitas subjek penelitian serta
pertanyaan tentang kebiasaan konsumsi OAT dalam 1 bulan
terakhir.
b. Kuesioner rutinitas kontrol ke Puskesmas yang digunakan
untuk menentukan seberapa rutin responden memeriksakan
dirinya ke Puskesmas.
3.7.2 Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
1) Mengindentifikasi masalah.
2) Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing.
3) Mempersiapkan alat dan bahan.
4) Berkoordinasi dengan Puskesmas Cangkol Kota Cirebon.
5) Pengajuan ethical clearance kepada Komite Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati dan Dinas
Kesehatan Kota Cirebon.
6) Pembuatan surat izin penelitian yang ditujukan ke
Puskesmas Cangkol Kota Cirebon.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Memberikan lembar informed consent penelitian kepada
pasien.
2) Meminta pasien untuk mengisi kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
3) Melakukan wawancara lisan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan.
4) Mengambil data yang berobat ke Puskesmas Cangkol
meliputi :
Identitas responden berisi nama, alamat, umur, dan
nomor telepon.
Data rekam medis pasien yang sedang melakukan
pengobatan TB Paru.
c. Tahap Penyelesaian
1) Melakukan analisis data yang telah diperoleh
menggunakan teknik analisis data dengan program SPSS.
2) Menyusun laporan hasil penelitian.
3.8 Alur Penelitian
Tahapan
Pengajuan
persiapan Menentukan
ethical
rancangan sampel data
clearance
penelitian
Mengolah dan
menganalisis
data