Anda di halaman 1dari 3

KONSEP DIRI PROFESI FARMASI

ABSTRAK
Profesi Farmasi adalah suatu profesi yang concern, commitment,dan
competence tentang obat. Artikel ini akan membahas tentang definisi
Farmasi menurut pandangan disiplin sosial dan perilaku, serta sosiologi.
Lebih jauh dipresentasikan pula ciri-ciri dan bukti bahwa Farmasi adalah
suatu profesi.
Konsep diri Farmasi digambarkan sebagai sosok manusia, pohon,
bangunan, dan kipas, beserta ilustrasi tentang hasil proses pendidikan
(khusus), bidang pengabdian, dan kompetensi. Konsep diri
farmasihendaknya dipahami dan dihayati secara proporsional sehingga
para farmasis mampu menjalankan pengabdian profesi di bidang
kesehatan secara profesional.Kata kunci profesi Farmasi,
sosiologi,profesional

DEFINISI DAN PENGERTIAN


Farmasi adalah suatu profesi yang concern, commitment,
competencetentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilahprofesi
yang didefinisikan sebagai suatu pekerjaan (okupasi) yang mempunyai
otonomi/menunjukkan karakteristik ilmu yang sangat khusus
(specialized knowledge), dan diperoleh lewat proses pendidikan
perguruan tinggi setingkat strata 1 (S-1) dilanjutkan dengan pendidikan
profesi (academic preparation), yang juga ditentukan oleh waktu
menempuh pendidikan yang bersangkutan (length of training). Sebagai
ilustrasi, di Universitas Gadjah Mada terdapat 75 program studi, yang
berarti terdapat 75 macam pekerjaan yang dapat diampu oleh sarjana
lulusan perguruan tinggi yang bersangkutan, namun berdasarkan
proses pendidikannya, hanya 7 macam yang berhak menyandang
jabatan profesi, yaitu dokter, dokter gigi, dokter hewan, farmasis
(apoteker), akuntan, notaris, dan psikolog. Selanjutnya pengertian
profesi, menurut disiplin sosial dan perilaku,dapat dibedakan menjadi 2
macam, yang sekaligus merupakan ciri-cirinya, yaitu:
1.Statutory profession
, ciri yang berdasarkan atas undang-undang (legislative act). Bukti
untuk bidang Farmasi, tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan
nomor 36/2009, pasal 21 ayat 1, pasal 108 ayat1,penjelasannya, dan
Peraturan Pemerintah nomor 51/2009.

2.Learned profession, berdasarkan output proses belajar mengajar di


perguruan tinggi yang memerlukan waktu relatif panjang,
berkesinambungan, beserta karakteristik, bercirikan:a.Unusual
learning, menerima pengetahuan yang khas, tidak diperoleh di
tempat lain, atau dianggap “aneh” oleh bidang/disiplin ilmu yang
berbeda. Bukti untuk pendidikan tinggi Farmasi adalah mengajarkan
mata kuliah: Farmasetika, Farmasi Fisik, Kimia Farmasi,
Farmakokinetika, Biofarmasetika, Teknologi Farmasi, Farmasi Klinik,
Pelayanan Farmasi, Manajemenfarmasi, Farmasi Sosial,
Farmakokimia dan Kimia Medisinal, Drug stems, Farmasi Rumah
Sakit, Protein Farmasi, Toksikologi, Efek Samping Obat dan Adverse
Drug Reactions, Farmakoekonomi, Fitokimia, Fitofarmaka,
Farmakognosi,Farmakoterapi, Compounding and Dispensing
c.Adanya Kode Etik Profesi yang diakui negara sebagai payung untuk
melindungi pengabdian profesinya. Di Indonesia terdapat
Kode Etik Apoteker yang diakui oleh negara sebagai pedoman
parafarmasis (apoteker) mengabdi profesinya di bidang kesehatan.
d.Confidential relationship dalam pengabdian profesi. Bukti untuk hal
itu adalah fenomena pengambilan sumpah apoteker sebelum
meninggalkan bangku perguruan tinggi, isi sumpah diatur undang-
undang, dan tentang menjaga rahasia jabatan tercantum pada lafal
sumpah yang kedua. Jika dokter (gigi/hewan) merahasiakan penyakit
pasiennya, apoteker harus merahasiakan resep dokter (gigi/hewan)
yang diterimanya untuk dilayani obatnya, master formula sediaan, dan
obat yang diserahkan pasien, meskipun informasi tentang
penggunaannyaharus disampaikan sejelas-jelasnya agar dipatuhi oleh
pengguna obat yang bersangkutan, dan menghasilkan outcomeyang
optimal, mekanisme kerja obat tidak perlu diterangkan.Pengertian dan
ciri-ciri profesi tersebut sejak tahun 2001 telah dikembangkan menjadi
empat busur daam lingkaran, berdasarkan disiplin sosiologi, yaitu:
1. untuk menempuh Specialized Knowledge and length of
training,profesi harus menguasai ilmu pengetahuan yang khusus,
unusual,unik, yang diperoleh dari proses pembelajaran jenjang
perguruan tinggi selama kurun waktu tertentu hingga memahami dan
siappraktek dalam mengabdi profesi (proporsional pasca sarjana).
2.Service oriented, pengabdian profesi harus berorientasi pelayanan
(untuk bidang kesehatan, berupa pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan kepentingan/keselamatan pasien). Dalam bidang
kefarmasian, dikenal dan ditanamkan pengertian pelayanan yang
berupa konsep terstruktur, lengkap disertai panduan pelaksanaan
operasionalnya sehingga ditetapkan sebagai standar profesional
(professional standard) oleh asosiasi farmasis internasional (FIP)
disebut sebagai Pelayanan Farmasi (PharmaceuticalCare).
3.Self Regulation, setiap profesi dilindungi oleh undang-undang
tersendiri dan hanya berlaku untuk profesi yang bersangkutan dan
diakui oleh negara, selanjutnya berlaku atasnya kode etik profesi yang
juga harus diakui negara. Dalam bidang kefarmasian, profesi
Apoteker (farmasis) tercantum dalam UU no 36/209 tentang
kesehatan diperjelas dalam PP no 51/2009, dan memiliki kode etik
apoteker yang diakui negara.
4.Monopoly of Practice, praktek profesi bersifat otonom dan tidak
tergantikan oleh profesi lain, penilaian terhadapkinerja profesi yang
bersangkutan diawasi dan diputuskan benar/salah oleh profesi itu
sendiri (esoterik). Dalam bidang kefarmasian, di Indonesia, hal
tersebut diatur lewat Peraturan Pemerintah (PP) no 51 tahun 2009.
OBATBerdasarkan definisi ilmiah, obat adalah senyawa yang berasal
dari alam atau hasil sintesis yang mempunyai aktivitas biologis,
sedangkan menurut UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan, obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia. Definisi tersebut lebih menyempurnakan pengertian
obat, yang memisahkan obat dengan obat tradisional jika
dibandingkandengan Undang-Undang Pokok Kesehatan yang
lama.Persyaratan funda
mental obat adalah mutu (yang berkaitan dengan khasiat) dan aman.
Perguruan tinggi farmasi terpusat pada dua hal tersebut dalam segala
aspek yang dapat mempengaruhinya. Disiplin ilmu tentang mutu obat
dapat dipilah menjadi tiga domain, yaitu ilmu
tentang (efek) obat (pharmacodynamic), ilmu tentang nasib obat
dalam badan (pharmacokinetics), dan ilmu tentang sediaan obat (
pharmaceutics). Disiplin ilmu tentang keamanan obat antara lain
efek samping obat (ESO), adverse drug reaction(ADR), dan
toksikologi. Proes belajar-mengajar untuk mempersiapkan para
apoteker (farmasis), umumnya dijalankan oleh empat bagian yang
terintegrasi dalam fakultas farmasi secara proporsional, harmonis, dan
inherent, yaitu bagian biologi farmasi, farmakologi dan farmasi klinik,
farmasetika, serta kimia farmasi.PROSES BELAJAR MENGAJAR
(ACADEMIC PREPARATION)Proses tersebut

Anda mungkin juga menyukai