Disusun Oleh :
Klarasakti Nurannisa 180384204027
Agus Sulistiono 180384204025
Kartina 190384204003
Deby Izatun Nurrahmi 190384204014
Siti Sri Susanti 190384204019
Keke Romadhoni A1C119092
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia, rahmat, hidayah serta inayah-Nya pada kami semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perubahan fisika dan kimia yang penting
pada zat - zat penyusun utama bahan makanan” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kimia Bahan Makanan.
Dalam penyusunan makalah tentunya ini tidak lepas dari bantuan pihak yang
mendorong atau memotivasi kami dalam pembuatan makalah ini supaya lebih baik
dan lebih efesien. Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Friska
Septiani Silitonga, S.Pd., M.Sc selaku dosen mata kuliah Kimia Bahan Makanan.
Kami mengucapkan mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, karena kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, bagi pihak yang membaca makalah ini bisa
memberikan kritik serta sarannya untuk dijadikan bahan evaluasi dan intropeksi bagi
kami, guna menjadikan kami untuk menjadi lebih baik kedepannya. Semoga
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahan pangan terdiri dari empat komponen utama yaitu karbohidrat, protein,
lemak, air dan turunan-turunannya. Selain itu bahan pangan juga tersusun dari
komponen anorganik dalam bentuk kandungan mineral, dan komponen organik
lainnya dalam jumlah relatif kecil, misalnya vitamin, enzim, emulsifier, asam,
antioksidan, pigmen dan komponen-komponen cita rasa/flavor.
1
1.3 Tujuan Penulisan.
1. Untuk Mengetahui Perubahan fisika pada zat-zat penyusun utama bahan
makanan.
2. Untuk Mengetahui Perubahan Kimia pada zat-zat penyusun utama bahan
makanan.
3. Untuk mampu memahami persamaan reaksi kimia dan zat-zat penyusun
utama pada makanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Air
Perubahan fisika air antara lain titik cair dan titik didih. Air mempunyai sifat
fisik yang unik dibandingkan dengan senyawa lain. Apabila air dibandingkan
dengan senyawa lain yang mempunyai berat molekul hampir sama, ternyata
air mempunyai titik cair paling tinggi yaitu 0C dan titik didih juga paling
tinggi yaitu 100C, sehingga kisaran suhunya paling panjang yaitu 0C
100C, akibatnya air akan berada pada fase cair dalam berbagai macam suhu
Sebagai perbandingan, untuk beberapa jenis senyawa yang mempunyai berat
molekul hampir sama dengan air tersebut disajikan pada Tabel
3
b. Karbohidrat
Sifat fisik karbohidrat monosakarida dan aligosakarida adalah dapat larut
dalam air maupun etanol. Tapi karbohidrat jenis ini tidak larut di dalam cairan
organic misalnya pada ether, chloroform, benzene. Monosakarida dan
aligosakarida memiliki rasa khas yaitu terasa manis. Perubahan fisikadari
karbohidrat Salah satu perubahan yang mudah kita amati adalah proses
gelatinisasi pada bahan makanan yang mengandung karbohidrat. Kandungan
bahan makanan seperti beras, terigu, atau kentang, adalah pati (starch) yang
akan menggumpal kalau menyerap air, lalu membentuk ikatan yang lebih kuat
kalau dipanaskan. Karena itu setelah makanan itu dimasak, ia tidak hanya
empuk, tapi juga sedikit lengket.
c. Lemak
Menurut Sediaoetama (1985), lemak dan minyak merupakan suatu kelompok
dari golongan lipid. Lipid sendiri merupakan golongan senyawa organik yang
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti dietil eter,
benzena, kloroform, dan heksana. Karena tergolong dalam lipid, maka lemak
dan minyak dapat larut juga dalam pelarut-pelarut nonpolar seperti tersebut di
atas. Kelarutan lemak dan minyak terhadap pelarut nonpolar tersebut
dikarenakan lemak dan minyak mempunyai kepolaran yang sama dengan
pelarut tersebut, yaitu nonpolar. Namun, kepolaran suatu senyawa dapat
berubah akibat proses kimiawi. Contohnya adalah apabila asam lemak dalam
larutan KOH, maka asam lemak akan berada dalam keadaan terionisasi dan
menjadi lebih polar dibanding keadaan asalnya, sehingga memungkinkan
asam lemak ini larut dalam air. Perubahan kepolaran ini dapat dinetralkan
kembali dengan penambahan asam sulfat encer (10 N) sehingga asam lemak
dapat kembali ke keadaan semula yang tidak larut di air melainkan di pelarut
nonpolar.
4
d. Protein
Dalam perubahan protein atau Proses yang mempengaruhi stabilitas fisik
protein (sebagai obat) meliputi denaturasi, agregasi, presipitasi dan ke
permukaan. Yaitu:
a. Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat
kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan
beberapa tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa,
garam anorganik terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik (cth,
alkohol atau kloroform), atau panas.
b. Agregasi adalah terbentuknya protein-protein lain, yang bersatu
menghasilkan agregat yang terdapat di dalam larutan dan tidak tampak
oleh kasat mata.
c. Presipitasi adalah suatu proses makroskopik yang menghasilkan
perubahan yang tampak pada larutan berisi protein menjadi berkabut atau
bertambah viskositasnya. Protein asal (native protein) dapat juga
mengalami presipitasi melalui salting out dan isoelectric precipitation.
5
a. Karbohidrat
Terdiri dari 80% total konsumsi manusia, karbohidrat yang sangat umum
dikenal manusia adalah pati. Jenis karbohidrat yang sangat sederhana adalah
dari jenis monosakarida, adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa, sorbosa,
dsb-nya. Rangkaian monosakarida akan membentuk sakarida lain yang lebih
akbar, adalah polisakarida (rantai panjang), oligosakarida (rantai pendek), dan
disakarida (dua molekul monosakarida).
1. Dekstrinasi
2. Karamelisasi
Jika sukrosa dipanaskan sampai di atas titik lelehnya, maka akan terjadi
perubahan fisik menghasilkan karamel. Karamelisasi terjadi secara cepat
tanpa ada air. Pemanasan berlebih akan menyebabkan makanan menjadi pahit
dan hitam. Lebih mudahnya, karamelisasi terjadi pada gula yang dipanaskan
sehingga warnanya berubah menjadi cokelat. Proses ini yang disebut
karamelisasi.
6
3. Jelatinasi
Jika pati dan air dicampur dan selanjutnya dipanaskan, butiran-butiran pati
mengembang dan menyerap cairan yang mengentalkan campuran. Pada
pendinginan, jika pati yang digunakan mencukupi, akan terbentuk jel.
Beberapa contoh produk dari proses jelatinasi adalah saus dan puding.
b. Protein
Protein merupakan makromolekul yang sangat kompleks dan menyusun
sekitar 50% dari berat kering sel hidup. Protein berperan penting dalam yang
dibangun dan fungsi sel. Protein tersusun atas karbon, nitrogen, hidrogen,
oksigen, dan beberapa jenis memiliki sulfur dan mineral seperti besi, tembaga,
fosfor, dan seng. Satu rantai protein merupakan rangkaian dari ribuan unit
asam amino.
Proses perubahan kimia protein dapat terjadi pada beberapa hal yaitu
denaturasi,koagulasi dan reaksi maillard. Denaturasi dapat diartikan sebagai
suatu proses perubahan konfigurasi tiga dimensi molekul protein tanpa
menyebabkan kerusakan ikatan peptida.Koagulasi adalah penurunan daya
larut molekul – molekul protein atau perubahan bentuk cairan (sol) menjadi
bentuk padat atau semua padat (gel). Koagulasi dapat disebabkan oleh panas,
pengadukan, garam, asam, basa, dan pereaksi lain seperti urea. Sedangkan
reaksi maillard adalah gugus karbonil dari glukosa bereaksi dengan gugus
nukleofilik grup amino dari protein yang menghasilkan warna dan aroma yang
khas, proses ini berlangsung dalam suasana basa. Beberapa contoh bahan
pangan yang mengalami perubahan tersebut seperti pada fermentasi tempe,
lawa bale dan pengempukan daging
7
Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah fenomena transformasi struktur protein yang
berlipat menjadi terbuka. Perubahan konformasi protein mempengaruhi sifat
protein (Estiasih, 2016).
a. Penyebab Fisik
1. Panas
Ketika larutan protein dipanaskan secara bertahap diatas suhu kritis, protein
mengalami transisi dari keadaan asli ke terdenaturasi. Mekanisme suhu
menginduksi denaturasi protein cukup kompleks dan menyebabkan
destabilisasi interaksinonkovalen didalam protein. Ikatan hidrogen, interaksi
elektrostatik, dan gaya van der Waals bersifat eksotermis, sehingga
mengalami destabilisasi pada suhu tinggi dan mengalami
8
stabilisasi pada suhu rendah. Sebaliknya, interaksi hidrofobik bersifat
endotermis, sehingga mengalami destabilisasi pada suhu rendah dan
mengalami stabilisasi pada suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar ikatan peptida
kebanyakan terkubur dibagian dalam struktur protein, sehingga tetap stabil
pada berbagai kisaran suhu. Akan tetapi, stabilitas interaksi hidrofobik tidak
dapat meningkat secara tajam dengan meningkatnya suhu. Hal tersebut
disebabkan setelah melewati suhu tertentu, struktur air secara bertahap pecah
dan menyebabkan denaturasi interaksi hidrofobik.
2. Tekanan
Denaturasi akibat tekanan terjadi pada suhu 25⁰C jika tekanan yang diberikan
cukup tinggi. Kebanyakan protein mengalami denaturasi pada tekanan 1-12
kbar. Tekanan dapat menyebabkan denaturasi protein karena protein bersifat
fleksibel dan dapat dikompresi. Walaupun residu asam amino tersusun rapat
dibagian dalam protein globular, biasanya masih terdapat rongga didalam
protein. Akibatnya, protein bersifat dapat dikompresi dan terjadi penurunan
volume protein. Penurunan volume tersebut disebabkan rongga yang hilang
dalam struktur protein dan hidrasi protein. Denaturasi akibat tekanan bersifat
reversibel.
3. Pengadukan
9
cepat berada pada antarmuka udara-cairan, sehingga terdenaturasi lebih cepat
dibandingkan protein yang kaku (rigid). Ketika pengadukan tinggi dilakukan
menggunakan pengaduk berputar maka akan terbentuk kavitasi. Keadaan ini
menyebabkan protein mudah pelarut organik menyebabkan protein
terdenaturasi karena efek pelarutan rantai samping nonpolar.
3. Senyawa Organik
4. Deterjen
5. Garam
Garam mempengaruhi stabilitas struktural protein. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan garam untuk mengikat air secara kuat dan mengubah sifat hidrasi
protein. Pada konsentrasi rendah, garam menstabilkan struktur karena
meningkatkan hidrasi protein dan terikat lemah pada protein. Sebaliknya,
garam juga dapat menyebabkan ketidakstabilan struktur protein karena
menurunkan hidrasi protein dan berikatan kuat dengan protein. Pengaruh
10
garam untuk stabilisasi atau destabilisasi struktur protein berkaitan dengan
konsentrasi dan pengaruhnya terhadap ikatan air-air. Peningkatan stabilitas
protein pada kadar garam rendah disebabkan peningkatan ikatan hidrogen
antar molekul air. Sebaliknya, pada konsentrasi tinggi, garam mendenaturasi
protein karena merusak struktur air sehingga air menjadi pelarut yang baik
untuk residu nonpolar protein (Estiasih, 2016).
1. Lemak
Lemak merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang.
Lemak umumnya dibedakan menjadi lemak hewani dan lemak nabati. Lemak
hewani berisi asam lemak jenuh lebih banyak, dan pada temperatur kamar
berwujud padat. Lemak nabati memiliki asam lemak tak jenuh lebih banyak,
dan dalam temperatur kamar berwujud cair. Dalam mengukur derajat
ketidakjenuhan suatu lemak, digunakan bilangan iod, adalah jumlah iodium
yang digunakan untuk mengadisi ikatan rangkap dari 100 gram lemak.
Dalam bahan pangan, lipid termasuk minyak yang didapatkan dari biji-bijian
seperti jagung, kacang kedelai, lemak hewani, dan sebagainya. Lipid dalam
11
bahan pangan adalah pelarut vitamin; lipid membawa vitamin sejak berada di
dalam bahan pangan hingga diserap di dalam tubuh.
2. Air
Komponen utama dari bahan pangan adalah cairan. 50% massa produk
daging adalah cairan, dan 95% dari massa sayuran segar (misalnya selada,
kol, tomat) adalah cairan. Cairan juga tempat utama perkembangan bakteri
pada bahan pangan dan penyebab utama berbagai kerusakan bahan pangan.
Aktivitas yang dipekerjakan cairan (water activity) adalah keliru satu metode
dalam menentukan usia simpan suatu produk pangan. Keliru satu kunci
pengawetan bahan pangan adalah dengan mengurangi kadar cairan atau
mengubah karakteristik dari cairan tersebut, misalnya dengan dehidrasi,
pembekuan, dan pendinginan.
12
Sistem pengolahan pangan, air akan mengalami serangkaian perubahan fase.
Perubahan air ke dalam fase gas akan terjadi selama proses pengeringan dan
evaporasi. Sebaliknya, perubahan ke dalam fase padat akan terjadi setelah
melalui proses pembekuan.
Secara visual, air dalam bahan pangan dapat berada dalam keadaan bebas atau
terikat dengan komponen atau jaringan bahan pangan, berdasarkan tingkat
keterikatannya.
Jumlah air yang berada di dalam bahan pangan dinyatakan dalam persentase
yang merupakan hasil analisis secara gravimetri. Nilai ini mencerminkan
jumlah air keseluruhan yang dikandung oleh bahan, kecuali air terikat tipe I.
Pada sisi lain, kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban
nisbi/RH udara di sekitarnya. Bila kadar air bahan rendah sedangkan RH di
sekitarnya tinggi, akan terjadi penyerapan uap air dari udara, sehingga bahan
menjadi lembab atau kadar airnya menjadi lebih tinggi.
Selain kadar air, salah satu terminologi yang sering digunakan untuk
menyatakan keberadaan air adalah aktivitas air yang disimbolkan dengan aw
yang mempunyai hubungan dengan kelembaban nisbi udara. Kelembaban
nisbi adalah perbandingan antara tekanan uap air di udara dengan tekanan uap
13
air jenuh pada suhu yang sama. Kelembaban nisbi menunukkan keadaan
atmosfer di sekeliling bahan atau larutan.
Kenaikan air di atas zona I dan II menyebabkan kelarutan O2 naik dalam air
dan makromolekul mengembang sehingga mengekspos bagian katalitik dari
lipida sehingga mepercepat oksidasi. Selain reaksi kimia, kerusakan karena
mikorba pun terjadi pada aw tertentu. Kebutuhan mikroba akan air juga
dinyatakan dalam istilah aw (water activity). Sebagian besar bakteri
membutuhkan nilai aw 0,75-1,00 untuk tumbuh. Beberapa ragi dan kapang
tumbuh lambat pada nilai aw 0,62.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perubahan fisik adalah kerusakan bahan pangan yang disebabkan karena
perlakuan-perlakuan fisik seperti pengeringan, pemanasan, pendinginan, dll.
Perubahan fisik akibat proses pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dikenal
dengan istilah case hardening.
Bahan pangan terdiri dari empat komponen utama yaitu karbohidrat, protein,
lemak, air dan turunan-turunannya. Selain itu bahan pangan juga tersusun dari
komponen anorganik dalam bentuk kandungan mineral, dan komponen organik
lainnya dalam jumlah relatif kecil, misalnya vitamin, enzim, emulsifier, asam,
antioksidan, pigmen dan komponen-komponen cita rasa/flavor.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://pediailmu.com/teknologi-pangan/air-dalam-bahan-pangan/
http://diskepang.riau.go.id/artikel/detail/mengenal-air-dalam-bahan-pangan
https://yoursay.suara.com/kolom/2021/07/15/175357/melihat-proses-
karbohidrat-dalam-produk-makanan
https://www.studocu.com/id/document/universitas-hasanuddin/mikrobiologi-
pangan/makalah-perubahan-kimia-protein/17964484
https://pediailmu.com/teknologi-pangan/air-dalam-bahan-pangan/
http://diskepang.riau.go.id/artikel/detail/mengenal-air-dalam-bahan-pangan
https://yoursay.suara.com/kolom/2021/07/15/175357/melihat-proses-
karbohidrat-dalam-produk-makanan
https://www.studocu.com/id/document/universitas-hasanuddin/mikrobiologi-
pangan/makalah-perubahan-kimia-protein/17964484
16