Anda di halaman 1dari 4

Pros. SemNas.

Peningkatan Mutu Pendidikan


Volume 1, Nomor 1, Desember 2019 Kode: KPP1001
Halaman 514 - 517

Problematika pendidikan di sekolah daerah pesisir

Fira Yolanda, Siti Rohima, Titi Lestia Sriwahyuni, dan Putri Maharani
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra

Email: yolandaleo01@gmail.com

ABSTRAK

Streptomyces terlibat dalam proses degradasi senyawa organik pada substrat pakan cacing nipah (Namalycastis
Perkembangan Teknologi dan informasi semakin pesat di era globalisasi ini, tidak bisa dipungkiri dunia
pendidikan harus menyesuaikan pengaruhnya. Hal ini menuntut dunia pendidikan untuk senantiasa
menyesuaikan perkembangan teknologi terhadap peningkatan mutu pendidikan terkhusus pada Penyesuaian
penggunaan IPTEK dalam proses pembelajaran Saintek. UNESCO Menyatakan Kunci dari kejayaan suatu
negara dalam era globalisasi terletak pada kualitas sumberdaya manusia yang menguasai saitek. Negara
Indonesia termasuk dalam negara yang kurang menguasai Saintek terlebih di daerah Pesisir. Penyebab utama
dari itu adalah belum maksimalnya pembelajaran saintek yang dilakukan, jangkawan internet yang terbatas,
guru dan minat pelajar di daerah pesisir. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
saintek ini yaitu meningkatkan mutu guru, memperbaiki jangkawan internet di daerah pesisir, memberikan
arahan atau sosialisai kepada pelajar untuk paham dalam penggunaan IPTEK dalam proses pembelajaran.

Kata kunci: Pesisir, Problematika, Pendidikan Saintek, Iptek

ABSTRACT

The development of technology and information is increasing rapidly in this ege of globalization, it cannot
be denied that the world of education must adjust its influence. This requires the world of education to
constantly adjust technological developments to improve the quality of education, especially in the adjustment
of the use of IPTEK in the learning process of science and technology. UNESCO Declares The key to the
glory of a country in the era of globalization lies in the quality of human resources that control of science
and technology. Indonesia including state lagging in of science and technological literacy especially coastal
areas. A lot of things that cause less maximum learning science during this time, limited internet audience,
teacher and student interest in coastal areas, Attempts to overcome this of course relates to the improvement
of the quality of teachers, fixing internet millionaires in coastal areas, provide direction or socialization to
students to understand the use of IPTEK in the learning process.

Keyword: coastal, Problematics, Science education, IPTEK


Yolanda et al. Problematika Pendidikan di sekolah daerah pesisir

1. PENDAHULUAN infrastruktur dan sarana lainnya maka output


Pendidikan dan produk serta perkembangan ilmu
Pengetahuan yang dimiliki seseorang pada pengetahuan kita relatif sulit diterima dan mampu
dasarnya berupa konsep-konsep. Konsep tersebut bersaing dalam konstelasi kehidupan global yang
diperoleh individu sebagai hasil berinteraksi dengan kompetitif. Kenyataan lain dalam pendidikan sains
lingkungannya. Melalui konsep-konsep dapat adalah banyak peserta didik yang kurang menyukai
disusun suatu prinsip yang dapat digunakan sebagai
bidang kajian sains. Sains dianggap sebagai mata
landasan dalam berpikir. Menurut Good (1973), pelajaran yang sukar, bisa karena keterbatasan
konsep didefinisikan sebagai gambaran dari ciri-ciri, kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak
yang dengan ciri-ciri tersebut objek-objek dapat berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi.
dibeda-bedakan. Menurut Yelon et al. (1971),
konsep adalah elemen umum dari sekelompok objek,
peristiwa atau proses. Kuslan dan Stone (1968) 2. METODE PENELITIAN
menjelaskan bahwa konsep merupakan sifat khas Dalam penelitian ini kami melakukan metode
yang diberikan pada sejumlah objek, proses, dengan cara pengamatan langsung/survei dan
fenomena, atau peristiwa, yang dapat melakukan wawancara terhadap warga yang ada di
dikelompokkan berdasarkan sifat tersebut. desa telagah tujoh tersebut. Penelitian ini untuk
Terdapat sebelas isu penting dalam kebijakan mengamati langsung keadaan di daerah pesisir
pendidikan sains yang merujuk pada Unesco Science tersebut.
Report 2008, yaitu Fensham (2008):
1. Tujuan Pendidikan sains di sekolah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Akses untuk Pendidikan sains
3. Ketertarikan terhadap sains Pada penelitian kami kali ini kami melakukan
4. Bagaimana mengaitkan teknologi dengan observasi mengenai pendidikan sains teknologi yang
pendidikan sains ada dilingkungan pesisir terutama di desa telagah
5. Hakikat Sains dan inkuiri tujoh dengan cara melakukan wawancara kepada
6. Melek Sains warga yang ada didesa itu.Dimana dari pengamatan
7. Kualitas pembelajaran sains kami banyak menemukan masalah di lingkungan
8. Penggunaan ICT dalam Pembelajaran sains pesisir tersebut terhadap keadaan pesisir baik dari segi
9. Mengembangkan asesmen yang tepat dan koneksi internet, jika dilihat dari segi sekolah yang ada
efektif untuk pendidikan sains dipesisir itu terdapat masalah yang ditemukan, apalagi
10. Pendidikan sains mulai dari sekolah dasar mengenai fasilitas perangkat teknologi sekolah kurang
11. Meningkatkan profesionalisme guru memadai untuk mengakses informasi global ,sehingga
dengan minim nya teknologi di sekolah Telagah Tujuh
Banyak isu yang harus diperhatikan dalam akan memberikan dampak ketidak efisienan dalam
pendidikan sains. Jika dikelompokkan masalah proses belajar mengajar dan tidak akan memberikan
pendidikan sains berdasarkan sebelas isu yang telah pengetahuan yang luas kepada siswa. Adapun masalah
dipaparkan, terdapat 3 (tiga) isu berkaitan dengan dari sudut siswa nya yaitu minimnya bakat dan
kebijakan pemerintah dan pimpinan lembaga kesadaran dalam bersekolah.
pendidikan, 7 (tujuh) isu berkaitan dengan kualitas Dengan kurangnya perangkat teknologi di
dari guru sains, dan 1 (satu) isu berkaitan dengan sekolah Telagah Tujoh ini sehingga akan membuat
faktor siswa dan latar belakang keluarganya. Guru keadaan proses belajar mengajar tidak baik untuk
merupakan faktor kunci dalam pembelajaran sains, dilangsungkan karena akan memberikan sisi negatif
meskipun bukan merupakan faktor satu-satunya. terhadap siswa dengan minimnya pengetahuan yang
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih diterima.Selain itu,para pengajar di telagah tujoh
belum mampu mengimbangi laju perkembangan sains juga kurang menguasai teknologi sehingga dalam
dan teknologi (Muhab dalam La tansa 2010). Kualitas proses belajar mengajar guru hanya menggunakan
pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan buku paket yang ada sehingga pengetahuan tidak
data Balitbang (dalam Hamid, 2010) bahwa tahun meluas atau tidak bertambah.Sebaiknya daerah
2003 dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya pesisir dibuat seperti keadaan dikota dengan
delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia lancarnya koneksi internet,lengkapnya Fasilitas
dalam kategori The Primary Years Program (PYP). perangkat teknologi yang ada disekolah sehingga
Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya akan memberikan dampak/pengaruh positif terhadap
delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia siswa dan khususnya dalam kemajuan pendidikan di
dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan pesisir tersebut. Dalam dunia pendidikan, mutu guru
dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang itu sangat penting dalam memajukan pendidikan dan
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The sebagai tolak ukur untuk kecapaian kepintaran
Diploma Program. Jika kualitas SDM tidak siswa.
disiapkan dengan baik disertai dengan kesiapan
516 Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan, 1(1): 514-517, Desember 2019

Ketertinggalan sains yang diajarkan di sekolah- 4. SIMPULAN


sekolah terkait dengan ketertinggalan akses infromasi
seputar perkembangan saintek. Ketertinggalan akses Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa semua
ini secara fundamental disebabkan oleh dua hal, Dari uraian sebelumnya dapat ditarik beberapa
pertama penguasaan operasional guru terhadap kesimpulan pertama, adanya permasalahan dalam
perangkat teknologi informasi, kedua karena belum pendidikan sains di pesisir, yaitu: kesenjangan
semua sekolah mampu memenuhi ketersediaan kemajuan saintek dengan dunia pendidikan, prestasi
perangkat teknologi informasi yang mampu pendidikan kita tertinggal dan isu global pendidikan.
memberikan akses informasi global yang memadai, Pembelajaran sains belum diajarkan sebagai- mana
semisal jaringan internet. Hal ini pun disebabkan oleh mestinya. Kedua, Faktor utama terjadinya kondisi
faktor fundamental lainnya yaitu kualitas SDM dan tersebut adalah rendahnya mutu guru yang
ketersediaan finansial. Banyak faktor yang mengajarkan sains di sekolah. Faktor guru ini bukan
menyebabkan terjadinya kondisi tersebut. Di satu-satunya permasalahan dalam pendidikan sains,
antaranya; kecenderungan pembelajaran sains pada namun merupakan penentu. ketiga, Kurangnya minat
masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari belajar siswa di sekolah pesisir
sains sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan
hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembela- jaran DAFTAR PUSTAKA
yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya sains
sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh Good, C. V. (1973). Dictionary of Education New
dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang York: Mc Graw Hill Book Company.
diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi Hamid, H. (2010). Ciri-ciri dan masalah pendidikan
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. indonesia Tersedia di Biologo Online, Blog
Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru Pendidikan Biologi. Online
hanya menyampaikan sains sebagai produk dan (http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/.
peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta Diakses 3 Maret 2012).
didik hanya mempelajari sains pada domain kognitif Kuslan, L.I. & Stone, A.H. (1968). Teaching
yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk Children Science: An Inquiry Approach,
mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di Belmount: Wadsworth Publishing Company. In
lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik La Tansa. (2010). Visi pendidikan global. Online
yang cenderung menjadi malas berpikir secara (http://www.pesantren-latansa.sch.id/ index.php
mandiri. /opini
Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan Navia, Z.I, Suwardi, A.B. & Saputri, A. (2017)
belajar belum menyentuh domain afektif dan Penelusuran ragam jenis tanaman buah
psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh pekarangan sebagai sumber nutrisi bagi
para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, masyarakat di Kota Langsa, Aceh. Dalam:
lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas Agustien, A., Syaifullah, Pitopang, R.P.,
yang terlalu banyak. Yang terjadi selama ini adalah Nurainas, Ilyas, S. & Kurniawan, R. (editor)
pembelajaran sains tanpa memperhatikan bagaimana Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas dan
hakekat pembelajaran sains yang seharusnya. Ekologi Tropika Indonesia Ke-4 dan Kongres
Media pembelajaran yang lebih inovatif perlu Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia
untuk diterapkan. Kondisi sumber daya alam yang Ke-12. Padang, 15–17 September 2017, hlm.
berlimpah khusus nya di provinsi Aceh dapat 774–782.
dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan media Navia, Z. I., Suwardi, A. B., & Saputri, A. (2019).
pembelajaran. Dalam bidang Biologi, biodiversitas Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan
dan pemanfaatannya di provinsi Aceh telah dikaji Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang,
(Navia et al., 2017; Suwardi et al., 2018; Suwardi et Aceh. Buletin Plasma Nutfah, 25(2), 57-66
al., 2019a; Suwardi et al., 2019b) dan dapat Nurlinda, Payung, I., Juana, P., & Suwardi, A. B.
memperkaya materi pembelajaran bagi siswa. (2018). Anti-Microfilarial Activity of Rhizome
Demikian juga dengan beberapa spesies eksotik Extract of Curcuma aerugenosa Roxb.
seperti kantong semar yang ditemukan di daerah (Zingiberaceae). Journal of Chemical and
pesisir (Suwardi et al., 2015) dapat memperkaya Pharmaceutical Research, 10(8), 33-36
media pembelajaran. sehingga siswa akan menjadi Suwardi, A. B., Mukhtar, E., & Syamsuardi, S.
lebih tertarik. Siswa juga perlu dikenalkan terkait (2013). Komposisi jenis dan cadangan karbon di
manfaat hutan sebagai penyedia jasa lingkungan hutan tropis dataran rendah, Ulu Gadut,
(Suwardi et al., 2013; Suwardi et al., 2017). Sumatera Barat. Berita Biologi, 12(2), 169-176.
Suwardi, A. B., & Navia, Z. I. (2015).
Keanekaragaman jenis kantong semar
(Nepenthes spp.) di Hutan Rawa Gambut
Kalimantan Barat. Jurnal Jeumpa, 2(2), 56-63.
Yolanda et al. Problematika Pendidikan di sekolah daerah pesisir 517

Suwardi, A.B., Navia, Z. I., & Sofiyan. (2017) Suwardi, A. B., Navia, Z. I., Harmawan, T.,
Komposisi Jenis Dan Cadangan Karbon Syamsuardi, & Mukhtar, E. (2019). Sensory
Tersimpan Di Hutan Mangrove Kuala Langsa, Evaluation of Mangoes Grown in Aceh Tamiang
Aceh. Dalam: Agustien,s A., Syaifullah, District, Aceh, Indonesia. Advances in
Pitopang, R.P., Nurainas, Ilyas, S. & Ecological and Environmental Research, 4(3),
Kurniawan, R. (editor) Prosiding Seminar 79-85
Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Suwardi, A. B., Navia, Z. I., Harmawan, T.,
Indonesia Ke-4 dan Kongres Penggalang Syamsuardi, & Mukhtar, E. (2019). The
Taksonomi Tumbuhan Indonesia Ke-12. diversity of wild edible fruit plants and
Padang, 15–17 September 2017, hlm. 19-27. traditional knowledge in West Aceh region,
Suwardi, A. B., Indriaty, & Navia, Z. I. (2018). Indonesia. Journal of Medicinal Plants Studies,
Nutritional evaluation of some wild edible 7(4), 285-290
tuberous plants as an alternative Foods. Unesco. (2008). Science Education Policy - Making.
Innovare Journal of Food Sci, 6(2), 9-12 Eleven Emerging Issues By Peter. J. Fensham.
Online. Di akses 29 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai