Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan yang berkualitas dilihat dari proses yang mempengaruhi

perkembangan siswa suatu proses belajar ditandai dengan adanya perubahan

pada diri seorang siswa. perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,

sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya serta

perubahan-perubahan aspek lain yang terdapat pada diri siswa.


Menurut Dalyono (2014), bahwa kesulitan belajar disebabkan oleh dua

faktor internal dan eksternal, faktor internal terdiri dari intelegensi, bakat, minat,

motivasi dan kesehatan fisik. Faktor eksternal terdiri dari faktor orang tua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga), faktor

sekolah, (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan sekolah, alat (pelajaran, waktu sekolah dan sarana prasana sekolah) dan

faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, pergaulan,

bentuk kehidupan masyarakat).


Kesulitan lain yang di temukan dalam penelitian di SMA Negeri di

Kabupaten Rokan hilir dalam pembelajaran Bioteknologi berkaitan dengan

minat dan motivasi belajar siswa yang relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh

faktor lingkungan siswa yang sebagian besar tinggal di kota dan pinggiran

Peran siswa didaerah pinggiran ketika dirumah merangkap sebagai tenaga

produktif untuk membantu laju ekonomi keluarga, Siswa merupakan asset

keluarga yang harus berperan aktif dalam aktivitas perekonomian keluarga.

Siswa menjadi sumber daya pendukung bagi kelancaran aktivitas mata

pencaharian orangtua. Kondisi seperti ini mempengaruhi phisik disaat mengikuti

1
2

pembelajaran Bioteknologi disekolah, rendahnya minat dan motivasi belajar

siswa di tandai dengan rendahnya presentasi siswa yang mengerjakan tugas-

tugas yang di berikan guru seperti praktikum dan pekerjaan rumah sehingga

tidak mencapai KKM 76.


Akreditasi sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam proses

penyelenggaaraan pendidikan. Salah satu dasar hukum tentang hal tersebut

tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, BAB XVI Bagian Kedua Pasal 60 Tentang Akreditasi.

Akreditasi di lakukan agar penyelenggaraan pendidikan pada semua lingkup

mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi sekolah adalah kegiatan

penilaian (Assesment) sekolah secara sistematis dan komfrehensif melalui

kegiatan evaluasi diri dan Evaluasi eksternal (Visitasi) untuk menentukan

kelayakan dan kinerja sekolah. Akreditasi sekolah menurut Badan Nasional

Akreditasi Sekolah/Madrasah (2009) adalah “proses penilaian secara

komfrehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya

diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang di

keluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesionalisme.


Salah satu program pemerintah yang sedang dilakukan adalah

meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara menyediakan pasilitas yang

memadai. Menurut Engkoswara (2010) bahwa “Fasilitas pendidikan merupakan

faktor penentu dalam menyelenggarakan pendidikan yang berfungsi memberikan

kemudahan-kemudahan baik bagi siswa maupun bagi tenaga kependidikan

lainnya berupa gedung atau ruangan kelas, perumahan guru, penjaga sekolah,

dan gedung laboratorium”. Proses akreditasi dilakukan secara berkala dan

terbuka dengan tujuan untuk membantu dan memberdayakan program dan


3

mengembangkan sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah harus berpedoman kepada

norma-norma yang sesuai dengan tujuan dan fungsi Akreditasi Badan Akreditasi

Nasional Sekolah/Madrasah (2009) menetapkan bahwa norma-norma

pelaksanaan akreditasi sekolah; (1) kejujuran, indefendent, profesionalisme, (3)

keadilan, (4) kesejajaran, (5) keterbukaan, (6)akuntabilitas, (8) bertanggung

jawab, (9) bebas intimidasi, (10) menjaga kerahasian, dan ; (11) keunggulan

mutu.
Bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan

prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup untuk menghasilkan

produk dan jasa guna menghasilkan produk untuk kepentingan manusia (Putra,

2015). Polingkinghone dalam (Todd & Murphy, 2003) menyatakan bahwa

bioteknologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang relatife sulit tetapi

merupakan ilmu yang berkembang sangat kompleks dan minimbulkan banyak

perdebatan diberbagai area seperti etika politik dan moral. Bioteknologi dikenal

sebagai ilmu yang bersipat multi disipliner dan aplikatif sehingga membutuhkan

penguasaan konsep dasar yang cukup dan perkembangannya sangat pesat karena

Bioteknologi bersentuhan dengan peningkatan taraf hidup manusia

(Purwaningsih, 2009).
Penggunaan Bioteknologi sebagai ilmu maupun sebagai alat yang

bertanggung jawab dalam meningkatkan kemajuan secara cepat dalam berbagai

bidang kehidupan. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan

Bioteknologi salah satu bidang ilmu yang harus dikuasai bangsa Indonesia,

termasuk para siswa SMA. Hal ini tersebut dikarenakan selain banyak terkait

dengan langsung dengan kehidupan sehari-hari, juga dapat dikaitkan dengan


4

aspek”life skill”. Untuk memberikan penguasaan dan kebermaknaan yang baik

terhadap pembelajaran. Bioteknologi diharapkan kepada siswa mampu

melakukan pembelajaran Bioteknologi yang benar dan sesuai dengan

pemahaman yang baik. Menurut Hagerdon (dalam Sohan et al., 2003) siswa-

siswa sekolah saat ini perlu memiliki pemahaman yang baik terhadap resiko dan

keuntungan dari Bioteknologi untuk dapat memutuskan secara cerdas

penggunaan pengetahuan tersebut secara benar.


Materi Bioteknologi modern khususnya pada kultur jaringan banyak

bersifat abstrak sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk

memahami materi enggan mempelajarinya lebih dalam tujuan pembelajaran

bioteknologi tidak tercapai optimal. Terlebih adanya keterbatasan waktu pada

proses pembelajaran, media, maupun peralatan praktikum sehingga

pembelajaran bioteknologi kurang bermakna dan mengakibatkan kesulitan

memahami materi bioteknologi hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dawsin

& Scbei (2003), bahwa salah satu faktor yang membatasi pengajaran

Bioteknologi yaitu kesulitan mencari metode yang lebih baik selain ceramah

dengan waktu yang terbatas.


Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara

peningkatan penguasaan dan sikap siswa serta persepsi positip terhadap

Bioteknologi (Souhan, 2003; Dawson & Schibei, 2003: Bal, et al,.2007). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa apabila seorang siswa telah menguasai dengan

benar dan mampu memutuskan secara kritis tentang Bioteknologi, maka mereka

akan dapat bersikap secara benar terhadap Bioteknologi. OLeh karenanya

kesulitan memahami konsep Bioteknologi haruslah menjadi bagian dari unsur

yang di bekalkan kepada siswa. Dawson & Shicebeci (2003) menyatakan bahwa
5

dari jumlah siswa yang diteliti di Australia, sepertiganya mempunyai

pemahaman yang rendah atau tidak memahami sama sekali tentang Bioteknologi

dan sepertiganya lagi tidak dapat memberikan satu contohpun tentang hasil

Bioteknologi secara benar. Penguasaan yang rendah dari siswa maupun

masyarakat umum terhadap ilmu tersebut, sangat mungkin disebabkan karena

kesulitan siswa dalam pembelajaran Bioteknologi di sekolah, sehingga di

perlukan penyiapan yang matang dalam pembelajaran di bidang ini.


Terkait dengan hasil belajar Bioteknologi yang rendah atau penyebab

rendahnya KKM pada materi Biotekhnologi diduga banyak faktor penyebabnya,

seperti faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor lainnya.Dalam

pembelajaran Biologi materi Bioteknologi konvensional seperti pembuatan

tempe dan tahu siswa masih mengalami kesulitan jika harus praktek langsung di

lapangan, yang sering terjadi pembelajaran dilakukan dengan ceramah atau

penyampaian konsep. Padahal dalam pembelajaran Bioteknologi tidak hanya

konsep tetapi juga aplikasi (Purwaningsih, 2009).


Pembelajaran kompetenesi dasar Bioteknologi pada jenjang SMAN

(Sekolah Menengah Atas Negeri) di ajarkan oleh guru Biologi pada semester II

kelas XII jurusan ilmu pengetahuan Alam. Materi ini dirasakan sulit oleh siswa

dalam proses pembelajaran Bioteknologi dikabupaten Rokan hilir yang

berjumlah 32 sekolah Negeri yang tersebar di 13 kecamatan. Penulis mengambil

objek penelitian yang berjumlah 11 SMA Negeri yang terdapat diantara 13

kecamatan tersebut, dengan jumlah siswa dari 11 SMA Negeri tesebut adalah

orang 685.
Tujuan penulis untuk mengetahui latar belakang penyebab kesulitan dalam

pembelajaran Bioteknologi adalah dengan menggunakan tes soal pilihan ganda

dan angket. Dari hasil tes pilihan ganda dan angket tersebut akan diketahui
6

kesulitan utama yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Bioteknologi,.

Indikator yang belum dipahami oleh peserta didik secara mendalam. Kesulitan

berikutnya adalah kekurangan alat untuk mengamati terjadinya proses

Bioteknologi. Proses Bioteknologi memerlukan waktu beberapa hari, sehingga

untuk melakukan pengamatan secara langsung dalam percobaan tidak dapat

diperoleh hasilnya dalam waktu 5 jam pelajaran.


Menurut KTSP (2006)di SMA pada materi Bioteknologi standar

Kompetensinya ada dua (1) memahami prisip-prinsip dasar bioteknologi serta

implikasinya pada salingtemas dan kompetensi dasarnya menjelaskan arti,

prinsip dasar, jenis-jenis bioteknologi (2) menjelaskan dan menganalisis peran

bioteknologi serta implikasinya pada sains lingkungan tekhnologi dan

masyarakat.
Sehubungan dengan uraian dan permasalahan diatas, maka dipandang

penting untuk melakukan suatu penelitian tentang analisis kesulitan

pembelajaran Bioteknologidi SMA se-Kabupaten Rokan hilir.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas pada latar belakang masalah dapat dirumuskan

masalah identifikasi masalah yaitu :

1. Masih rendahnya hasil belajar Bioteknologi terutama terjadi di Sekolah

Menengah Atas Negeri Se- Kabupaten Rokan hilir.


2. Hasil belajar pada materi Bioteknologi pada masih banyak yang di

bawah KKM76.
3. Siswa kesulitan memahami Bioteknologi dipengaruhi oleh faktor internal

dan eksternal.

1.3. Batasan masalah


7

Penelitian ini dibatasi pada :


1. Analisis kesulitan siswa dibatasi pada materi yang sulit di pahami siswa

dalam bioteknologi yang terdiri dari konsep Bioteknologi secara

konvensional dan modern.


2. Penelitian dibatasi untuk mengetahui faktor- faktor penyebab kesulitan-

kesulitan yang ditemukan pada siswa dalam pembelajaran Bioteknologi.


3. Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri se-kabupaten Rokan Hilir

pada kelas XII Tahun Pelajaran 2015/2016.


4. Faktor eksternal dan internal kesulitan belajar siswa pada materi

Bioteknologi pada aspek minat, motivasi,bakat, sarana dan prasana (seperti

buku dan laboratorium).

1.4. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kesulitan belajar siswa pada materi Bioteknologi dilihat

dari domain kognisi?


2. Bagian indikator manakah pada materi Bioteknologi yang sulit di pahami

oleh siswa Kelas XII SMA Se- Kabupeten Rokan Hilir?


3. Faktor eksternal dan internal yang dominan menjadi penyebab kesulitan

belajar Bioteknologi?
4. Adakah perbedaan kesulitan belajar berdasarkan akreditasi sekolah?
5. Adakah perbedaan kesulitan belajar Bioteknologi antara sekolah yang di

kota dan pinggiran?


1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis .
1. Untuk menganalisis kesulitan belajar siswa pada materi Bioteknologi di

lihat dari level kognisi.


2. Untuk menganalisis indikator pada materi Bioteknologi yang sulit di

pahami oleh siswa Kelas XII SMA Se- Kabupeten Rokan Hilir.
8

3. Untuk mendiagnosa faktor eksternal dan internal yang dominan menjadi

penyebab kesulitan belajar Bioteknologi


4. Untuk menganalisis kesulitan belajar Bioteknologi berdasarkan akreditasi

sekolah
5. Untuk menganalisis perbedaan kesulitan belajar Bioteknologi antara

sekolah di kota dan di pinggiran

1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari pelaksanaan ini adalah :

- Menambah wawasan dan pengetahuan dan sebagai alat untuk memotivasi

diri dalam mencapai penguasaan tentang konsep materi Bioteknologi

secara maksimal dengan mengetahui analisis kesulitan belajar.

- Memotivasi guru-guru Biologi di SMA untuk lebih meningkatkan proses

pembelajaran dan memahami krakteristik siswa agar dapat memahami

kesulitan yang di alami siswa ketika belajar materi Bioteknologi.

2. Manfaat Praktis

- Sebagai bahan masukan kepada pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan

hilir agar dapat meningkatkan pelatihanbioteknologi kepada guru-guru

biologi SMA Se-Kabupaten Rokan hilir

- Sebagai bahan masukan kepada Kepala Sekolah SMA untuk lebih

meningkatkan kinerja guru biologi


- Sebagai bahan masukan bagi guru biologi untuk lebih mengembangkan

kegiatan belajar pada materi biotekhnologi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar


2.1.1 Definisi Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan pendidikan setiap jenis jenjang pendidikan.

Ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pembelajaran amat

tergantung pada proses pembelajaran yang dialami oleh siswa baik ketika berada

di sekolah maupun ketika berada dirumah dan keluarganya sendiri.


` Ada beberapa teori yang mengungkapkan pengertian belajar dengan

meninjau dari berbagai macam sudut, diantaranya menurut slameto (1995),

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


Menurut Djamarah (2013) berpendapat bahwa belajar adalah proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Membatasi belajar dalam dua defenisi, pertama belajar adalah The Process of

Acguiring Knowledge (Syah, 2009).


Menurut Gagne dalam Purwanto (2006), memaparkan bahwa belajar

sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabalitas manusia. Perubahan

dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua

keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar

dihasilkan berbagai macam tingkah laku berlainan seperti pengetahuan, sikap,

keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai.


Menurut Gagne dalam Dimyati, dkk (2013) belajar merupakan kegiatan

yang kompleks hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabalitas tersebut

9
10

adalah stimulus yang berasal dari (1) lingkungan dan (2) proses kognitif yang

dilakukan oleh pembelajar dengan demikian belajar adalah seperangkat proses

konitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan

informasi menjadi kapabilitas baru.


Belajar menurut Piaget dalam Dimyati & Mujiono (2013), pengetahuan

dibentuk oleh individu sebab individu merupakan interaksi terus-menerus

dengan lingkungan, lingkungan mengalami perubahan dengan adanya interaksi

dengan lingkungan maka fungsi intelek akan berkembang.


Ada beberapa beberapa teori belajar yang mengungkapkan pengertian

belajar dengan meninjau dari berbagai macam (Slameto, 1995). Belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya pengetahuan. Pengetahuan ini

biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh

sebagian ahli dipandang kurang refsentatif karena tidak mengikut sertakan

perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah relatively permanent

change in respon potentiality which accurs as a resut of reinforced practice

suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil

latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat istilah yang esensial

dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar. Istilah-istilah tersebut

meliputi: relatively permanent (secara umum menetap), respon potentaiality

(kemampuan bereaksi reinforced (yang diperkuat) practice (praktek atau

latihan).
Menurut Anitah (2008) Belajar adalah proses mental dan emosional atau

proses berpikir. Sedangkan Thursan (2000) adalah proses perubahan tersebut

tampak dalam bentuk kepribadian manusia, dan perubahan tersebut tampak


11

dalam perubahan seperti peningkatan kualitas dan kualitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan pemahaman,

ketrampilan, daya piker,dana lain-lain kemampuan. Perubahan itu tidak hanya

berkaitan dengan penambahan iilmu pengetahuan tetapi juga kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaiaan diri.

Secara umum belajar dapat kita pahami bahwa tahapan seuruh perubahan

tingkah tingkah laku sebagai manifestasi dari proses belajar sebagai hasil

pengalama dan interakasi dengan lingkungan yang yang melibatkan penalaran

kognitif. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi luas dari pada itu yaitu

mengalami. Hasil belajar merupakan tingkat pengusaan yang telah dicapai yang

telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran dengan tujuan yang telah di

tetapkan (Slameto, 1998). Sedangkan menurut Nana (1990) “Hasil belajar

adalah kemampauan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya (Rahmah, 2015).


2.2 Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “prosecesses “ yang

berarti berjalan didepan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau

kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran dan tujuan. Menurut Chaplin dalam

Syah (1990) proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut

perubahan tingkah laku atau kejiwaan. Belajar merupakan peristiwa yang terjadi

sehari-sehari di sekolah belajar merupakan hal yang kompleks belajar tersebut

dapat dipandang sebagai suatu objek yaitu siswa dan guru, dari segi siswa

belajar dialami sebagai suatu bagian dari proses. Siswa mengalami proses mental

dalam menghadapi belajar. Bahan belajar tersebut berupa mental dalam

mengahadapi bahan belajar. Bahan ajar tersebut berupa keadaaan alam, hewan
12

dan tumbuhan-tumbuhan manusia dan bahan yang terhimpun dalam buku-

buku pelajaran dari segi guru belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar

tentang sesuatu hal. Salah satu kegiatan awal dalam meningkatkan pembelajaran

adalah merancang bahan ajar agar memudahkan belajar (Degeng, 1989).


Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang terlibat dalam

proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif,

afektif dan psikomotor, proses belajar yang mengaflikasikan ranah-ranah

tersebut tertuju pada bahan-bahan belajar tertentu. Dari segi guru proses belajar

tersebut dapat diamaati secara tidak langsung artinya proses belajar merupakan

proses internal siswa tidak dapat diamati tetapi siswa dapat dipahami oleh guru.

Proses belajar tersebut “tampak” lewat prilaku siswa ketika mempelajari bahan

ajar. Selanjutnya ada yang mendefinisikan bahwa. “Belajar adalah berubah“.

Dalam hal ini di maksud dengan belajar adalah berusaha mengubah tingkah laku

(Sardiman, 2014).
Individu selalu berinteraksi dengan lingkungan perbuatan individu selalu

bertujuan diarahkan pada pembentukan perbuatan individu hubungan dengan

lingkungan. Belajar merupakan usaha untuk mengembangkan usaha tingkat

tinggi pemahaman yang bermutu tinggi (tingkat tinggi) adalah pemahaman yang

telah teruji yang berisi kecakapan menggunakan suatu objek, fakta, proses atau

ide dalam berbagai situasi, pemahaman tingkat tinggi memungkinkan seseorang

bertindak inteligen berwawasan luas mampu memecahkan masalah.


Menurut Witing (1981), setiap proses belajar berlangsung dalam tiga

tahapan yaitu acguition (tahapan perolehan/penerimaan informasi); (storage

tahapan penyimpanan informasi); retrieval (tahapan mendapatkan kembali

informasi). Pada tingkatan acgucition seorang siswa mulai menerima informasi)

sebagai stimulus sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada


13

tahap ini terjadi pula assimilasi antara pengalaman dengan perilaku baru dalam

keseluruhan prilakunya. Proses acguition dalam belajar merupakan tahapan

yang paling mendasar, kegagalan dalam tahapan ini akan mengakibatkan

kegagalan dalam tahap tahap berikutnya.


Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami

proses penyimpanan dan perilaku baru yang diperoleh ketika menjalani proses

acguition. Perostiwa ini sudah tenetu melibatkan fungsi short term dan long term

memori. Pada tingkatan rertrieval seorang siswa akan mengaktifkan kembali

fungsi sistem memorinya misalnya ketika menjawab pertanyaan atau

memecahkan masalah proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau

peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa

tersimpan dalam memori berupa informasi symbol dan pemahaman, serta

perilaku tertentu sebagai respon atas stimulus yang sedang dihadapi.


Belajar adalah sesuatu yang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan

diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip belajar. Ada beberapa prinsip belajar

menurut Syamsuddin (2002), yaitu (1) Belajar harus bertujuan dan terarah,

tujuan akan menuntun dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya; (2)

Belajar memerlukan bimbingan, baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran;

(3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal yang dipelajari sehingga diperoleh

pengertian pengertian; (4) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar materi

pembelajaran yang dipelajari dapat dikuasasi; (5) Belajar adalah suatu proses

aktif dimana terjadi saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan

lingkungannya ; belajar harus diseratai keinginan dan kemauan yang kuat untuk

mencapai tujuan ; dan (6) Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup

menerapkan dalam bidang kehidupan sehari-hari.


14

2.2.1 Kesulitan Belajar


Menurut Thursam hakim (2000), kesulitan belajar adalah suatu kondisi

yang menimbulkan hambatan dalam proses seseorang. Hambatan itu

menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak tidaknya kurang

berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Abdurahman (2009) kesulitan

belajar merupakan terjemahan dari istilah kata bahasa inggris Learning

Disability. Terjemahan tersebut, sesungguhnya kurang tepat learning artinya

belajar dan disabaility artinya ketidakmampuan sehingga terjemahan yang benar

seharusnya adalah ketidakmampuan belajar.


Menurut ACCAD (Association Commite for Children and Adult Learning

Disabilities) dalam Lovitt, (1989) mengatakan bahwa kesulitan belajar khusus

adalah kondisi kronis yang diduga bersumber dari masalah Neurologis, yang

mengganggu perkembangan kemampuan mengintergrasikan dan kemampuan

berbahasa verbal dan non verbal. Individu yang tergolong rata-rata atau di atas

rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk belajar. The Canadian

Assocation untuk anak-anak dan dewasa dengan kesulitan belajar tidak tidak

hanya disebabkan oleh visual. Pendengaran atau cacat motoric, keterbelakangan

ini mental, gangguan emosional atau lingkungan, meskipun dapat terjadi secara

bersamaan dengan semua ini, kesulitan belajar mungkin timbul dari factor

genetik, faktor biokimia sebelum dan sesudah kelahiran atau setelah itu yang

mengakibatkan kerusakan sistem saraf (Raja, 2002).


Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang mencapai

kinerja akademik (academic ferpomence) yang memuaskan namun dari

kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam

hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, keluarga,

kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara satu
15

siswa dengan siswa yang lainnya. Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak

selamanya wajar, kadang-kadang lancar kadang tidak, kadang cepat menangkap

pembelajaran yang disampaikan kadang-kadang terasa sulit. Dalam hal

semangat, terkadang semangat tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan

konsentrasi. Oleh karena itu, setiap individu tidak sama. Perbedaan individu

inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar (Ahmadi & Supriyono,

2004).
Dari sudut pandang kedokteran, kesulitan atau kelambanan belajar anak

dipandang berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Sebab itu,

mereka menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidak normalan

dalan syaraf sebagai unsur penyebab kelamabanan belajar. Dari sudut pandang

ahli psikologi, mereka berusaha menyelidiki masalah dari aspek-aspek kejiwaan

yang menyebabkan anak perilaku kelambanan belajar. Mereka menjelaskan

adanya gangguan dalam masalah perilaku kelamabanan dalam belajar anak.

Mereka menjelaskan adanya gangguan dalam masalah kognitf yaitu membaca,

berhitung dan berbahasa (Asrori, 2007).


Menurut Hamalik (2005) kesulitan belajar adalah beragam bentuk

kesulitan dalam mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, dan

menalar serta berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrisik diduga

karena adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Suryani (2010), gangguan belajar dalam bentuk

mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengaja atau berhitung

hal ini disebabkan luka pada otak serta perkembangan dialeksia dan afeksia.
Masalah kesulitan belajar juga dapat diselidiki dari aspek penguasaan

pelajaran dan aspek pertumbuhan fisik. Dari aspek penguasaan pelajaran,

kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan, menulis, dan berhitung
16

pada umumnya bila terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan

belajar dengan hasil pelajaran, dapat disimpulkan anak tersebut mengalami

keterlambatan belajar sedangkan dari aspek pertumbuhan fisik dapat dilihat dari

hambatan berbicara berpikir mengingat dan hambatan fungsi indra. Hambatan

berbicara merupakan belajar yang sering terdapat pada anak pra sekolah,

sedangkan masalah konsep mengaitkan apa yang dipikirkan dan meneruskan

masalahnya. Seorang anak yang memiliki hambatan dalam mengingat akan

kesulitan mengingat apa yang telah dilihat dan di dengar pada daya ingat

merupakan syarat utama untuk belajar. Anak juga tidak mampu memusatkan

pikiran pada sesuatu yang harus dipilihnya, anak juga memiliki konsentrasi

belajar dalam jangka waktu yang lama sedangkan hambatan fungsi indera

termasuk hambatan dalam penglihatan dan pendengaran.


Sementara itu penyelenggaraan pendidikan disekolah kita pada umumnya

hanya ditujukan kepada siswa yang berkemampuan rata-rata sehinga siswa yang

berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian siswa-siswa berkategori

“diluar rata-rata“sangat pintar dan kurang pandai) tidak mendapat kesempatan

yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Oleh karena

timbul apa yang disebut kesulitan belajar (Learning Difficulty) yang tidak hanya

menimpa siswa berkemampuan rendah saja tetapi juga dialami oleh siswa yang

berkemampuan tinggi (Syah, 2009).


Menurut definisi Hallahan, Kauffman dan Lyoyd (1985), mengatakan

kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan atau lebih proses psikologis

yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.

Kesulitan belajar tidak hanya selalu disebabkan oleh factor intelegensi yang

rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh factor-faktor non
17

intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin

keberhasilan belajar. Disetiap sekaolah dalam berbagai jenis dan lingkungan

pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar setiap kesulitan belajar anak

didik yang satu dapat diatasi tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan

belajar anak didik yang lain. NCLD (Nasional Joint Committee of Learning

Disabilitis) dalam Lerner, (2000) berpendapat bahwa kesulitan belajar adalah

istilah umum berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca,

berhitung, Kondisi ini bukan karena cacat fisik atau mental, bukan karena

pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan yang berasal dari

dalam individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan

imformasi terhadap objek yang di inderanya.


Menurut Warkitri (1990) individu yang mengalami kesulitan belajar

menunjukkan gejala sebagai berikut: (1) Hasil belajar yang dicapai rendah

dibawah rata-rata kelompoknya; (2) Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih

rendah sebelumnya; (3) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha

yang dilakukan; (4) lambat dalam melakukyan tugas-tugas belajar dan

pembelajarannya; (5) menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa

bodoh dengan proses belajar dan pembelajarannya; (6) mendapat nilai kurang

dan tidak menyesal; (7) menunjukkan prilaku yang menyinpang dari

norma,misalnya pulang sebelum waktunya; dan (8) menunjukkan gejala

emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung,suka menyendiri dan

bertindak agresif.

2.2.2.Faktor-faktor Kesulitan Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa

faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu dari dalam diri orang
18

yang belajar dan dari luar dirinya (Dalyono, 2005). Sehingga fenomena

kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja

akademik atau prestasi belajar (Syah,2009) .

Menurut Burton (1982) sebagaimana dikutip oleh Syamsuddin, 2002).

Factor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor

internal dan faktor ekstenal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

dalam individu siswa itu sendiri. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian. Faktor kejiwaan, antara lain: (1) Minat

terhadap mata pelajaran kurang; (2) Motif belajar rendah; (3) Rasa percaya diri

kurang (4) disiplin Pribadi kurang; (5) Sering meremehkan persoalan; (6) Sering

meremehkan konflik fisik; dan (7) Integritas kepribadian lemah. Faktor

kejasmanian antara lain keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit) adanya

penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan,adanya gangguan pada fungsi

indera dan kelelahan fisik.

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam mengidentifikasi kesulitan

belajar adalah sebagai berikut; (1) Pendekatan prasyarat pengetahuan atau

kemampuan pendekatan ini digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa dalam

hal pengetahuan prasyarat dalam satu kompetensi dasar terterntu; (2) Pendekatan

kesalah konsep. Pendekatan ini digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa

dalam hal kesalahan konsep (miskonseption). Belajar konsep adalah adalah

belajar sesuatu itu.Konsep dapat dipandang sebagai abstaraksi pengalaman-

pengalaman yang melibatkan contoh-contoh konsep itu; (3) Pendekatan

penagalaman terstruktur, pendekatan ini digunakan untuk mendiagnosis ketidak

mampuan siswa dalam memecahkan masalah yang terstruktur. Kemungkinan


19

lain adalah siswa tidak memahami prinsip-prinsip apa yang terlibat dalam

masalah tersebut yang lebih dalam juga tidak memamahami konsep yang terkait

(Rahmadi, 2008).

Menurut Hamalik (2008), faktor yang menghambat dalam belajar dapat

digolongkan menjadi 4 faktor yaitu factor yang bersumber dari dalam diri anak

sebagai berikut seperti: (1) Kesehatan terganggu; (2) Kecapakan mengikuti

pelajaran; (3) Kebiasaan belajar; (4) Kurangnya penguasaan bahasa, faktor-

faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah: (1) Cara memberikan pelajaran

(2) kurangnya bahan bacaan (3) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampan

(4) Penyelenggaraan pengajaran terlalu padat. Faktor-faktor yang bersumber

dari lingkungan keluarga seperti; (1) Masalah broken home; (2) Rindu kampung;

(3) bertemu dan menerima tamu; (4) Kurangnya control orang tua, faktor-faktor

yang bersumber dari lingkungan masyarakat seperti: (1) Gangguan dari jenis

kelamin yang lain; (2) Bekerja disamping belajar disekolah; (3) Aktif; (4) Tidak

dapat membagi waktu, rekreasi,dan waktu senggang; (5) Tidak mempunyai

teman belajar meliputi lingkungan keluarga lingkungan sekolah dan masyarakat.

Secara garis besarnya, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar terdiri

dari dua bagian (menurut Syah, 2009) terdiri dari :

1). Faktor eksternal siswa

Siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak

mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor eksternal siswa meliputi : lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

a. Lingkungan keluarga
20

Menurut Kek Chen et.al (2007) pada pencapaian prestasi belajar peran

keluarga sangat besar bagi seorang siswa. Pada pencapaian hasil belajar peran

keluarga sangat besar bagi siswa. Sifat orang tua yang ada pada suatu keluarga,

praktik keluarga berupa nasehat dan ketegangan keluarga menentukan baik

buruknya terhadap kegiatan belajar siswa. Sebagai contoh cara mendidik oleh

orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang

atau perhatian berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan peratian atau

anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu bagaimana hubungan anak

dengan orang tua apakan humonis atau jarang bertemu, bahkan terpisah hal ini

tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.

b. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu jalan/cara yang harus dilalui oleh guru

dansiswa dalam proses pembelajaran. Metode yang pembelajaran yang

diterapkan guru banyak memungkinkan siswa belajar proses (learning by

process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk

(learning by Product) belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada

pembelajaran kognitif. Sedangakan belajar proses dapat memungkinkan

tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotor

(ketrampilan), oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai

sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pada pembelajaran melalui

proses. Gagne dan Brigss dalam hal ini menekankan pentingnya proses belajar

secara aktif. Jadi, yang penting dalam pembelajaran bukan upaya guru

menyampaikan pembelajaran tetapi bagaimana upaya siswa mempelajari materi

pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.


21

c. Kurikulum

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan

pendidikan yakni, mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di

masyarakat. Makna dapat hidup dimasyarakat memiliki arti yang luas,

kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan gagasan

yang dirumuskan untuk oleh pengembangan kurikulum yang membentuk suatu

sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling

mempengaruhi sama satu sama yang lain,seperti misalnya komponen tujuan

yang menjadi arah pendidikan, komponen pengalaman belajar, komponen

strategi pencapaian tujuan dan komponen dan komponen evaluasi.

d. Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dapat

dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jika cara belajar siswa

juga dipengarhi oleh relasinya dengan gurunya, guru yang kurang berinteraksi

dengan siswa akrab, menyebabkan proses belajar itu kurang lancar dan juga

siswa merasa jauh dari guru, maka tidak ingin berpartisipasi aktif dalam belajar.

e. Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah

waktu dapat dipagi hari siang sore/malam hari waktu sekolah mempengaruhi

belajar siswa. Jika siswa bersekolah pada siang hari, akan mengalami kesulitan

dalam menerima pelajaran. Kesulitan ini disebabkan oleh karena siswa sukar

menerima pelajaran dan berkonsentrasi dan berpikir karena badan lemah. Jadi

memilih waktu sekolah akan memberi pengaruh yang positip terhadap hasil

belajar.
22

f. Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

yang dipakai guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima

bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

mempermudah penerimaan pelajaran yang diberikan oleh siswa, jika pelajaran

sudah diterima oleh siswa maka pelajaran akan semakin mudah.

g. Gedung

Gedung sekolah yang disediakan untuk proses pembelajaran haruslah

refsentatif dan memadai untuk seluruh siswa agar siswa terlayani dalam proses

pembelajaran.

h. Akreditasi Sekolah

Akreditasi sekolah menurut Asmani (2010) adalah suatu kegiatan penilaian

sekolah secara sistematis dan komfrehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan

evaluasi eksternal (visitasi) untuk melakukan kelayakan kinerja sekolah. Kata

kunci dalam aktivitas sistematis, Komfrehensif, Evaluasi diri dan Evaluasi

eksternal, dan kelayakan belum bekerja. Akreditasi menurut BAN-S/M ( 2009),

tujuan akreditasi sekolah (1) memberikan informasi tentang kelayakan sekolah /

Madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan BNSP;(2)

memberikan pengakuan kelayakan sekolah/ madrasah; dan (3) rekomendasi

tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/ atau satuan

pendidikan yang diakreditasi pihak terkait.

2). Faktor Internal


23

Faktor internal siswa yakni penyebab kesulitan belajar berasal dari dalam

diri siswa itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian,

sehingga kemampuan perseptualnya terhambat. Kemampuan perseptual yang

terhambat tersebut meliputi persepsi visual (proses pemahaman terhadap objek

yang dilihat), persepsi auditoris (proses pemahaman terhadap objek yang

didengar) maupun persepsi taktilkenestetis (proses pemahaman terhadap objek

yang diraba dan di gerakkan (Suryani, 2010). Faktor internal penyebab kesulitan

belajar meliputi kesehatan jasmani (Dalyono, 2005) minat, bakat dan motivasi

siswa (Syah, 2009).

a. Kesehatan Jasmani

Seorang siswa yang sakitakan mengalami kelemahan fisiks sehingga

syaraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya, rangsangan yang diterima

melalui indranya tidak dapat diterima oleh otak. Hal ini terjadi dalam waktu

yang lama, syarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk

sekolah untuk beberapa hari sehingga ia banyak ketinggalan pembelajaran yang

mengakibatkan prestasinya lemah.

1). Gangguan Fungsi Otak

Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang belajar lamban

mengalami gangguan pada syaraf otaknya.

2). Pengorganisasian Berpikir

Siswa yang mengalami kelambanan atau kesulitan belajar mengalami

kesulitan menerima penjelasan tentang pelajaran salah satu penyebabnya adalah

mereka tidak mampu mengorganisasikan secara baik dan sistematis.

b. Minat
24

Tidak adanya minat (interest) seorang anak terhadap suatu pelajaran akan

timbul kesulitan dalam belajar. Belajar tidak ada minatnya dikarenakan tidak

sesuainya antara keinginan dengan kebutuhan yang ada tidak sesuai dengan

tipe-tipe khusus anak sehingga banyak menimbulakan problema pada dirinya.

Minat (interest) merupakan kecendurungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Perkembangan minat pada belajar pada

anak, yang bersifat sementara (jangka pendek) dan ada juga yang bersipat jangka

panjang minat mempengaruhi kegiatan dalam pembelajaran bidang study

tertentu. Mengenai pemusatan perhatian dan minat belajr terlatak dalam suatu

kuantum yang bergerak dari sikap apatis atau sama sekali tidak menaruh minat

sampai dengan yang sangat berminat. Minat atau perhatian belajar ini sangat

berhubungan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga bergerak dari aktif,

yang berbentuk suatu projek yang berisi kegiatan kompetitif, yang banyak

membangkitkan minat belajar dengan kegiatan yang bersipat execisive misalnya

seorang siswa yang berminat besar pada pembelajaran Biologi maka siswa yang

bersangkutan akan memusatkankan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan

oleh gurunya karena pusat perhatiannya tertuju pada mata pelajaran Biologi

maka dia akan terfokus dalam pembelajaran Biologi saja dan akan meningkatkan

prestasinya.
Beberapa hal yang data diusahakan untuk membangkitkan minat dan

motivasi siswa yaitu pemilihan bahan ajar pengajaran yang berarti bagi anak,

menciptakan kegiatan belajar yang dapat mendorong untuk menemukan

Discovery, menerjemahkan apa yang diajarkan dalam bentuk pikiran yang sesuai

dengan tingkat perkembangan anak (Sukmadinata, 1997) .


c. Motivasi Siswa
25

Pada siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak dalam

belajar kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber peristiwa

pertama motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa

memperoleh informasi yang benar. Pada peristiwa yang kedua motivasi siswa

dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. Pada peristiwa tersebut

peranan peranan guru sangat mempertinggi motivasi belajar siswa sangat berarti,

siswa belajar karena didorong kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa

keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita kekuatan mental tersebut tinggi

atau rendah. Seorang siswa yang baik motivasinya maka akan giat berusaha,

tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk

meningkatkan prestasinya dan untuk memecahkan masalahnya, sebailknya

peserta didik yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,

perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran.

2.3. Diagnosa Kesulitan Belajar


Berkaitan dengan diagnostik, secara garis besarnya dapat diklasifikasikan

ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan

diagnosis yang mengkalasipikasikan masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah

merupakan usaha untuk lebih dapat lebih banyak mengerti masalah secara

menyeluruh sedangkan diagnosis yang mengklasipikasi masalah merupakan

pengelompokan masalah sesuai dengan ragam dan sipatnya ada masalah yang

dimasukkan kedalam vokasional, pendidikan, keuangan, keluarga, dan

kepribadian .
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar. Blassic

dan Jones, sebagaimana dikutip dari Warkitri dkk (1990), menyatakan bahwa

kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang
26

diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya

menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu

yang satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar baik persepsi

ingatan, perhatian, atau fungsi motoriknya. Sementara Mardiayanti (1994)

menganggap bahwa kesulitan belajar sebagai kondisi dalam belajar yang

ditandainya oleh adanya hambatan tersebut dalam mencapai hasil belajar.


Menurut Burton (Yulie,2008), terdapat beberapa tekhnik dan instrumen

yang digunakan dalam pelaksanaan tahapan diagnosis kesulitan belajar antara

lain:

1). General diagnosis, pada tahap ini lazim digunakan dipergunakan tes baku

seperti yang dipergunakan untuk evaluasi, dan pengukuran psikologis dan

hasil belajar sasarannya, untuk menemukan siapkah siswa yang diduga

mengalami kelemahan terentu;.

2). Analitystic diagnostic, pada tahap ini yang lazimnya digunakan ialah test

diagnostik, sasarannya untuk mengetahui dimana letak kelemahan

tersebut.

3). Psychological diagnosis pada tahap ini tekhnik pendekatan dan instrument

yang digunakan ada (3) antara lain, observasi, analisis karya tulis, analisis

proses dan respon lisan analisis berbagai catatan objek, wawancara

pendekatan laboratories dan study klinis.

Tes diagnostik adalah tes yang dugunakan untuk mengetahui kelemahan-

kelamahan siswa sehingga hasil tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

memberikan tindakan lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan

kelemahan yang dimiliki peserta didik (Depdiknas, 2007). Tes diagnostik

memiliki karakteristik antara lain; (1) dirancang untuk mendeteksi kesulitan


27

belajar siswa karena itu format dan respon yang dijaring harus memiliki

didesain memiliki fungsi diagnostic (2) dikembangkan berdasarkan analisis

terhadap sumber- sumber kasalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi

penyebab timbulnya masalah bagi siswa dan (3) menggunakan soal-soal bentuk

supplay responsesehingga mampu menangkap informasi secara lengkap,disertai

rancangan tindak lanjut sesuai dengan kesulitan yang teridentifikasi .


Banyak langkah-langkah yang diagnostic yang di tempuh guru antara lain

yang cukup terkenal adalah prosedur Wenner dan Sent (1982) sebagaimana

dikutip oleh Syah (1999) sebagai berikut: (1) melakukan obeservasi kelas untuk

melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; (2) memeriksa

penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan

belajar; (3) mewawancarai orang tua/wali siswa untuk mengetahui hal ihkwal

keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; (4) memberikan test

diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar

yang dialami oleh siswa; dan (5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)

khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.


Menurut Ahmadi &Supriyono (2004), diagnosis dapat berupa hal-hal

sebagai berikut: (1) keputusan mengenai jenis-jenis kesulitan belajar anak (berat

dan ringannya); (2) keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi

penyebab kesulitan belajar dan (3) keputusan penyebab kesulitan dalam belajar.

Blassic dan Jones (1960) mengemukakan krakteristik anak yang mengalami

kesulitan belajar dapar ditunjukkan oleh krakteristik behavioral, fiskal, dan

bahasa, serta kemmapuan intelektual dan prestasi belajar. Selain itu Sumadi

Suryabrata (1984) mengemukakan bahwa peserta didik yang mengalami

kesulitan belajar dapat diketahu melalui kriteria yang sebenarnya merupakan


28

harapan dan sekaligus kriteria tersebut merupakan indikator bagi terjadinya

kesulitan belajar. Adanya kesulitan belajar dapat diketehui atas dasar:


1) Grade level, yaitu apabila tidak naik kelas sampai 2 kali
2) Age level, yaitu apabila anak yang umurnya tidak sesuai dengan

kelasnya.
3) Intellegensi level, terjadi anak yang mengalami under achiver.
4) Generasi level, terjadi pada anak yang secara umum dapat mencapai

prestasi sesuai dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang

tidak adapat di capai sesuai dengan kritria atau sangat rendah dimana

siswa mengelami kesulitan belajar .


Sumadi Surya Brata menggsmbsrksn ciri-ciri anak yang mengalmi

kesulitan belajar menunjukan adanya ganggua akativitas motoric ,emosional

prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan menangkap symbol

perhatian, tidak dapat memperhaikan dan tidak mengalihkan perhatian,

gangguan dan ingatan.

2.4 Taksonomi Bloom


Taksonomi Bloom berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti

pengaturan dan nomos yang berarti ilmu pengetahuan, Taksonomi adalah

klasifikasi berinteraksi dari suatu frinsip yang mendasari klasifikasi itu atau juga

dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi itu. Taksonomi

merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang berdasarkan data peralatan ilmiah

mengenai hal-hal digolongkan sistem sistematika itu.


Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh

Benyamin S.Bloom seorang Psikologi pendidikan beserta dengan kawan-

kawannya. Pada tahun 1956, terbitlah karyanya “Taksonomi of Educatiaonal

Objektiyfe Cognityfe Domain” dan pada tahun 1946 terbitlah karyanya

“Taxonomy of Educational Objektyfe, Affectytive Domain”dan karya yang

berujudul “Handbook on Formatyfe and Sumatyfe Evalution of learning” pada


29

tahun 1971 serta karyanya yang lain pada “Developing Talent in young people”

(1985). Taksonomi ini mengklasifisikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi

3 domain (ranah kawasan): kognitife, afektife dan psikomotorik dari setiap arah

tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih dari berdasarkan

hirarkinya. Beberapa istilah lain juga menggabarkan hal sama dengan ketiga

domain tersebut yang secara konvensional telah lama dikenal taksonomi tujuan

pendidikan yang terdiri atas aspek cipta rasa dan karsa.


2.4.1. Klasifikasi Taksonomi Bloom
Adapun taksonomi atau taksonomi bloom adalah sebagai berikut :

2.4.1.1 Ranah kognitip (kognitip domain)

Ranah kognitife merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan

aspek-aspek pengetahuan penalarar atau pikiran bloom membagi ranah kognitife

kedalam enam tingkatan kategori,yaitu :

a. Pengetahuan (Knowledge) C1

Mengingat merupakan usahan untuk mendapatkan kembali pengetahuan

dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan

maupun yang telah lama didapatkan. Mengingat merupakan di mensi yang

berperan penting dalam proses pembelajaran, yang bermakna (meningfull

learning) dan pemecahan masalah (Problem solving). Kemampuan ini untuk di

manfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan yang jauh lebih kompleks.

Mengingat meliputi mengenai (recognition) dan memanggil (recoling).

Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang

berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah,

dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitip yang

membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.


30

b. Pemahaman (Comperehension) C2

Pemahaman ditingkat ini seorang yang memiliki kemampuan untuk

menangkap makna dari arti tentang hal-hal yang dipelajari. Adanya kemampuan

dalam menguraikan hal-hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam

menguraikan isi pokok bacaan mengubah data.

c. Penerapan (Application) C3

Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk

menghadapi suatu kasus konkret atau nyata dan kemampuan untuk menerapkan

gagasan prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya. Adanya kemampuan

dinyatakan dalam aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru

misalnya menggunakan prisip. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pada

kemampauan (2)

d. Analisis (Analyisis) C4

Ditingkat analisis ,seorang mampu memecahkan informasi yang kompleks

menjadi bagian-bagian yang kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi

lain. Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga

bagian-bagian struktur secara keseluruhan atau organisasi dapat dipahami

dengan baik, kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pada kemampuan (3).

e. Evaluasi (Evaluation) C5

Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi

pembelajaran, argument yangberkenaan dengan sesuatu yang diketahui,

dipahami dilakukan, dianalisis dan dihasilkan kemampuan untuk membentuk

sesuatu atau beberapa hal bersama denganpertanggung jawaban pendapat


31

berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil karangan.

Kemampuan ini dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadap sesuatu.

f. Menciptakan (Create)

Menciptakan (Create) mengarah pada proses kognitip meletakkan unsur-

unsur secara bersama-sama membentuk kesatuan yang koheren dan

mengarahkan beberapa siswa untuk menghasilkan suatu produk yang baru

dengan mengorganisasikan beberapa unsur meliputi bentuk atau pola yang

berbeda dari yang sebelumnya. Menciptkan sangat berkaitan dengan pengalaman

belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun mengarah pada proses

berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa

untuk mencipatakan. Menciptakan di sini mengarhkan siswa dapat

melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh siswa. Perbedaan

menciptakan ini dengan di mensi berfikir kognitif lainnya adalah pada di mensi

yang lain adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan

menganalisis siswa bekerja dengan impormasi yang sudah di kenal sebelumnya,

sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang

baru.

2.4.1.2 Ranah Afektif (Affective learning)

Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan

emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Kawasan afektif yaitu

kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaaan,

minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Ranah efektifterdiri dari

lima ranah yang berhubungan dengan respon emosional terhadap tugas,


32

pembagian ranah afektif ini disusun oleh bloom besama dengan David Krathwol,

antara lain:

a. Penerimaan (Receiving) C1

Seorang peka terhadap suatu perangsang dan kesedian untuk

memperhatikan rangsang dan kesedian untuk memperhatikan rangsangan itu,

seperti penjelasan yang diberikan oleh guru kesedian untuk menyadari adanya

suatu fenomena di lingkunganya yang dalam pengajaran bentuknya berupa

mendapatkan perhatian, mempertahankannya dan mengarahkan nya misanya

juga kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.


b. Partisipasi (Responding) C2
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesedian untuk memperhatikan

secara aktife dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam

memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan,bmeliputi

persetujuan, kesedian, misalnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu

kegiatan .

c. Penilaian atau penentuan sikap (Valuing) C3

Kemampuan untuk memberian penilaian terhadap sesuatu dan membawa

diri dengan penilaian itu. Mulainya dibentuk suatu sikap, menerima, menolak

atau mengabaikan misalnya pendapat orang yang lain.

d. Organisasi (Organization) C4

Kemampuan untuk membentuk sistem nilai sebagi pedoman dan pegangan

dalam kehidupan misalnya mendapatkan nilai pada suatu skala dan dijadikan

pedoman dalam bertindak secara bertanggung jawab.

e. Pembentukan pola hidup (Charakterizationby a value) C5


33

Kemampuan untuk menghayat nilai sehingga menjadi milik pribadi

(internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya

sendiri memiliki sistem yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi

krakterisik gaya hidupnya, kemampan ini dinyatakan dalam pengaturan

diberbagai bidang seperti mencurahkan waktu hidupnya pada tugas belajar atau

bekerja, misalnya juga kemampuan mempertimbangkan dan menunujkkan

tindakan yang disiplin.

2.4.1.3 Ranah psikomotor (Psycomotoric domain)

Ranah psikomotorik kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas

motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek yang lain,seperti

menulis dengan tangan dan pengolahan kata juga membutuhkan gerakan.

Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek

ketramplan jasmani. Rincian dalam ranah ini tidak dibuat oleh bloom namn oleh

ahli yang lain berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom antara lain :

a. Persepsi (Perseption) C1

Kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris dalam memadu

aktivitas motorik. Penggunaan alat indera sebagai isyarat rangsangan untuk

menyeleksi terjemahan, misalnya pemilihan warna.

b. Kesiapan (Set)

Untuk menempatkan dirinya dalam memulai suat gerakan, kesiapan fisik,

mental, dan emosional untuk melakukan gerakan misalnya posisi start dalam

lomba lari.

c. Gerakan terbimbing (Guided respon)


34

Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang

diberikan. Tahap awal dalam mempelajari ketrampian yang kompleks termasuk

didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba, misalnya membuat lingkaran diatas

kepala.
d. Gerakan yang terbiasa (Menchanical respon)
Kemampuan melakuan gerakan tanpa memperhatkan contoh yang

diberikan karena dilatih secukupnya, membiasakan gerakan-gerakan yang telah

dipelajari sehingga tampil dengan menyakinkan dan cakap, misalnya melakukan

lompat tinggi dengan tepat.

e. Gerakan yang kompleks (Complex response)

Kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak

tahap dengan lancar tepat, dan efisien, gerakan-gerakan motoris terampil yang

didalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks .

f. Penyesuian pola gerakan (Adjustment)

Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan dengan

persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan dapat disesuaikan dengan

perkembangan sehingga dihasilkan dalam berbagai situasi, misalnya

:ketrampilan menggunakan mikroskop.


g. Kreatife (Creatifity)
Kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru atas dasar pikiran dan

prakarsa membuat hal baru tersebut.

2.5 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Nurainun (2014), siswa mengalami kesulitan belajar pada

konten materi (55,56%) dan praktek (29.62%). Materi yang dianggap sulit bagi
35

siswa berkenaan dengan rekayasa genetika (26,67%), kultur jaringan (33,33%) ,

pemampatan Bioteknologi (13,33% ) penggunaan bahasa latin 20%.

Hasil penelitian kesulitan ditinjau dari ranah kognitif pada materi

Bioteknologi di SMP yang terbesar kesulitannya pada ranah kognitif C6

(penilaian) sebesar 52 ,91% dan C5 (memadukan) sebesar 51%.Sesuai penelitian

(Rothhar,et al.2006; Bal,et al. 2007 dan Diefes-Dux,at al,2007) Penguasaan

tentang konsep Bioteknologi baik pada siswa maupun pada masyarakat umum

saat ini masih rendah, sehingga mempengaruhi pada penerimaan akan teknologi

ini, Sumber belajar yang sengaja dikembangkan untuk tujuan pembelajaran di

kategorikan sebagai bahan. Bahan ajar umumnya di kemas dalam bahan – bahan

cetakan atau media yang lain yang secara potensial mampu menumbuhkan

dorongan pada peserta didik untuk belajar. Oleh karena itu, bahan ajar dalam

berbagai bentuk dan jenisnya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap mutu pembelajaran.Salah satu bahan ajar yang dikembangkan saa ini

adalah bahan ajar yang berbasis computer.

Dawson & Scbei (2000), menyatakan bahwa dari sejumlah siswa yang

diteliti di Austaralia sepertiganya mempunyai pemahaman yang rendah atau

memahami sama sekali tentang bioteknologi dan sepertiganya tidak mampu

memberikan contoh tentang hasil bioteknologi secara benar. Penguasaan yang

mungkin disebabkan oleh dari siswa dan masyarakat umum terhadap ilmu

tersebut ,sangat mungkin disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam

membelajarkan dan siswa kesulitan memahami.

Menuru Hagerdon (Sohan, et.al,2003) siswa sekolah ini perlu memiliki

pemahaman terhadap resiko dan kentungan dari Bioteknoogi untuk dapat


36

memutuskan secara cerdas penggunaan tersebut secara benar.Penelitian

menunjukkan bahwa adanya penguasaan sikap positip siswa terhadap

Bioteknologi (Sohan, 2003).

Penggunaan media scara kreatif dapat memungkinkan siswa belajar sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai menurut suhadi dalam (Sudjana & Rivai,

1992).

Menurut Gayda (2004), untuk mengatasi siswa yng memilki kesulitan

belajar disekolah dasar maupun menengah agar mereka sukses dalam kehidupan

dimasyarakat diperlukan dukungan yang besar dan langkah-langkah seperti:

mengadakan mediasi, guru yang berkualitas, frekuensi belajar yang banyak

dalam seminggu serta waktu untuk perencanaan kurikulum.

Savoley & Mayer (dalam Mubayidh, 2006) mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai suatu kecerdasan sosial yang berkaitan dengan kemampaun

seseorang dalam memantau, baik emosi dirinya maupun emosi orang lain, dan

jugakemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain,

dimanakemampuan ini digunakannya untuk mengarahkan pola pikir dan

perilakunya.

2.6 Kerangka Berpikir


Bioteknologi adalah materi pembelajaran Biologi XII SMA .Materi ini

terdiri dari atas sub materi Materi Bioteknologi Konvensional, Kultur Jaringan,

Rekombinasi Gen, Protein Sel Tunggal, Tanaman Transgenik, dan Dampak

Bioteknolog Dari hasil hasil wawancara pada observasi awal yang telah di
37

lakukan, siswa mengalami kesulitan belajar Bioteknologi, sehingga hasil belajar

Bioteknologi di bawah nilai KKM. Kesulitan belajar siswa di sebabkan oleh dua

faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya bakat,

motivasi, dan minat, sedankan faktor luar yaitu guru dalam mengajar metode,

atau ICT. Faktor sarana seperti buku dan laboratorium, serta dukungan

Pemerintah, keluarga dan masyarakat juga mempengaruhi kesulitan belajar.


Selain hal diatas kesulitan dalam memahami prosedur, istilah Bioteknologi

kesulitan dalam memahami konsep maupun proses, kesulitan mengingat nama.

Jenis bakteri yang berperan dalam proses Bioteknologi Konvensional

menyebabkan kesulitan menjawab Pertanyaan. Kesulitan belajar dapat diatasi

dengan banyak hal selain bakat, dapat diberi motivasi dengan belajar yang besar

kepada siswa, membawa siswa langsung belajar ke lapangan, sehingga membuat

perhatian siswa pada materi Bioteknologi meningkat, selain itu juga faktor Guru,

Orang tua dan Pemerintah memegang peranan penting. Penggunaan metode atau

media yang menarik atau dengan praktikum siswa akan lebih mudah memahami

materi yang Abstarak sehingga kesulitan belajar dapat teratasi.

2.7 Bioteknologi

Bioteknologi merupakan pemanfatan berbagai prinsip ilmiah dan rekayasa

terhadap organisme, sistem dan proses biologis untuk menghasilkan potensi

organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kebutuhan hidup

manusia. Biologi ini sudah dipraktekkan dan dikenal oleh nenek moyang kita

secara tradioional. Bioteknologi tradisonal merupakan Bioteknologi yang


38

memanpaatkan mikroba, proses kimia, dan proses genetika yang terjadi secara

alami, produk yang termasuk kedalam Bioteknologi tradional adalah : tempe,

oncom, yougurt, dan keju.

Bioteknologi merupakan cabang ilmu Biologi yang mempelajari

pemanpaatan mahkluk hidup (bakteri, virus, dan lain-lain) sekarang ini ilmu

perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi saja tetapi juga

didasari pada ilmu-ilmu teralan murni lainnya seperti biokimia,komputer, biologi

molekuler, mikrobia, genetika, kimia, matematika, dan sebagainya.

Menurut Bulletal (1982) Bioteknologi merupakan penerapan asas-asas

sains (ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk menghasilkan

suatu bahan dengan melibatkan jasad hidup untuk menghasilkan barang dan jasa.

Menurut Primrose (1987), Bioteknologi merupakan eksplotaitasi komersial

organisme hidup atau komponennya seperti: sel, enzim, sedangkan menurut

OECD (1982) Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu

pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan

bantuan agen Biologis untuk menghasilkan barang dan jasa.

Kebutuhan manusia yang beraneka ragam mulai dari kebutuhan dibidang

pangan, sandang, pertanian, peternakan hingga kesehatan dan pengobatan.

Kebutuhan yang begitu kompleks menuntut sumber daya alam yang memadai,

misalnya hutan, bahan bakar, serta potensi laut manusia dituntut untuk

memikirkan bagaimana cara yang harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Dalam hal ini terlihat bahwa bitekhnologi mencakup kebutuhan

manusia yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,


39

mempelajari dan memahamai bioteknologi merupakan suatu keharusan yang

tidak dapat ditunda.

Beberapa contoh bioteknologi tradisional dibidang pangan misalnya tempe

dibuat dari kedelai menggunakan Rhizhopus, tape, dibuat dari ketela pohon atau

pisang dengan menggunakan Khamir Saccaharomyces creviceae dari ketela

pohon dengan menggunakan bakteri Lactobacillus.

2.7.1 Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetative

buatan yang didasarkan pada sipat totipotensi tumbuhan, Totipotensi adalah

kemampuan sel atau jaringan organisme untuk tumbuh menjadi individu

baru.Toti potensi tumbuhan membuat sel tumbuhan dalam proses kultur jaringan

dapat berkembang menjadi lengkap jika ditumbuhkan pada kondisi yang

memungkinkan. Dengan demikian kultur jaringan dalam waktu singkat dapat

diperoleh tanaman dalam jumlah banyak.

2.7.2 Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai suatu kegiatan manipulasi gen

untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA rekombinan

melalui penyisipan gen. DNA rekombinan adalah DNA yang urutannya telah

direkombinasikan agar memiliki sifat-sifat atau fungsi yang dinginkan sehingga

organisme penerimanya mengekspersikan sipat atau melakukan fungsi yang kita

inginkan, misalnya kita membuat DNA rekombinan yang memiliki fungsi

membuat insulin. DNA kita masukkan kedalam bakteri dengan harapan bakteri
40

tersebut dapat menghasilkan insulin. Ada 4 teknik rekayasa Genetika (1), Teknik

Plasmid; (2) Teknik Hibridoma; (3) Terapi Genetik; (4) Kloning.

2.7.2.1Aplikasi Bioteknologi pada Youghurt

Youghurt merupakan minuman hasil fermentasi susu mengganakan

Lactobacillus substilus atau Lactobacillus bulcaricus. Bakhteri yang

dimampaatkan mampu mendegradasi protein dalam susu menjadi asam laktat.

Proses degredasi ini disebuat dengan asam laktat dan hasilnya dinamakan

yoghurt
2.7.2.2Aplikasi Bioteknologi pada keju
Keju merupakan contoh produk Bioteknologi dengan menggunakan

bantuan bakteri pada susu. Bakteri tersebut dikenal dengan sebagai bakteri asam

laktat atau Lactobacillus mengubah laktosa menjadi asam laktat menyebabkab

susu menjadi menggumpal. Pada pembuatan keju, kondisi PH, harus rendah

membuat susu mengental, akibatnya protein pada susu berubah menjadi semi

solid yang disebut cudr, proses ini dibantu dengan menambahkan enzim renin.

Enzim renin dapat diekstrak dari perut anak sapi, namun saat ini dapat diekstrak

dengan menggunakan rekayasa genetika .

2.7.2.3Aplikasi Bioteknologi pada tahu

Tahu juga merupakan salah satu contoh produk dari bioteknologi, tahu

dibuat dibuat dengan cara mencuci kacang kedelai hingga bersih dan

merendamnya dalam selama satu malam, setelah satu malam tahu juga

merupakan salah satu contoh produk bioteknologi. Tahu dibuat dengan cara

mencuci kacang kedelai hingga bersih dan merendamnya selama satu malam.

Setelah lunak, kacang kedelai digiling menjadi seperti bubur, lalu dididihkan.

Setelah dididihkan, bubur kedelai disaring dan ditambahkan kultur bakteri yang
41

dapat menciptakan kondisi asam. Beberapa jenis bakteri yang sering digunakan

dalam pembuatan tahu ini adalah bakteri asam laktat.Bubur tahu yang telah

ditambahkan bakteri asam laktat ini lalu dicetak, dibumbui, dan diberi garam

agar tahan lama.

2.7.2.4 Aplikasi Bioteknologi modern untuk bahan pangan


Penerapan bioteknologi pada makanan secara modern, diawali pada

1992.Saat itu sebuah perusahaan Amerika, Calgene, mendapatkan izin untuk

memasarkan OHMG yang disebut Flavrsavr. OHMG ini adalah tomat yang

dibuat lebih tahan hama dan tidak dapat membusuk. Secara umum, penerapan

bioteknologi modern pada makanan tidak dapat dipisahkan dengan bioteknologi

modern pada bidang pertanian.Produk-produk makanan yang dihasilkan dari

OHMG, seperti tanaman pertanian, hewan, atau mikroorganisme disebut

makanan hasil modifikasi genetik.


OHMG lebih banyak dilakukan pada tanaman pertanian. Contohnya,

jagung tahan lama, kedelai tahan herbisida, kentang tahan virus, padi dengan zat

dan vitamin yang ditingkatkan (golden rice), gandum dengan protein yang tinggi

bagi ternak, dan banyak hasil pertanian lainnya.Perkembangan selanjutnya dari

penerapan bioteknologi modern semakin beraneka ragam.Sekarang, para

ilmuwan dapat membuat makanan yang mengandung obat, pisang yang

menghasilkan vaksin hepatitis B, ikan yang lebih cepat dewasa, dan tanaman

buah yang berbuah lebih cepat.

Penerapan Bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

a. Protein Sel Tunggal (PST).

Protein sel tunggal adalah protein sel tunggal digunakan untuk menyatakan

protein mikroorganisme untuk membedakan dengan protein yang berasal dari


42

hewan dan tumbuhan. PST mengacu kepada sel mikroorganisme yang

dikeringkan seperti bakteri, alga dan jamur yang sebelumnya ditumbuhkan di

dalam sistem biakan yang berskala besar. Meskipun mikroorganisme ini

ditumbuhkan untuk menghasilkan protein, tetapi juga mengandung karbohidrat,

lemak, vitamin, mineral, dan senyawa nitrogen bukan protein seperti asam

nukleat. Produksi PST pertama yang memberikan harapan berasal dari Jerman,

diperoleh dengan jalan menumbuhkan Saccharomyces cerevisae di dalam

medium molase (limbah pabrik gula) dan garam amonium. Hasil proses ini

dikonsumsi oleh manusia sebagai pengganti protein. Limbah pabrik bubur kayu

berupa sulfit juga telah digunakan sebagai bahan baku dengan memanfaatkan

khamir Candida utilia untuk menghasilkan protein bagi manusia dan hewan.

b. Mikoprotein.

Mikoprotein merupakan produk makanan yang berasal dari miselium

jamur (tubuh jamur). Pada pembuatan mikoprotein ini digunakan jasa jamur

Fusarium graminearum. Mikoprotein dihasilkan melalui fermentasi

menggunakan glukosa sebagai bahan baku dan zat hara lain serta gas amoniak

dan garam amoniak.

2.7.2.5 Aplikasi Bioteknologi bidang kesehatan

Kemajuan dibidang media para ahli dapat menemukan berbagai macam

organisme yang bermanfaat sebagai penghasil obat-obatan.Manfaat bioteknologi

juga sebagai Antibiotik penisilin yang dihasilkan oleh jamur Penicillium

notatum telah ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929. Adapun

pada tahun 1939 oleh Rene Dubois mengisolasi dua antibiotic gramisidin dan

tirosidin modern yang pertama dan tergolong luas penggunaannya.Penisilin


43

dihasilkan selama pertumbuhan dan metabolism cendawan tertentu, yaitu

Penicillium notatum dan Penicillium Chrysogenum. Senyawa antibiotic yang

dihasilkan jamur ini sangat efektif terhadap bekteri gram positif, khususnya

pneumokokus dan beberapa stafilokokus. Beberapa bakteri gram negative

spiroketa yang merupakanpenyebab sifilis

2.7.3 Bioteknologi dalam mengatasi Problem lingkungan

Biotekhnologi merupakan salahsatu pemanfaatan bioteknologi yang

penggunaannya banyak melibatkan mikroorganisme untuk meningkatkan

kualitas lingkungan hidup manusia dan alam sekitarnya. Peningkatan kualitas

lingkungan tersebut meliputi pencegahan terhadap masuknya berbagai polutan

agar lingkungan tidak terpolusi, membersihkan lingkungan yang terkontaminasi

oleh polutan; dan memberdayakan sumber daya alam yang masih memiliki nilai

tambah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Essensi kajian

bioteknologi lingkungan sesungguhnya untuk meningkatkan kesejahteraan taraf

kehidupan manusia melalui pemberdayaan lingkungan melalui mekanisme

tertentu.

2.7.4 Bioteknologi lingkungan dalam biologi

Merupakan kajian yang menjanjikan mengenai analisis dampak

lingkungan (AMDAL) untuk kesejahteraan dalam meningkatkan penjagaan

lingkungan hidup dalam kehidupan modern yang lebih baik lagi di masa

industrialisasi.Salahsatu perlakuan teknologi dalam bioteknologi lingkungan

dilakukan melalui mikrobiologi yang sudah dikembangkan pada abad 20, seperti

mengaktivasi berbagai kotoran (hewan dan manusia) dan pencernaan anaerobik

hewan, kotoran-kotoran lain yang berserakan di lingkungan tempat tinggal kita.


2.7.5. Aplikasi Bioteknologi Bidang Sosial Ekonomi
44

Beragam aplikasi rekayasa menunjukkan bahwa Bioteknologi

mengandung dampak ekonomi yang membawa pengaruh kepada kehidupan

masyarakat. Produk bioteknologi dapat merugikan petani kecil. Penggunaan

hormon pertumbuhan sapi (bovinegrowthhormone: BGH) dapat meningkatkan

produksi susu sapi sampai 20% niscaya akan menggusur peternak kecil. Dengan

demikian, Bioteknologi dapat menimbulkan kesenjangan ekonomi.


Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, tembakau, cokelat, kopi, gula,

kelapa,vanili, ginseng, dan opium akan dapat dihasilkan melalui modifikasi

genetika tanaman lain, sehingga akan menyingkirkan tanaman aslinya. Dunia

ketiga sebagai penghasil tanaman-tanaman tadi akan menderita kerugian besar.


Dampak Bioteknologi di bidang sosial ekonomi yang lain adalah

persaingan internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk

bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara

berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju. Kesenjangan

teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena Bioteknologi modern

sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang.

Ketidakadilan, misalnya sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang

sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen

organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju.

2.7.6 Dampak Bioteknologi dalam Bidang Etika dan Moral

Menyisipkan gen makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang

serius.Menyisipkan gen mahkluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap

melanggar hukum alam dan sulit diterima masyarakat. Mayoritas orang Amerika

berpendapat bahwa pemindahan gen itu tidak etis 90% menentang pemindahan

gen manusia kehewan 75% menentang pemindahan gen hewan ke hewan


45

lain.Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa konsekuensi

bagi penganut agama tertentu. Bagaimana hukumnya bagi penganut agama

Islam, kalau gen babi disisipkan ke dalambuah semangka? Penerapan hak paten

pada makhluk hidup hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas

makhluk hidup.Halitu bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang

menghargainilai intrinsik makhluk hidup.

Seperti diketahui, kemampuan berfikir dan bernalar membuat manusia

menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan itu kemudian digunakan

untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang

tersedia. Akan tetapi, sering pula teknologi yang kita hasilkan itu menimbulkan

pengaruh sampingan yang menimbulkan kemudaratan. Dampak ilmu

pengetahuan terhadap cara berpikir manusia dewasa ini sungguh dahsyat.

Rasionalitas ilmu pengetahuan itu tidak hanya mengubah cara pandang

tradisional kita, tetapi juga tehnologi yang terlalu etnosentris. Ilmu pengetahuan

secara umum membantu manusia untuk memecahkan masalahnya, sehingga

falsafah Tuhan Allahnya deisme (pandangan yang menegaskan bahwa hanya

Tuhan yang dapat memecahkan problem manusia) berangsur-angsur hilang.

Selanjutnya dikatakan bahwa manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi akan

memperbesar kekuasaan kita atas alam dan masyarakat dan atas diri kita sendiri,

sehingga akan muncul lagi bahaya dari teknologi yaitu semakin meningkatnya

ilmu pengetahuan, teknologi dan Bioteknologi justru akan melayani nafsu

terhadap kekuasaan atau keinginan irrasional untuk mendominasi. Untuk

mengurangi bahaya yang mungkin timbul akibat teknologi maupun bioteknologi

maka sebagai manusia yang bertuhan, setiap kali seorang ilmuwan akan
46

mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di

bumi ini.

Dalam mengembangkan Bioteknologi, etika Bioteknologi harus

mendapat perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam

bioteknologi tidak terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku

sekaligus makhluk etis. Maka refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan

manusia menjadi sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan

prinsip-prinsipnya sendiri dalam seluruh aktivitasnya, termasuk dalam bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi.Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri

menampung segala pemikiran dan aliran tentang kehidupan, yang bersumber

pada kala, budi, filsafat, agama, tradisi tanpa harus terikat dengan agama

tertentu.

2.7.7 Dampak Negatif Bioteknologi

Dampak negatif yang terjadi akibat bioteknologi yang terjadi sekarang

adalah:

2.7.71 Dampak Bioteknologi Pangan

Pelepasan organisme transgenic (berubah secara genetik) ke alam bebas

dapat menimbulkan dampak berupa Pencemaran biologi yang dapat lebih

berbahaya dari pada pencemaran pencemaran kimia dan nuklir. Dengan

keberadaan rekayasa genetika, perubahan genotif tidak terjadi secara alami

sesuai dengan dinamika populasi, melainkan kebutuhan pelaku bioteknologi .


Perubahan drastis ini akan menimbulkan bahaya, bahkan kehancuran

“menciptakan” makhluk hidup yang seragam yang bertentangan dengan prinsip

biologi itu sendiri yaitu keanekaragaman.

2.7.7.2 Dampak Terhadap Kesehatan


47

Dampak rekayasa dibidang kesehatan dapat menimbulkan masalah yang

serius contohnya adalah penggunaan insulin hasil rekayasa genetika yang

menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris. Tomat Flaver Savri diketahui

mengandung resisten terhadap antbiotik susu sapi disuntik dengan Hormon BGH

(Baving Growth Hormone).

2.7.7.3 Dampak Dibidang Sosial


Mikroorganisme dialam dapat dijadikan agen pengendalian terhadap

hama tanaman aplikasi tekhnologi rekayasa mengandung dampak ekonomi yang

membawa pengaruh kepada kehidupan masyarakat. Produk bioteknologi dapat

merugikan petani kecil, misalnya penggunaan hormone pertumbuhan sapi

(BGH) dapat meningkatkan produksi susu sapi sampai 20% niscaya akan

menggusur petani kecil

2.7.7.5Transgenik

Menyisipkan gen makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang serius

menyisipkan gen makhluk hidup yang lain tidak berkerabat dianggap hukum

alam dan sulit diterima oleh masyarakat. Dalam kesempatan yang lain gen yang

disisipkan tersebut mempengaruhi penyebukan yang dilakukan oleh hewan yang

lainnya sehingga proses keanekaragaman menjadi terganggu disisi yang lain

pula akan menyebabkan terjadi penumpukan limbah pertanian .


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian telah dilakukan dikelas XII IPA di SMA Negeri Se-Kabupaten

Rokan hilir penelitian telah dilakukan pada bulan Maret - Mei 2016.
3.2 Populasi dan Sampel .
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA dari SMA
Negeri se- Kabupaten Rokan hilir yang terdir dari 32 SMA Negeri yang di 13
kecamatan di kabupaten Rokan hilir dengan jumlah 1920 orang.Sampel yang
diambil dari penelitian analisis kesulitan pembelajaran Bioteknologi adalah
siswa yang berasal dari 11 SMA Negeri Se- Kabupaten Rokan hilir.

Tabel 3.1 Daftar SMA Negeri dan Jumlah Siswa Yang Menjadi Sampel
Penelitian Analisis Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi

Jumlah Peringkat
No Nama Sekolah Lokasi
Siswa Akreditasi
1. SMAN 2 Pujud 55 B Kecamatan Pujud
2. SMAN 5 Tanah Putih 30 B Kecamatan Tanah putih
3. SMAN 4 Tanah Putih 23 A Kecamatan TanahPutih
4. SMAN 1 Kubu 96 A Kecamatan Kubu
5. SMA 2 Bangko Pusako 83 A Kecamatan Bangko Pusako
6. SMAN 2 B.Sinembah 72 A Kecamatan Bagan Sinembah
7. SMA N 1 R.Melintang 55 B Kecamatan Rimba melintang
8. SMAN 1 T. Melawan 50 A Kecamatan Tanah Putih
9. SMAN 4 B.Pusako 69 B Kecamatan Bangko Pusako

10. SMAN 1 Bangko 58 A Kecamatan Bangko


11 SMAN 1 B.Hampar 53 B Kecamatan Batu hampar
Jumlah 644
(Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hilir,2015)
Dalam penelitian ini, teknik sampel yang digunakan non random sampling

yaitu ada pada 11 SMA Negeri yang mewakili sampel total yang berjumlah

1920 Orang dari 32 SMA Negeri di Kabupaten Rokan hilir yang terdapat di Kota

dan pinggiran. Sekolah yang dipilih ada 6 sekolah yaitu 4 SMAN Terakreditasi

Adan 5 SMAN Terakreditasi B yaitu (1) SMA Negeri 2 Pujud, Akreditasi B, (2)

SMA Negeri 5 Tanah Putih Akreditasi, (3) SMAN 4 Tanah Putih Akreditasi A,

(4) SMAN 1 Kubu Akreditasi A, (5) SMA Negeri 2 Bangko Pusako Akreditasi

48
49

B, (6) SMA Negeri 2 Bagan Sinembah Akreditasi A, (7) SMA Negeri 1 Bagan

Sinembah Akreditasi A, (8) SMA Negeri Rimba Melintang Akreditasi B, (9)

SMAN Tanjung Melawan Akreditasi A,(9) SMAN 4 Bangko Pusako Akreditasi

B, (10) SMAN 1 Bangko Akreditasi B, (11) SMAN 1 Batu Hampar Akreditasi B


3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang menggambarkan data

berdasarkan apa adanya kenyataan dilapangan. Penelitian ini sering disebut

penelitian non eksperimen, karena dalam penelitian ini tidak melakukan kontrol

dan memanipulasi variabel penelitian.


3.3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pada awalnya

penelitian ini mengenai kesulitan belajar, mencari buku-buku dan jurnal yang

mendukung pembuatan proposal ini, setelah itu dilakukan observasi kesekolah-

sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini pada bulan November

2015.dengan mendata nilai-nilai Biologi pada mid semester pada materi

Bioteknologi yang tidak tuntas (nilai dibawah 75).


Langkah berikutnya peneliti mengembangkan instrument soal materi

Bioteknologi, yang sesuai indikator pada kompetensi dasar Bioteknologi ,

3.3.2.Definisi Operasional

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang akan dilakukan berjalan dengan

baik maka perlu ditetapkan defenisi operasional tentang penelitian tersebut


1. Kesulitan belajar yang akan diteliti adalah kesulitan belajar dikelas XII

yang tidak tuntas atau nilai dibawah KKM.


2. Materi dalam Biotekhnologi ini terdiri dari kultur jaringan, hibridoma,

rekombinan gen, Rekayasa genetika dan dampak Bioteknologi.


3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data
Untuk memperoleh data dalam metode penelitian ini digunakan metode

dokumentasi, angket dan wawancara. Angket kesulitan belajar dan wawancara


50

diberikan kepada siswa untuk mengetahui kesulitan siswa dalam proses

pembelajaran Bioteknologi yang dimulai dari persiapan, pelaksaan pembelajaran

Bioteknologi serta evaluasi.


3.4.1. Teknik pengumpul data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui non tes. Untuk

mengetahui kesulitan siswa dalam penguasaan materi Bioteknologi digunakan

dalam bentuk dokumentasi, angket dan wawancara


3.4.2. Instrumen Tes Kemampuan Penguasaan Materi Bioteknologi
Tes Kemampuan penguasaan materi Biotekhnologi disusun oleh peneliti

yang akan digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa. Tes hasil belajar

adalah butir soal tes yang disusun berdasarkan indikator yang terdapat pada

silabus mata pelajaran Biologi materi kelas XII pada pokok Bahasan

Bioteknologi. Bentuk tes pilihan berganda (multiple choice) yang disusun dari

soal-soal Ujian nasional, Ujian try out dalam penelitian soal disusun

berdasarkan ranah kognitif C1 sampai C6 soal yang disusun berdasarkan indikator

pada silabus SMA KTSP 2006.


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Diagnostik Analisis Kesulitan Belajar Pada Materi
Bioteknologi

Kompetensi Dasar Indikator Nomor Butir Soal Jumlah


C1 C2 C3 C4 C5 C6
5.1Menjelaskan Menjelaskan arti dan 1, 2 3 4 5 7
artiprinsip dasar,dan prinsip Bioteknologi
jenis-jenis Menjelaskan ilmu 12 15 8 11 13, 7
Bioteknologi yang berkaitan 11,
Bioteknologi 20
tradisional dan
modern
Membedakan jenis 9 18 20 22 16 6
Bioteknologi modern
tradiosional
Menjelaskan proses 33 23 21 24 26 6
rekayasa genetika
Menjelaskan proses 28 13 27
kultur jaringan
Menjelaskan proses 37 36
rekombinasi gen
Memberi contoh 41 32 31 24 37 42 6
produk hasil rekayasa
genetic
5.2 Menjelaskan Menjelaskan dampak 43 35, 44 45 47 6
dan mengenalisis penggunaan 49
bioteknologi
51

peran Bioteknologi Menjelaskan dampak 46, 47 38 17 48 40 7


serta impilifikasiya penggunaan produk ,50
rekayasa genetic
JUMLAH 9 7 9 8 8 8 50

Keterangan :
C1 : Pengetahuan / Knowledge
C2 : Pemahamaan / Comprehension
C3 : Penerapan / Aplication
C4 : Penguraian / Analysis
C5 : Evaluation / Menilai
C6 : Create / Mencipta

3.4.3. Instrumen Tes Penyebab Kesulitan Belajar


Blassic and Jones 1970) mengemukakan krakteristik anak yang mengalami

kesulitan belajar dapat ditunjukkan dalam krakteristik behavioral, fiskal, bicara

dan bahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Sumadi

Suryabroto (1984) mengemukakan bahwa peserta didik yang mengalami

kesulitan dapat diketahui melalui kriteria-kriteria yang sebenarnya merupakan

harapan dan sekaligus kriteria tersebut merupakan indikator terjadinya kesulitan

belajar
Menurut Thursam (2002) kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang

menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu

menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau tidak kurangnya

berhasil dalam proses pembelajaran .Menurut Hammili (1981) kesulitan belajar

adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan,

bercakap- cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung.


Setelah diketahui jumlah siswa yang tidak tuntas pada materi

Biotekhnologi kemudian siswa diberikan angket penyebab kesulitan belajar,

pembuatan angket akan di diskusikan dengan dosen pembimbing dan validator.


Angket yang digunakan berupa angket tertutup yang disajikan dengan

pilihan-pilihan jawaban sesuai dengan keadaan dirinya dengan cara memberikan


52

checklist.Angket dibuat dengan skala Likert peneliti membuat beberapa

pertanyaan yang berhubungan dengan kesulitan belajar pada materi

Bioteknologi. Berdasarkan kategori jawaban yang ada dari tiap-tiap pertanyaan.

Angket yang akan di inginkan dalam penelitian ini berisi 25 pertanyaan yang

disusun berdasarkan indikator factor penyebab siswa kesulitan belajar pada

materi Bioteknologi yang dibatasi faktor internal dan faktor eksternal dengan 4

kategori pilihan yaitu (SL), sering, (S), kadang-kadang (KK), Tidak pernah (TP)

yang diberi skor 4


Tabel 3.3 Distribusi Kisi-Kisi Kesulitan Belajar Pada Materi Bioteknologi

No. Faktor Aspek Indikator No.


ITEM
1. Faktor Internal a. Minat - Ketertarikan pada 1,2
pembelajaran 24
Bioteknologi
- Perhatian terhadap
Bioteknologi

b. Motivasi
3,8
- Kebutuhan akan 4,5
berprestasi 16
- Usaha untuk belajar
2. Faktor Bioteknologi
Eksternal - Pemahaman
terhadap
23,10
Bioteknologi
c. Bakat
- Kemampuan
menyelesaikan soal 15,18
Bioteknologi

d. Guru
- Penguasaan materi
14,17
- kejelasan
menerangkan 19,20,22
- Penggunaan metode
-mengajar 14,25
- Penggunaan
media/alat peraga 21
- Sumber belajar
bervariasi
e. Laboratorium
- Mengadakan 6
praktikum materi
53

Bioteknologi
- Kesedian alat dan
bahan untuk 7
f. Buku praktikum materi

- Bioteknologi
kesedian buku
pegangan
(Slameto, 2010
3.4.4. Wawancara
Wawancara merupakan proses pengumpulan imformasi yang dilakukan

untuk secara langsung untuk memperoleh data secara langsung dari sampel

penelitian. Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan respon untuk

mengetahui kesulitan siswa pada proses pembelajaran.


Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi dan memperkuat

hasil yang diperoleh dari tes tulis. Pertanyaan yang digunakan kepada siswa

untuk mengidentifikasi kesulitan dalam memahami materi bioteknologi.


3.5 Teknik Analisis Data
Untuk melakukan analisa data yang digunakan untuk analisis diskriptif,

analisa statistik deskriptif untuk menggambarkan data yang diambil dalam

proposal ini adalah hasil dari dari jawaban siswa terhadap instrument tes

Diagnostik materi Bioteknologi kemudian dianalisis dengan cara menghitung

persentase, menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku.


3.5.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Penguasaan Materi Bioteknologi
Hasil dari tes kemampuan penguasaan materi biotekhnologi yang

digunakan untuk mengetahui sub materi bioteknologi yang mengalami kesulitan

belajar dengan mancari akar skor rata-rata hasil tes seluruh siswa. Sebelum

melakukannya maka dilakukan hal sebagai berikut (1) meneliti hasil angkaet (2)

memberi skor pada masing-masing jawaban siswa (3) membuat kriteria yang

ideal (4) memasukkan jumlah skor dalam rumus tes diagnostik yang digunakan

untuk mengetahui presentase kesulitan belajar siswa (Arikunto,2003 ) .


Jumlah Skor yang diperoleh
Tingkat Kesulitan = x100
Jumlah Skor Maksimal
54

Penentuan kriteria skor dilakukan persub varibel (Arikunto, 2003) dengan acuan

sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesulitan Belajar (%) yang Dialami Siswa
Pada Materi Bioteknologi

Persentase Kategori
81,26 % ≤ skor ≤ 100% Kesulitan belajar rendah
62,51% ≤ skor 81,25% Kesulitan belajar sedang
43,76≤ skor ≤ 62,50% Kesulitan Belajar Tinggi
25% < skor ≤ 43,75% Kesulitan Belajar sangat tingi
(Arikunto,2003)
3.5.2 Analisis Kognitif Kesulitan Belajar Materi Bioteknologi
Untuk mencari kesulitan belajar setelah dilakukan penskoran terhadap data

tes diagnostic materi Biotekhnologi tersebut, kemudian dianalisis dengan cara

menghitung persentase kesulitan belajar siswa dlihat dari aspek yang dinilai

yaitu berupa aspek ingatan (C1) aspek pemahaman (2) sampai pada aspek

mencipta (6) dengan menjumlahkan seluruh jawaban yang ada, dibagi dengan

banyaknya jumlah skor siswa kemudian dikalikan 100. Dengan mengguanakan

presentase sebagai berikut :


Jumlah Jawaban yang Benar
Persentase Jawaban = x100
Jumlah Banyaknya Siswa
Nilai Kesulitan Belajar ditinjau dari Ranah Kognitif = 100 Hasil penguasaan

Materi.
Penentuan Kriteria skor untuk ranah kognitif (Arikunto, 2003) dengan

kriteria yang sama dengan sub materi maupun indikator.

3.5.3 Analisis Angket


Menganalisis data angket adalah menganalisis dengan mencari presentase

dari tiap-tiap varibel yang diteliti dan data yang diungkapkan dalam penelitian

yang berupa pertanyaan yang ada rumusan masalah. Pengolahan data angket di

lakukan dengan cara: (1) melakukan tabulasi jawaban angket dari seluruh siswa;
55

(2) Menghitung persentase jawaban siswa untuk masing-masig aspek dan

menggunakan rentang nilai yang sama pada sub materi maupun indikator.
Jumlah skor jawaban siswa
Persentase Jawaban = x100
Jumlah Skor Maksimal
Tabel 3.5 Kategori Analisis Faktor-Faktor Kesulitan Belajar yang Dialami
Siswa ada Materi Bioteknologi

Persentase Kategori
81,26 % ≤ skor ≤ 100% Kesulitan belajar rendah
62,51% ≤ skor 81,25% Kesulitan belajar sedang
43,76≤ skor ≤ 62,50% Kesulitan Belajar Tinggi
25% < skor ≤ 43,75% Kesulitan Belajar sangat tingi
(Arikunto, 2003)
3.5.4 Analisis Hasil Wawancara
Analisis Hasil wawancara siswa dilakukan dengan cara merekap jawaban

siswa. Perekapan data hasil wawancara dilakukan dengan cara mentranskrip

jawaban pertanyaan-pertanyaan pada saat wawancara ke dalam bentuk

pernyataan untuk mengetahui tanggapan mengenai faktor-faktor penyebab

kesulitan belajar siswa.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Hasil Tes Kemampuan Penguasaan Materi Bioteknologi
Hasil tes kemampuan penguasaan materi Bioteknologi dari 644 orang

diperoleh data nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar = 44,25 dengan

simpangan baku = 7,52 dengan rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa

seluruhnya sebesar 10,87%. Kemudian persentase ketuntasan belajar siswa dari

hasil penguasaan materi bioteknologi dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah yang Tuntas dan Tidak Tuntas dalam Tes Penguasaan
Materi Bioteknologi Di SMA Negeri Se- Kabupaten Rokan Hilir
Berdasarkan KKM 75 (%).

Hasil Penguasaan materi Bioteknologi


Tidak tuntas Tuntas
Sekolah Jumlah % Jumlah %
SMAN 2 Pujud 48 Orang 87,27 7 Orang 12,73
SMAN 5 Tanah Putih 26 Orang 86,67 4 Orang 13,33
SMAN 4 Tanah Putih 20 Orang 86,96 3 Orang 13,04
SMAN 1 Kubu 90 Orang 93,75 6 Orang 6,25
SMA 2 Bangko Pusako 75 Orang 90,36 8 Orang 9,64
SMAN 2 B.Sinembah 62 Orang 86,11 10 Orang 13,89
SMA N 1 R.Melintang 49 Orang 89,09 6 Orang 10,91
SMAN 1 T. Melawan 43 Orang 86,00 7 Orang 14,00
SMAN 4 B.Pusako 63 Orang 91,30 6 Orang 8,70
SMAN 1 Bangko 51 Orang 87,93 7 Orang 12,07
SMAN 1 B.Hampar 47 Orang 88,68 6 Orang 11,32
Jumlah 10,87
574 Orang 89,13 70 Orang

Dari 644 orang siswa yang atau sebanyak 574 siswa (89,13%) tidak

tuntas pada materi bioteknologi, yaitu sebanyak 48 siswa dari SMAN 2 Pujud,

26siswa dari SMAN 5Tanah Putih, 20 siswa SMAN 4 Tanah Putih, 90 siswa

SMAN 1 Kubu, 75 siswa SMA 2 Bangko Pusako, 62 siswa SMAN 2 B

Sinembah,49 siswa SMAN1 Rimba Melintang, 43 siswa SMAN 1 Tanjung

56
57

Melawan, 63 siswa SMAN 4 Bangko Pusako, 51 siswa SMAN 1 Bangko, 47

SMAN 1 Batu Hampar.

4.1.2 Kesulitan Belajar Materi Bioteknologi Dilihat dari Domain Kognisi


Dari tes Diagnostik pada materi Bioteknologi yang dilakukan kepada

siswa SMA Negeri se-Kabupaten Rokan hilir tahun ajaran 2015/ 2016.di peroleh

presentasi kesulitan belajar siswa setiap materi yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kesulitan Belajar (%) Siswa Sub Materi Bioteknologi di SMA
Negeri se- Kabupaten Rokan Hilir

SMAN 2 SMAN 5 SMAN 4 SMAN 1


No Sub Materi
Pujud T. Putih T.Putih Kubu
1 Pengertian Bioteknologi dan prinsip dasar 41,21 45,93 49,76 51,30
2 Ilmu yang berkaitan dengan Bioteknologi 48,31 40,00 39,75 43,77
3 Bioteknologi tradisional dan modern 47,27 43,33 45,22 46,60
4 Penggunaan Mikroorganisme dalam 49,39 40,56 37,32 53,63
Bioteknologi
5 Bioteknologi kultur jaringan 49,45 40,67 43,48 57,45
6 Bioteknologidengan menggunakan 55,15 35,56 27,54 64,18
rekayasa genetika
7 Dampak Negetif Bioteknologi 45,86 32,22 28,50 56,97
Rata-rata
48,09 39,75 38,80 53,41

Tabel 4.2 Kesulitan Belajar (%) Siswa Sub Materi Bioteknologi di SMA
Negeri Se- Kabupaten Rokan Hilir

SMAN 2 SMAN 2 SMAN 1 SMAN 1


No Sub Materi
B. Pusako B.Sinembah R. Melintang T.Melawan
1 Pengertian Bioteknologi dan prinsip dasar 55,42 58,02 48,08 62,44
2 Ilmu yang berkaitan dengan Bioteknologi 30,10 37,50 23,90 67,43
3 Bioteknologi tradisional dan modern 42,38 51,67 36,36 61,20
4 Penggunaan Mikroorganisme dalam 39,98 54,17 38,33 58,33
Bioteknologi
5 Bioteknologi kultur jaringan 41,90 52,50 31,64 59,60
6 Bioteknologidengan menggunakan 43,65 48,61 27,88 62,00
rekayasa genetika
7 Dampak Negetif Bioteknologi 32,80 45,19 28,28 53,78
Rata-rata
40,89 49,67 33,50 60,68
58

Tabel 4.2 Kesulitan Belajar (%) Siswa Sub Materi Bioteknologi Di SMA
Negeri Se- Kabupaten Rokan Hilir

SMAN 4 SMAN 1 SMAN 1


No Sub Materi Rata-rata
B. Pusako Bangko B. Hampar
1 Pengertian Bioteknologi dan prinsip dasar 52,33 55,17 43,82 51,23
2 Ilmu yang berkaitan dengan Bioteknologi 29,61 46,31 20,22 38,81
3 Bioteknologi tradisional dan modern 39,71 51,72 23,77 44,48
4 Penggunaan Mikroorganisme dalam 35,02 55,60 40,41
Bioteknologi 45,70
5 Bioteknologi kultur jaringan 41,45 52,76 41,13 46,55
6 Bioteknologidengan menggunakan 36,71 61,49 32,08
rekayasa genetika 44,99
7 Dampak negatif Bioteknologi 29,79 59,58 40,04 41,18
Rata-rata 44,70
37,80 54,66 34,50

Berdasarkan hasil penelitian ketujuh materi Bioteknologi, Siswa

mengalami kesulitan menjawab materi bioteknologi. Berdasarkan ketegori yang

digunakan (Arikunto, 2003) rentang skor yang diperoleh termasuk ketegori

tinggi. Tingkat kesulitan sangat tinggi yaitu Ilmu yang berkaitan dengan

Bioteknologisebesar 38,81%, dan Dampak Negetif Bioteknologi sebesar 41,18.

Tingkat kesulitan tinggi, Pengertian Bioteknologi dan prinsip dasar sebesar

51,23%, Bioteknologi tradisional dan modern sebesar 44,48%, Penggunaan

Mikroorganisme dalam bioteknologi sebesar 45,70%, Bioteknologi kultur

jaringan sebesar 46,55%, Bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetika

sebesar 44,99%.
Jika kita lihat dari tiap – tiap sekolah siswa mengalami kesulitan materi

Bioteknologi rata – rata yaitu rata di SMA 2 Pujud sebesar 48,09% , SMAN 5

Tanah Putih 39,75%, SMAN 4 Tanah Putih 38,80%, SMAN1 Kubu 53,41%,

SMAN 2 Bangko Pusako 40,89%, SMAN 2 B.Sinembah 49,67%, SMAN 1 R

Melintang 33,50%, SMAN 1 Tanjung Melawan 70,68%, SMAN 4 Bangko

Pusako 37,80%, SMAN 1 Bangko 54,66% dan SMAN 1 Batu Hampar

34,50%..Sehingga diperoleh rata- rata kesulitan belajar siswa pada materi


59

Bioteknologi di kelas XII SMAN se- Kabupaten Rokan Hilir pada tahun ajaran

2015/ 2016 sebesar 44,70% .

Sebaran persentase kesulitan Belajar pada Materi Bioteknologi pada


SMA Negeri se- Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada gambar 41.

Gambar 4.Rata- rata kesulitan Belajar berdasarkan Sub materi Bioteknologi


Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

Dari gambar diatas dapat terlihat tingkat kesulitan yang dialami siswa

SMA Negeri pada kelas XII IPA se- Kabupaten Rokan hilir, yang termasuk

kategori sangat tinggi yaitu pada SMAN 1 Rimba Melintang sebesar 33.50%,

SMAN 1 Batu Hampar 34.50%, SMAN 4 Bangko Pusako 37.80%, SMAN 5

Tanah Putih 39.75%, SMAN 4 Tanah Putih 38.80%, SMAN 5 Tanah Putih

39.75%, dan SMAN 2 Bangko Pusako sebesar 40.89%. Sedangkan siswa yang

mengalami kesulitan belajar pada kategori tinggi terutama yaitu pada SMAN 2

Pujud sebesar 48.09%, SMAN 2 B. Sinembah sebesar 49.67%, SMAN 1 Kubu


60

53.41%, SMAN 1 Bangko sebesar 54.66% dan SMAN 1 Tanjung melawan

sebesar 60.68%.

4.1.3 Kesulitan Belajar (%) Siswa pada Materi Bioteknologi yang Sulit Di
Pahami Oleh Siswa

Banyaknya siswa yang tidak lulus menunjukkan bahwa siswa mengalami

kesulitan belajar pada materi Bioteknologi sehingga perlu di perhatikan kesulitan

belajar pada siswa memahami materi Bioteknologi berdasarkan indikator

sebagai berikut:
1. Kesulitan Belajar pada Indikator Menjelaskan Arti Bioteknologi Dan
Prinsip Dasar Bioteknologi

Kesulitan Belajar pada Indikator menjelaskan arti bioteknologi dan

prinsip dasar bioteknologiberada pada kategori tinggi dengan rata-rata sebesar

44,67 %. Tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori sangat tinggi terdapat

pada SMAN 4 Bangko Pusako sebesar 37.10%, SMAN 2 Pujud sebesar 39.64%,

SMAN 4 Tanah Putih sebesar 40.87%, SMAN 1 R Melintang sebesar 41.82%,

dan SMAN 1 Kubu sebesar 42.92%. Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa

pada kategori tinggi terdapat pada SMAN 1 Batu Hampar sebesar 44.15%,

SMAN 5 Tanah Putih sebesar 46%, SMAN 2 Bangko Pusako sebesar 47.71%,

SMAN 1 Bangko sebesar 48.97%, SMAN 1 Tanjung Melawan sebesar 50%, dan

SMAN 2 B Sinembah sebesar 52,22%.

Sebaran presentase kesulitan belajar siswa pada indikator menjelaskan

arti dan prinsip dasarr bioteknologi yang di sajikan dalam bentuk diagram pada

gambar 4.2
61

Gambar 4.2 Kesulitan belajar (%) pada indikator menjelaskan arti dan prinsip
dasar Bioteknologi
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

2. Kesulitan Belajar Bioteknologi Siswa Pada Indikator Keterkaitan Ilmu


Lain Dalam Bioteknologi.

Kesulitan Belajar pada Indikator keterkaitan ilmu lain dalam

bioteknologi berada pada kategori tinggi dengan rata-rata sebesar 54,36%.

Tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori sangat tinggi terdapat pada SMAN

4 Bangko Pusako sebesar 42.39%, SMAN 2 Batu Hampar sebesar 43.40%, dan

SMAN 2 Pujud sebesar 43.18%. Tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori

tinggi terdiri dari SMAN 5 Tanah Putih sebesar 45.83%, SMAN 4 Tanah Putih

60.87%, SMAN 1 Kubu sebesar 59.38%, SMAN 1 R Melintang 55.91%, dan

SMAN 1 Bangko sebesar 48.71%. Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa

pada kategori sedang terdapat pada SMAN 2 B Sinembah sebesar 65.28%,

SMAN 1 Tanjung Melawan sebesar 66.50% dan SMAN 2 Bangko Pusako


62

sebesar 66.57%. Sebaran Presentase (%) kesulitan belajar siswa pada materi

keterkaitan ilmu lain dalam materi Bioteknologi dapat dilihat pada gambar 4.3.

di bawah ini :

Gambar 4.3 Kesulitan belajar (%) siswa pada materi keterkaitan ilmu lain
dalam Bioteknologi
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

3. Kesulitan Belajar Siswa pada Indikator Membedakan Jenis–Jenis


Bioteknologi

Untuk indikator membedakan jenis-jenis bioteknologi yang

menggunakan bioteknologi konvensional dan modern tingkat kesulitannya rata-

rata berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebesar 35.80%. Presentase

kesulitan belajar siswa pada kategori sangat tinggi terdapat pada SMAN Batu

Hampar sebesar 20.22%, SMAN 4 Bangko Pusako sebesar 22.36%, SMAN 1 R

Melintang sebesar 23.90%, SMAN 2 Bangko Pusako sebesar 30.46%, SMAN 2

B Sinembah sebesar 37.50%, SMAN 1 Kubu sebesar 42.86% dan SMAN 5

Tanah Putih sebesar 40%. Presentase kesulitan belajar siswa pada kategori tinggi
63

terdapat pada SMAN 2 Pujud sebesar 48.31%, SMAN 1 Bangko sebesar

43.84%, dan SMAN 1 Tanjung Melawan sebesar 44.57%. Sebaran Kesulitan

belajar pada indikator menjelaskan jenis – jenis bioteknologi dalam bentuk

diagram pada gambar 4.4 berikut:

Gambar 4.4 Kesulitan belajar (%) siswa pada indikator membedakan jenis –
jenis bioteknologi
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

4. Kesulitan Belajar Siswa pada Indikator Memberikan Contoh Proses


Rekayasa Genetika

Untuk Indikator proses rekayasa genetika yang dapat dimanfaatkan dalam

kehidupan sehari-hari, tingkat kesulitannya rata-rata berada pada kategori sangat

tinggi yaitu sebesar 42.93%. Tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori sangat

tinggi terdapat pada SMAN 1 Batu Hampar sebesar 23.77%, SMAN 4 Bangko

Pusako sebesar 29.57%.SMAN 1 R Melintang sebesar 36.36%, SMAN 2

Bangko Pusako sebesar 42.89% dan SMAN 5 Tanah Putih sebesar 43.33%.

Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori tinggi terdapat pada
64

SMAN 2 Pujud sebesar 47.27%, SMAN 4 Tanah Putih 45.22%, SMAN 1 Kubu

51.69%, SMAN 2 B Sinembah 51.67%, SMAN 1 Tanjung Melawan 53.60% dan

SMAN 1 Bangko sebesar 47.24%.

Sebaran presentase Kesulitan Belajar pada Indikator proses rekayasa

genetika pada Bioteknologi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari

– hari dapat di sajikan dalam bentuk diagram pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Kesulitan belajar (%) pada indikator memberikan contoh proses
rekayasa genetika
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

5. Kesulitan Belajar Siswa Pada Indikator Menjelaskan Proses kultur


Jaringan

Untuk indikator menjelaskan proses kultur jaringan yang dikembangkan

saat ini, tingkat kesulitannya rata-rata berada pada kategori tinggi yaitu 44.12%.

Tingkat kesulitan belajar siswa yang berada pada kategori sangat tinggi terdapat

pada SMAN 4 Bangko Pusako yaitu sebesar 24.88%, SMAN 2 Bangko Pusako
65

sebesar 36.95%, SMAN 4 Tanah Putih 40.58%, SMAN 5 Tanah Putih 41.67%,

SMAN 1 R Melintang 41.21% dan SMAN 1 Batu Hampar sebesar 41.82%.

Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori tinggi terdapat pada

SMAN 2 Pujud sebesar 48.48%, SMAN 1 Kubu 50.69%, SMAN 2 B Sinembah

55.56%, SMAN 1 Tanjung Melawan 52 % dan SMAN 1 Bangko sebesar

51.44%. Presentasi kesulitan belajar pada indikator menjelaskan proses kultur

jaringan dapat disajikan dalam bentuk diagram pada gambar 4.6

Gambar 4.6 Kesulitan belajar (%) pada indikator menjelaskan proses kultur
Jaringan

1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang


2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

6. Kesulitan Belajar Pada Indikator Menjelaskan Proses Rekombinasi


Gen
66

Untuk menjelaskan proses rekombinasi gen tingkat kesulitannya rata-rata

berada pada tingkat kategori tinggi yaitu sebesar 44.01%. Tingkat kesulitan

belajar siswa yang berada pada kategori sangat tinggi terdapat pada SMAN 4

Bangko Pusako sebesar 26.09%, SMAN 1 Rimba Melintang sebesar 35.45%,

SMAN Batu Hampar sebesar 38.99%, SMAN 4 Tanah Putih sebesar 34.06% dan

SMAN 5 Tanah Putih sebesar 39.44%. Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa

pada kategori tinggi terdapat pada SMAN 2 Bangko Pusako 43.98%, SMAN 2

Pujud sebesar 50.30%, SMAN 1 Kubu 54.34%, SMAN 2 B Sinembah 52.78%,

SMAN 1 Tanjung Melawan 56,33 % dan SMAN 1 Bangko sebesar 52.30%.

Presentase kesulitan Belajar setiap SMAN yang ada pada indikator proses

rekombinasi gen dapat disajikan dalam bentuk diagaram pada gambar 4.7

Gambar 4.7 Kesulitan belajar (%) siswa indikator menjelaskan proses


rekombinasi gen
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah
7. Kesulitan Belajar Pada Indikator Memberikan Contoh Produk
Rekayasan Genetika
67

Untuk indikator memberikan contoh produk rekayasan genetika tingkat

kesulitannya rata-rata berada pada tingkat kategori 44.92%. Tingkat kesulitan

belajar siswa yang berada pada kategori sangat tinggi terdapat pada SMAN 4

Bangko Pusako sebesar 26.86%, SMAN 1 R Melintang sebesar 31.64%, SMAN

Batu Hampar sebesar 41.13%, SMAN 4 Tanah Putih sebesar 43.48% dan SMAN

5 Tanah Putih sebesar 40.67%. Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa pada

kategori tinggi terdapat pada SMAN 1 Bangko 49.31%, SMAN 2 Pujud sebesar

49.45%, SMAN 2 B Sinembah 52.50%, SMAN 1 Kubu 56.25%, dan SMAN 1

Tanjung Melawan 59,60 %. Presentase Kesulitan Belajar pada indikator

memberikan contoh produk rekayasa genetika disajikan dalam diagram 4.8

sebagai berikur:

Gambar 4.8 Kesulitan belajar (%) siswa pada indikator memberikan contoh
produk rekayasa genetika
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah
8. Indikator Kesulitan Menjelaskan Dampak Penggunaan Bioteknologi
Untuk indikator menjelaskan dampak penggunaan bioteknologi tingkat

kesulitannya rata-rata berada pada kategori sangat tinggi sebesar 43,43%.


68

Tingkat kesulitan belajar siswa yang berada pada kategori sangat tinggi terdapat

pada SMAN 4 Bangko Pusako sebesar 27.54%, SMAN 1 R Melintang sebesar

27.88%, SMAN Batu Hampar sebesar 32.08%, SMAN 4 Tanah Putih sebesar

27.54%, SMAN 5 Tanah Putih sebesar 35.56% dan SMAN 2 Bangko Pusako

sebesar 43.37%. Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori tinggi

terdapat pada SMAN 1 Bangko 55.17%, SMAN 2 Pujud sebesar 55.15%,

SMAN 2 B Sinembah 48.61%, SMAN 1 Kubu 62.85%, dan SMAN 1 Tanjung

Melawan 62%. Presentasi kesulitan Belajar pada indikator menjelaskan dampak

penggunaan bioteknologi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.9 Kesulitan belajar (%) siswa pada indikator proses produk
rekombinan gen dengan sipat baru yang kita inginkan.
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah
9. Kesulitan Belajar Siswa pada Indikator Menjelaskan Dampak
Penggunaan Rekayasa Genetika

Untuk indikator menjelaskan dampak penggunaan rekayasa genetika

tingkat kesulitannya rata-rata berada pada kategori sangat tinggi sebesar 40,08%.
69

Tingkat kesulitan belajar siswa yang berada pada kategori sangat tinggi terdapat

pada SMAN 4 Bangko Pusako sebesar 22.87%, SMAN 1 R Melintang sebesar

28.28%, SMAN Batu Hampar sebesar 40.04%, SMAN 4 Tanah Putih sebesar

28.50%, SMAN 5 Tanah Putih sebesar 32.22% dan SMAN 2 Bangko Pusako

sebesar 33.20%. Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa pada kategori tinggi

terdapat pada SMAN 2 Pujud sebesar 45.86%, SMAN 1 Kubu 55,79%, SMAN 2

B Sinembah 45.99%, SMAN 1 Tanjung Melawan 53,78% dan SMAN 1 Bangko

54.41%. Presentasi kesulitan Belajar pada indikator menjelaskan dampak

penggunaan rekayasa genetika dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.10 Kesulitan belajar (%) siswa pada indikator menjelaskan dampak
penggunaan rekayasa genetika
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah
Dari 9 Indikator yang ada diperoleh rata – rata kesulitan belajar siswa

setiap indikator dapat disajikan dalam bentuk diagram gambar.Sebaran rata –

rata persentase kesulitan belajar siswa setiap indikator pada materi Bioteknologi

SMA Negeri se- Kabupaten Rokan hilir di sajikan pada gambar 4.11.
70

Gambar 4.11 Rata – rata (%) kesulitan belajar siswa setiap indikator pada
Materi Bioteknologi di SMA Negeri Se- Kabupaten rokan hilir.

Keterangan :
1 = Menjelaskan arti dan prinsip dasar Bioteknologi
2 = Menjelaskan ilmu yang berkaitan dengan Bioteknologi
3 = Menjelaskan jenis-jenis Bioteknologi
4 = Menjelaskan contoh proses rekayasa genetika
5 = Menjelaskan proses kultur jaringan
6 = Menjelaskan proses rekombinan gen
7 = Memberikan contoh produk rekayasa genetika
8 = Menjelaskan dampak penggunaan bioteknologi
9 = Menjelaskan dampak penggunaan rekayasa genetika

Berdasarkan digram di atas dapat dilihat bahwa indikator yang

mengalami kesulitan belajar terbesar pada indikator 3 yaitu menjelaskan ilmu

yang berkaitan dengan bioteknologi 35.80%, menjelaskan dampak penggunaan

rekayasa genetika 40.08%, menjelaskan contoh proses rekayasa genetika 42.93%

dan menjelaskan dampak penggunaan bioteknologisebesar 43.43%.

4.1.4 Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi Berdasarkan


Level Kognitif

Banyaknya siswa yang tidak tuntas menunjukkan bahwa siswa

mengalami kesulitan termasuk kesulitan tingkatl level kognitif pada materi

Bioteknologi sehingga perlu diperhatikan kesulitan materi Bioteknologi

berdasarkan level kognitif.


71

Data hasil tes yang dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri se-

Kabupaten Rokan Hilir dapat diketahui persentase kesulitan belajar siswa

berdasarkan level kognitif seperti yang terdapat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3. Kesulitan Belajar (%) Siswa pada Materi Bioteknologi Di SMA
Negeri se- Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan Level Kognitif

% Kesulitan Belajar Materi Bioteknologi


No Sekolah
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 SMAN 2 Pujud 53,64 50,76 53,94 52,86 52,73 52,73
2 SMAN 5 T.Putih 46,67 60,83 58,67 62,86 65,56 65,00
3 SMAN 4 T.Putih 47,83 67,39 61,16 55,90 69,57 67,39
4 SMAN 1 Kubu 53,65 44,44 51,04 48,88 48,61 36,98
5 SMAN 2 B Pusako 49,40 56,58 59,04 60,24 71,08 66,27
6 SMAN 2 B Sinembah 51,04 46,30 51,76 47,22 68,52 40,97
7 SMAN 1 R Melintang 55,00 62,58 66,18 64,42 79,39 79,09
8 SMAN 1 T Melawan 41,00 33,00 37,87 43,71 56,67 39,00
9 SMAN 4 B Pusako 69,93 66,79 70,72 75,00 83,09 74,64
10 SMAN 1 Bangko 48,28 50,86 49,77 49,51 50,97 48,28
11 SMAN B Hampar 48,58 59,91 56,35 52,56 39,62 41,51
Rata-rata 51,37 54,49 56,05 55,74 62,35 55,62

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa

level kognitif yang menyebabkan kesulitan belajar terbesar adalah level C5

dengan persentase sebesar 62,35% diikuti oleh C3 sebesar 56.05%, C4 sebesar

55.74%, C6 sebesar 55.62%, C2 sebesar 54.49% dan diakhiri oleh level C1

sebesar 51.37%.

Penguasaan siswa pada materi bioteknologi berdasarkan level kognitif

dapat dilihat pada tabel 4.4. di bawah ini

Tabel 4.4. Penguasaan (%) Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi Di


SMA Negeri se- Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Level
Kognitif

% Penguasaan Belajar Materi Bioteknologi


No Sekolah
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 SMAN 2 Pujud 46,36 49,24 46,06 47,14 47,27 47,27
2 SMAN 5 T.Putih 53,33 39,17 41,33 37,14 34,44 35,00
3 SMAN 4 T.Putih 52,17 32,61 38,84 44,10 30,43 32,61
4 SMAN 1 Kubu 46,35 55,56 48,96 51,12 51,39 63,02
5 SMAN 2 B Pusako 50,60 43,42 40,96 39,76 28,92 33,73
72

6 SMAN 2 B Sinembah 48,96 53,70 48,24 52,78 31,48 59,03


7 SMAN 1 R Melintang 45,00 37,42 33,82 35,58 20,61 20,91
8 SMAN 1 T Melawan 59,00 67,00 62,13 56,29 43,33 61,00
9 SMAN 4 B Pusako 30,07 33,21 29,28 25,00 16,91 25,36
10 SMAN 1 Bangko 51,72 49,14 50,23 50,49 49,03 51,72
11 SMAN B Hampar 51,42 40,09 43,65 47,44 60,38 58,49
Rata-rata 48,63 45,51 43,95 44,26 37,65 44,38

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.3.dan 4.4. di atas dapat

dilihat perbandingan persentase penguasaan dan kesulitan belajar siswa

berdasarkan level kognitif melalui gambar 4.12. di bawah ini.

Gambar 4.12. Penguasaan dan Kesulitan Belajar (%) Siswa Berdasarkan Level
Kognitif
Keterangan :
C1 = Pengetahuan/ Knowledge
C2 = Pemahaman / Comprehension
C3 = Penerapan / Aplication
C4 = Penguraian / Analysis
C5 = Evaluation/ Menilai
C6 = Mencipta/ Create

4.1.5 Faktor Internal Dan Eksternal Yang Dominan Menjadi Penyebab


Kesulitan Belajar Bioteknologi

Berdasarkan hasil angket faktor – faktor penyebab kesulitan yang terdiri

dari faktor internal dan eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk faktor

internal yang terdiri dari minat, motivasi dan faktor bakat dapat di jelaskan pada

tabel 4.5.
73

Tabel 4.5 Jumlah (%) Faktor Internal Menyebabkan Kesulitan Belajar


Siswa Pada Materi Bioteknologi

Faktor Internal
No Nama Sekolah
Minat Motivasi Bakat
1 SMAN 2 Pujud 42,44 39,56 47,45
2 SMAN 5 T.Putih 45,00 37,58 49,58
3 SMAN 4 T.Putih 43,48 30,80 41,20
4 SMAN 1 Kubu 44,24 35,28 43,22
5 SMAN 2 B Pusako 40,29 34,87 43,97
6 SMAN 2 Bagan Sinembah 37,90 31,39 42,23
7 SMAN 1 Rimba Melintang 56,05 36,68 43,24
8 SMAN 1 T Melawan 31,70 30,17 37,75
9 SMAN 4 B Pusako 37,90 31,39 42,23
10 SMAN 1 Bangko 37,93 29,21 40,73
11 SMAN 1 Batu Hampar 16,82 13,89 25,89
Rata-rata 39,43 31,89 41,59

Berdasarkan tabel di atas dilihat faktor internal yang mempengaruhi yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa tediri dari faktor minat dan bakat.Hal ini

dilihat dari rata- rata perolehan skor angket fator penyebab kesulitan belajar pada

pada kategori tinggi. Untuk faktor minat menyebabkan kesulitan belajar terbesar

39,43, Faktor motivasi 31,89 % dan faktor bakat sebesar 41,59%.


1. Faktor Internal (Minat) Penyebab Kesulitan Belajar Bioteknologi
Untuk faktor minat yang berperan penting cukup besar dalam kesulitan

belajar yang dialami oleh siswa. Minat menyebabkan kesulitan belajar dengan

kategori sangat tinggi pada SMAN 2 Pujud 42.44%, SMAN 4 Tanah Putih

43.48%, SMAN 2 Bangko Pusako 40.29%, SMAN 2 Bagan Sinembah 37.90%,

SMAN 1 Tanjung Melawan 31.70%, SMAN 1 Bangko 37.93%, dan SMAN 1

Batu Hampar 16,82%. Untuk minat belajar dengan kategori tinggi adalah pada

SMAN 5 Tanah Putih 45%. SMAN 1 Kubu 44,24%, dan SMAN 1 Rimba

Melintang 56.05%. Sebesaran presentase faktor internal sebagai penyebab

kesulitan Belajar disajikan dalam bentuk pada gambar 4.13


74

Gambar 4.13 Faktor minat (%) sebagai penyebab kesulitan belajar Siswa pada
Materi Bioteknologi di SMAN se- Kabupaten Rokan Hilir
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

2. Faktor Internal (Motivasi) Penyebab Kesulitan Belajar Bioteknologi


Persentase Motivasi siswa yang menyebabkan kesulitan belajar dengan

kategori sangat tinggi di SMAN 2 Pujud 39.56%, SMAN 5 Tanah Putih 37.58%,

SMAN 4 Tanah Putih 30.80%, SMAN 1 Kubu 35.28%, SMAN 2 Bangko

Pusako 34.87 %, SMAN 2 Bagan Sinembah 31.39 %, SMAN 1 Rimba

Melintang 36.68%, SMAN 1 Tanjung Melawan 30.17%, SMAN 4 Bangko

Pusako 31.39%, SMAN 1 Bangko 29.21% dan SMAN 1 Batu Hampar 13,89%..

Sebaran Persentase faktor motivasi sebagai penyebab kesulitan belajar di sajikan

dalam bentuk diagram pada gambar 4.14.


75

Gambar 4.14 Persentase (%) faktor internal (Motivasi) sebagai penyebab


kesulitan belajar Bioteknologi di SMAN se- Kabupaten Rokan
Hilir.
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

3. Faktor Internal (Bakat) Penyebab Kesulitan Belajar Bioteknologi


Persentase faktor penyebab kesulitan bakat siswa di SMAN se-

Kabupaten Rokan hilir. Faktor bakat sebagai penyebab kesulitan belajar siswa

dengan kategori sangat tinggi di SMAN 4 Tanah Putih 41.20%, SMAN 1 Kubu

43.22%, SMAN 2 Bagan Sinembah 42.23%, SMAN 1 Rimba Melintang

43.24%, SMAN 1 Tanjung Melawan 37.75%, SMAN 4 Bangko Pusako 42.23%,

SMAN 1 Bangko 40.73% dan SMAN 1 Batu Hampar 25.89%. Sedangkan faktor

bakat sebagai penyebab kesulitan belajar siswa dengan kategori tinggi yaitu

SMAN 2 Pujud sebesar 47.45%, SMAN 5 Tanah Putih 49.58%, SMAN 2

Bangko Pusako 43.97%. Sebaran persentase faktor bakat sebagai penyebab

kesulitan belajar di sajikan dalam bentuk di agram pada gambar 4.15.


76

Gambar 4.15. Persentase (%) Faktor Internal (Bakat) Sebagai Penyebab


Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN se- Kabupaten Rokan
Hilir.
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

4. Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Bioteknologi


Hasil angket untuk faktor eksternal yang mempengaruhi Kesulitan

Belajar pada siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Rokan Hilir pada materi

Bioteknologi dapat disajikan dalam Bioteknologi dapat di lihat pada tabel 4.6
77

Tabel 4.6 Jumlah (%) Faktor internal yang Menyebabkan Kesulitan


Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi
Faktor Eksternal
No Nama Sekolah
Guru Sarana
1 SMAN 2 Pujud 43,98 74,70
2 SMAN 5 T.Putih 40,10 58,11
3 SMAN 4 T.Putih 41,30 57,61
4 SMAN 1 Kubu 41,91 58,18
5 SMAN 2 B Pusako 37,87 47,16
6 SMAN 2 Bagan Sinembah 37,92 50,57
7 SMAN 1 Rimba Melintang 41,47 46,70
8 SMAN 1 T Melawan 31,56 40,20
9 SMAN 4 B Pusako 37,92 54,47
10 SMAN 1 Bangko 35,83 45,11
11 SMAN 1 Batu Hampar 25,83 37,74
Rata-rata 37,79 51,87

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat faktor eksternal yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada materi Bioteknologi yaitu

kemampuan guru dan sarana. Hal ini dapat dilihat dari rata – rata perolehan skor

angket faktor penyebab kesulitan pada kategori tinggi. Untuk faktor guru yang

menyebkan kesulitan belajar sebesar 37,79% dan faktor sarana 51,87%.

5. Faktor Eksternal (Guru) Penyebab Kesulitan Belajar


Persentase faktor Eksternal guru yang menyebabkan kesulitan Belajar di

SMAN 2 Pujud sebesar 43,98% termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan

faktor Eksternal guru yang termasuk dalam kategori sangat tinggi yaitu pada

SMAN 5 Tanah Putih 40.10%, SMAN 4 Tanah Putih 41.30%, SMAN 1 Kubu

41.91%, SMAN 2 Bangko Pusako 37.87%, SMAN 2 Bagan Sinembah 37.92%,

SMAN 1 Rimba Melintang 41.47%, SMAN 1 Tanjung Melawan 31.56%,

SMAN 4 Bangko Pusako 37.92%, SMAN 1 Bangko 35.83% dan SMAN 1 Batu

Hampar 25.83%. Faktor eksternal (Guru) penyebab kesulitan belajar dapat

disajikan dalam bentuk di agram pada gambar 4.16.


78

Gambar 4.16 Faktor peranan guru (%) sebagai penyebab kesulitan belajar
siswa pada materi Bioteknologi di SMAN Se- Kabupaten Rokan
Hilir
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

6. Faktor Eksternal (Sarana) Penyebab Kesulitan Belajar


Persentase faktor Eksternal (Sarana) yang menyebabkan kesulitan

Belajar termasuk dalam kategori tinggi yaitu pada SMAN 2 Pujud 74.70%,

SMAN 5 Tanah Putih 58.11%, SMAN 4 Tanah Putih 57.61%, SMAN 1 Kubu

58.18%, SMAN 2 Bangko Pusako 47.16%, SMAN 2 Bagan Sinembah 50.57%,

SMAN 1 Rimba Melintang 46.70%, SMAN 4 Bangko Pusako 54.47% dan

SMAN 1 Bangko 45.11. Sedangkan yang termasuk pada kategori sangat tinggi

yaitu SMAN 1 Tanjung Melawan 40,20% dan SMAN 1 Batu Hampar 37.74%.

Sebaran persentase faktor eksternal (sarana) sebagai penyebab kesulitan belajar

di sajikan dalam bentuk di agram pada gambar 4.17


79

Gambar 4.17 Faktor Sarana (%) sebagai penyebab Kesulitan Belajar Siswa
pada materi Bioteknologi di SMAN Se- Kabupaten Rokan Hilir
Keterangan :
1. SMAN 2 Pujud 7. SMAN 1 Rimba Melintang
2. SMAN 5 Tanah Putih 8. SMAN 1 Tanjung Melawan
3. SMAN 4 Tanah Putih 9. SMAN 4 Bangko Pusako
4. SMAN 1 Kubu 10. SMAN 1 Bangko
5. SMAN 2 Bangko Pusako 11. SMAN Batu Hampar
6. SMAN 2 Bagan Sinembah

4.1.6 Deskripsi Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa yang mendapatkan

hasil tes di bawan nilai KKM yaitu 70 orang di ketahui bahwa materi

Bioteknologi merupakan materi yang sulit bagi siswa terutama pada sub materi

Bioteknologi yaitu pada materi bakteri mikroorganisme, rekombinan Gen.

Dampak Bioteknologi, dan Kultur Jaringan, dengan tingkat penguasaan masing-

masing 54,06%, 52,05%, 59,69% . Faktor – fakor dominan yang mempengaruhi

kesulitan belajar pada materi Bioteknologi berasal dari faktor internal dan

eksternal yaitu peranan guru dan sarana pembelajaran, yang paling basar

mempengaruhi kesulitan belajar adalah faktor minat, bakat dan motivasi. Banyak

teori/ konsep dan istilah serta proses dalam Bioteknologi yang tidak dipahami

oleh siswa membuat kesulitan dalam memahami teori Bioteknologi.


80

Dari faktor eksternal, Guru menjadi faktor utama yang perlu

mendapatkan perhatian serius dalam kesulitan pembelajaran siswa pada materi

Bioteknologi karena kurang menarik sehingga siswa kurang termotivasi. Guru

dalam pembelajaran ini cenderung menggunakan metode ceramah yang

membuat siswa merasa bosan ketika guru menjelaskan materi Bioteknologi.

Sebagaian guru ada yang melakukan praktikum untuk sub materi Bioteknologi

konvensional, misalnya membuat tape dan nata decoco namun dalam

pembelajaran materi kultur jaringan guru hanya mengajarkan langkah- langkah

dalam pembelajaran kultur jaringan, tidak pernah mempraktekkan dalam kultur

jaringan yang memang tidak mungkin dilakukan dalam pembelajaran Biologi

tingkat SMA. Mengenai laboratorium maupun buku pegangan siswa, umumnya

di kabupaten Rokan hilir sudah memiliki laboratorium tapi belum yang memadai

bahkan ada yang tidak punya laboratorium sama sekali. Sedangkan buku

pegangan siswa sebagaian besar sudah memiliki yang dialokasikan dari dana

bantuan sosial sekolah menengah (BOS- SM).

4.1.7 Kesulitan Belajar Siswa di Pusat Kota dan Daerah Pinggiran Kota
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada SMA Negeri Se-Kabupaten

Rokan Hilir didapatkan rata-rata persentase kesulitan belajar siswa yang berada

di pusat kota sebesar 52,42% yang terdiri dari SMAN 1 Kubu sebesar 52.30%,

SMAN 2 B Sinembah sebesar 51.34%, SMA N 1 Tanjung Melawan sebesar

60.86%, SMAN 1 Bangko sebesar 51.24%, SMAN Batu Hampar 46.36%.

sedangkan persentase kesulitan belajar siswa yang berada di pinggiran kota

sebesar 39,34% yang tersebesar di beberapa sekolah yaitu SMAN 2 Pujud

sebesar 47.52%, SMAN 5 Tanah Putih sebesar 40.52%, SMAN 4 Tanah Putih
81

sebesar 40.10%, SMAN 2 Bangko Pusako sebesar 42.82%, SMAN 1 R

Melintang sebesar 35.83% dan SMAN 4 Bangko Pusako sebesar 29.25%.


Tabel 4.7 Kesulitan Belajar Siswa Yang Berada Di Pusat Kota Dan
Pinggiran Kota

Kesulitan Kesulitan
No Pinggiran Kota Pusat Kota
Belajar (%) Belajar (%)
1 SMAN 2 Pujud 47,52 SMAN 1 Kubu 52,30
2 SMAN 5 T.Putih 40,52 SMAN 2 B Sinembah 51,34
3 SMAN 4 T.Putih 40,10 SMAN 1 T Melawan 60,86
5 SMAN 2 B Pusako 42,82 SMAN 1 Bangko 51,24
7 SMAN 1 R Melintang 35,83 SMAN B Hampar 46,36
8 SMAN 4 B Pusako 29,25
Rata-rata 39,34 Rata-rata 52,42

Perbandingan kesulitan belajar antara siswa yang bersekolah di pusat kota

dengan pinggiran kota dapat dilihat pada gambar 4.18. di bawah

Gambar 4.18 Kesulitan belajar siswa di pusat kota dengan Pinggiran kota

Melalui data ouput independent sample t test antara siswa yang

bersekolah di pusat kota dan siswa yang bersekolah di pinggiran kota di atas

didapat nilai sig (2 tailed) sebesar 0,042 < 0,05 maka sesuai dasar pengambilan

keputusan dalam uji independent t tes diambil kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan kesulitan belajar Bioteknologi antara sekolah yang

berada di kota dan pinggiran.


4.1.8 Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Akreditasi Sekolah
82

Tabel 4.8. Kesulitan Belajar Siswa Yang Berada Di Sekolah Berakreditasi


A dan B

Kesulitan
No Sekolah Akreditas
Belajar (%)
1 SMAN 4 T.Putih A 40,10
2 SMAN 1 Kubu A 52,30
3 SMAN 2 B Pusako A 42,82
4 SMAN 2 B Sinembah A 51,34
5 SMAN 1 T Melawan A 60,86
6 SMAN 1 Bangko A 51,24
7 SMAN 2 Pujud B 47,52
8 SMAN 5 T.Putih B 40,52
9 SMAN 1 R Melintang B 35,83
10 SMAN 4 B Pusako B 29,25
11 SMAN B Hampar B 46,36
Rata-rata 45,29

Perbedaan kesulitan belajar siswa yang belajar di sekolah dengan

akreditas berbeda didapat persentase nilai rata-rata sebesar 45,29% yang terdiri

dari persentase kesulitan belajar siswa di sekolah akreditasi A sebesar 49,78%

sedangkan persentase rata-rata siswa di sekolah akreditasi B sebesar 39,90%

disajikan dalam gambar 4.19 di bawah

Gambar 4.19. Kesulitan belajar siswa berdasarkan akreditasi sekolah


Melalui data output independent sample t test antara sekolah dengan

akreditasi A dan Akreditasi B di atas diperoleh nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,019
83

< 0,05 maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam uji independent t test

diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sekolah

dengan akreditasi A dengan sekolah yang berakreditasi B terhadap hasil belajar

siswa pada materi bioteknologi.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi


Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pilihan ganda untuk

mengetahui penguasaan materi bioteknologi menunjukkan bahwa siswa

mengalami kesulitan dalam mempelajari materi bioteknologi. Hal ini terlihat

banyaknya siswa yang tidak tuntas untuk setiap sub materi yang di ajarkan. Hal

sesuai dengan pendapat yang disampaikan Riani (2003), Bioteknologi bersipat

aflikatif dan abstrak sehingga Bioteknologi modern membutuhkan penguasaan

dan konsep dasar yang benar. Dari banyaknya siswa yang diperolah dari siswa

yang tidak tuntas 574 siswa atau sebesar 89,13% dan siswa yang tuntas sebanyak

70 siswa atau sebesar 10,87 %. Untuk tingkat kesulitan berada pada kategori

sedang dan tinggi, ini sesuai dengan hasil tes dan wawancara yang dilakukan

terhadap siswa yang mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi

bioteknologi.
Dari ketujuh materi bioteknologi tingkat kesulitan yang terbesar yaitu

pada sub materi kedua yaitu Ilmu yang berkaitan dengan Bioteknologi sebesar

38,81% dengan kategori kesulitan sangat tinggi. Besarnya tingkat kesulitan

belajar pada materi ini disebabkan siswa tidak memahami dan menguasai ilmu-

ilmu yang berkaitan dengan bioteknologi sehingga banyak kesalahan dalam

memahami soal tentang ilmu yang berkaitan dengan bioteknologi.


Tingkat kesulitan yang terbesar yaitu pada sub materi ketujuh yaitu

Dampak negatif Bioteknologi dengan persentase 41,18% dengan kategori


84

kesulitan sangat tinggi. Tingginya kesulitan belajar siswa pada materi ini

disebabkan karena siswa kurang memahami tentang dampak negatif

bioteknologi.
Selanjutnya pada Sub materi ketiga yaitu sub materi Bioteknologi

tradisional dan modern mengalami kesulitan tinggi dengan persentase 44,48%

dengan 4 indikator ; (1) membedakan produk bioteknologi pangan yang

konvensional dan modern ; (2) mengidentifikasi manfaat bioteknologi; (3)

memberikan beberapa contoh pembutan makanan dan minuman dengam

menggunakan bioteknologi konvensional ; (4) membuat produk pangan

sederhana yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari – hari. Materi

inisulit dipahami siswa terutama untuk proses jenis bakteri sulit di pahami siswa

terutama untuk proses jenis baktei yang berperan dalam menghasilkan jenis

bakteri yang diinginkan.


Tingkat kesulitan belajar yang keempat yaitu pada sub materi

bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetika dengan persentase sebesar

44,99% dengan kategori kesulitan tinggi. Tingginya tingkat kesulitan pada

materi ini disebabkan siswa tidak pernah melakukan proses rekayasa genetika

secara langsung.
Tingkat kesulitan belajar yang kelima yaitu pada sub materi yang

keempat yaitu pada sub materi Mikroorganisme dalam bioteknologi dengan

persentase sebesar 45,70% termasuk pada kategori tinggi dengan indikator

memahami peranan mikroorganisme dalam bioteknologi. Materi ini sulit di

pahami siswa terutama jenis organismenya yang dapat melakukan fermentasi

sehingga terbentuk jenis makanan dengan jumlah protein yang tinggi yang

bermanfaat bagi tubuh manusia.


85

Tingkat kesulitan belajar yang keenam yaitu pada sub materi yang kelima

yaitu Bioteknologi kultur jaringan persentase sebesar 46,55% dengan kategori

kesulitan adalah tinggi dengan indikator mengurutkan langkah-langkah dalam

pembentukan kultur jaringan. Materi ini disebabkan siswa tidak memahami

proses dan lengkah- langkah dalam melakukan kultur jaringan, siswa juga

kurang memahami keuntungan dan kerugian kultur jaringan.


Sub materi yang mengalami kesulitan terkecil adalah sub materi pertama

yaitu Pengertian bioteknologi dan prinsip dasar dengan persentase sebesar

51,23% dengan kategori tinggi. Hal ini disebabkan pada materi ini siswa lebih

banyak memahami pengertian bioteknologi dan prinsip dasar dari ilmu

bioteknologi tersebut.
Besarnya tingkat kesulitan yang dialami siswa untuk materi bioteknologi

disebabkan sebagian besar bersifat abstarak. Sebagai contoh siswa mengalami

kesulitan membayangkan proses jaringan kloning pada hewan. Sekain itu

besarnya kesulitan yang dialami siswa pada pada materi bioteknologi terutama

pada sub materi rekombinan gen dan dampak bioteknologi modern maupun

kultur jaringan disebabkan miskinnya pemahaman konsep pada siswa. Sudarman

2005), menyatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan

adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas

masih diarahkan pada kemampuan anak untuk mengingat informasi. Pendidkan

di sekolah saat ini terlalu menuntut anak harus menghapal berbagai bahan ajar

yang harus diingat.


Pembelajaran bioteknologi adalah kegiatan pembelajaran aflikasi dari

organisme biologis sistem dan proses rekayasa dalam industry barang dab jasa

untuk kepentingan manusia (Hartono, 2011), sehingga di perlukan metode

pembelajaran yang tepat sehingga mudah dipahami. Peran guru dan metode
86

pembelajaran faktor motivasi siswa harus maksimal agar siswa memperoleh

hasil yang diharapkan. Ausabel dalam Dahar (2008), menekankan agar para guru

mengetahui konsep – konsep yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif

(otak) siswa bila dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep- konsep yang

relevan maka pengetahuan baru yang di pelajari hanyalah hapalan semata.

4.2.2 Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi Di Tinjau


Dari level Kognitif
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan tes pilihan ganda

untuk mengetahui kesulitan belajar materi bioteknologi dari ranah kognitif

adalah sebagai berikut:


Untuk tingkat C1 (Pengetahuan/ Knowledge) berada pada kategori tinggi

nilai rata- rata yang diperoleh dari 11 SMA Negeri yang nilai rata- ratanya

adalah 51,37%. Ini menunjukkan bahwa siswa siswa kesulitan ketika menjawab

pertanyaan yang merupakan tingkatan pengetahuan atau C1. Dalam taksonomi

bloom pengetahuan merupakan tingkat yang paling rendah dalam hal ini siswa

diharapkan mampu mengenal atau mengingat materi yang sudah di pelajari dari

yang sederhana sampai pada teori – teori yang sulit.Untuk tingkat C2

(pemahaman) berada pada kategori yang tinggi. Nilai yang di peroleh dari 11

SMAN se – Kabupaten Rokan hilir dengan nilai rata- rata adalah 54,49%.

Menunjukkan bahwa siswa kesulitan menjawab pertanyaan yang merupakan

tingkat pemahaman (C2).Pada tingkat ini siswa di harapkan dapat menjawab

materi – materi yang sudah di pelajari, dan mampu menyusun kembali struktur

kognitif yang ada.Untuk tingkat C3 (penerapan/ application) berada pada

kategori tinggi, nilai yang diperoleh dari 11 SMA yaitu dengan rata- rata adalah

56,05%. Ini menunjukkan bahwa siswa kesulitan ketika menjawab pertanyaan


87

yang merupakan tingkat penerapan/ aplication.Untuk tingkat penerapan (C3)

dengan pengetahuan dapat memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan

dalam kehidupan sehari- hari.


Sedangkan untuk tingkat C4 Penguraian/ Analysis berada pada kategori

tinggi nilai rata-ratanya adalah 55,74%. Ini menunjukkan bahwa kesulitan

pertanyaan materi bioteknologi yang merupakan tingkat penguraian/ Analysis.

Pada tingkat ini anak harus menentukan bagian- bagian dari suatu masalah dapat

di menunjukkan bagian- bagian lainnya. Pada tingkatan ini sulit ini siswa sulit

menjawab pertanyaan. Pada tingkat C5 (memadukan/ synthesis) berada pada

kategori tinggi, setelah di jumlah dan dirata- ratakan, dengan nilai 62,35%. Ini

menunjukkan bahwa siswa kesulitan menjawab pertanyaan materi bioteknologi

tingkat penguraian / Analysis.Tingkat C5 atau memadukan yaitu siswa diminta

meramu, memadukan, mengumpulkan semua informasi dan mengambil suatu

simpulan.Tingkat C5 ini merupakan berfikir tngkat tinggi. Pada ranah kognitif

C6 (penilaian / Evaluation) berada pada kategori tinggi, nilai yang di peroleh

dari 11 SMAN se-Kabupaten Rokan hilir rata- ratanya 55,62%. Ini menunjukkan

bahwa siswa kesulitan dalam mempelajari bioteknologi yang merupakan tingkat

paling tinggi yaitu penilaian /Evaluation (C6) Tingkat ini lebih sulit dari tingkat

lainnya pada ranah kognitif, banyak siswa yang kurang memahami soal. Dalam

hal ini siswa harus menilai, mempertimbangkan dan mengambil keputusan benar

atau salah baik atau buruk suatu permasalahan.


Dari data tabel dan uraian diatas dapat disimpulkan terjadi peningkatan

kesulitan pada materi Bioteknologi.Setiap naik satu tingkat pada ranah kognitif

maka naik pula kesulitan belajarnya. Terjadi kesulitan belajar terbesar yaitu

masuk kategori tingkat pada kegiatan memadukan ( C5) dan penilaian (C6).
88

4.2.3 Analisa Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Pada Materi


Bioteknologi
Analisisis deskriptif berdasarkan rata- rata perolehan skor faktor – faktor

penyebab bahwa siswa pada materi bioteknologi secara keseluruhan menyatakan

bahwafaktor mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor rendahnya

perolehan skor angket faktor- faktor tersebut menyebabkan kesulitan belajar.

Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.


Faktor intenal yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa terdiri

minat, motivasi dan bakat. Faktor minat menyebabkan kesulitan belajar sebesar

39,43%. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan dunia luar (Slameto. 2010) semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut maka semakin besar minat yang tumbuh.


Minat sebagai salah satu aspek psikologis di pengaruhi oleh beberapa

faktor, baik yang sipatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

Dilihat dari dalam diri siswa minat dipegaruhi oleh cita- cita, Kepuasaan,

kebutuhan, bakat (kecerdasan).


Menurut Harjana (1994) minat merupakan kecenderungan hati yang

tinggi terhadap Sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak

dirasakan atau keinginan tertentu. MInat dapat diartikan kecenderungan untuk

dpat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang suatu barang atau

kegiatan dalam bidang tertentu (Lockmono,1994).


Dengan minat yang tinggi seorang akan dapat nilai memuaskan atau

kategori baik, sehingga dapat mengatasi kesulitan belajar yang dihadapainya,

sesuai pendapat yang dikemukakan Mohamad dan wan Sulong (2006), dalam

kajiannya minat seseorang terhadap pelajaran adalah penting dalam menentukan

keberhasilan mereka dalam belajar. Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian

yang disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya tergantung dari bakat
89

dan lingkungan.Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat

adalah kecenderungan tertarik pada suatu yang relative untuk lebih

memperhatikan dan mengingat secara terus menerus yang diikuti rasa senang

untuk memperoleh suatu keputusan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam belajar di perlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang di pelajari

dapat di pahami.Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya

tidak dapat di lakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan ini meliputi seluruh

pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor, dan afektif.


Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya

mempengaruhi minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling

efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan

menggunakan minat – minat siswa yang telah ada dan membetuk minat baru

pada diri siswa. Minat seoramg siswa dapat di tingkatkan dengan memberikan

pelajaran yang sedang di pelajari dan kegunaan dimasa depan.


Rendahnya minat siswa dapat ditingkatkan dengan banyak hal, seperti

cara meningkatkan strategi ketika mengajar, menggunakan metode yang

menarik, dan mengajar dengan konstektual menggunakan alat peraga atau

metode yang menarik. Selain minat. Selain faktor yang mendukung dalam diri

siswa akan mendorng mereka untuk belajar lebih giat, pantang menyerah.
Bisi beggs dan Tefler (dalam Mudjiono, 2006) mengungkapkan motivasi

dalam pembelajaran dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya

motivasi belajar akan melemahkan kegiatan,sehingga mutu prestasi belajar

rendah. Dengan motivasi seseorang siswa akan menggapai tujuan dan

menghadapi rintangan, motivasi ini dapat di bangun dalam diri siswa. Motivasi

merupakan salah satu faktor yang penting mempengaruhi belajar dan hasil

belajar.Seseorang yang memiliki yang memiliki motivasi mempunyai


90

kecenderungan untuk mencurahkan segala kemampuannya untuk mendapatkan

hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Semakin tinggi

motivasi yang dimiliki siswa akan mendorong siswa belajar lebih giat lagi dan

frekuensi belajarnya semakin lebih meningkat. Besar kecilnya motivasi setiap

orang berbeda, hal ini di pengaruhi oleh faktor cita-cita atau aspirasi,

kemampuan belajar, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur

dinamis dalam belajar dan upaya membelajarkan siswa.


Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang

bermanfaat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh

seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti pelajaran biologi bahkan dapat

menemukan kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal- soal latihan dan

praktikum karena adanya daya tarik yang di peroleh dengan mempelajari

biologi. Siswa akan mudah menghadapal pelajaran yang menarik minatnya.


Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena

adanya kebutuhan , begitu juga minat. Sehingga tepatlah minat merupkan alat

motivasi . Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena

itu , guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan

mudah dan siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994).


Biologi merupakan lmu yang mempelajari tentang kehidupan.Semua

benda yang hidup menjadi objek dari biologi.Oleh karena itu berobyekkan benda

– benda yang hidup.Maka cukup banyak ilmu – ilmu yang terkabung dalam

biologi yang dikaji adalah benda – benda yang hidup.Biologi sebagai salah satu

bidang ilmu pengetahuan juga merupakan obejek pada asfek minat.Dengan

demikian, bidang biologi dapat melahirkan reaksi perasaan senang, gembira dan

semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian siswa


91

sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang study atau tidak

(Ahmadi,1998).
Selain minat dan motivasi faktor yang mempengaruhi belajar adalah

bakat. Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan

potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya

untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.

Kemampuan menujukkan bahwa tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan

datang. Agar bakat dapat dikembangkan maksimal maka perlu digali dan

dikembangkan dengan latihan. Bakat membuat siswa dapat mencapai prestasi

dalam bidang tertentu artinya selain minat, motivasi maka bakatpun menjadi

tinggi terhadap suatu materi pelajaran maka akan dapat mengatasi kesulitan

belajar termasuk materi bioteknologi.


Dari hasil penelitian diperoleh persentase motivasi dan bakat sebagai

faktor penyebab kesulitan belajar masing – masing sebesar 31,89% dan 41,59% .

Motivasi dan bakat yang ada ada tidak didukung oleh minat siswa terhadap

belajar bioteknologi tidak akan mengatasi kesulitan belajar pada siswa. Hal ini di

tunjukkan dengan rendahnya minat siswa terhadap materi bioteknologi,

rendahnya minat siswa inilah yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar

bioteknologi.
Rendahnya minat siswa ini berasal dari diri mereka sendiri, karena minat

merupakan kunci dalam belajar. Bila seseorang siswa memiliki minat yang

rendah dalam belajar dipastikan akan mengalami kesulitan dalam belajar. Kalau

seseorang siswa memiliki minat yang pada mata pelajaran tertentu dia akan

memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka

perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk

mengerjakannya.Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian


92

yang ada pada pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa

tersebut di harapkan belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil

belajarnya (Kartono,1995).
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah

keaktifan guru dalam proses pembelajaran dan sarana sekolah yang tersedia.

Guru dalam mengatasi kesulitan belajar, jika guru mengajar dengan metode yang

dapat menarik siswa, menguasai materi dengan baik, menggunakan alat peraga

yang dapat mendukung pembelajaran, dan mika menggunakan ICT ketika

mengajar, serta memiliki hubungan yang baik dengan setiap siswa yang siswa

yang diajar, akan mempengaruhi hasil belajar, yang artinya bila guru dapat

membuat siswa perhatian pada pelajaran, maka akan mengatasi kesulitan belajar

ketika menyelesaikan test yang diberikan pada saat ulangan. Kemampuan guru

dalam mengajar sangat erat hubungannya dengan keberhasilan siswa.Oleh sebab

itu guru sangat erat dituntut benar menguasai materi yang ada pada indikator dan

mengajarkanya serta menyeluruh.


Guru adalah suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus dan tidaka

dapat dilakukan oleh orang lain di luar pendidikan. PP RI nomor 74 tahun 2008

tentang guru disebutkan wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan jasmani serta tidak memiliki kesulitan

untuk mewujudkan pendidikan nasional. Miarso (2008) menyatakan bahwa guru

yang berkualifikasi adalah yang memenuhi standar pendidik, menguasai materi

.isi pembelajaran sesuai dengan standar isi, dan menghayati dan melaksanakan

proses pembelajaran sesuai dengan standar.


Peran guru sangatlah di butuhkan untuk mendukung terciptanya belajar

yang menyenangkan aktif dan memungkinkan anak berprestasi secara maksimal.

Sedangkan tingkat partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam


93

menyingkapi, memahami, mencerna materi yang disajikan dalam proses

pembelajaran. Bagaimana baiknya secara pendidikan apabila guru tidak dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik hasil pembelajaran tidak akan memberikan

hasil yang memuaskan.


Menurut Masjumi (2008), peran dan tugas guru seharusnya dipilih dan

ditetapkan sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena itu harus

memahami betul peranannya dalam proses belajar mengajar yang bersipat

majemuk, artinya peran guru tidak hanya satu tetapi lebih dari satu. Guru yang

berkarakter adalah guru yang memiliki hati nurani yang tajam. Guru dengan

krakter beginilah yang mampu menghadirkan hatinya dala emosi anak didik

selama proses pembelajaran. Guru yang memiliki wawasan tinggi akan mampu

menjadikan anak termotivasi dalam pembelajaran, sehingga mudah memahami

materi yang di ajarkan.


Slameto (1995) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar,

Guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas

belajar bagi siswa untuk mencpai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab

untuk melihat segala Sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses

perkembangan siswa. Penyampaian materi hanyalah merupakan salah satu sari

berbagai kegiaiatan dalam proses pembelajaran dla alam belajar sebagai suatu

proses dinamis dalam segala fase dan proses perkembanga siswa. Secara lebih

rinci tugas guru terpusat pada; (1) Mendidik dengan ka pendek titik berat

memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun

jangka panjang (2) Memberikan fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman

belajar yang memadai. (3) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi sikap,

nilai- nilai penyesuaian diri.


94

Tugas seorang guru bukan sekedar menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa belajar, akan tetapi juga mendeteksi dengan cermat apakah

kegiatan – kegiatan belajar benar- benar telah berlangsung atau belum. Kesulitan

belajar menurut defenisi menyangkut kesulitan yang dialami siswa untuk

mencapai tujuan pengajaran yang diberikan dalam waktu yang sesuai dengan

siswa memiliki kecakapan rata- rata.


Guru yang cerdas atau pintar namun memiliki pribadi yang kaku

mungkin juga kasar, kurang bisa bersimpati ,pasti tidak banyak memberi

pengaruh kepadasa anak didik. Guru yang mampu memberi pengaruh kepada

anak didik. Guru yang mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didk

lewat kata- kata atau bahasanya adalah memiliki pribadi yang baik sangat

cerdas. Untuk itu adalah sangat ideal bila setiap guru mampu meningkatkan

kualitas pribadinya menjadi guru yang cerdas, yaitu cerdas intelektul, cerdas

emosional dan cerdas juga spiritualnya akan membekas sampai tua. Kata – kata

yang mampu memberi dorongan semangat juga berarti dalam menumbuhkan dan

mengembangkan semangat hidup, semangat belajar dan bekerja.Maka oleh

sebab itu guru harus memberikan kata- kata yang baik dengan kata- kata yang

berkualitas.
Suratman (2009), mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode di

pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang anak didik, tujuan yang

ingin dicapai, situasi yang ada, yang tersedia dan kualitas guru yang memadai.

Perlu diketahui bahwa bahwa tidak ada metode yang pun yang dianggap yang

paling baik diantara metode – metode dengan kelebihan masing- masing. Suatu

metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu tetapi belum tentu tepat untuk

situasi yang lain. Demikian pula dengan suatu metode lain yang dianggap baik
95

untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-

kadang belum tentu berhasil di bawakan oleh guru yang lain.


Ada kalanya seorang guru perlu menggunakan metode dalam

menyampaikan bahasan tertentu. Dengan variasi metode yang digunakan dalam

penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada pembukaan

pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode cermah. Kemudian

menggunakan contoh – contoh pangan dan diakhiri diskusi , tanya jawab dan

disini bukan hanya guru yang aktif tetapi siswa juga terlibat aktif.
Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan

variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan berbeicara, ia dapat memukai

siswa dari awal sampai akhir pembelajaran. Akan tetapi bagi seorang guru yang

tidak dapat berbicara dan uraiannya terasa kering, dapat mengatasi dengan

uraian sedikit saja, diselingi Tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau

diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutupi dengan metode yang

lain.
Hammerly (1991) menyatakan bahwa pembelajaran di kelas adalah

lingkungan buatan dan waktu belajar mengajarnya terbatas sehingga mengatasi

masalah tersebut guru diharapakan dapat menyediakan pembelajaran yang

bermakna, metode belajar yang bermanfaat dan materi yang otentik. Dengan

metode yang tepat diharapkan siswa dapat menguasai dan mengatasi kesulitan

belajar pada materi Bioteknoogi, karena dengan metode yang tepat dan benar

pembelajaran akan semakin bermakna dan siswa sangat memahami materi yang

diajarkan oleh guru.


Alat peraga dan media disekolah juga akan mempengaruhi kesulitan

belajar yang dialami siswa. Alat peraga mampun media yang digunakan dibawa

kedalam kelas akan membuat siswa bertanya dan akan menemukan jawaban dari
96

pertanyaan. Oemar hamalik dalam Syukur (2005) mendefinisikan media sebagai

teknik yang digunakan dalam ramgka mengefektifkan komonikasi antara guru

dan murid dalam proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Sedangkan

Yusuf (1986) mengartikan media pembelajaran sebagai wadah dari sumber atau

penyaluranya ingin di teruskan kepada sasaran atau penerima tersebut. Materi

yang ingin dicapainya adalah terjadinya proses belajar.


Dengan adanya alat peraga maupun media ini akan mengurangi

kebosanan siswa dalam belajar, yang akhirnya membawa siswa menyukai

pembelajaran, sehingga kesulitan belajar akan dapat diatasi. Media pembelajaran

merupakanalat bantu yang berfungsi untuk menjelaskan keseluruhan dari seluruh

program pembelajaran yang sulit untuk dijelaskan secara verbal. Materi

pembelajaran akan lebih mudah dan jelas jika dalam pembelajaran menggunakan

media pembelajaran, tetapi sebagian belum sesuai dengan fungsi media sebagai

penjelas pesan. Peran media seperti ICT dan internet sebagaimedia sangat

membantu guru dan siswa bila digunakan dengan semestinya, sehingga materi

dapat disampaikan. Informasi apa saja yang termasuk bioteknologi yang

merupakan ilmu Biologi yang membahas bioteknologi konvensional maupun

bioteknologi modern, akan lebih banyak ditemukannya jawaban di internet bila

siswa maupun menggunakan, terutama teknologi yang untukmengetahui

informasi hasil penemuan baru. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar,

guru hanya fasilitator yang akan membawa untuk mencari informasi yang

sebenarnya. Agar anak terus mencari informasi tersebut dari buku, alat peraga

atau media yang kita gunakan, sebagai guru hendaknya memberi motivasi yang

mendukung agar pembelajaran terus berlangsung sehingga siswa dapat

mengatasi kesulitan belajar.


97

Faktor eksternal yang lain yang mempengaruhi kesulitan belajar materi

bioteknologi di SMAN Se- Kabupaten Rokan hilir adalah sarana belajar yaitu

laboratorium dan buku dengan persentase 51,87% .Kegiatan laboaratorium juga

dapat melatih ketrampilan berpikir siswa ilmiah, mengikut sertakan siswa akan

merasa dirinya berperan hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Sanjaya (2006), proses mencari jawaban itu sangat penting agar siswa

memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangka

mental melalui proses beripkir,sehingga membangkitkan minat dan semangat

belajar mereka. Menurut Edgar Dale (dalam Hamalik, 1994) juga

mengungkapkan bahwa” kita belajar hanya 10% dari apa yang kita baca, 20%

dari apa yang kita apa didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang

dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang

dikatakan dan dilakukan sendiri yaitu sebesar 90%, hal ini sama sipatnya dengan

kegiatan laboratorium yang juga meningkatkan daya serap siswa terhadap

pembelajaran Bioteknologi.
Selain itu, menurut hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri se-

Kabupaten Rokan hilir mengatakan pembelajaran Bioteknologi lebih menarik

jika divariasikan dengan praktikum karena dengan praktikum Bioteknologi lebih

mudah diapahami oleh siswa dan memberikan perasaan yang senang untuk

belajar lebih giat tentang pembelajaran Bioteknologi.


Trianto (2011) mengatakan bahwa buku ajar merupakan buku bacaan

siswa yang digunakan siswa sebagai panduan dalam proses pembelajaran

maupun mandiri. Dari hasil penelitian buku merupakan salah satu faktor

kesulitan belajar di SMAN se- Kabupaten Rokan hilir.Buku merupakan sumber

belajar bagi siswa, walaupun buku bukan merupakan sumber satu – satunya,
98

tetapi peranan buku tidak kalah pentingnya dengan guru. Untuk sekolah SMAN

se- Kabupaten Rokan hilir sudan diberikan sarana buku, umumnya buku

diberikan ketika proses akan proses pebelajaran, hanya sebagian kecil saja SMA

Negeri yang belum memiliki buku, buku yang baik tetapi tidak diimbangi

dengan fungsinya sebagai sumber belajar tidak akan bermanfat, tidak mampu

mengatasi kesulitan belajar yang mereka hadapi, ini disebabkan karena minat

baca masih kurang bahkan ada tidak membawa buku ke sekolah. Dari interview

yang juga telah dilakukan mengatakan mereka malas untuk membacanya.


4.2.4 Analisis Perbedaan Kesulitan Belajar Bioteknologi Di Kota Dan
Pinggiran

Perbedaan daerah merupakan satu dari berbagai kesulitan dari berbagai

macam kesulitan dalam pembelajaran Bioteknologi di kelas.Dari Hasil penelitian

berdasarkan lingkungan sekolah terdapat perbedaan kesulitan belajar antara di

kota dan pinggiran terhadap hasil belajar siswa pada materi pembelajaran

Bioteknologi SMA Negeri se- Kabupaten Rokan hilir. Hal ini dapat diambil

kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara siswa di kota dan

pinggiran pada pembelajaran materi Bioteknologi.


Pada Gambar 4.13 minat siswa terhadap pembelajaran sangat rendah

sehingga mengalami kesulitan yang sangat tinggi dalam pembelajaran

Bioteknologi SMA Negeri Se-Kabupaten Rokan hilir, tidak ada perbedaan

kriteria antara sekolah yang berada di daerah perkotaan dan pinggiran karena

kegiatan pembelajaran Bioteknologi memberi kesempatan kepada siswa untuk

memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini sangat menunjang

sekali untuk mendorong siswa melakukan praktikum Bioteknologi sehingga

siswa dapat menemukan pengetahuan Bioteknologi melalui ekspolorasinya

tentang Bioteknologi. Begitu juga halnya dengan kesulitan dalam pembelajaran


99

Bioteknologi sehingga tidak terdapat perbedaan kesulitan pada lokasi sekolah di

Kota dan pinggiran keduanya menunjukkan kesulitan pada pembelajaran

Bioteknologi.
Terlihat bahwa kesulitan pembelajaran Bioteknologi antara sekolah yang

ada di Kota berada pada kategori tinggi (52,42%) sedangkan di daerah pinggiran

juga sangat tinggi (39,34%). Maka dapat diketahui bahwa bahwa masih tinggi

kesulitan yang dialami oleh siwa dalam pembelajaran Bioteknologi di karenaka

pemanfaatan praktikum Bioteknologi pada sekolah. Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan oleh Adisendjaja (2008) pelaksaan praktikum jarang dilakukan oleh

Guru pada pembelajaran Bioteknologi di karenakan keterbatasan waktu

pembelajaran Bioteknologi dan tidak adanya sarana untuk praktikum

Bioteknologi. Pada umumnya pembelajaran Bioteknologi adalah yang bersipat

konvensional sedangkan yang modern tidak.


Secara statistis dapat diuji untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang

signifikan antara sekolah yang ada berada di perkotaan dan pinggiran terhadap

kesulitan pembelajaran Bioteknologi maka dapat diuji dengan menggunakan

independent sample t test yang hasilnya disajikan dalam tabel 4.7. Berdasarkan

hasil perhitungan tabel tersebut terdapat perbedaan antara sekolah yang berada

di perkotaan dan pinggiran dalam hal kesulitan pembelajaran Bioteknologi.


Maka dapat disimpulkan pelaksanaan praktikum Bioteknologi di daerah

perkotaan belum sepenuhnya berjalan lebih baik dari sekolah – sekolah yang ada

di kota tetapi lebih baik dari daerah pinggiran, karena keberhasilan pembelajaran

Bioteknologi di pengaruhi oleh faktor Guru. Menurut Prawoto berhasil atau

tidaknya suatu pembelajaran berada ditangan guru, peran guru dalam proses

belajar mengajar adalah sebagai informatory, komonikator, fasilatator,motivator,

pengarah, evaluator, dan semediator (dalam Subiroh,2008).


100

Guru hendaknya tidaknya berperan seperti penatar, instruktur, komandan

biorokrat atau pawing. Fungsi guru selama berperan sebagai fasiliatator. Guru

dikelasdikelas memang tidak mungkin memaksakan pengetahuannya kepada

siswa. Kelas memang bukan merupakan forum dan wahana untuk

mendokrinasikan pengetahuan dengan memaksakan Siswa. Guru berperan

sebagai fasilitator merupakan prinsip pendekatan ketrampilan proses dan inkuiri.

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dan inkuiri pada

pembelajaran Bioteknologi merupakan salah satu usaha dalam mengatasi

kesulitan pembelajaran Bioteknologi. Untuk mengatasi kesulitan dalam

pembelajaran Bioteknologi di perlukan sarana dan prasana pembelajaran.

4.2.5 Hasil Belajar Berdasarkan Akreditasi Sekolah

Melalui hasil penelitian didapat bahwa persentase tingkat kesulitan

belajar siswa pada materi Bioteknologi yang bersekolah dengan Akreditas A

lebih rendah dengan persentase sebesar 49,78% dibandingkan persentase tingkat

kesulitan belajar siswa di sekolah yanmg berakreditasi B sebesar 39,90%,

Sementara melalui uji t diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara sekolah yang berakreditasi A dengan sekolah yang

berakreditasi B terhadap hasil belajar siswa pada materi bioteknologi. Hasil

penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Khafid et al

(2011), bahwa semakin tinggi akreditasi sekolah maka semakin tinggi pula

pencapaian prestasi belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah pencapaian

akreditasi sekolah akan berakibat semakin rendah prestasi belajar siswa. Dengan

adanya akreditasi sekolah diharapkan kualitas sekolah juga akan semakin baik,
101

dan sekolah yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang baik dan memiliki

prestasi belajar yang tinggi.

Menurut Asmani (2010) adalah suatu kegiatan penilaian sekolah secara

sistematis dan komfrehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal

(visitasi) untuk melakukan kelayakan kinerja sekolah. Menurut Engkoswara

(2010) bahwa “Fasilitas pendidikan merupakan faktor penentu dalam

menyelenggarakan pendidikan yang berfungsi memberikan kemudahan –

kemudahan baik bagi siswa maupun bagi tenaga kependidikan lainnya berupa

gedung atau ruangan kelas, perumahan guru, penjaga sekolah, dan gedung

laboratorium”. Proses akreditasi dilakukan secara berkala dan terbuka dengan

tujuan untuk membantu dan memberdayakan program dan mengembangkan

sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah peneliti laksanakan semaksimal mungkin, tetapi

dalam prosesnya tidak terlepas dari keterbatasan peneliti. Keterbatasan dalam

penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri Se-Kabupaten Rokan Hilir ini

antara lain: (1) Peneliti tidak mengikuti bagaimana proses belajar mengajar di

kelas, metode apa yang digunakan oleh guru, apakah guru menggunakan alat

peraga atau tidak; (2) Peneliti sudah mengingatkan agar siswa mengerjakan tes

kesulitan belajar sesuai dengan kemampuannya karena tes ini tidak

mempengaruhi nilainya di sekolah namun ada juga siswa yang berusaha mencari

jawaban dari internet, ada juga beberapa yang membuka buku dan saling

bekerjasama dengan temannya. (3) Peneliti juga sudah mengingatkan agar siswa

mengisi lembar angket sesuai dengan apa adanya kondisi di sekolah, namun dari

hasil angket diketahui bahwa sebagian siswa mengisi angket tersebut tidak
102

berdasarkan keadaan yang sebenarnya, ini dibuktikan dengan jawaban siswa

yang berada satu kelas tidaklah sama. 4) Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan faktor minat, motivasi dan bakat sebagai faktor internal dan

menggunakan faktor guru, buku dan laboratorium sebagai faktor eksternal yang

menyebabkan kesulitan belajar siswa. Sebenarnya ada banyak faktor yang

menjadi penyebab kesulitan belajar siswa bukan hanya yang disebutkan di atas

saja, bisa jadi faktor-faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini merupakan

faktor yang sangat mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.Oleh sebab itu ada

baiknya jika ada penelitian selanjutnya yang meneliti faktor-faktor penyebab

kesulitan belajar siswa selain faktor yang telah diteliti.


BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dari uraian dari hasil penelitian dan pembahasan

maka diperoleh simpulan antara lain.


1. Jumlah siswa yang tuntas 70 orang siswa (10,87) dari 644 orang yang

menjadi sampel dalam penelitian ini.


2. Kesulitan belajar berdasarkan materi Bioteknologi berdasarkan domain

kognisi yang tebesar adalah ilmu yang berkaitan dengan Bioteknologi

sebesar 38,81% berada pada kategori sangat tinggi.


3. Kesulitan belajar siswa berdasarkan indikator yang paling besar adalah

menjelaskan jenis-jenis Bioteknologi sebesar 35,80% yang berada pada

kategori sangat tinggi dan menjelaskan dampak penggunaan rekayasa

genetika sebesar 40,08% juga pada kategori sangat tinggi


4. Kesulitan belajar ditinjau dari ranah kognitif pada materi bioteknologi di

SMA Negeri Se – Kabupaten Rokan Hilir yang terbesar kesulitannya

terjadi pada ranah kognitif Penilaian C5 (Evaluation) sebesar 51,37%.


5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada materi

Bioteknologi di SMAN Se- Kabupaten Rokan Hilir yang terdiri dari

minat sebesar 39,43%, motivasi sebesar 31,89% dan bakat sebesar

41,59%. Sedangkan faktor Eksternal sebesar dari peranan guru dalam

mengajar sebesar 37,79% dan faktor sarana sebesar 51,87%.


6. Terdapat perbedaan yang signifikan kesulitan belajar Bioteknologi antara

sekolah yang berada di kota dan pinggiran dimana nilai sig (2 tailed)

sebesar 0,042 < 0,05.


7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sekolah dengan akreditasi A

dengan sekolah yang berakreditasi B terhadap hasil belajar siswa pada

materi bioteknologi dengan nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,019 < 0,05.

103
104

5.2 Implikasi
Dari hasil temuan analisis kesulitan belajar siswa pada materi

Bioteknologi di SMA Negeri se- Kabupaten Rokan Hilir Tahun Pelajaran

2015/2016 menunjukkan bahwa Sub materi Kultur Jaringan, Rekayasa genetika,

dampak Bioteknologi adalah merupakan materi Bioteknologi yang mengalami

kesulitan terbesar. Faktor penyebab kesulitan berasal dari faktor internal dan

Eksternal. Faktor internal yaitu berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang

berupa minat, motivasi, dan bakat, sedangkan faktor eksternal yaitu guru dan

sarana sekolah yaitu laboratorium dan buku. Guru kurang mengoptimalkan

belajar mengajar yang bermakna dan bervariasi agar meminimalisir kesulitan

siswa. Guru sebaikya memberikan pelajaran yang bervariatif, menjadi fasilitator

yang bijaksana untuk keefektifan siswa meningkatkan pengetahuan yang luas

dan dapat menggunakan media yang tepat sehingga proses belajar siswa menjadi

bermakna. Guru harus lebih sering mengaplikasikan pembelajaran berdasarkan

konsep- konsep utama melalui praktikum sehingga mengurangi miskonsepsi

siswa terhadap pembelajaran yang bersipat abstrak. Guru harus lebih aktif dan

kreatif dalam menentukan metode pada saat mengajar serta menggunakan media

pada saat pembelajaran sehingga suasana di dalam kelas menjadi lebih

bermakna. Untuk menguji teori yang di pelajari disekolah di butuhkan

laboratorium Bioteknologi yang cukup untuk pembuktian teori tersebut.

Penggunaan ICT dalam pembelajaran juga mendorong siswa untuk belajar,

penggunaan media harus di lakukan guru untuk mengurangi kesulitan belajar

siswa. Guru perlu menjari rujukan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa

sehingga di perlukan hasil penelitian.


105

5.3 Saran
Berdasarkan uraian di atas saran- saran yang dapat di berikan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Guru di harapkan dapat menerapkan pembelajaran bervariasi sehingga

memudahkan siswa memahami materi sesuai dengan kompetensi ingin

dicapai.
2. Guru di harapkan melaksanakan praktikum yang dapat dipraktekkan dalam

bidang Bioteknologi.
3. Guru diharapkan mendesain sendiri dan menggunakan media pembelajaran

untuk mendukung proses pembelajaran siswa.


4. Guru dituntut untuk mampu mengoperasikan jaringan internet untuk

membantu kesulitan siswa dalam pembelajaran.


5. Guru di harapkan dapat lebih mengoptimalkan fungsi forum MGMP untuk

bertukar pikiran serta pengalaman tentang pelaksanaan, kesulitan dalam

proses pembelajaran Biologi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, M. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anita,S, 1998. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Ahmadi & Supriyono.2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Asrori, M. 2007. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Wacana Ilmu.

Asmani, Jamal Makmur, 2010. Tipe Lulus Akreditasi Sekolah/ Madarasah


Panduan Mutu Sekolah /Madarasah Berorientasi Komfetitif :
Yogyakarta: laksana

Abdurrahman, M., 2003, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta :


Rineka Cipta
106

Alexander, Marcia, Fernandes, Milton,. High Scholl Student Associated With


Biotehknology and Moleculer Concept in Barazil. Jurnal Creative
Education .2013.4(1) : 149-153.

BAN/SM, 2009. Kebijakan dan Pedoman AKreditasiSekolah/Madrasah.


Jakarta: BAN S/M

Broussad, SC& Garrrison MEB., 2004.The Relation Between Clssroom and


Academic chivment in Elementery School –Aged Childern. Family and
Consumer Scinces Research journal, 2004:(33):106.

Blazer. ,Twenty Strategis to Student Motivation.,Jurnal Volume 0907., January


2010

Bal, S., Samanci,N.K,.& Bozkurt,O (2007). “University Student Knowledge


and Attitude about Genetic Engering”. Eurasia Jurnal Of Teacher.
Eurasia Journal Mathematic, Scince & Tecknology.3 (2).119-126.

Caril, A. A., Sund R.B ( 1990). Teaching Moderen Scince, New York: Merril
Publhising Company.

Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Degeng, I.N.S 1989. Mencari Penstrukturan Isi Teks Ajar dan Strategi Belajar
Terhadap Perolehan Mengingat Fakta dan Memahami Konsep. Forum
Penelitian Pendidikan,6 (1),74-91

Dawson, V. & Scbeci, R, 2003.Westeren Austaralia High School Student


Attitudes toward Biotecnology Process. Journal of Biological. 38(1):60-
67.
Depdiknas, 2006. Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar.

Djamarah, S.B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R, 2006. Teori dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati & Mujiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, 2007. Tes Diagnostik, Jakarta: Direktorat Jenderal Manejemen


Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama.

Engkoswara, A, Komariah ,2011. Adminitrasi Pendidikan. Bandung Alfabeta

Fahdi, 2015. Analisis Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran


Biotekhnologi Pada Guru SMA Se- Kabupaten Langkat. Tesis,
Pascasarjana Unimed.
107

Gelamdin, A. and Attran. (2013). Studen’s And Teacher’s Persefective


OnBiotekhnology Education: A Review On Publications In Selected
Journal

Gayda, E.W. 2004.Understanding Learning Dissability.Past President of


LDACISSN 0013-1253.Vol. 2 Education Canada.

Stele, Aubusson . (2004). The Challenger in Teaching Bioteknology., Research


in Scince Education 34:365-387, 2004., Kluwer Academic Publisher,
Printed in Netherland.

Sanjaya, Wina. 2006. Satrategi Pembelajaran Beroorientasi Standar Proses


Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Groufp

Sohan, D, E .,Walizect, TM ,dan Briers ,Ge. (2003).” Knowledge., Attitudes,


and Perception Regarding Biotechnology Aming College
Studes”.J.Nat.Resour.Life. Scin. Educ,31.(5).5-11

Hamalik, O., 2002. Kurikulum dan Pembelajarannya. Jakarta: Bumi Aksara


.
Hallahah, Daniel,D,F,J.M.,and, LIoyd,JW. (1985) Introduction Disabilities,New
Jersey:Prentice- Hall Inc.Jurnal Magsitra.2010,22 (73).33-34.

Harjana, 1984. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi . Yogyakarta: Kanisius.

Hartono, R. 2011. Bioteknologi Pengembangan Tanaman Resisten terhada


Hama dan penyakit, (On line), (htt://cs.upi.edu/upload, diakses 14 Juli
2016).

Nana, S, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung Remaja


Rosda Karya

Nur’ainun, 2014. Analisis Kesulitan Guru Biologi Melaksanakan Pembelajara)


Materi Bioteknologi di SMP Se- Kabupaten Aceh Tamiang.Thesis Jurusan
Penddidikan Biologi .Medan PPs, Unimed.

(OECD) Orgazanation for Economic CoperatioDevelopment,1982.Eutropication


Of waters. OECD Publication Office.Paris

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda

Mardiyanti,F., 1994. Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16
Yogyakarta Dalam Mempelajari Aljabar,Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Masjumi, N. 2008. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta.


Erlangga
108

Muhammad, A,H & Wan Sulong,WM.2003. Antara Minat da Sikap Pelajar


terhadap Bahasa Arab: Satu Kajian Kes Pelajar Bachelor Bahasa Arab di
IPTA Malaysia Wacana Pendidikan Islam (Sri 5). Pendidikan Islam dan
Bahasa Arab. Pemangkin Peradaban Ummah. Fakulti Pendidikan
Universitas Malaysia.

Pratiwi, D,A. 2007. Buku Penuntun Biologi SMA untuk Kelas XII. Jakarta
Erlangga.

Purwaningsih,W. 2009. Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada


Guru. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Pimroses, S,B. (1987). Moderen Biotecnology. Oxford: Blackwell Scientific


Publication. Oxford , London

Peter ,Education Outcomes of Tutoring AMeta–Analysis o Anita,S, 1998.


Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Findings American
Education Research jurnal. Summer 1982 19 (2): 237-248.

Purwanto, M,N. 1994. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi dan Pengajaran.


Universitas Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya.

Koksal, M & Cimen. 2000. Perseption of Persepctive Biology Teacher on


Important and Difficulties of irgan as School – Subject /Word Aplled.
Scinces journal, 5(4): 379-405.

Kartono, K. 2008. Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan Tinggi. Jakarta:


Raja Grafindo Persada : Jakarta

Kek, C, Darmawan, N, & Chen,Y. 2007. Famili Learning Environment Learning


Aproaches and Student Outcomes in a Malaysian Private
University.International Education Journal.2007. 8 (2),318-336.

L, Ango, Mary (2002), Mastery of Scince Proscess Skill and their effective use
inthe teaching of Scince. An Edducology of Scince Education in Nigerian
Context international. Journal of Educology, Vo.16.No.1

Lerner, Janet. 2000. Learning Disabilities- 9 th Edition,Boston:Hought Miffin


Company. Jurnal Magsitra, 22 (73) 33.

Lovitt, T.C (1989), Introduction Learning Disabilities, Boston: Allyn and Bacan.

Loekmono, 1994. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Raja, Anita,S, 1998. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka


109

B. 2002.On Learning Difficuktes @ Krisnamukti Foundation India. All righ


reserved. Permision refrint any article from this journal shoud be
addressed to the Chef Editor.

Rifa’i, V. 2003.Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar.Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan.40(9):130-143.

Anita, S. 1998. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Rothaar, R, Pittendirgh B.R.,& Orvis K.S (2006).” TheLego Analogy Model for
Teaching Gene Seguencing and Bioteknology”.Jurnal Biological
Education. 40(4).25-30.3

Slameto. 1995. Belajar dan faktor- faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Rahmadi, W. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif


Proses Remedialnya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika,

Suardana. 2007. Kurikulum Siswa SMAN Memahami Konsep Dasar


Biogeokimia..Jurnal ilmiah Guru Kanderang Tingrang : 01(01): 46-51.

Supriyono, A. 2004. Cooperative Learning: Teori dan dan Aplikasi Paikem.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suryani, Y. 2010. Kesulitan Belajar. Dosen Psikologi Magistra September.


2010. 22 (33) . 15-16

Syah, M. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung.


Remaja Rosda Karya.

Sardiman, A. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.

Suratman, 2009. Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK Mata Pelajaran


Matematika dan IPS pada Siswa Kelas VI Semester 1 SDN 1 Katengsari
Kecamatan Kedungjati , Kabupaten Grobogan TahunPelajaran
2009/2010,UPBJ Semarang.

Sumadi, S, Psikologi Pendidikan ( suatu Pengantar secara Operasional) JilidII


Rake Press,Yogyakarta,1973.

Sukmadinata, Syaodih, N. 1988. Prisip dan landasan Pengembangan Kurikulum,


Jakarta : Depdikbud.

Syamsuddin, A, 2002. Psikologi Pendidikan,Perangkat Sistem Pengajaran


Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya.
110

Subroto, S, 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sujana, N,Ahmad, R.2005. Media Pengajaran, Sinar Baru Algerindo: Bandung.

Todd, A. Morpy,D.J. 2003. “ Evaluation University Masterclsses and School


visit as Mechanisms for Enhacing Teaching and Learning Experinces for
Undergradute and School Pupil. A pilot Study Biotechnology Student
“.Bioscince Education e journal.1-10

Trianto, 2011. Pengantar Penelitian bagi pengembangan Profesi Pendidikan dan


Kependidikan, Jakarta: Kencana.

Wardana, E.,2003.Menimbang Pendidikan Berbasis Kompetensi. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Warkitri. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Karunika.

Yuline, 2008. Mengenal Layanan Identifikasi Kesuliatan Belajar dan Diagnosis


Kesuliatan Belajar serta hambatannya dalam proses Belajar Mengajar
disekolah .Jurnal Cakrawala Kependidikan ,6(2):112 - 127

Lampiran I

Tes Kemampuan Penguasaan Materi Bioteknologi

Mata Pelajaran : Biologi


Kelas : XII/ Genap
Tahun Pelajaran : 2015/2016
Petunjuk : Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi
tanda silang (X) Pada opsi jawaban yang anda pilih.

1. Penggunaan makhluk hidup untuk menghasilkan dan menyediakan barang


dan jasa merupakan pengertian dari….. C1( Nurhayati,2009)
A. bioteknologi
B. morpologi
C. mikologi
D. genetika
111

E. histologi

2. Berikut ini merupakan cabang ilmu Biologi dan ilmu kimia yang mendukung
kemajuan dan perkembangan ilmu Bioteknologi adalah… C2 (UN,2011)
A. fisiologi
B. biologi Molekuler
C. genetika
D. inokulasi
E. mikrobiologi

3. Bioteknologi di bedakan menjadi Bioteknologi tradisional dan modern


meliputi kegiatan yang memanfaatkan …. C3( UN,2012)
A. rekayasa DNA, dasar mikrobiologi dan Biokimia
B. rekayasa DNA, Bakteri dan fermentasi
C. dasar mikrobiologi, Biokimia, dan fermentasi
D. dasar mikrobiologi, rekayasa genetika dan fermentasi
E. fermentasi, dasar mikrobiologi

4. Bioteknologi Teknologi merupakan ….C1( Abbas,2002)


A. ilmu murni yang menghasilkan suatu jasa
B. ilmu murni yang menghasilkan suatu barang
C. ilmu terapan yang menghasikan suatu jasa
D. ilmu terapan yang menghasilkan suatu barang
E. ilmu terapan yang menghasilkan suatu barang.

5. Bioteknologi menerapkan prinsip – prinisip ilmu pengetahuan dan rekayasa


genetika untuk penanganan dan penegolahan pangan. Prinsip dasar
Bioteknologi adalah….C3 ( Aryulina, 2011).
A. rekayasa Genetika
B. fermentasi dengan bantuan mikroorganisme
C. manipulasi DNA dengan Mikroorgansme
D. fermentasi dan rekayasa genetika
E. manipulasi DNA dan fermentasi

6. Fusarium Gramineum merupakan jamur yang dapat dimanfaatkan pada


pembuatan ….C1 ( Pratiwi,2012)
A. tempe
B. anti Biotik
C. protein sel tunggal
D. alkohol
E. keju

7. Dibawah ini merupakan produk dari Bioteknologi modern adalah….


C2 (Aryulina,2011).
1. vaksin
2. anti Biotik
3. domba Dolly
112

4. domba Tracey
5. domba Ankon
yang merupakan produk dari Bioteknologi Modern adalah…
A. 1 dan 2
B. 2 dan 3
C. 2 dan 4
D. 3 dan 4
E. 4 dan 5

8. Di bawah ini merupakan prinsip – prinsip dasar dari Bioteknologi :


1. memanfaatkan mikroorgansime
2. memodifikasi molekul DNA
3. menggunakan proses kimia
4. memerlukan enzim pemotong DNA
5. proses genetika terjadi di alam
yang meruapakan prinsip dasar Bioteknologi adalah …. C4 ( UN,2013).
A. (1),(2),dan (3) E. (3),(4), dan (5)
B. (1),(3),dan (5)
C. (2),(3),dan (5)
D. (2),(4)dan(5)

9. Pasangan suami istri tidak dapat menghasilkan keturunan karena suatu hal,,
masalah ini dapat ditanggulangi dengan memanfatkan C3….Aryulina
A. Teknik hibridoma
B. Fertilisasi in vitro
C. Tranplantasi nucleus
D. DNA rekombinan
E. bayi tabung

10. Salah satu cara mendapatkan bibit unggul pada ternak adalah dengan
menyilangkan ternak jantan yang kualitasnya sudah di ketahui dengan
ternak betina setempat. Cara ini termasuk kedalam .…
C2(Nurhayati,2009).
A. imbreeding
B. cross Breeding
C. up Grading
D. close Breeding
E. pure Breeding

11. Bioteknologi menerapkan prinsip – prinsip ilmu pengetahuan dan rekayasa


genetika untuk penanganan dan pengolahan bahan pengan. Prinsip dasar
Bioteknologi konvensional adalah …. C3.(Aryulina,dkk. 2011)
A. rekayasa genetika
B. Fermentasi dengan bantuan mikroorganisme
C. manipulasi DNA dengan mikroorganisme
D. fermentasi dan rekayasa genetika
E. manipulasi DNA dan fermentasi
113

12. Melalui teknik transplantasi inti di peroleh domba dolly yang memiliki sipat
unggul dari induknya yang mendonorkan inti sel yang disisipakan pada sel
ovum. Apa prinsip dasar teknik tersebut…. C2 ( UN,2011).
A. inti sel induk dapat meningkatkan kualitas gen – gen unggul
B. seluruh sipat – sipat induk pendonor di wariskan kepada keturunannya
C. sebagian besar sipat – sipat imduk pendonor di wariskan kepada
keturunannya
D. snteraksi antara inti sel donor dan sitoplasma ovum membentuk sipat
unggul
E. muatan inti diploid pendonor ke sel haploid dengan mengaktifkan gen –
gen

13. Sel jaringan tumbuhan mempunyai sipat totipotensi. Sipat ini dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh …C3 .(Kristiyono,2009).
A. anakan yang unggul dalam jumlah yang besar
B. anakan seragam dala jumlah yang besar
C. bibit unggul yang bergzi tinggi
D. anakan yang diperlukan untuk hibridasi
E. anakan yang sipat nya lebih baik

14. Bioteknologi saat ini mampu menggabungkan dua sel dari jaringan yang
berbeda serta menyatukannya menjadi satu sel tunggal. Proses Bioteknologi
ini disebut….C3 ( Biohikmah, 2015)
A. cangkok gen
B. teknik plasmid
C. teknik hibridoma
D. teknik DNA
E. rekayasa genetika

15. Pemulian tanaman dalam usaha mendapatkan bibit unggul bertujuan untuk
….C4 (Nurhayati,2009).
A. menciptakan keanekaragaman genetic secara sistematis
B. membuat sistem – sistem yang logis terhadap pemindahan gen
C. merakit secara sistematis keragamanan genetik menjadi suatu bentuk
yang bermanfaat bagi manusia
D. menentukan konsep – konsep yang jelas tentang bibit unggul
E. menyebarluaskan hasil penemuan bibit unggul langsung kepada petani

16. Di bawah ini merupakan prinsip dasar dari Bioteknologi adalah ….


C3 (UN,2013).
A. (1),(2), dan (3)
B. (1),(3), dan (5)
C. (2),(3), dan (4)
D. (2),(3), dan (5)
E. (3),(4),dan (5)
114

17. Perhatiakan pernyataan berikut .


1. lepasnya organisme hasil rekayasa genetika dari laboratorium ke
lingkungan bebas
2. dapar memanipulasi gen – gen untuk mendapatkan produk yang lain
3. mikroorganisme dapat mengubah bahan mentah mejadi bentuk yang lain
4. penurunan keragaman plasma nutpah akibat gen
dampak negatif Bioteknologi terhadap etika dan lingkungan adalah nomor …
C4 (TIM, M2S).
A. 4 dan 3
B. 4 dan 1
C. 3 dan 4
D. 3 dan 1
E. 2 dan 1

18. Salah satu keberhasilan rekayasa genetika adalah kemampuan plasmid yang
berperan sebagai ….(UN,2012)
A. penerjemah kode etik
B. kandungan asam nukleat yang lebih tinggi
C. menimbulkan asam urat
D. selulosa mudah di cerna
E. dapat di gunakan makanan ternak

19. Di bawah ini merupakan prinsip dasar dari Bioteknologi :


1. memanfaatkan mikroorganisme
2. modifikasi proses kimia
3. memerlukan enzim pemotong DNA
4. proses genetic terjadi di alam
5. dapat di buat dalam waktu singkat
yang merupakan prinsip dasar Bioteknologi adalah …. C4 (UN,2013).
A. (1),(2) dan (3)
B. (1),(2) dan (5)
C. (1),(3) dan (4)
D. (2),(3) dan (5)
E. (3),(4) dan (5)

20. Pemanfaatan aplikasi Bioteknoologi untuk pemenuhan kebutuhan pangan


mulai beralih dengan memanfaatkan PST ( Protein sel tunggal ) karena
memiliki kelebihan , kecuali…. C4 (Aryulina,2012)
A. nilai ekonomi tinggi
B. sumber energi cukup banyak
C. kadar proteinya cukup tinggi
D. media pembiakan selolosa , methanol
E. semua orang dapat melakukannya

21. Apakah penyebabnya jenis bakteri PST tidak dapat dikonsumsi oleh manusia
….C3 ( Nurpatria,2008).
115

A. asam nukleatnya tinggi E. mudah di dapatkan


B. mudah di cerna oleh manusia
C. mengandung zat yang berbahaya
D. proteinnya rendah
Indikator : 4 menjelaskan contoh proses rekayasa genetika
22. Berikut ini adalah tahapana dari rekayasa genetika
1. pembuatan klon dan replikasi
2. pembuatan wahana
3. isolasi gen
4. produksi
Urutan tehapan rekayasa genetika adalah…. C4( Nurhayati,2009).
a. 1,2,3 dan 4
b. 2,3,4 dan 5
c. 3,2,1 dan 4
d. 3,4,1 dan 2
e. 4,3,2 dan 1

23. Dalam rekombinan gen sering di gunakan bakteri karena bakteri memiliki
sipat berikut….C4 ( syamsuri, 2009).
a. memiliki plasmid yang mampu memperbanyak diri
b. pemeliharaan mudah dan cepat
c. mampu berkembang biak dengan cepat
d. tidak mudah mati
e. mudah di temukan dalam lingkungan

24. Bakteri Echeria coli transegenik dapat menghasilkan hormone insulin yang
baik. Manfaat Bioteknologi ini adalah….C2 ( UN,2011).
a. mendapatkan anti bodi
b. pengobatan darah tinggi
c. pengobatan kencing manis
d. pengobatan patah tulang
e. pengobatan amnesia

25. salah satu cara penggunaan Bioteknologi di bidang kedokteran adalah….C2


(Aryulina,2011).
a. DNA bakteri ke dalam pankreas manusia
b. Kromosom bakteri kedalam DNA manusia
c. Gen- gen yang menproduksi insulin kedalam DNA bakteri
d. Gen virus kedalam DNA bakteri
e. Gen – gen hewan kedalam pankreas manusia

26. Pemuliaan tanaman untuk mendapatkan bibit unggul dengan memindahkan


gen tertentu dari spesies yang lain dengan perantaraan mikroorganisme di
kenal sebagai ….C4 ( Aryuningsih,2011).
a. kulturr jaringan
b. rekayasa genetika
116

c. transplantasi
d. radiasi induksi
e. mutan buatan

27. Teknik Bioteknologi dapat digunakan untuk melestarikan tanaman yang


langka maupun tanaman yang lainnya yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
adalah….C4 ( UN,2013).
a. kloning
b. kultur jaringan
c. DNA rekombinan
d. fertilisasi in vitro
e. fusi protoplasma

28. pada teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan, perkembangan


tanaman yang dilalui secara berurutan adalah….C2 (Pratiwi, 2010).
a. kalus – plantlet – eksplan
b. eksplan – plantlet – kalus
c. eksplan – kalus – plantlet
d. plantlet – kalus – eskpalan
e. plantlet – eksplan – kalus

29. Salah satu teknik yang di gunakan untuk menghasilkan bibit unggul tanpa
kehadiran hewan jantan adalah….C2 ( Aryulina,2010)
a. inseminasi buatan
b. transgenik
c. hibridasi
d. bayi tabung
e. stek

30. Teknik pembentukan organisme penghasil interperon dapat dilakukan


dengan cara…. ( Suwaldi, 2010).
a. Mencangkokkan gen virus pada gen hewan yang lain sehingga tubuh
hewan yang lain sehingga tubuh mampu menghasilkan interperon
b. Mengeluarkan gen penghasil interperon dari tubuh
c. Memasukkan gen lain penghasil interperon dari tubuh manusia
d. Mengawinkan hewan interperon dengan hewan yang lain
e. Menyuntikkan hewan interperon kedalam gen hewan sehingga mampu
menghasilkan interperon

31. Perhatikan pernyataan berikut!


(1). Bacillus thurigenensis membutuhkan larva seranga
(2). Tricoderma lignorum mencegah serangga Sclerotium rofsii
(3). Baculovirus mencegah kelayuan
(4). Peniphora gigantean mengatasi gangguan fermes anus.
117

Hubungan yang benar antara mikroba dan peranannya dalam pengendalian


hama adalah….C6 ( UN,2012).
a. (1),(3), dan (4)
b. (1),(2), dan (3)
c. (1),(2), dan (4)
d. (1),dan (3)
e. (1),dan (4)

32. Teknik bioteknologi yang dapat digunakan untuk melestarikan tanaman


langka yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah….C3 ( UN,2013).
a. Kloning
b. Kultur jaringan
c. DNA rekombinan
d. Fertilisasi in vitro
e. Fusi prototplasma

33. Pada teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan, perkembanagan


tanaman yang di lalui secara berurutan adalah…. C4(Pratiwi,2010).
a. kalus – plantlet – eksplan
b. eksplan – plantlet – kalus
c. eksplan – kalus- plantlet
d. plantlet- kalus- eksplan
e. plantlet – eksplan- kalus

Indikator 5 : Memberikan contoh produk rekayasa genetika

34. Kloning sampai saat ini masih merupakan kontroversi antara bencana dan
keberhasilan. Kloning manusia adalah rekayasa genetika yang dilakukan
pada tingkat….C3 (Pustaka materi,2015)
a. Sel
b. jaringan
c. organ
d. sistem organ
e. organisme

35. Sel atau jaringan tumbuhan mempunyai sipat totipotensi. Sipat ini dapat di
manfaatkan untuk memperoleh….C2 ( Kristiyono,2009).
a. anakan yang unggul dalam jumalah yang besar dan cepat
b. anakan seragam dalam jumlah yang bergizi tinggi
c. anakan yang di perlukan untuk hibridasi
d. anakan yang di perlukan untuk hibridasi
e. anakan yang sipatnya lebih baik dari induknya

36. Agar petani dapat meningkatkan hasil produksi pangan, pemerintah melalui
sistem Bimas memberikan bibit unggul dari hasil buatan. Jenis – jenis padi
118

unggul melalui mutasi buatan seperti SR dan PB -8 diperoleh dengan


jalan….C1 (Nurhayati,2010).
a. Seleksi
b. Hibridasi
c. Hibridasi dan seleksi
d. Domestika
e. Mutasi buatan

37. Suatu organisme di modifikasi gennya dengan cara mengganti nitrogen pada
DNA yang ada dengan basa nitrogen yang lain sehingga terjadi perubahan
sipat pada organisme tersebut, proses tersebut di atas merupakan rekayasa
genetika dengan menggunakan teknik …. C5 (UN,2013).
a. hibridoma
b. fusi sel
c. kultur jaringan
d. teknik plasmid
e. rekombinan gen

38. Teknik bioteknologi yang dapat di gunakan untuk melestarikan tanaman


lainnya yang bernilai tinggi adalah….C2 (UN,2013).
a. kloning
b. kultur jaringan
c. DNA rekombinan
d. Fusi sel
e. Stek

Indikator 5 : Menjelaskan dampak pemanfaatan hasil produk Bioteknologi di


berbagai bidang.
39. Hal berikut ini hasil dari bioteknologi, yaitu :
1. Insulin
2. Protein sel tunggal
3. Nata de coco
4. Anti biotik
5. Biopestisida
6. Hewan transgenik
Manakah yang pembuatannya menggunakan Bioteknologi modern…. C3
(UN,2013).
a. 1- 2- 4
b. 1- 4- 6
119

c. 2- 3- 5
d. 2- 3- 6
e. 3 -3 -6

40. Salah satu masalah yang dihadapi petani adalah serangan hama yang dapat
menghancurkan tanamannya. Berikut ini adalah beberapa upaya mengatasi
hal tersebut sebagai berikut:
1) Menghasilkan permasalahan senyawa pemberantasan hama misalnya
DDT.
2) Memanfaatkan bakteri Bacillus thurigenensis
3) Menghasilkn varietas tahan hama
4) Mengembangkan antibiotic
Sumbangan untuk mengatasi hal tersebut adalah….C3 ( Aryulina,2011).
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 1 dan 4
d. 3 dan 2
e. 2 dan 4

41. Kegiatan penambangan dan emas mempunyai potensi untuk mencemari


lingkungan karena menghasilkan limbah logam berat beracun yang di
gunakan untuk memisahkan kedua logam dari bijinya. Peran bioteknologi
yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah Biometalurgi yang
memanfaatkan mikroba….C2 ( UN,2010)
a. Methanobakterium e. Sterptococus thermophiles
b. Thioabacillus feroxidans
c. Bacillus thurigenesis
d. Clostridium batolium

Indikator 7: Menjelaskan dampak penggunaan produk Bioteknologi


42.Manakah hasil dari rekayasa genetika dengan penyisipan gen yang kurang
baik di konsumsi…
a. padi IR 46
b. tomat plaversaver
c. strawberry tahan lama
d. selada hasil hidroponik
e. jagug hibrida

43. Permasalahan – permasalah berikut dapat di atasi dengan rekayasa genetika,


kecuali ….C3
a. membentuk sipat baru pada organisme tertentu
b. membentuk enzim baru pada organisme tertentu
c. mengobati penyakit infeksi baru pada organisme tertentu
d.membentuk kemampuan baru pada organsime tertentu
120

e. mencegah munculnya penyakit keturunan pada organisme tertentu

44. keberhasilan rekayasa genetika menghasilkan tumbuhan unggul dan


pengembangannya terus menerus telah meningkatan kekuatiran banyak
pihak terutama ahli biologi, karena …. C4 ( UN,2013)
a. Menurunnya populasi plasma nutpah
b. Memberikan keunggulan yang sesaat pada manusia
c. Sipat unggul tidak di pertahankan
d. Sipat unggul memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
e. Gen- gen plasma nutpah menjadi in- aktif
45. Hormon hasil rekayasa genetika yang berperan untuk meningkatkan sekresi
hormone pertumbuhan sehingga mengobati dwarfisme hipofisis adalah….C4
(UN,2012)
a. somastropin
b. somastostatin
c. insulin
d. Glukagon
e. interperon

46. Untuk melestarikan tanaman tumbuhan langka akibat kebakaran hutan


dilakukan pembibitan dalam skala besar dalam waktu yang relative singkat.
Jenis bioteknologi yang di gunakan dalam mengatasi hal tersebut adalah….
(UN,2012)
a. penanaman hidroponik
b. hibridasi murni
c. tanaman transgenic
d. kultur jaringan
e. steks

47. Teknologi kloning apabila di terapkan pada berbagai jenis hewan dalam
jangka waktu panjang dapat menyebabkan dampak negatif yaitu,…
a. akan terjadi isolasi reproduksi antar spesies
b. akan terjadi kepunahan secara masal
c. menghasilkan individu yang berumah pendek
d. menurunkan keanekaragaman hayati
e. menurunkan jumlah populasi

48. Tanaman trangenik umumnya memiliki sipat – sipat unggul yang di inginkan
ternyata tanaman tersebut dapat merusak ekosistem, misalnya tanaman
transgenic tahan hama dapat menyebabkan …. C5 (UN, 2013)
a. tanaman disekitarnya yang berbeda jenis tumbuh kerdil karena tanaman
tanaman transgenic banyak menyerap unsur hara
121

b. hewan yang mengkonsumsi tanaman transgenic menjadi mandul karena


terkontaminasi gen asing
c. populasi kupu- kupu yang membantu proses penyerbukan musnah
sehingga produk menurun
d. tubuh tanaman transgenic tidak dapat di uraikan oleh bakteri sehingga
menjadi limbah pertanian
e. dalam jangka waktu yang relative lama menjadi kebal sehingga perlu
menggunakan dosis tinggi

49. Salah satu produk kedokteran adalah di hasilkan obat dari etropoerik yang
bermanfaat untuk….C4 ( UN,2015)
a. peralatan canggih
b. memacu produk sel darah merah
c. melarutkan pembekuan darah
d. membunuh tumor atau kanker
e. mengobati penyakit kanker

50. keberhasilan rekayasa genetika menghasilkan tumbuhan unggul dan


pengembangan terus menerus meningkatkan kekuatiran banyak pihak
terutama kalangan ahli biologi, karena….C4 ( UN,2014)
a. menurunkan sipat unggul
b. memberikan keunggulan yang sesaat pada manusia
c. sipat unggul memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap lingkungan
d. sipat unggul tidak dapat di pertahankan
e. gen- gen flasma nutpah menjadi in – aktif

Lampiran 2

Ditujukan kepada : Siswa

I. Pengantar
Pada petunjuk ini terdapat 25 pertanyaan untuk mencari informasi
kesulitan belajar pada materi Biotekhnologi
1. Pertimbangan baik-baik setiap pertanyaan dan berikan jawaban dari
pertanyaan tersebut yang menurut anda sesuai dengan pribadi anda
2. Isilah dengan jujur dengan demikian validates jawaban yang baik akan
membantu kemurnian penelitian
3. Pengisian angket tidak mempengaruhi penelitian
4. Atas bantuan dan partsipasi siswa -siswa diucapkan terima kasih

II. Identitas
Nama Siswa :
122

Kelas :
Jenis Kelamin :
Umur :
Asal Sekolah :

III. Kategori jawaban


SL= Selalu :4
SR= Sering :3
KK= kadang – kadang : 2
TP= Tidak Pernah :1
Keterangan kategori pilihan jawaban

NO PERNYATAAN SL SR KK TP
1. Saya tertarik dengan mata pelajaran
Bioteknologi
2. Saya mempelajari materi Bioteknologi yang
akan di bahas sebelum pelajaran di mulai
3. Menurut saya materi Bioteknologi lebih sulit di
bandingkan materi yang lain tetapi saya bisa
memahaminya .
4. Jika saya merasa kesulitan dalam memahami
materi Bioteknologi, saya bertanya kepada
teman saya yang lebih paham
5. Jika saya saya merasa kesulitan dalam
memahami materi Bioteknologi, saya bertanya
teman saya yang lebih paham
6. Sarana dan prasana laboratorium untuk
praktikum Bioteknologi tersedia
7. Sekolah menfasilitasi buku pegangan siswa
untuk pembelajaran Bioteknologi pada saat
KBM
8. Saya mengulang kembali di rumah praktek
Bioteknologi yang telah di lekukam di sekolah
kaena kondisi rumah saya mendukung
9. Keluarga memberi perhatian ketika saya belajar
dirumah
10. Sayatidak merasa kesulitan untuk
menyelesaikan tugas – tugas Bioteknologi
11. Saya merasa optimis dalam mengerjakan tugas
Bioteknologi yang diberikan guru disekolah.
12. Saya merasa senang dapat memahami konsep
Bioteknologi yang di sampaikan oleh guru
13. Saya merasa senang ketika dapat materi
Bioteknologi di aplikasikan dalam bentuk
praktek disekolah.
14. Materi Bioteknologi di belajarkan dengan
mengunakan LKS
123

15. Jika ada pertanyaan yang saya ajukan guru


memberikan jawaban yang membuat saya lebih
mengerti
16. Setelah guru menjelaskan materi saya merasa
lebih semangat untuk mengetahui lebih banyak
tentang Bioteknologi
17. Pada proses pembelajaran guru menggunakan
metode yang menarik dalam mengajar
Bioteknologi
18. Pada saat guru membelajarkan Bioteknologi
guru menjelaskan secara runtut
19. Guru menggunakan alat peraga ketika
mengajar Bioteknologi
20 Alat peraga/ Media yang di gunakan pada saat
mengajar Bioteknologi membuat saya lebih
mudah mengerti
21 Materi Bioteknologi selalu di belajarkan
dengan praktikum
22 Guru menggunakan tekhnologi ICT ketika
mengajar Bioteknologi
23 Saya dapat menyelasaikan soal Bioteknologi
dari Guru dengan cepat
24 Materi Bioteknologi yang di sampikan guru
membuat minat saya makin tinggi untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi
25 Guru menggunakan internet sebagai sumber
belajar pada materi Bioteknologi

PERTANYAAN WAWANCARA

Ditujukan kepada : Siswa

Pengaruh faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar


dalam mempelajari Bioteknologi

I. Pengantar
1. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi hubungan dengan
penelitian : “Analisis kesulitan belajar Bioteknologi”.
2. Informasi yang kami peroleh sangat berguna sebagai sumber data dalam
melengkapi penelitian tersebut .
3. Data yang kami dapatkan semata- mata untuk kepentingan penelitian
untuk itu siswa/ siswi tidak perlu ragu mengisi rubrik wawancara
4. Partisipasi siswi/ siswi memberikan informasi sangat diharapkan.

II Identitas
124

Nama Siswa :
Kelas :
Jenis Kelamain :

III. Petunjuk Pengisian


Isilah wawancara berikut sesuai dengan keadaan yang ada pada diri
sendiri.

IV. Pertanyaan

1. Apakah anda tertarik mempelajari Bioteknologi ? mengapa ?


Jawab:

2. Apakah anda mengetahui materi – materi yang di pelajari dalam


pembelajaran Bioteknologi ?jelaskan !
Jawab:

3. Menurut anda , apakah setelah belajar Bioteknolog ini bermanfaat untuk


peningkatan prestasi di masa yang akan datang?
Jawab:

4. Didalam mempelajari Bioteknologi tentu anda menemukan kesulitan


dalam pembelajarannya, kesulitan apa yang andatemui dalam
mempelajari Biotekhnologi?
Jawab:

5. Apakah anda dapat menyelesaikan soal – soal Bioteknologi yang di


berikan guru ?beri alasannya !
Jawab.:

6. Jika anda menemukan kesulitan dalam pembelajaran Bioteknologi , apa


yang anda lakukan?beri alasannya!
Jawab:

7. Bagaimana Metode pembelajaran Bioteknologi yang di lakukan oleh


gurumu pada saat pembelajaran Bioteknologi di sekolahmu ?jelaskan !
Jawab:
125

8. Apakah Guru menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran


Bioteknologi ?
Jawab:

9. Apakah anda lebih paham tentang Bioteknologi dengan menggunakan


media / Alat peraga ?
Jawab:

10. Apakah guru menggunakan internet untuk pembelajaran Bioteknologi?


atau menggunakan buku pegangan ? atau sumber belajar lainnya?
Jawab:

11. Dalam pembelajaran Bioekhnologi guru memiliki peranan yang sangat


sentral, bagaimana tife guru yang anda sukai, apakah guru sudah
mencerminkan kriteria yang anda butuhkan
Jawab:

12. Apakah Sekolah memiliki laboratorium IPA ?


Jawab:

13. Bagaimana kesedian bahan / alat Praktikum Bioteknologi disekolahmu ?


Jawab:

14. Apakah dilakukan praktikum dalam pembelajaran Bioteknologi pada


setiap tofik?
Jawab:
126

15. Dalam pembelajaran Bioteknologi guru menjelaskan materi Bioteknologi


kepada siswa. Bagaimana menurut anda tentang mengajar materi
Biotekhnologi, apakah anda dapat memahami topik yang disampaikan
oleh guru
Jawab:

16. Apakah sekolah menfasilitasi buku pegangan siswa kelas XII ? Apakah
anda membawanya setiap kali pembelajaran Bioteknologi ?
Jawab:

17. Apakah pasilitas sekolah menyebabkan anda kesulitan dalam


mempelajari Biotekologi? Beri alasannya!
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai