Anda di halaman 1dari 12

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATERI DIFUSI DAN OSMOSIS DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1
SEJANGKUNG

MINDARIATI, SP SMA Negeri 9 Pontianak Email : mindariatisp@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh penerapan model Problem
Based learning materi difusi dan osmosis terhadap peningkatan pemahaman konsep dan hasil belajar
siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sejangkung. Penelitian ini merupakan Pelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan menggunakan deskripsi kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Sejangkung. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan tes. Analisis data dalam
penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa adanya peningkatan pelaksanaan pembelajaran, yaitu dibuktikan dengan
peningkatan pemahaman konsep belajar siswa, persentase siklus I terlihat pada kenaikan nilai yaitu
dari angka 72,22% menjadi sebesar 86,11 % sehingga terjadi kenaikan 13,89 %. Respon siswa terhadap
model pembelajaran berbasis problem based learning pada materi difusi dan osmosis kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Sejangkung kabupaten sambas menujukkan kriteria sangat baik. Dan ini terlihat juga pada
hasil belajar siswa meningkat 8,33% dari angka 75% menjadi sebesar 83,33 %
Kesimpulan bahwa penerapan model Problem Based learning layak digunakan sebagai bahan ajar pada
materi difusi dan osmosis dan mendapatkan respon dengan kategori sangat baik.
Kata kunci: Model Problem Based learning, Difusi dan Osmosis, Hasil Belajar.

ABSTRACT
This study aims to analyze whether or not the effect of the application of the Problem Based learning
model with diffusion and osmosis material on the improvement of conceptual understanding and
learning outcomes of class XI IPA students at SMA Negeri 1 Sejangkung. This research is a Classroom
Action Research (PTK) using qualitative descriptions.The research subjects were students of class XI
Science Senior High School 1 Sejangkung. Data collection was carried out by observation and test
techniques. Data analysis in this research is using qualitative descriptive analysis. Based on the
results of the study it was concluded that there was an increase in the implementation of learning,
which was evidenced by an increase in understanding of the concept of student learning, the
percentage of cycle I was seen in the increase in value, from 72.22% to 86.11% so that there was an
increase of 13.89%. Student responses to problem-based learning models on diffusion and osmosis
material in class XI Science Senior High School 1 Sejangkung, Sambas district, show very good criteria.
And this can be seen also in student learning outcomes increased by 8.33% from 75% to 83.33% The
conclusion is that the application of the Problem Based learning model is feasible to use as a teaching
material on diffusion and osmosis material and gets a very good response category.
Keywords: Problem Based Learning Model, Diffusion and Osmosis, Learning Outcomes.

1
PENDAHULUAN minimal (KKM) yaitu 75, sedangkan 80% siswa
memperoleh hasil belajar belum mencapai
Pendidikan pada dasarnya merupakan KKM dengan nilai dibawah 75. Hal tersebut
proses pembentukan kepribadian dan menunjukkan bahwa penguasaan konsep
kecakapan siswa, yang bertujuan untuk dasar materi biologi khususnya difusi dan
membantu siswa agar dapat mengembangkan osmosis masih rendah.
pengetahuan serta keterampilan. Agar Jauh dari sudut pandang itu, jika
terciptanya pendidikan yang bermutu perlu ditinjau dari sisi keilmuan, Biologi merupakan
pembaharuan kurikulum yang mencakup isi ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang
pelajaran, tujuan pelajaran, dan alat untuk hayat. Bagaimana tidak, lingkup kajian
mencapai tujuan serta metode mengajar, Biologi memungkinkan manusia memperoleh
media dan evaluasi. Tercapainya tujuan jawaban atas pertanyaan dunia yang berada
pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh disekelilingnya yang menekankan pada aspek
proses pembelajaran yang kondusif dan perlu kehidupan, dan ekologis dari eksistensi
diciptakan komunikasi antara guru dengan manusia itu sendiri. Bidang kajian Biologi
siswa maupun siswa dengan siswa. meliputi bumi, aspek dan proses yang
Proses belajar mengajar pada membentuknya, hubungan sebab akibat
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu antara manusia dengan lingkungan. Sebagai
proses penyampaian pesan dari sumber pesan suatu disiplin yang terintegrasi, Biologi
melalui saluran/media tertentu ke penerima memadukan dimensi fisik bumi dengan
pesan (Sadiman, 2011: 11). Pesan yang akan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan
disampaikan berupa materi ajar, sedangkan dan kehidupan manusia yang ada di
sumber pesannya bisa guru ataupun siswa. lingkungannya.
Baik tidaknya proses komunikasi yang
disampaikan akan berdampak pada hasil Materi biologi diharapkan dapat
belajar siswa. Beberapa faktor yang mengembangkan kemampuan peserta didik
mempengaruhi atau menghambat proses tentang pemberian pengalaman secara
belajar di antaranya kurangnya minat belajar langsung, fakta serta gejala yang ada di
siswa, kurangnya variasi mengajar, maupun lingkungan muka bumi dan bukan pula
sulitnya materi ajar. merupakan mata pelajaran hafalan seperti
Pelajaran di sekolah terdiri dari yang terjadi saat ini. Pengetahuan, sikap,
berbagai jenis mata pelajaran, salah satu dan keterampilan yang diperoleh dalam mata
mata pelajaran yang diajarkan adalah biologi. pelajaran Biologi diharapkan dapat
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran membangun kemampuan peserta didik untuk
yang masuk dalam ujian nasional pada setiap bersikap, bertindak cerdas, arif, dan
akhir tahun pelajaran sehingga biologi ikut bertanggung jawab dalam menghadapi
andil dalam menentukan predikat kelulusan masalah sosial, ekonomi, dan ekologis.
setiap peserta didik yang menempuh jenjang Sehubungan dengan hal itu, sudah seharusnya
pendidikan menengah. peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
Namun kenyataannya, mata pelajaran sehari-hari di lingkungan siswa dilibatkan
biologi khususnya materi difusi dan osmosis dalam pembelajaran di sekolah. Hal tersebut
yang dipelajari dikelas XI SMA merupakan sub perlu diterapkan mengingat pembelajaran
materi biologi yang sulit dipelajari oleh siswa Biologi bertujuan agar peserta didik memiliki
SMAN 1 Sejangkung. Hasil ketuntasan nilai kemampuan sebagai berikut:
ulangan harian materi difusi dan osmosis 1. memahami masalah lingkungan dan semua
menunjukkan bahwa sebanyak 20% saja siswa makhluk hidup mulai dari tingkat atom,
yang berhasil mencapai kriteria ketuntasan molekul, sel, jaringan, organ, individu,

2
polpulasi, ekosistem, bioma, serta proses belajar. Beberapa diantaranya adalah :
yang berkaitan dengan gejala alam sekitar Aunurrahamn (2013 : 38) menyatakan
dalam konteks nasional dan global. bahwa “Belajar adalah proses orang
2. menguasai keterampilan dasar untuk memperoleh berbagai kecakapan,
memperoleh data dan informasi, keterampilan, dan sikap”. Belajar
menerapkan pengetahuan biologi dalam merupakan tindakan dan prilaku siswa
kehidupan sehari-hari, dan yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
mengomunikasikannya untuk kepentingan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri
kemajuan bangsa Indonesia. (Dimyati dan Mudjiono, 2015 :7). Menurut
3. menampilkan perilaku peduli terhadap Slameto (2015:2), “Belajar adalah suatu
lingkungan hidup dan memanfaatkan proses usaha yang dilakukan seseorang
sumber daya alam secara arif serta untuk memperoleh perubahan tingkah laku
memiliki toleransi terhadap keragaman yang baru secara keseluruhan, sebagai
budaya bangsa. hasil pengalamannya sendiri dalam
4. menampilkan perilaku cinta tanah air, interaksi dengan lingkungannya”. Menurut
bangga sebagai bangsa Indonesia, dan Hamdani (2011: 21-22), menyatakan
bertanggung jawab terhadap keutuhan bahwa “ Belajar adalah merupakan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang perubahan tingkah laku atau penampilan,
berlandaskan pada Pancasila dan UUD dengan serangkaian kegiatan. Misalnya
1945. dengan membaca, mengamati,
Mengacu pada tujuan itu diharapkan mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
sekolah menciptakan kondisi lingkungan yang Dari berbagai pendapat para ahli
kondusif untuk memotivasi belajar peserta mengenai pengertian belajar diatas, dapat
didik dan memberikan dampaknya terhadap disimpulkan bahwa belajar merupakan
perolehan keterampilan hidup dalam perubahan tingkah laku pada diri
pemecahan masalah-masalah yang ada di seseorang sebagai bentuk dari
daerahnya. pengalamannya berinteraksi dengan
Bertolak dari tujuan, dan ruang lingkungan.
lingkup mata pelajaran Biologi tersebut di Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris
atas, telah menjabarkan mata pelajaran (2013: 14), Hasil belajar adalah
Biologi ke dalam Kompetensi Inti (KI) dan “Pencapaian bentuk perubahan prilaku
Kompetensi Dasar (KD) yang nantinya akan yang cenderung menetap dari ranah
dikembangkan oleh guru di setiap satuan kognitif, afektif, dan psikomotoris dari
pendidikan ke dalam silabus dan rencana proses belajar yang dilakukan dalam waktu
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu tertentu. Abdurrahman (dalam Asep Jihad
pokok bahasan yang harus dikuasai peserta dan Abdul Haris, 2013: 14) menyatakan
didik pada mata pelajaran Biologi adalah “Hasil belajar adalah kemampuan yang
Difusi Dan Osmosis. Pokok bahasan ini diperoleh anak setelah melalui kegiatan
menuntut peserta didik untuk kompeten belajar”.
dalam menginterpretasikan konsentrasi Dari beberapa pendapat diatas dapat
larutan. Mencermati penekanan kurikulum disimpulkan bahwa hasil belajar
Bilogi secara keseluruhan di atas maka proses merupakan perubahan kemampuan siswa
belajar yang berlangsung di sekolah sudah yang didapat dari proses pembelajaran
seyogyanya harus dikaitkan dengan yang telah dilakukan.
lingkungan dimana peserta didik berada.
Terdapat banyak sekali pendapat
mengenai pengertian tentang definisi

3
a. Jenis-jenis Hasil Belajar Sedangkan faktor ekstern terdiri dari
Hasil belajar terbagi menjadi beberapa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
jenis, yakni : dan lingkungan masyarakat.
a. Keterampilan dan kebiasaan Menurut Hamid (2012: 3), “faktor-
b. Pengetahuan dan pengertian faktor yang mempengaruhi hasil belajar
c. Sikap dan cita-cita. dapat digolongkan ke dalam dua faktor
Masing-masing jenis hasil belajar yaitu, faktor intern (faktor dalam diri
dapat diisi dengan bahan yang telah manusia) dan faktor ekstem (faktor dari
ditetapkan dalam kurikulum (Sudjana, luar manusia)”. Keberhasilan belajar
2012: 22). Gagne berpendapat dalam sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
(Sudjana, 2012: 22) membagi lima kategori Faktor- faktor tersebut dapat di
hasil belajar yakni : (a) informasi verbal, kelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
(b) keterampilan intelektual, (c) strategi faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan faktor dari luar diri siswa (ekstern).
motoris. Hasil belajar yang akan diamati Menurut Sri (2008: 27), “faktor dalam
dalam penelitian ini yaitu hasil belajar diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil
kognitif, penilaian hasil belajar dalam belajar di antaranya adalah kecakapan,
penelitian ini digunakan soal post-test. minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian,
Menurut Aunurrahman (2013: 14), kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan
berpendapat bahwa hasil belajar dapat siswa”. Faktor dari luar siswa yang
dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu mempengaruhi hasil belajar diantaranya
pengetahuan dan keterampilan. adalah lingkungan fisik dan nonfisik
Pengetahuan terdiri dari empat kategori, (termasuk suasana kelas dalam belajar,
yaitu pengetahuan tentang fakta, seperti riang gembira, menyenangkan),
pengetahuan tentang prosedural, lingkungan sosial budaya, lingkungan
pengetahuan tentang konsep dan keluarga, program sekolah, guru,
pengetahuan tentang prinsip. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran, dan teman
keterampilan juga terdiri dari empat sekolah.
kategori, yaitu keterampilan untuk Secara garis besar maka dapat
berpikir atau keterampilan kognitif, disimpulkan yang menjadi faktor hasil
keterampilan untuk bertindak atau belajar terdiri dari faktor internal dan
keterampilan motorik, keterampilan eksternal yang masing-masing saling
bereaksi atau bersikap dan keterampilan berpengaruh satu sama lain dalam
berinteraksi. mempengaruhi hasil belajar.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jauh dari sudut pandang itu, jika
Hasil Belajar ditinjau dari sisi keilmuan, Biologi
Hasil belajar memiliki berbagai faktor merupakan ilmu untuk menunjang
yang mempengaruhinya, menurut Slameto kehidupan sepanjang hayat. Bagaimana
(2010: 54), faktor-faktor yang tidak, lingkup kajian Biologi
mempengaruhi hasil belajar dapat memungkinkan manusia memperoleh
digolongkan ke dalam dua golongan yaitu jawaban atas pertanyaan dunia yang
faktor intern yang bersumber pada diri berada disekelilingnya yang menekankan
siswa dan faktor ekstem yang bersumber pada aspek kehidupan, dan ekologis dari
dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri eksistensi manusia itu sendiri. Oleh
dari kecerdasan atau intelegensi, karena itu diperlukan inovasi
perhatian, bakat, minat, motivasi, pembelajaran yang dapat diterapkan
kematangan, kesiapan dan kelelahan. untuk mendorong terciptanya

4
pembelajaran Biologi dalam hal ini Tekanan osmotik merupakan sifat
pokok bahasan Difusi dan Osmosis yang koligatif, yang berarti bahwa sifat ini
berangkat dari pendekatan bergantung pada konsentrasi zat
pembelajaran dengan berpusat kepada terlarut, dan bukan pada sifat zat
peserta didik. Atas dasar itu, perlu terlarut itu sendiri.
adanya upaya-upaya yang mampu Faktor–faktor yang mempengaruhi
mengkondisikan seluruh peserta didik terjadinya osmosis pada sel hidup :
dapat aktif dalam proses pembelajaran a. Ukuran zat terlarut : semakin banyak
agar segala hambatan yang terjadi zat terlarut maka peristiwa terjadinya
selama ini diharapkan dapat segera osmosis akan semakin cepat. Karena zat
diatasi. Salah satu cara agar terlarut memiliki tekanan osmotik yang
pembelajaran Biologi dapat berlangsung berfungsi untuk memecah zat pelarut
dalam suasana aktif, kreatif, efektif, bergerak melalui membrane
dan menyenangkan (PAKEM) pada semipermeable.
pembelajaran yang dilaksanakan oleh b. Tebal membran : semakin tebal suatu
guru Biologi di SMAN 1 Sejangkung, yaitu membrane akan memperhambat
dengan menerapkan model terjadinya osmosis. Karena dapat
pembelajaran inovatif. Model menyebabkan semakin sulitnya zat
pembelajaran yang dipilih dalam terlarut menembus membrane
penelitian ini untuk menekankan tersebut.
kompetensi peserta didik dan · Luas permukaan
kemampuan berfikir kritis adalah Model · Jarak zat pelarut dan zat terlarut
pembelajaran berdasarkan Masalah atau Tujuan utama dari model problem
Problem Based Learning (PBL). based learning bukanlah penyampaian
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya pengetahuan kepada peseta didik,
atau berpindahnya suatu zat dalam melainkan pada pengembangan
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi kemampuan berfikir kritis dan kemampuan
ke bagian yang berkonsentrasi rendah, pemecahan masalah, sekaligus
sedangkan osmosis adalah perpindahan mengembangkan kemampuan peserta
air melalui membran permeabel selektif didik untuk secara aktif membangun
dari bagian yang lebih encer ke bagian pengetahuan sendiri. Selain itu juga untuk
yang lebih pekat (Irnaningtyas, 2017). mengembangkan kemandirian belajar dan
Contoh peristiwa difusi yang sederhana keterampilan sosial peserta didik.
adalah pemberian gula pada cairan the Kemandirian belajar dan kemampuan
tawar dan contoh peristiwa osmosis sosial itu dapat terbentuk ketika peserta
adalah kentang yang dimasukkan ke didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi
dalam air garam. informasi, strategi dan sumber belajar
Kecepatan difusi ditentukan oleh : yang relevan untuk menyelesaikan
Jumlah zat yang tersedia, kecepatan masalah (Trianto, 2014 :70).
gerak kinetik dan jumlah celah pada 1. Langkah Langkah Model Problem
membran sel. Difusi sederhana ini dapat Based Learning (PBL)
terjadi melalui dua cara: Adapun langkah langkah dalam model
a. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, Problem based learning ini antara lain
khususnya jika bahan berdifusi terlarut sebagai berikut :
lipid
b. Melalui saluran licin pada beberapa 1. Mengorientasikan Contoh: Peserta
protein transpor. didik mengamati permasalahan terkait

5
materi difusi dan osmosis berdasarkan Teknik Analisis Data.
objek yang diamati pada teks / Analisis data ini dilakukan secara
gambar video / lingkungan sekitar deskriptif kuantitatif berdasarkan hasil
yang disajikan observasi terhadap aktifitas, dan hasil belajar,
dengan langkah sebagai berikut:
2. Mengorganisasikan kegiatan 1. Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan
pembelajaran. Contoh: Peserta didik mencatat kembali data-data yang telah
menyampaikan berbagai pertanyaan terkumpul.
terhadap permasalahan yang terjadi 2. Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan
dalam difusi dan osmosis dan yang di wujudkan dalam bentuk pernyataan.
mengaitkannya dengan gangguan 3. Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan
keseimbangan lingkungan. apakah dalam metode pembelajaran quis
team ini terjadi peningkatan hasil belajar
3. Membimbing penyelidikan mandiri dan atau tidak. (Berdasarkan hasil observasi dan
kelompok Contoh: Guru membimbing tes).
4. Tahap follow up, yaitu merumuskan
peserta didik mengumpulkan
langkah-langkah perbaikan untuk siklus
informasi untuk memperoleh data
berikutnya atau dalam pelaksanaan di kelas
dalam rangka menjawab atau setelah berakhir berdasar inferensi yang
menyelesaikan permasalahan difusi telah ditetapkan.
dan osmosis 5. Pengambilan konklusi, berdasarkan analisis
hasil-hasil observasi yang disesuaikan
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil dengan tujuan penelitian. Kemudian
karya Contoh: Peserta didik dituangkan dalam bentuk interpretasi dalam
mengasosiasi data tentang bentuk pernyataan.
permasalahan difusi dan osmosis yang
diperoleh dari kegiatan sebelumnya 1 Analisis Data
dalam bentuk laporan
a Data collection (Pengumpulan Data)
5. Menganalisis dan evaluasi proses Sebelum melakukan reduksi data,
penyajian serta penarikan kesimpulan,
pemecahan masalah Contoh: Peserta
peneliti terlebih dahulu melakukan
didik mendiskusikan data berbagai
komponen pada difusi dan osmosis dan pengumpulan data. Pengumpulan data
mengaitkannya dengan gangguan tersebut dilakukan melalui observasi,
wawancara, serta dokumentasi. Setelah
keseimbangan ekosistem yang ada (
Panduan dan aplikasi PTK, Dr. data terkumpul maka peneliti selanjutnya
Rustiyarso, M.Si dan Tri wijaya, M.Pd : melakukan reduksi data, penyajian data dan
2020) menarik kesimpulan.

METODE b Data Reduction (Reduksi Data)

Jenis penelitian yang dilakukan oleh Mereduksi data berarti merangkum,


peneliti berupa Penelitian Tindakan Kelas memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
(PTK), yaitu suatu kegiatan penelitian yang
hal-hal yang penting, dicari tema dan
dilakukan di kelas dalam arti luas yang setiap
polanya. Reduksi data dilakukan dengan
siklus terdiri dari perencanaan, tindakan
observasi dan refleksi memfokuskan data dari hasil catatan
lapangan selama pelaksanaan tindakan,
Subject penelitian adalah peserta didik siswa
pereduksian data dilakukan sesuai dengan
kelas XI IPA berjumlah 25 siswa.
tujuan yang akan dicapai.

6
c Data Display (Penyajian Data) NilaiKlasikal=

Setelah data direduksi, maka langkah 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑥 100%
selanjutnya adalah mendisplaykan data,
penyajian data dalam penelitian ini Kriteria yang akan digunakan untuk
dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik. menyatakan terjadinya peningkatan
Melalui penyajian data tersebut, maka data pemahaman konsep belajar siswa
terorganisasi sehingga akan mudah berdasarkan rentang pemahaman mulai dari
dipahami. kriteria paham hingga sangat paham, rentang
d Conclusion Drawing/verification pemahaman konsep belajar siswa dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
2 Data Hasil Belajar

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tabel 3.1. Rentang Pemahaman Konsep Belajar Siswa
tersebut bertujuan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil belajar
Rentang Kriteria
diperoleh dari nilai tes nya. Hasil belajar
85% - 100% Sangat Paham
dikatakan meningkat apabila nilai klasikal
siswa ≥ 75%. Data yang diperoleh dari tes
70% - 84% Paham
hasil belajar dianalisis dengan langkah-
langkah sebagai berikut : 55% - 69% Cukup
a Menghitung skor dari setiap jawaban tes
b Mengubah skor menjadi nilai dengan 40% - 54% Kurang
menggunakan rumus :
!"#$ &'() *+,-$#.-/
Nilai Kognitif = 𝑥 100 25% - 39 % Kurang sekali
!"#$ 0'"!+010
c Menghitung persentase ketuntasan siswa
Sumber : Rumus yang diadopsi dari penelitian
(nilai KKM ≥ 75), dengan rumus sebagai
berikut : Subekti, Wisanti, Novita 2014: 346
NilaiKlasikal=
510.'/ !+!6' &'() 71(7'! HASIL DAN PEMBAHASAN
810.'/ !-.1$1/ !+!6'
𝑥 100%
A. Hasil Penelitian
d Membuat diagram batang peningkatan
ketuntasan belajar siswa. Penelitian mengenai upaya
Langkah ke empat dalam analisis data peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi, melalui pembelajaran berbasis Problem
kesimpulan dalam penelitian ini adalah Based Learning (PBL) pada materi difusi dan
hasil dari pelaksanaan tindakan. osmosis telah dilaksanakan. Penelitian
Kegiatan analisis data mempergunakan dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 1
pedoman sebagai berikut : Sejangkung. Jumlah sampel dalam
3 Data Pemahaman Konsep Belajar Siswa penelitian ini sebanyak 2 siklus dengan 1 kali
pertemuan setiap siklusnya. Hasil
Pemahaman yang dilakukan siswa dapat pelaksanaan penelitian dijabarkan dalam
diketahui dengan membuat lembar bentuk perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan. Data pemahaman konsep belajar pengamatan, dan refleksi pada setiap
siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai siklusnya.
berikut:
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑥 100

7
1. Proses Pembelajaran Siklus I sebesar 41,67% atau 13 siswa yang
Hasil pelaksanan penelitian pada siklus dikategorikan paham. Pada rentang 55-
I terdiri dari 1 kali pertemuan yang di 69% terdapat 10 siswa yang berada pada
paparkan dalam bentuk perencanaan, rentang cukup dengan persentase 25%.
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan Sedangkan untuk rentang 25-54% yaitu
refleksi di bawah ini : kategori kurang dan kurang sekali
a. Perencanaan Tindakan frekuensi 0 sehingga persentase 0%.
Bentuk perencanaan kegiatan 2. Hasil Belajar Siswa
penelitian dalam meningkatkan aktivitas
Siswa yang tuntas pada siklus I ini
dan hasil belajar siswa melalui model
sebanyak 15 siswa dengan persentase
pembelajaran problem based learning pada
72,22% dari 25 siswa. Siswa yang tidak
materi difusi dan osmosis kelas XI IPA SMA
tuntas sebanyak 10 orang dengan
Negeri 1 Sejangkung Kabupaten Sambas
persentase 27,78%. Hasil belajar siswa
yang dilakukan peneliti meliputi beberapa
berdasarkan persentase di atas perlu
hal. Pertama merancang skenario
dilakukan tindakan kembali karena
pembelajaran yang berisikan langkah-
masih dikatakan belum berhasil.
langkah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran problem based learning yang
akan dilaksanakan pada siklus I. d. Refleksi
b. Pelaksanaan Tindakan Hasil pelaksanaan pada siklus I,
melalui observasi, wawancara dan diskusi
Pelaksanaan beberapa tahapan, antara peneliti, observer, guru dan siswa
dalam pelaksanaan tindakan peneliti akan melakukan refleksi. Berdasarkan tingkat
bertindak sebagai guru dan 5 orang keaktifan siswa persentase yang dihasilkan
observer akan mengamati keterlaksanaan masih belum berada pada keaktifan yang
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan diinginkan. Rentang aktivitas siswa telah
mengamati aktivitas siswa. Observer akan berada pada indikator yang ditetapkan,
menceklist pernyataan yang ada di dalam namun masih terdapat beberapa siswa yang
lembar observasi terkait dengan belum aktif. Selain itu saat pelaksanaan
keterlaksanaan pembelajaran yang tindakan, guru tidak konsentrasi ketika
dilakukan guru. siswa banyak yang bertanya namun,
c. Pengamatan Tindakan (Observasi) pertanyaan yang diajukan siswa terjawab
dengan baik.
Observasi atau pengamatan ini
dilakukan oleh 5 observer seperti yang
2. Proses Pembelajaran Siklus II
telah dijabarkan pada kalimat sebelumnya,
tujuan observasi ini agar dapat mengetahui Hasil pelaksanan penelitian pada siklus
gambaran pelaksanaan proses pembelajaran II terdiri dari 1 kali pertemuan yang terdiri dari
dengan menggunakan model pembelajaran perencanaan, pelaksanaan , pengamatan dan
berbasis Problem Based Learning pada refleksi di bawah ini :
a. Perencanaan Tindakan
materi difusi dan osmosis di kelas XI IPA .
Perencanaan pada siklus II ini
1. Hasil Pemahaman Konsep Belajar Siswa
berdasarkan refleksi pada siklus I, peneliti
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat 2 merencanakan pembelajaran untuk
siswa berada pada rentang sangat paham memperbaiki pelaksanaan pada siklus II.
dengan persentase sebesar 33,33%.
Rentang 70-84% dihasilkan persentase

8
b. Pelaksanaan Tindakan siklus I yaitu 75% menjadi 83,33% pada
Pelaksanaan tindakan mulai dilakukan siklus II.
pada hari jum’at tanggal 15 Oktober 2018. 2) Hasil Belajar Siswa
Siswa SMAN 1 Sejangkung masuk pukul Pada akhir pelaksanaan siklus II ini siswa
06.45 WIB. Tahap pertama yaitu persiapan, kembali diberikan tes agar guru dapat
mengetahui tingkat pemahaman siswa
beberapa observer dan guru sudah tiba pukul
terhadap materi yang dipelajari.Dari hasil
06.30 WIB, dan sebelum pelajaran dimulai tes tersebut, 20 orang telah tuntas dan
semua observer sudah berada di dalam kelas. persentase ketuntasan sebesar 86,11%.
Persentase ketuntasan yang dicapai pada
c. Pengamatan Tindakan (Observasi)
siklus II telah berada di atas indikator
Secara keseluruhan pelaksanaan keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75 %
pembelajaran jauh lebih baik dibanding dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) adalah 75.
pertemuan sebelumnya. Guru lebih
Berdasarkan hasil pengamatan
menguasai kelas dan dapat mengatasi
terhadap proses belajar mengajar pada
keributan di kelas. Siswa semakin aktif
siklus II ini, kualitas pembelajaran jauh
dalam pembelajaran, pengerjaan LKS
lebih baik dibanding pada siklus
lebih cepat sehingga pembelajaran
sebelumnya. Aktivitas siswa pada siklus
dirasakan lebih efektif.
II ini meningkat sehingga berada pada
1) Hasil Pemahaman konsep Belajar
rentang aktif, artinya siswa sudah terbiasa
Siswa
dengan pelaksanaan pembelajaran ini.
Terdapat 5 siswa berada pada rentang
Siswa menjadi lebih antusias untuk
85-100% kategori sangat paham dengan
mengikuti pembelajaran sehingga dapat
persentase sebesar 27,78%. Pada
berdampak positif pada hasil belajarnya.
rentang 70-84% terdapat 14 siswa
d. Refleksi
paham dengan persentase 55,55%. Pada
Pelaksanaan pada siklus I
rentang 55-69% terdapat 5 siswa dengan
menunjukkan persentase hasil belajar siswa
kategori cukup paham persentase
masih berada di bawah KKM, kemudian
13,89% dan 1 siswa berada pada
dilanjutkan dengan siklus II ini. Berdasarkan
kategori kurang dengan persentase
hasil observasi, wawancara dan diskusi
2,78%. Jika dihitung berdasarkan nilai
antara peneliti, observer dan siswa
klasikal standar aktivitas Pemahaman
berpendapat.
konsep siswa meningkat 8,33% dari
1) Guru lebih menguasai kelas dan lebih
persentase pemahaman konsep pada
kreatif dalam menciptakan
pembelajaran yang semakin kondusif

9
2) Guru lebih tegas sehingga siswa lebih pemahaman konsep dan hasil belajar
tenang saat proses pembelajaran siswa pada materi Difusi dan Osmosis.
1. Pengaruh model Problem Based
berlangsung Learning terhadap pemahaman
3) Tingkat pemahaman siswa mengalami konsep pembelajaran
Pada siklus II menunjukkan bahwa
peningkatan dimana pada siklus I
semua indikator pemahaman konsep
persentase siswa yang paham-sangat
yang diamati telah mengalami
paham sebesar 75 % kemudian
peningkatan. Persentase pemahaman
meningkat sebesar 8,33 % menjadi
siswa pada siklus I sebesar 75% dan
83,33 % telah berada pada indikator
pada siklus II 83,33%, peningkatan
keberhasilan yang ditetapkan .
aktivitas sebesar 8,33. Peningkatan
4) Persentase hasil belajar siswa, pada
aktivitas belajar siswa di atas
siklus I yaitu 72,22 % kemudian pada
dihitung secara klasikal. Sedangkan
siklus II meningkat menjadi 86,11 %.
persentase untuk tiap aspek yang
Hal tersebut menunjukan bahwa siklus
diamati pada siklus I yaitu visual
telah berhasil yaitu berdasarkan
activities sebesar 87,84%, oral
indikator keberhasilan, persentase telah
activities 61,8%, listening activities
berada di atas 75%.
81,6%, writing activities 86,8% dan
Penggunaan model pembelajaran
mental activities sebesar 69,1%.
problem based learning dengan media
Pada siklus II visual activities
telah berhasil meningkatkan aktivitas
sebesar 88,19%, oral activities
dan hasil belajar siswa kelas XI IPA
76,39%, listening activities 83,3%,
pada materi difusi dan osmosis, dimana
writing activities 91,67% dan mental
kedua variabel yaitu aktivitas dan hasil
activities sebesar 69,8%, semua
belajar mengalami peningkatan dari
aspek aktivitas yang diamati
siklus sebelumnya dan telah mencapai
mengalami peningkatan.
indikator keberhasilan yang ditetapkan,
Berdasarkan data di atas dapat
maka dari itu peneliti memutuskan
diketahui bahwa terjadi peningkatan
bahwa penelitian tidak perlu dilanjutkan
aktivitas belajar siswa dengan
pada siklus berikutnya.
penerapan model pembelajaran
B. Pembahasan
problem based learning pada materi
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas di SMA Negeri 1 Sejangkung, difusi dan osmosis di kelas XI IPA
menunjukkan adanya peningkatan SMA Negeri 1 Sejangkung.
Aktivitas (pemahaman konsep)

10
siswa mengalami peningkatan 86,11 % sehingga terjadi kenaikan 13,89
sebesar 8,33%, pada siklus I %.
2. Respon siswa terhadap model pembelajaran
keaktifan siswa sebesar 75% yaitu
berbasis problem based learning pada materi
berada pada rentang cukup aktif , difusi dan osmosis kelas XI IPA SMA Negeri
pada siklus II mencapai 83,33% 1 Sejangkung menujukkan kriteria sangat
baik. Hal ini terlihat berdasarkan hasil
sehingga berada pada rentang aktif.
belajar siswa meningkat 8,33% dari angka
2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa 75% menjadi sebesar 83,33 %
Menggunakan Model 3. Rencana pembelajaran dengan Problem
Based Learning pada materi pelajaran
Pembelajaran Problem Based
Biologi khususnya pada materi difusi dan
Learning osmosis dikelas XI IPA SMA Negeri 1
Pada siklus I nilai siswa masih Sejangkung telah dirancang sesuai dengan
berada di bawah indikator yang Kurikulum 2013.
ditetapkan persentase sebesar
72,22% kemudian pada siklus II B. Saran
mengalami peningkatan sehingga Adapun beberapa saran yang dapat
persentase ketuntasan telah berada di disampaikan berdasarkan penelitian ini adalah
atas 75% yakni sebesar 86,11%. sebagai berikut :
Peningkatan ketuntasan hasil belajar 1. Bagi guru biologi perlu mempelajari lebih
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 mendalam model pembelajaran seperti
Sejangkung Problem Based Learning sehingga dapat
Terlihat lebih jelas berdasarkan data menciptakan suasana belajar yang bermakna.
di atas di ketahui terjadi peningkatan 2. Bagi peneliti berikutnya hasil penelitian ini
hasil belajar siswa kelas XI IPA bisa dijadikan rujukan untuk meningkatkan
SMA Negeri 1 Sejangkung dalam hasil belajar siswa melalui model problem
penerapan model pembelajaran based learning.
problem based learning, dimana 3. Bagi sekolah diharapkan penelitian ini
terjadi peningkatan sebesar 13,89%. menjadi sumbangan kecil kami para guru
untuk penerapan cara belajar mengajar yang
Kesimpulan sedikit berbeda dan diharapkan juga tentunya
Berdasarkan hasil penelitian dapat hasil yang berbeda yaitu lebih baik dari
disimpulkan bahwa : sebelumnya.
1. Terdapat pengaruh yang signifikan 4. Agar kepala sekolah memfasilitasi guru guru
dalam penerapan model problem based lainnya untuk melakukan Penelitian
learning terhadap pemahaman konsep Tindakan Kelas sehingga hasil penelitian
belajar siswa dalam pembelajaran difusi yang diperoleh dapat meningkatkan kwalitas
dan osmosis dikelas XI IPA SMA negeri pada guru khususnya dan pada siswa
1 Sejangkung. umumnya.
Hal ini terlihat pada kenaikan nilai yaitu
dari angka 72,22% menjadi sebesar

11
Subekti, Wisanti, Novita. 2014.
Efektivitas Model Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Kooperatif Pada materi Trigonometri
Di Kelas X IPA 1 SMAN 8 Banda Aceh.
ISSN 2086-1397. Vo. 5, no 1.
Arikunto, Suharsimi. 2017. Penelitian
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil
Tindakan Kelas Edisi Revisi. Jakarta:
Proses belajar. Bandung: PT. Remaja
Bumi Aksara.
Rosdakarya.
Asep Jihad, Abdul Haris. 2013.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Evaluasi Dan Pembelajaran. Jakarta:
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Multi Pressindo.
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Aunurrahman. 2013. Belajar Dan
Alfabeta.
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2011. Metode
Dimyati, Mujdiono. 2015. Belajar Dan
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Pembelajaran : Jakarta: PT. Rineka
Remaja Rosdakarya.
Cipta.
Taufiq Amir. 2015. Inovasi Pendidikan
Hamdani. 2011. Strategi Belajar
Problem Based learning. Jakarta: Bumi
Mengajar . Bandung: Pustaka Setia.
Aksara.
Irnaningtyas. 2017. Biologi Untuk
Trianto. 2014. Mendesain Model
SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Pembelajaran Inovatif Progresif.
Kunandar. 2016. Langkah Mudah
Jakarta: Kencana.
penelitian Tindakan Kelas; Sebagai
Wina Sanjaya. 2013. Strategi
pengembangan Profesi Guru. Jakarta:
Pembelajaran Berorientasi Standar
Rajawali Pers.
proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Nana Sudjana. 2016. Penilaian Hasil
proses Belajar mengajar. Bandung: PT,
Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2015. Evaluasi Hasil
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rusman. 2014. Model Model
Pembelajaran; Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta Rajawali
Pers.
Rustiyarso, Tri Wijaya. 2020. Panduan
Dan Aplikasi Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: Noktah
Sadiman, S. Arief, dkk. 2011. Media
Pembelajaran, Pengertian,
Pengembangan Dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Rajawali Pers
Slameto. 2015. Belajar Dan Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rinneka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai