Jl. KH Wachid Hasyim No.65, Bandar Lor, Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur 64114
Diva Aulia Z.S. (10821006), Mayang Hawwin A. (10821013), Rizqina Salma T.A.T. (10821022),
SEJARAH LEAN
Perusahaan di AS selalu berusaha mencari terobosan pemotongan biaya sehingga perusahaan
kompetitif. Pasca Perang Dunia II, orientasi proses dan produksi masal berubah menjadi orientasi
hasil, fokus pada output, dan sistem produksi. Perusahaan – perusahaan di Jepang pasca Perang Dunia
II berusaha bangkit kembali. Problem yang dihadapi adalah kekurangan sumber daya manusia,
material, maupun finansial sehingga mereka mengembangkan terobosan manajemen baru rendah
biaya.
Pada tahun 1910, muncul sebuah konsep dan pelaksanaan yang cukup popular dalam dunia
otomotif yang di terapkan pertama kali oleh Henry Ford, pendiri Ford Motor Company. Konsep
tersebut merujuk pada pendekatan assembly line, di mana alat-alat untuk pembuatan model untuk
mobil-mobil ford telah digunakan secara “continuous flow”. Dalam penerapannya, konsep ini
memang telah berhasil mengurangi biaya produksi pembuatan mobil-mobil ford. Namun, ternyata
ditemukan ada beberapa kelemahan dari konsep yang diperkenalkan pertama kali oleh Henry Ford ini.
Kelamahan utamanya yaitu bahwa Ford sangat bergantung pada mesin, yang mana mesin
tersebut berjalan terus tanpa henti tanpa memikirkan hasil produksi. Dan akibatnya, Ford terpaksa
harus menyimpan banyak stok mobil yang sudah jadi (finished goods) maupun dalam bentuk ‘work in
progress’. Hal ini tentu saja menyebabkan pemborosan bagi ford. Satu lagi kelemahan sistem tersebut
adalah kelemahan dalam hal pengelolaan sumber daya manusianya yang menyebabkan kurangnya
motivasi tenaga pekerja dalam organisasi tersebut.
Pada tahun 1930-an, pemimpin dari Toyota Motor Company, mengunjungi pabrik Ford dan
melakukan studi tentang sistem produksi massal di pabrik Ford tersebut dalam rangka meningkatkan
sistem produksinya. Sistem produksi missal yang dilakukan oleh Ford hanya dapat dilakukan untuk
volume produksi yang besar dan memiliki variasi produk yang terbatas. Jadi sistem produksi ini
bukan hanya tidak fleksibel tapi juga sulit untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Pada saat itu,
Jepang hanya memiliki pasar yang kecil untuk mobil dibandingkan dengan pasar Amerika Serikat.
Pasar yang kecil berarti volume produksi yang diperlukan untuk memenuhi pesanan
pelanggan juga kecil. Pada tahun 1950, para pemimpin Toyota melakukan kunjungan studi ke
beberapa perusahaan manufaktur di AS dan mereka berharap akan kagum dengan kemajuan
manufaktur AS. Akan tetapi para pemimpin itu merasa terkejut bahwa perkembangan sistem produksi
massal di AS tidak banyak berubah sejak tahun 1930-an. Bahkan mereka menemukan banyak sekali
kekurangan di system produksi tersebut.
Para pemimpin melihat sistem akuntansi tradisional yang menghargai manajer yang
memproduksi produk berlebih, proses produksi yang tidak mengalir secara merata, sehingga barang
cacat yang tersembunyi dalam batch besar ini mungkin tidak akan ditemukan selama berminggu-
minggu. Tempat kerja tidak tertata dan berada di luar kendali dengan persediaan berlebih.
Utara Taiichii Ohno yang mendapat tugas dari Toyota untuk mengembangkan sistem untuk
meningkatkan produktivitas di perusahaan, akhirnya menemukan bahwa yang perlu dikuasai oleh
Toyota adalah proses produksi yang mengalir secara kontinu. Contoh terbaik yang ada pada saat itu
adalah jalur perakitan bergerak milik Ford. Dengan menggunakan prinsip manajemen ilmiah yang
dipelopori oleh Frederick Taylor, Ford juga bergantung pada studi tentang time studies, tugas pekerja
yang sangat terspesialisasi, dan pemisahan antara perencanaan yang dilakukan oleh para insiniyur dan
pelaksanaan oleh para pekerja.
Dalam bukunya, Ford menekankan pentingnya menciptakan aliran material yang tidak
terputus sepanjang proses, menstandarisasikan proses, dan menghilangkan pemborosan. Namun
sementara ia mengkotbahkan hal itu, perusahaannya tidak selalu mempraktekkannya. Hal inilah yang
membantu Toyota menghasilkan suatu penemuan penting, yakni sistem yang berorientasi terhadap
proses, saat ini dikenal sebagai Toyota Production System (TPS) atau Lean Production.
Konsep tersebut dikembangkan dan di praktekkan sebagai Toyota Production System atau
Lean Productionoleh Eiji Toyoda, Taiichi Ohno, Shinge Shingo untuk mengembangkan sebuah
sistem produksi berfokus pada proses.Konsep ini mengantarkan Toyota sebagai perusahaan
manufacturing terhebat di dunia. Menciptakan Toyota Way yang merupakan bentuk continous
improvement yang bertujuan untukmengeleminasi waste yang menyebabkan kerugian atau tidak
menghasilkan nilai sama sekali, sehingga terciptalah budaya lean.
Toyota memperoleh keberhasilan dikarenakan memiiki kemampuan membangun strategi
dalam menumbuh kembangkan kepemimpinan,tim dan budaya yang digunakan membangun
hubungan dengan 12 supplier, serta membentuk organisasi yang selalu belajar (learning organization)
(Graban, 2009).
Pada tahun 2002, Virginia Mason Medical Centre (VMMC) di Seattle, Washington menjadi
rumah sakit pertama di Amerika Serikatyang mengimplementasikan perangkat dan teknik lean dengan
mengadopsi Toyota Production System (TPS) (Kim et al. 2006). VMMC menggunakan perangkat
lean seperti Kaizen events dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous improvement)
(Spear,2005).
PENGERTIAN LEAN
Lean merupakan salah satu prinsip dan filosofi manajamen yang dikembangkan oleh Toyota
Motor. Lean dapat digunakan untuk meningkatkan operasional suatu perusahaan (Liker, 2004). Höfer
& Naeve (2017) menyebutkan bahwa Lean merupakan proses atau strategi bisnis yang dikembangkan
untuk mengurangi pemborosan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan proses bisnis. Gaspersz,
(2007) menyatakan bahwa Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendeketan sistematik yang
digunakan untuk melakukan identifikasi dan menghilangkan pemborosan dan aktivitas-aktivitas yang
tidak memiliki nilai tambah dengan tujuan mampu meningkatkan kualitas pelayanan atau proses
dalam suatu industri.
Management (2013) mengatakan bahwa Lean merupakan suatu filosofi bisnis yang
didasarkan dengan mengurangi penggunaan sumber daya dalam berbagai aktivitas perusahaan dan
eliminasi pemborosan maupun aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah, melalui upaya itu
diharapkan mampu memperbaiki dan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan. Secara ringkasnya,
Lean merupakan sekumpulan metode yang dapat digunakan untuk melakukan eliminasi pemborosan
(waste) dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan untuk meningkatkan aktivitas-aktivitas yang
memiliki nilai tambah/value added (VA).
Penggunaan konsep Lean mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dari yang awalnya
hanya digunakan di bidang industri manufaktur hingga sekarang mulai banyak digunakan untuk
meningkatkan kualitas di berbagai sektor, mulai dari sektor jasa hingga ke sektor layanan publik
(Iswanto, 2019). Gaspersz (2007) menyebutkan bahwa Lean Service memiliki filosofi yang serupa
Lean Manufacturing yaitu memberikan upaya perbaikan yang berfokus pada identifikasi dan eliminasi
terhadap aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah pada operasi pelayanan yang berkaitan langsung
dengan pelanggan.
Lean Service memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu memberikan perbaikan dengan
mengurangi pemborosan dan meningkatkan nilai tambah pada operasi layanan pada industri jasa
tersebut. Hal itu didukung oleh Shoejaian (2014) yang menggunakan prinsip Lean untuk melakukan
identifikasi, eliminasi, dan perbaikan pada proses-proses yang tidak memiliki nilai tambah. Oleh
karena itu, penerapan konsep Lean dapat digunakan sebagai salah satu cara atau tools yang dapat
meningkatkan proses kerja atau proses layanan pada industri jasa.
Penggunaan prinsip Lean pada industri sektor layanan jasa memunculkan studi-studi
mengenai implementasi Lean yang digunakan sebagai tools untuk melakukan upaya perbaikan di
berbagai bidang layanan. Kemampuan konsep Lean yang mampu mengidentifkasi hingga melakukan
eliminasi waste maupun aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah pada suatu proses, menjadi dasar
penggunaan Lean mulai banyak digunakan pada industri jasa.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai implementasi Lean pada industri jasa, seperti
yang dilakukan oleh Waring & Bishop (2010) membahas mengenai penerapan konsep Lean pada
bidang layanan kesehatan; selanjutnya pada sektor Hospitality (keramahan) seperti pelayanan hotel
yang dilakukan oleh Vlachos & Bogdanovic (2013) serta pada industri jasa keuangan seperti yang
dilakukan oleh Kennedy & Widener (2008). Penelitian-penelitian tersebut merangkum hasil
penerapan implementasi dan mengidentifikasi pemborosan yang terjadi pada sektor layanan jasa.
Lean mempunyai makna ramping atau kurus. Lean merupakan sebuah sistem manajemen dan
metodologi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas, keamanan dan efisiensi suatu proses
pelayanan (Kim et al. 2006). Lean adalah suatu pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value
adding activities) melalui perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) (Gaspersz, 2006).
LEAN MANUFACTURING
Pertumbuhan industri manufacturing mencatatkan pertumbuhan pada sebesar 4,5% pada
kuartal I/2018, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya di angka 4,28%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin banyaknya industri manufacturing di Indonesia. Dengan begitu
persaingan akan semakin ketat, sehingga setiap perusahaan berusaha untuk menjadi yang terdepan dan
menjadi pilihan utama bagi konsumennya. Agar mampu bersaing dengan begitu banyak rival,
perusahaan harus mampu mengatur dan merancang strategi yang akan diterapkan untuk memasarkan
maupun memproduksi produk
Keberhasilan strategi tidak hanya dilihat dari posisi produk terhadap pesaing dipasaran, tidak
hanya tentang berapa jumlah produk yang berhasil dijual. Namun juga tentang bagaimana keadaan
internal perusahaan yaitu bagaimana proses pembuatan produk tersebut, berapa sumber daya yang
digunakan, berapa biaya dan waktu yang digunakan untuk pembuatan produk tersebut.
Dalam proses produksi, jika suatu proses tidak memberikan nilai tambah pada produk yang
diproduksi oleh perusahan maka proses ini dapat dikategorikan sebagai pemborosan. Pemborosan
yang terjadi dalam suatu perusahaan akan mengakibatkan terbuangnya secara percuma tenaga ataupun
sumber daya yang digunakan, sehingga akan meminimalkan nilai profit yang akan didapatkan oleh
perusahaan nantinya. Dalam mengurangi pemborosan ini salah satu pendekatan yang bisa dilakukan
adalah dengan menerapkan konsep Lean Manufacturing dalam lingkungan perusahanan.
Lean Manufacturing adalah suatu praktik produksi yang mempertimbangkan segala
pengeluaran sumber daya yang ada untuk mendapatkan nilai ekonomis terhadap pelanggan tanpa
adanya pemborosan, dan pemborosan inilah yang menjadi target untuk dikurangi. Lean
Manufacturing merupakan metode dan strategi manajemen untuk meningkatkan efisiensi di bidang
manufaktur atau produksi Lean selalu melihat nilai produk dari sudut pandang pelanggan, di mana
nilai sebuah produk didefinisikan sebagai sesuatu yang mau dibayar oleh pelanggan. Tujuan utama
Lean adalah untuk menghilangkan pemborosan (Waste ) dan meningkatkan nilai tambah (value
added) produk (barang atau jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (customer).
Implementasi Lean Manufacturing dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan
perbaikan pada proses dan inovasi di perusahaan, sehingga perusahaan tersebut melakukan perbaikan
berkelanjutan untuk mencapai operational excellence dan customer intimacy.
Lean enterprise mengurusi seluruh perusaahaan mulai tahapan dari supplier, pemasok, sampai
kemudian produk yang di produksi manufactur sampai ke customer. lean manajemen adalah metode
sistematis dan intergratif yang di implementasikan secara berkesinambungan untuk meminimalisir
dan mencegah adanya pemborosan atau yang di sebut dengan waste. Jadi pemborosan (waste) yang
dicegah itu mulai dari supplier, pemasok, sampai ke customer.
Di perusahaan manufactur ada produksi, keuangan, engineering (rekayasa), pemasaran, dan
lain-lain. Lean manufacturing yang diurusi hanya di bagian prses produksi saja. Untuk lean enterprise
yang diurusi adalah seluruh kegiatan yang ada di perusahaan. Value stream (arus nilai) adalah proses
untuk membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk ke pasar. Dari bahan baku diolah di lean
manufacturing / company sampai ke customer.
LEAN ENTERPRISE
Di lean enterprise terdiri dari berbagai sub-sub, lean enterprise memayungi sub-sub kegiatan
di perusahaan itu juga di proses di lean manajemen.
Lean Design / Development
Proses untuk menerapkan konsep lean ke fase desain suatu sistem, seperti produk atau
proses yang kompleks. Istilah tersebut menggambarkan metode desain di perusahaan
manufaktur ramping sebagai bagian dari studi industri Jepang oleh Massachusetts Institute of
Technology . Pada saat penelitian, para pembuat mobil Jepang mengungguli rekan-rekan
Amerika dalam hal kecepatan, sumber daya yang digunakan dalam desain, dan kualitas
desain.
Desain produksi massal konvensional berfokus terutama pada fungsi produk dan
biaya produksi namun, desain untuk lean manufacturing secara sistematis memperluas
persamaan desain untuk memasukkan semua faktor yang akan menentukan keberhasilan
produk secara keseluruhanaliran nilai dan siklus hidup. Salah satu tujuannya adalah untuk
mengurangi pemborosan dan memaksimalkan nilai, dan tujuan lainnya termasuk
meningkatkan kualitas desain dan mengurangi waktu untuk mencapai solusi akhir.
Metode ini telah digunakan dalam arsitektur, perawatan kesehatan, pengembangan
produk, desain proses, sistem teknologi informasi, dan bahkan untuk membuat model bisnis
yang ramping. Ini bergantung pada definisi dan optimalisasi nilai ditambah dengan
pencegahan pemborosan sebelum mereka memasuki sistem. Desain untuk lean manufacturing
adalah desain sistem .
Lean Order Entry
Proses untuk penerapan lean ke dalam pesanan yang masuk. Penerapan lean pada
pesanan yang masuk agar meminimalisir atau menghilangkan pemborosan, misalnya pada
penerapan pesanan harus datang ke tempat tujuan dan harus menulis form pendaftaran
terlebih dahulu, dengan adanya penerapan sytem lean maka akan mengurangi pemborosan
kertas dan mempersingkat waktu.
Dengan cara mendaftar menggunakan handphone dan membuat google form sehingga
pesanan dapat tersimpan dengan aman dan mengurangi pemborosan waktu dan kertas untuk
datang ke tempat tujuan untuk memesan susuatu.
Lean Finance
Fokus pada peningkatan efektivitas keseluruhan aktivitas inti untuk memungkinkan
aliran data yang andal, standar pelaporan yang seragam, serta proses keuangan dan
infrastruktur teknologi yang dioptimalkan. Anda kemudian dapat memanfaatkan keuntungan
kualitas dan efisiensi yang dihasilkan untuk meningkatkan jangkauan, ketepatan waktu, dan
integritas dukungan bisnis strategis Anda. Lean finance melibatkan penyederhanaan,
perampingan, dan penyelarasan proses keuangan yang penting untuk menciptakan operasi
keuangan yang lebih ramping dan efisien.
Mengurangi biaya operasional hanyalah salah satu tujuan dari lean finance. Ini juga
dapat secara dramatis meningkatkan kecepatan, fleksibilitas, dan kualitas di seluruh fungsi
keuangan dan memungkinkan tim keuangan untuk memberikan layanan dengan jangkauan
dan nilai yang lebih besar.
Langkah pertama dalam menerapkan prinsip keuangan ramping adalah menentukan
di mana dan bagaimana fungsi keuangan menambah nilai. Ini memerlukan peninjauan semua
area fungsional departemen akuntansi/keuangan, termasuk pemrosesan transaksional,
penganggaran, pelaporan keuangan, dan aktivitas pengendalian dan pendukung keputusan.
Lean Engineering
Menghindari pemborosan dibidang keinsinyuran atau keteknikan. Pada mulanya di
bidang keteknikan biasanya menggunakan tenaga kerja manusia untuk mengerjakan sesuatu,
dengan adanya sytem lean ini dapat mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia,
yaitu dengan menggunakan robot. Salah satu metode ini dapat dilakukan karena robot mudah
dan cepat dalam perbaikan atau pengerjaan sesuatu hal.
Robot hanyalah listrik dan suku cadang jika rusak. Tidak seperti para buruh manusia,
robot tidak akan butuh waktu istirahat, robot juga tidak membutuhkan asuransi, jamsostek,
dan juga tidak akan meminta tunjangan setiap bulannya. Sehingga system lean ini sangat
mempermudah mengurangi atau mengihalangkan pemborosan dan mempercepat pekerjaan.
Lean Manufacturing
Lean manufacturing merupakan sebuah metode di dalam manajemen produksi yang
memfokuskan penggunaan dan pemberdayaan sumber daya untuk menciptakan value bagi
pelanggan seefisien mungkin. Caranya adalah dengan menghilangkan waste (pemborosan)
yang terjadi pada proses sehingga terjadi proses yang lebih efektif dan efisien, dengan
kualitas output yang lebih baik.
Dengan kata lain Lean Manufacturing adalah salah satu strategi perusahaan untuk
melakukan perbaikan berkelanjutan untuk menghilangkan pemborosan, merespon dengan
cepat keinginan pelanggan sehingga perusahaan mampu menghasilkan kinerja sesuai dengan
yang diharapkan .
Contoh penerapan Lean Manufacturing dari beberapa pabrik barang di produksi
secara terpisah misalnya ada yang membuat ban, body mobil dengan jarak tempuh yang jauh.
Supaya lebih efektif pabrik-pabrik penyetok bahan baku dibuat jarak tempunya sedekat
mungkin sehingga mengurangi biaya transportasi.
Lean Marketing / Sales
Lean marketing atau penjualan adalah proses yang dibangun tepat waktu untuk
evaluasi dan iterasi yang sering, sehingga dapat menyesuaikan dan mengubah strategi
pemasaran saat mendapatkan umpan balik, saat pasar berubah, dan saat pesaing melepaskan
strategi mereka. Bekerja lebih cerdas, pelajari pemasaran ramping.
Lean marketing adalah proses yang memungkinkan CMO (Chief Marketing Officer)
sering mengubah strategi pemasaran mereka untuk menganalisis apa yang berhasil dan apa
yang tidak. Mempelajari cara memanfaatkan teknik pemasaran ramping untuk menginspirasi
tim, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kecepatan pemasaran.
Selama ini banyak sekali perusahaan yang melakukan promosi dengan mencetak
brosur atau dengan menggunakan SPG (Sales Promotio Girl). Hal tersebut merupakan
pemborosan dan penjualnnya belum tentu laku, sehingga system lean ini dapat digunakan
untuk mengurangi pemborosan dengan cara mempromosikan barang melalui media sosial,
sehingga lebih efektif.
Lean Administration
Lean Administration berkaitan dengan paperles (menghiangkan kertas). Selama ini
dokumen-dokumen yang ada di suatu perusahaan banyak di jadikan hard file, di print / cetak
menggunakan kertas, bahkan ketika surat menyurat antar perusahaan masih menggunakan
kertas. Dengan menggunakan sytem Lean Administration dapat mengurangi pemborosan
kertas serta tidak membuang-buang waktu untuk mengirimkan surat.
Dengan adanya Lean Administration tidak ada penumpukan kertas sehingga lebih
praktis dan ramping. Untuk urusan dokumen-dokumen perusahaan bisa menyimpannya di
komputer atau di handphone perusahaan, surat menyerat juga akan lebih praktis
menggunakan email, tidak ada pemborosan waktu sehingga seseorang bisa menggunakan
waktunya untuk mengerjakn sesuatu yang lainnya.
Semua aktifitas diatas adalah pengurangan atau penghilangan pemborosan (waste) melalui
lean. Aktivitas-aktivitas diatas ada didalam perusahaan, sehingga dipayungi atau dihandle oleh Lean
Enterprise. Jadi dalam perusahaan sub-sub atau seluruh aspek dari perusahaan di hemat dari
pemborosan (waste).
PILLARS (PILAR)
Just-in-Time (tepat waktu)
JIT merupakan teknik tentang bagaimana memasok dengan jumlah yang tepat, waktu
yang tepat, dan lokasi yang tepat (Wilson, 2010). Pondasi ini membantu perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan produksi dan distribusinya secara efisien. Prinsip JIT lebih dari sistem
kontrol persediaan sederhana, mengejutkan bagi banyak praktisi kontrol persediaan karena
JIT juga mengontrol variasi (Wilson, 2010).
Takt time (waktu yang tepat)
Pada dasarnya, kata “takt” diambil dari bahasa Jerman yaitu “Takt zeit”, yang
memiliki arti irama musik. Jadi, takt adalah waktu yang tersedia agar bisa menghasilkan
setiap unit produk untuk bisa memenuhi permintaan konsumen atau distributor.
Atau dengan kata lain, takt time adalah suatu kecepatan yang harus dicapai oleh tim
produksi agar bisa memenuhi kebutuhan pelanggan. Sehingga, manajemen produksi
yang bertanggung jawab terkait produksi harus bisa mengatur setiap prosesnya sesuai
dengan takt time yang sudah ditentukan agar jumlah unit yang diproduksi bisa sesuai
dengan jumlah untuk yang memang diperlukan oleh pelanggan.
Contoh sederhananya, bila takt time dalam membuat setiap unit produk masker
adalah 30 detik, maka setiap 30 detik harus tersedia unit baru yang dihasilkan oleh lini
produksi di dalam perusahaan tersebut.
Flow (mengalir)
Dalam psikologi positif, keadaan aliran, juga dikenal bahasa sehari-hari sebagai
berada di zona, adalah keadaan mental di mana seseorang melakukan beberapa aktivitas
sepenuhnya tenggelam dalam perasaan fokus energi, keterlibatan penuh, dan kenikmatan
dalam proses aktivitas.
Pull (menarik)
Istilah bisnis push and pull berasal dari logistik dan manajemen rantai pasokan, tetapi
juga banyak digunakan dalam pemasaran dan bisnis distribusi hotel. Walmart adalah
contoh perusahaan yang menggunakan strategi push vs. pull.
Setup Reduction (pengurangan pengaturan)
Pengurangan waktu setup adalah proses sistematik untuk mengurangi downtime
antara penggantian part pada produksi dengan lot kecil.
TPM (Total Productive Maintenance)
Salah satu usaha untuk mempertahankan mutu dan meningkatkan kinerja peralatan
dalam industri diperlukan penerapan Total Productive Maintenance (TPM). TPM adalah
metode untuk meningkatkan produktivitas di area kerja dengan cara membuat proses
tersebut lebih reliable dan lebih efisien energi. TPM berfungsi untuk memelihara kondisi
peralatan dalam industri tetap dalam kondisi prima dan meminimalisir kerusakan.
5 Whys (5 mengapa)
5 Mengapa (5 Whys) adalah teknik tanya-jawab sederhana untuk menyelidiki
hubungan sebab akibat yang menjadi akar dari suatu permasalahan. Teknik ini adalah
praktik bertanya, mengapa sebanyak lima kali, mengapa sebuah masalah teknis terjadi
dalam upaya menentukan akar penyebab dari suatu kerusakan atau masalah.
Teknik ini dikembangkan oleh Sakichi Toyoda yang kemudian dipakai di dalam
perusahaan Toyota Motor Corporation. Pada tahun 1970-an, strategi 5 Mengapa
dipopulerkan oleh Sistem Produksi Toyota. Metode ini sekarang dipakai sebagai salah
satu metode dalam strategi Six Sigma.
Menurut Taiichi Ohno, perintis Sistem Produksi Toyota pada tahun 1950-an, "Tidak
memiliki masalah adalah masalah terbesar dari segalanya."Ohno memandang sebuah
masalah bukan sebagai hal negatif, melainkan sebagai kesempatan tersembunyi untuk
melakukan kaizen (perbaikan terus menerus). Setiap kali sebuah masalah muncul, ia
menganjurkan stafnya untuk langsung menyelidiki permasalahannya sampai ditemukan
akar penyebabnya. "Amati lantai produksi tanpa prasangka, dan bertanya 'mengapa'
sebanyak lima kali mengenai setiap soal".
Ohno menggunakan contoh berhenti beroperasinya sebuah mesin robot pengelas
untuk mendemonstrasikan kegunaan metode ini, sampai akhirnya akar penyebab masalah
ditemukan lewat penyelidikan secara terus menerus: Setiap jawaban dijadikan
pertanyaan "mengapa" yang baru hingga akar penyebab suatu masalah ditemukan.
1. "Mengapa robot itu berhenti?"
Muatan pada sirkuit melampaui batas sampai sekringnya putus.
2. "Mengapa muatan pada sirkuit melampaui batas?"
Bantalan-bantalan macet karena kurang pelumas.
3. "Mengapa bantalan kurang pelumas?"
Pompa oli pada robot itu tidak mengedarkan cukup oli.
4. "Mengapa pompa oli tidak mengedarkan cukup oli?"
Pipa masuk tersumbat oleh serbuk logam.
5. "Mengapa pipa masuk tersumbat oleh serbuk logam?"
Karena pompa itu tidak dilengkapi dengan filter.
RESULTS (HASIL)
World Class (kelas dunia)
Pendekatan lean ini apabila digunakan sebaik-baiknya dengan mengidentifikasi waste
atau pemborosan dan menemukan prose baru yang lebih efisien di masa depan maka
suatu perusahaan jasa atau manufaktur dapat mencapai status worl class.
Dengan mengaplikasikan metode yang digunakanToyota dalam meraih status worl
class ini dapat menghidupkan inisiatif continuous improvement yang memperbaiki
proses-proses bisnis perusahaan jasa maupun manukfaktur.
Safety (keamanan)
Dengan penerapan lean maka pemborosan atau waste dapat diminimalisir atau
dihilangkan. Sehingga dalam hal ini penerapan lean dapat menghasilkan keamanan
dalam suatu perusahaan jasa maupun manukfaktur, mencegah adanya cidera yang
disebabkan oleh suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu kegiatan atau tindakan yang
salah dan berlebihan yang seharusnya tidak dilaksanakan.
Quality (kualitas)
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.
Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam
kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang
dihasilkan.
Cost (biaya)
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.
Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam
kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang
dihasilkan.
Lead Time (waktu tunggu)
Lead time mengacu pada waktu yang dibutuhkan atau direncanakan – antara awal dan
penyelesaian operasi atau proyek. Istilah ini biasanya digunakan dalam manajemen rantai
pasokan, manajemen proyek, dan bidang manufaktur.
Waktu yang lebih lama sering kali mengakibatkan inefisiensi dan pemborosan
sumber daya, dan perusahaan harus meninjau waktu pemrosesan mereka terhadap tolok
ukur untuk mengidentifikasi cara meningkatkan waktu tunggu mereka.
Mengurangi lead time meningkatkan produktivitas secara keseluruhan, menghasilkan
pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi.
Enviroment (lingkungan)
Enviroment atau lingkungan adalah kondisi yang terjadi di sekitar bisnis atau
perusahaan yang dapat mempengaruhi laju usaha tersebut. Hal ini penting untuk menjadi
perhatian perusahaan karena akan mempengaruhi performa perusahaan.
Morale (moral)
Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
dan sebagainya. Moral merupakan standar perilaku yang memungkinkan setiap orang
untuk dapat hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok. Moral dapat mengacu pada
sanksi-sanksi masyarakat terkait perilaku yang benar dan dapat diterima.
ORIENTATION (ORIENTASI)
PROCESS ORIENTED CUSTOMER FOCUSED (BERORIENTASI PROSES BERFOKUS
PADA PELANGGAN)
Untuk mengembangkan model Lean Management kita harus melewati banyak proses.
Sehingga mencapai orientation atau tujuan berorientasi proses dan berfokus pada pelanggan.
Orientasi pada proses, biasanya kurang fokus pada perolehan hasil. Namun pekerja tipe ini
lebih memementingkan usaha dan cara-cara maupun metode untuk meraih apa yang diharapkan,
berorientasi pada proses ini menghasilkan manfaat bagi seseorang pekerja yaitu dapat tekun dan
konsisten dalam menjalani pekerjaannya sehingga mereka bertekad dan berusaha sebaik mungkin
dalam menjalankan pekerjaannya.
Customer focus adalah orientasi dari rangkaian pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Customer focus merupakan bagian dari suksesnya sebuah bisnis. Customer focus membuat pemilik
bisnis lebih menyadari kebutuhan yang paling diperlukan oleh pelanggan. Sehingga bisa diketahui
bagian mana yang perlu difokuskan agar bisnis lebih berkembang.
Tujuan utama dari customer focus adalah memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pelanggan. Customer focus juga berperan penting untuk suksesnya sebuah bisnis. Setiap pelanggan
dan bisnis memiliki jenis dan strategi customer focus yang berbeda-beda satu sama lain. Masing-
masing keadaan tidak bisa disamakan karena karakter dan juga tipe bisnis yang dijalankan berbeda
satu sama lain.
PEMBOROSAN (WASTE)
Pemborosan (waste) adalah aktivitas-aktivitas yang tidak memberi nilai tambah (added value)
kepada pelanggan dan organisasi. Pada proses pelayanan di rumah sakit ditemukan banyak sekali
pemborosan atau inefisiensi. Menurut Graban (2009) menyatakan bahwa hanya sekitar 25%-50%
waktu pelayanan yang digunakan perawat bagian rawat inap untuk melakukan kegiatan yang langsung
berhubungan dengan pasien, misalnya memeriksa status pasien, memberikan obat pasien, menanggapi
ketika pasien bertanya dan memberikan pedoman medis. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
sisa waktu sekitar 50%-75% untuk kegiatan yang bersifat tidak memiliki nilai tambah (non value
added).
Poin utama dari teori lean adalah mengeliminasi semua pemborosan (waste). Ada 2 kategori
pemborosan (waste) yaitu type one waste dan type two waste. Type one waste merupakan aktivitas
kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses pelayanan akan tetapi belum dapat ditiadakan
karena berbagai macam alasan atau masih dibutuhkan. Tipe ini biasanya terdapat pada aktvitas-
aktivitas yang sifatnya korektif, misalnya verifikasi, pengawasan dan sebagainya. Namun dalam
jangkapanjang waste tipe ini harus dapat dimanipulasi agar proses pelayanan dapat tetap berjalan
efektif dan tidak mengurangi value bagi konsumen (Putri, 2017).
Sedangkan untuk type two waste, ini merupakan aktifitas yang tidak memberikan nilai
tambah dan dapat dihilangkan segera. Aktifitasaktifitas dengan jenis waste tipe ini contohnya adalah
pengerjaan yang berulang atau rework, menghasilkan produk yag cacat, penyediaan stok barang yang
berlebih hingga kadaluarsa dan lain sebagainya. Tipe ini biasa disebut dengan waste saja. Ada 8 jenis
pemborosan yang dikenal dalam metode lean yang termasuk dalam type two waste. Kedelapan jenis
pemborosan (waste) tersebut dirangkum sebagai berikut :
1. DEFECTS
Defects yaitu setiap aktivitas atau pekerjaan yang tidak dilakukan dengan benar, memerlukan
pengulang kerja atau dikerjakan beruang kali. Defect (kesalahan) terjadi baik di rawat inap maupun
instalasi gawat darurat yakni seperti salah memberi obat, dokter mengganti resep yang telah dibuat
pada pasien karena obat pada resep sebelumnya tidak ada dalam farmasi, ketidak kelengkapan
kebutuhan pasien untuk administrasi, dan pasien dibawa ke ruang pemeriksaan yang salah.
2. OVERPRODUCTION
Overproduction yaitu memproduksi secara berlebihan dari yang diminta atau lebih awal dari yang
dibutuhkan konsumen.Waste overproduction (produksi yang berlebih) di dalam proses pelayanan
rawat jalan dan rawat inap yang melitputi mengeluarkan hasil tes laboratorium berulang-ulang dengan
informasi yang sama.
3. WAITING
Penundaan waktu atau waktu tunggu selama pelayanan. Waste waiting (menunggu) terjadi ketika
pasienmenunggu untuk proses selanjutnya di ruang tunggu yakni menunggu periksa dokter
menunggu proses administrasi menunggu hasil tes di laboratorium , menunggu dokumen, specimen
yangmenunggu untuk di tes, menunggupembayaran obat, menunggu obat farmasi.
5. TRANSPORTATION
Transportation yaitu memindahkan suatu barang atau orang dalam suatu proses ke proses berikutnya
sehingga dapat menyebabkan penambahan waktu dalam proses penanganannya. Transportation
(kendaraan) dalam pelayanan rawat jalan dan rawat inap meliputi, perpindahan pasien yang berlebih
dan mengambil berkas yang letaknya jauh yakni pengiriman berkas rekam medis ke tempat periksa.
6. INVENTORY
Memproduksi, menyimpan atau membeli barang yang tidak perlu, kehabisan stock, atau stock
berlebihan. Inventory (persediaan) yang terjadi adalah persediaan obat yang berlebih, persediaan
peralatan laboraturium yang berlebih, dokumen yang masih diproses yakni penumpukan dokumen
pasien, dan persediaan peralatan rumahsakit yang berlebih yakni kartu rekam medis yang belum
terpakai.
7. MOTION
Motion yaitu konsep ergonomis di lingkungan kerja dimana pegawai melakukan gerakan-gerakan
yang berlebihan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tidak menambah nilai kepada barang dan
jasa yang akan diserahkan kepada konsumen, justru menambah biaya atau waktu saja. Motion
(gerak) yang terjadi yakni mencari dokumen rekam medis, mengumpulkan peralatan medis,
adanyagerakan yang tidak diperlukan pada bagian informasi dan pendaftaran untuk menjangkau
barang-barang seperti mencari kuitansi alat tulis atau mencari obat.
8. EXTRA PROCESSING
Melakukan proses yang tidak diperlukan. Overprocessing (pemroresan tambahan) pada instalasi
rawat jalan dan instalasirawat inap yakni pencatatan identitas pasien dilakukan berulang-ulang, yakni
pada dokumen rekam medis, buku register, kartu kendali, dan komputer.
KESIMPULAN MATERI
Lean Management yang dipraktekkan di rumah sakit (Lean Hospital) atau dalam pelayanan
kesehatan (Lean Healthcare) adalah salah satu pendekatan terkini untuk meningkatkan efisiensi dan
mutu pelayanan. Lean adalah cara bagi rumah sakit untuk meningkatkan efisiensi dan mutu
pelayanannya dengan memberdayakan staf. Ini adalah metode untuk melibatkan dokter, perawat, para
staf rumah sakit untuk mengelola pekerjaan mereka. Sehingga dapat memperbaiki proses,
memberikan layanan yang lebih baik, lebih cepat dan dengan biaya yang lebih rendah.
Mengimplementasikan Lean pada akhirnya akan meningkatkan kinerja rumah sakit, mempercepat
proses, meningkatkan pendapatan, mengurangi biaya, dan meningkatkan kepuasan pelanggan, staf
dan manajemen/owner rumah sakit.