Anda di halaman 1dari 41

TOYOTA WAY

Buku The Toyota


Way berisikan
risalah tentang
sistem dan prinsip
manajemen
TOYOTA yang
membuat mereka
menjelma sebagai
perusahaan kelas
dunia yang unggul.
Buku Toyota Way merupakan buku
yang mengulas prinsip-prinsip kunci
manajemen Toyota Jepang hingga
menjadi perusahaan legendaris dunia.
Berikut beberapa prinsip dari Toyota
Way.
Kaizen (Continues Improvement)
Kaizen maknanya adalah fokus pada
perbaikan-perbaikan kecil namun
dilakukan terus menerus secara
konstan. Kaizen way merupakan
pola kerja yang powerful untuk
membangun kualitas produksi yang
selalu ekselen.
Penerapan prinsip
Kaizen dimulai dari
analisis pada kinerja
team Anda saat ini.
Lacak titik-titik
dimana terdapat
peluang perbaikan,
sehingga kinerja
akan lebih bagus.
Setelah itu, rumuskan
aksi perbaikan dalam
skala kecil; atau
perbaikan-perbaikan
kecil (small
improvement) yang
bisa dilakukan. Tidak
usah berambisi
melakukan perbaikan
besar dan masif.

7
Rencana aksi
perbaikan kecil
berisikan aspek :
• Aktivitas
perbaikan kecil
apa yang akan
dilakukan
• Kapan akan
dilakukan
• Siapa yang akan
melakukannya
8
Jika aksi perbaikan kecil itu sudah
dilakukan dan memberikan dampak
positif, maka jadikan langkahnya
sebagai standar dalam sistem kerja.
Selanjutnya, lakukan aksi perbaikan
kecil lainnya yang diperlukan. Jalani
proses ini secara berulang demi
perbaikan kinerja.
Small improvement atau perbaikan
kecil pada berbagai area kinerja

Jika dilakukan secara konsisten


dan terus menerus

Akan menghasilkan dampak yang


signifikan bagi kemajuan kinerja
Small is
beautiful
Genchi Gebutsu
(Go and See the Real Problem)

Manajer harus selalu turun ke


lapangan untuk melihat secara
nyata problem yang ada di
lapangan.
Genchi Gebutsu artinya adalah
management by walking around,
atau manajemen gaya blusukan.
Sebab ada sejumlah problem di
lapangan yang tidak akan bisa
dipantau hanya dengan kerja dari
belakang meja belaka.
Manajer Pemasaran harus rajin turun ke
lapangan menemui pelanggan dan team
sales-nya. Manajer Produksi harus rutin
turun ke lapangan untuk cek proses
produksi. Manajer HRD harus rajin
datang menemui para karyawan dan
melakukan dialog bersama.
Dengan langsung
turun ke lapangan,
seorang team
leader akan
mampu melihat
problem secara
lebih utuh, dan
mampu
memberikan solusi
yang lebih efektif.
Jidoka (Quality First)
Jidoka maknanya adalah
setiap operator Toyota berhak
menghentikan proses produksi
jika ia menemui sesuatu yang
tidak sesuai standarnya. Ini
wujud empowerment.
Jidoka memberikan
pemberdayaan atau
empowerment
kepada pegawai lini
pertama (first line
employee) untuk
berani mengambil
keputusan yang
diperlukan demi
terjaganya kualitas.
Dan beragam studi empirik menunjukkan,
empowerment kepada pegawai
merupakan elemen kunci untuk
membangun proses kerja yang unggul.
Dengan empowerment, para pegawai
akan menjadi lebih termotivasi, lebih
kreatif, dan terdorong untuk terus
melakukan perbaikan yang diperlukan.
Buku Toyota Way juga mengulas
tentang teknik legendaris bernama
Lean Manufacturing Toyota
Lean Manufacturing Toyota
merupakan sistem manufaktur
yang efisien, agile, berkualitas
unggul dan mampu
mengeliminasi beragam waste
yang tak perlu.
Lean Manufacturing Toyota
bertujuan mengeliminasi
tujuh jenis waste yang sering
menghantui dunia
manufakturing. 7 jenis waste
ini adalah......
1. Overproduction : lean
manufakturing akan mampu
menghilangkan over-production atau
produksi yang berlebih (sebuah
langkah yang amat boros biaya).
Overproduction terjadi karena proses
perencanaan produksi yang buruk dan
tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Over-production akan memunculkan
biaya penyimpanan barang jadi yang
amat mahal serta hilangnya
kesempatan untuk menggunakan
uang secara produktif (sebab uang
mati dalam bentuk stock barang jadi
yang berlebih).
Lean manufactuting selalu dirancang
dengan dasar perencanaan dan
peramalan produksi yang akurat,
dan sesuai kebutuhan. Dengan
demikian peluang over-production
bisa dihilangkan atau diminimalkan.
2. Waiting Time : lean manufacturing
juga akan hilangkan waktu tunggu. Ini
sebuah pemborosan yang acap terjadi
pada banyak pabrik.
Misal menunggu kedatangan spare
parts, menunggu kedatangan bahan
baku pendukung; hingga menunggu
perbaikan mesin yang rusak.
Lean Manufacturing
akan membuat
proses kerja menjadi
lebih efisien, dan
mampu menurunkan
waktu tunggu yang
tidak perlu; atau
menghilangkan
waktu tunggu yang
menyebalkan
(wasting time).
26
Lean Manufacturing
dirancang dengan
system flow yang
optimal, sehingga
mampu
memimalkan waktu
tunggu yang tidak
perlu. Sebab semua
alur proses sudah
didesain agar tidak
saling menunggu.
27
3. Unnecessary transport : lean
manufacturing juga akan hilangkan pola
distribusi barang yang tidak optimal, serta
memangkas terlalu banyak jalur yang harus
dilalui. Sejumlah pabrik memiliki lokasi yang
tidak efisien, sehingga memunculkan
transportasi yang berlebihan karena
jaraknya tidak saling berdekatan.
Konsep lean manufacturing bahkan
dirancang sejak pendirian pabrik. Toyota
selalu membangun pabrik yang saling
berdekatan dengan beragam supplier untuk
membentuk ekosistem yang efisien. Lokasi
pabrik yang bersifat cluster dan saling
berdekatan ini akan membuat proses
transportasi menjadi minimal; dan sangat
efisien.
4. Overprocessiong : lean manufactruing akan
pangkas proses yang berulang, dan hanya
memunculkan birokrasi.
Sistem lean manufacturing didesain dengan
fokus pada alur proses yang paling efisien.
Sejak sebelum beroperasi, sistem lean
manufacturing telah merumuskan mana alur
proses kunci yang perlu ada; dan mana alur
proses yang bisa dihilangkan, sehingga
proses produksi menjadi lebih efisien.
Lean Process ini
dapat diterapkan
dalam manajemen
kantor. Banyak
kantor yang punya
birokrasi atau alur
proses yang tak
efisien, sehingga
membuat proses
kerja menjadi
lamban. 31
5. Excess in Inventory : lean manufacturing
juga dirancang untuk menjaga agar inventori
barang di gudang tidak terlalu berlebihan.
Prinsip ini berkaitan dengan just-in-time
inventory, dimana setiap bahan yang akan
dipakai selalu datang beberapa saat
sebelum dibutuhkan. Dengan demikian tidak
ada waktu tunggu yang lama, dan bahan
baku tidak menumpuk di gudang.
Excess in Inventory juga bisa dihindari
dengan prinsip no over-production
seperti yang telah diulas sebelumnya.
Lean manufacturing selalu didasarkan
pada proses peramalan dan
perencanaan produksi yang presisi
sehingga mampu mengelak dari gejala
over-production.
6. Excess Motion : lean manufacturing Toyota
juga mampu mengeliminasi banyak aktivitas
di pabrik yang tidak efisien karena terlalu
banyak gerakan atau motion yang tidak perlu.
Excess motion merupakan salah
satu sumber tersembunyi
pemborosan. Banyak motion atau
gerakan yang sebenarya bisa
dihilangkan, namun terus dilakukan
karena kegagalan merancang alur
proses yang super efisien.
Excess motion juga bisa terjadi
karena perancangan tata letak
pabrik yang kurang optimal;
sehingga membuat banyak gerakan
ekstra yang perlu dilakukan karena
tata letak mesin dan peralatan tidak
efisien.
Peracangang lean manufacturing
selalu jeli melihat adanya potensi
gerakan berlebihan (excess motion)
ini; dan kemudian mendesain lay out
pabrik dan alur proses secara efisien,
sehingga mampu menihilkan gerakan
yang tak tak perlu.
7. Defects : lean manufacturing
Toyota juga selalu fokus pada upaya
untuk menihilkan defect (zero defect)
Dengan konsep Kaizen (perbaikan kecil
secara konstan), Jidoka (pemberdayaan
pegawai lini pertama), dan Genchi
Gebutsu (manajemen blusukan), maka
sistem Lean Manufacturing juga akan
selalu berupaya untuk menghilangkan
defect atau product cacat menuju angka
zero.
Selamat menjalankan
prinsip TOYOTA WAY
SELESAI

41

Anda mungkin juga menyukai