A. Lean
Tahun 1902, Sakichi Toyoda membuat sebuah mesin tenun yang dapat berhenti
sendiri jika terjadi gangguan. Yang sekarang ini dikenal sebagai jidoka.
Tahun 1913, Hendry Ford menerapkan produksi dengan aliran yang tidak
terputus (the flow of production) dan lini perkaitan untuk produksi masal.
Namun, masalah yang dihadapi adalah ketidakmampuan untuk memproduksi
lebih dari satu variasi mobil.
Tahun 1930-an, setelah perang dunia kedua, Kiichiro Toyoda, Taiichi Ohno,
Shigeo Shingo, dan keluarga Toyoda menemukan system produksi yang
fleksibel (one-piece flow) yang didukung dengan ditemukannya system tarik
(pull system) dimana proses dapat memproduksi sejumlah produk sesuai yang
dibutuhkan.
Tahun 1950-an, Shigeo Shingo mengembangkan system yang dikenal sebagai
SMED (Single Minute Exchange of Dies).
Kemudian sistem persediaan Just-In-Time dikembangkan dan system lain
seperti.
Lean manufacturing atau sama dengan Toyota production system pada intinya
merupakan suatu sistem produksi yang bertujuan untuk mengeliminasi pemborosan
(waste) disemua aspek produksi, mulai dari aliran bahan baku dari supplier sampai
dengan aliran produk akhir ke konsumen, melalui metode continuous improvement
sehingga dapat meningkatkan output dan produktifitas. Pemborosan dapat dikurangi
dengan melakukan produksi pada jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat (konsep
just-in-time). Continuous improvement merupakan tindakan perbaikan secara bertahap
dan dilakukan teris-menerus.
a. Tipe-tipe pemborosan (Waste)
Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi adalah
dengan menghilangkan pemborosan (waste). Pemborosan dalam bahasa jepang adalah
Muda, merupakan segala sesuatu baik material, mesin, perlengkapan dan peralatan,
sumber daya manusia, modal informasi, proses, managerial yang tidak memberikan
nilai tambah (non value added) pada produk atau hasil kerja (Womack & Jones, 1996).
Toyota telah mengidentifikasi tujuh jenis aktivitas utama yang tidak
memiliki nilai tambah dalam bisnis atau proses manufaktur. Tujuh pemborosan ini
dapat digunakan pada pengembangan produk, penerimaan pemesanan, dan
prosedur dikantor, tidak hanya dijalur produksi. Berikut beberapa jenis aktivitas
pemborosan:
1. Produksi berlebihan (over production). Memproduksi sesuatu barang lebih
awal atau dalam jumlah yang besar daripada yang dibutuhkan oleh pelanggan.
Hal ini menyebabkan pemborosan lain seperti biaya berlebih tenaga kerja,
penyimpanan, dan transportasi.
2. Waktu menunggu (Waiting). Para pekerja hanya mengamati mesin otomatis
yang sedang berjalan menunggu antrian pada proses selanjutnya atau
menganggur saja karena kehabisan material, dan menunggu mesin rusak,
keterlambatan proses.
3. Transportasi atau pengangkutan yang tidak perlu (Excessive Transportation).
Memindahkan barang, material, komponen, atau barang jadi ke dalam atau
keluar gudang penyimpanan atau dari satu proses ke proses lain. Hal ini
menciptakan angkutan yang tidak efisien karena jarak yang jauh.
4. Proses yang tidak tepat (Innapropriate processing). Melakukan langkah yang
tidak perlu untuk memproses komponen. Melaksanakan pemprosesan yang
tidak efisien karena alat dan rancangan produk yang buruk menyebabkan
gerakan yang tidak perlu dan menghasilkan barang cacat. pemborosan juga
terjadi ketika membuat produk yang memiliki kualitas yang lebih tinggi
daripada yang diperlukan.
Persediaan berlebih (Unnecessary Inventory). Bahan baku, barang dalam proses atau barang
jadi yang berlebih menyebabkan lead time yang panjang, barang
kadaluwarsa, barang rusak, peningkatan biaya transportasi dan penyimpanan,
dan keterlambatan. Persediaan berlebih juga menyembunyikan masalah
ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk
cacat, waktu turun mesin peralatan dan waktu setup yang lebih lama.
5. Gerakan yang tidak perlu (Motion)
Setiap gerakan yang dilakukan oleh karyawan selama melakukan pekerjaan
mereka yang bukan gerakan yang memberi nilai tambah pada komponen,
seperti mencari, meraih, menumpuk komponen, alat, berjalan juga merupakan
pemborosan dan lain-lain.
6. Produk cacat (Deffect). Produksi komponen yang cacat atau yang memberikan
perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, barang rongsokan, memproduksi
barang penganti dan inspeksi berarti penangan, waktu dan upaya yang sia-sia.
Konsep ini dirancang untuk memaksimalkan nilai yang diberikan melalui peningkatan
berkelanjutan dan pemborosan minimal. Berikut ini konsep yang diterapkan:
Lakukan dengan benar pertama kali: zero waste, ini harus dicapai dengan mendeteksi
masalah dan menyelesaikannya di sumbernya.
Meminimalkan pemborosan: mengecualikan aktivitas yang tidak berefek positif terhadap
nilai produk.
Perbaikan berkelanjutan: memiliki kekuatan untuk menjamin kualitas produk atau layanan
sebagai aksioma, terus berusaha meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya.
Proses “Pull”:jumlah yang diproduksi diproduksi sebagai respons terhadap permintaan
(untuk menghindari produksi berlebih).
Fleksibilitas: memiliki kemampuan untuk membuat berbagai kode produk yang berbeda dan
dalam jumlah yang berbeda – sesuai permintaan-.
Pembangunan dan pengelolaan hubungan jangka panjang dan kolaborasi dengan pemasok,
mencapai kesepakatan untuk berbagi risiko, biaya, dan informasi.
Perubahan fokus utama: pelanggan tidak membeli produk, tetapi pelanggan diberikan solusi.
2. Keuntungan Lean Manufacturing
Untuk tetap kompetitif dan menciptakan nilai bagi pelanggan, banyak perusahaan di segmen
industri (atau jasa), memutuskan untuk mengadopsi metode ini. Peningkatan daya saing ini
terjadi dari serangkaian manfaat yang dialami perusahaan secara internal pada berbagai
tingkatan hierarki. Berikut beberapa contoh manfaat yang diperoleh:
Produktivitas meningkat
Peningkatan kualitas
Meningkatkan keuntungan
Peningkatan penjualan
Meningkatkan nilai perusahaan
Pengurangan persediaan
Pengurangan waktu pengiriman
Pengurangan biaya produksi
Penting untuk digaris bawahi bahwa metode ini tidak bisa diterapkan begitu saja untuk
mencapai hasil yang maksimal, jika tidak ada lingkungan kerja yang didasarkan pada:
Informasi yang beredar di antara semua tingkatan perusahaan dengan tujuan selaras
Karyawan harus mau berubah dan berkembang
Penerapan Lean Manufacturing
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Aberdeen Group, perusahaan yang menerapkan Lean
Manufacturing berhasil mengurangi biaya pembelian, produksi dan kualitas sebesar 20% dan
50%. Untuk melakukan ini, ada tiga aspek yang perlu dilakukan:
Contoh penerapan Lean Manufacturing adalah perusahaan Nike yang telah mengubah proses
produksinya menjadi lebih efisien. Selain itu, perusahaan ini juga melakukan sebuah strategi
yang disebut dengan “Culture of Empowerment Model”. Strategi ini terdiri dari pelatihan
pekerja dengan tujuan agar mereka memiliki kemampuan untuk mengelola produksi dan
menyelesaikan setiap masalah yang mungkin timbul dengan segera. Dasar dari strategi ini
adalah filosofi Lean Manufacturing, karena memberikan kesempatan kepada pekerja untuk
meningkatkan keterampilan mereka dan berkontribusi pada perbaikan proses yang
berkelanjutan.
Itulah pembahasan tentang apa itu lean manufacturing, sejarah, konsep dan penerapannya.
Selain itu, filosofi ini didasarkan pada premis bahwa “orang” merupakan modal terpenting
perusahaan karena pekerja secara langsung berhubungan dengan lingkungan kerja. Oleh karena
itu, mereka juga lah yang pertama mengamati masalah mana yang harus diselesaikan.
Selain mengatasi pemborosan, produksi ramping juga dapat membantu perusahaan dalam
membangun tim yang lebih kompeten dan berkomitmen. Di samping itu, lean
manufacturing dapat membantu perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang ada
seefektif mungkin dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas produk
yang dihasilkan.
Jenis pemborosan meliputi proses, aktivitas, produk atau layanan yang membutuhkan waktu,
uang, atau keterampilan tetapi tidak menciptakan nilai bagi pelanggan.
Ini dapat mencakup bakat yang kurang dimanfaatkan, persediaan berlebih atau proses dan
prosedur yang tidak efektif atau boros.
Menghapus inefisiensi ini harus merampingkan layanan, mengurangi biaya dan pada akhirnya
memberikan penghematan untuk produk atau layanan tertentu melalui rantai pasokan ke
pelanggan.
Pemborosan dalam industri, apakah itu pekerja yang menganggur, proses yang buruk, atau
bahan yang tidak digunakan adalah penguras produktivitas, dan lean manufacturing bertujuan
untuk menghilangkannya.
Motif di balik ini bervariasi tergantung pendapat, dari meningkatkan keuntungan hingga
memberikan manfaat kepada pelanggan.
Namun, apa pun motifnya, ada empat manfaat utama dari lean manufacturing:
Nilai ini kemudian diciptakan oleh produsen atau penyedia layanan yang harus berusaha
menghilangkan pemborosan dan biaya untuk memenuhi harga optimal bagi pelanggan sambil
juga memaksimalkan keuntungan.
Value stream atau aliran nilai mencakup seluruh siklus hidup suatu produk, mulai dari bahan
mentah hingga pembuangan.
Setiap tahap siklus produksi perlu diperiksa untuk pemborosan dan segala sesuatu yang tidak
menambah nilai harus dihilangkan. Penyelarasan rantai sering direkomendasikan sebagai sarana
untuk mencapai langkah ini.
Aliran manufaktur modern seringkali rumit, membutuhkan upaya gabungan dari para insinyur,
ilmuwan, perancang, dan banyak lagi, dengan pembuatan produk fisik yang sebenarnya
hanyalah salah satu bagian dari aliran pekerjaan yang lebih luas.
Proses produksi yang terputus dan tidak harmonis menimbulkan biaya dan menciptakan aliran
berarti memastikan aliran yang konstan untuk produksi atau pengiriman layanan.
Namun, karena ketidakakuratan banyak perkiraan, hal ini dapat mengakibatkan produk yang
diproduksi terlalu banyak atau tidak cukup untuk memenuhi permintaan.
Hal ini dapat menyebabkan biaya pergudangan tambahan, jadwal yang terganggu atau kepuasan
pelanggan yang buruk. Pull system hanya bertindak ketika ada permintaan dan bergantung pada
fleksibilitas, komunikasi, dan proses yang efisien untuk berhasil dicapai.
Pull system dapat melibatkan tim yang hanya pindah ke tugas baru karena langkah sebelumnya
telah diselesaikan, memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan tantangan yang muncul dengan
pengetahuan bahwa pekerjaan sebelumnya sebagian besar masih berlaku untuk pengiriman
produk atau layanan.
V. Kesempurnaan
Mengejar kesempurnaan melalui perbaikan proses yang berkelanjutan juga dikenal sebagai
‘Kaizen’ yang diciptakan oleh pendiri Toyota Motor Corporation Kiichiro Toyoda.
Lean manufacturing membutuhkan penilaian dan peningkatan proses dan prosedur yang
berkelanjutan untuk menghilangkan pemborosan secara terus-menerus dalam upaya menemukan
sistem yang sempurna untuk aliran nilai.
Untuk membuat perbedaan yang bermakna dan bertahan lama, gagasan perbaikan terus-menerus
harus diintegrasikan melalui budaya organisasi dan memerlukan pengukuran metrik seperti
waktu tunggu, siklus produksi, keluaran, dan aliran kumulatif.
Penting bagi budaya perbaikan berkelanjutan untuk menyaring semua tingkat organisasi, dari
anggota tim dan manajer proyek hingga tingkat eksekutif, untuk menciptakan tanggung jawab
kolektif untuk peningkatan dan penciptaan nilai atau value.
6. Apa Alat Lean Manufacturing yang Paling Berguna dan Dapat Digunakan?
Untuk menghilangkan semua pemborosan tersebut, ada berbagai alat yang perlu Anda terapkan
dan pelajari cara menggunakannya.
Berikut adalah daftar singkat dari beberapa alat terpenting dalam sistem lean manufacturing
yang pertama kali di adopsi oleh Toyota:
Sistem 5S
Sistem 5S adalah metode mengatur materi tempat kerja Anda untuk akses yang lebih cepat dan
pemeliharaan yang lebih baik.
Sistem ini sangat penting untuk menghilangkan pemborosan yang dihasilkan oleh stasiun kerja
yang buruk dan peralatan dalam kondisi yang buruk.
5 S itu adalah:
Seiri (Urutkan) – Hapus semua item yang tidak perlu untuk produksi Anda saat ini, hanya
menyisakan apa yang diperlukan.
Seiton (Set In Order) – Atur item yang tersisa dan beri label yang sesuai.
Seiso (Bersinar) – Bersihkan dan periksa area kerja Anda dan semua yang ada di dalamnya
setiap hari.
Seiketsu (Standarisasi) – Tulis standar Anda untuk langkah Sort, Set In Order, dan Shine di
atas.
Shitsuke (Sustain) – Terapkan standar yang telah Anda tetapkan untuk perusahaan Anda dan
jadikan itu kebiasaan untuk semua orang di organisasi Anda.
Plan, Do, Check, Act (PDCA)
PDCA adalah metode 4 langkah perbaikan berkelanjutan dalam proses dan produk Anda. I
ni menerapkan metode ilmiah untuk manufaktur sehingga Anda dapat mengulangi hasil terbaik
sepanjang umur bisnis Anda.
Plan (Rencana) – Tentukan tujuan untuk suatu proses dan perubahan yang diperlukan untuk
mencapainya.
Act (Bertindak) – Menstandarkan dan menstabilkan perubahan atau memulai siklus lagi,
tergantung pada hasilnya.
Ini membantu mengurangi waktu tunggu dan mengurangi inventaris karena setiap produk atau
variannya diproduksi lebih sering dengan tingkat yang dapat diprediksi.
Ini mendorong semua manajer dan karyawan untuk terlibat dalam proses perbaikan manufaktur.
Kaizen memastikan bahwa pemborosan akan dikurangi secara bertahap melalui bakat dan
pengetahuan kolektif setiap orang di perusahaan yang bekerja sama untuk mengubah inefisiensi
terkecil setiap hari.
Ini mencegah Muri (membebani karyawan) dan memungkinkan manajer dan karyawan untuk
fokus pada tugas yang tepat pada waktu yang tepat tanpa usaha atau waktu yang terbuang.
Pada saat yang sama, Anda dapat mengintensifkan upaya untuk menemukan cara yang lebih
efisien untuk menambah nilai pada lini produk perusahaan. (Lihat kotak sebelah kanan untuk
contoh limbah.)
Overstocking dapat menjadi sangat bermasalah jika beberapa persediaan akhirnya menjadi
usang-yang sering terjadi.
Pengguna lean manufacturing mengajarkan produksi batch kecil di mana Anda dapat
menambahkan “pengingat” ke versi produk yang lebih baru.
Seringkali, perusahaan menemukan bahwa solusi yang layak dapat diberikan oleh karyawan di
bawah tingkat manajemen. Plus, keterlibatan semacam ini dapat meningkatkan moral dan
kinerja.
Sistem harus dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan selama masa pakainya. Mengambil
langkah ini dapat memungkinkan Anda untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam kerangka
dasar Anda
Dengan menggabungkan kerjasama dari pemasok dengan penerapan prinsip lean manufacturing,
manfaat dapat dirasakan oleh semua pihak. Ini juga membantu memperkuat hubungan penting
yang ada untuk operasi manufaktur Anda.
Penting untuk memiliki tinjauan prosedur yang jujur untuk menemukan area untuk perbaikan.
Semakin spesifik peningkatan ini untuk perusahaan dan proses khusus Anda, semakin efektif
mereka.
10. Terus Mengimplementasikan Perbaikan Desain
Tidaklah cukup untuk mencari perbaikan. Ini perlu diimplementasikan melalui desain, prosedur,
dan proses Anda.
Tidak cukup hanya mencari perbaikan, mereka perlu dipraktekkan pada tingkat praktis juga.
Setiap perbaikan juga harus didukung oleh metrik peningkatan dan seringkali yang terbaik
adalah membuat perubahan kecil secara bertahap daripada perubahan besar-besaran.
1. Lean Accounting
Lean accountingmerupakan suatu pendekatan yang dirancang untuk mendukung dan
mendorong penerapan lean manufacturing. Lean manufacturing meliputi semua konsep dan
teknik yang bertujuan untuk menyederhanakan bisnis sampai pada kegiatankegiatan yang
esensial saja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara lebih
efektif dan menguntungkan (Brosnahan, 2008dalam Sisdyani, n.d.). Lean accounting
merupakan salah satu konsep dalam akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen dalam
perusahaan dipandang sebagai salah satu faktor kesuksesan perusahaan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Penerapan lean manufacturing memicu kebutuhan akan lean accounting, karena
metode akuntansi tradisional tidak dapat mengakomodir kebutuhan informasi bagi industri
yang beroperasi berdasarkan falsafah lean. Dalam perkembangannya, lean accounting tidak
hanya diaplikasikan pada perusahaan manufaktur saja, namun telah merambah ke jenis
industri lain, seperti organisasi penyedia jasa keuangan, kesehatan, pemerintahan dan
pendidikan.
Selanjutnya Guan et al., (2009) menyatakan bahwa terdapat dua tujuan utama lean
manufacturing, yaitu mengeliminasi item-item yang tidak bernilai tambah dan
menciptakan nilai bagi pelanggan. Fokus lean manufacturing meliputi nilai pelanggan,
value stream, aliran produksi, demand-pull, dan kesempurnaan.
Value stream meliputi semua kegiatan, baik yang bernilai tambah maupun tidak, yang
diperlukan sejak produk mulai dipesan pelanggan atau produk mulai dirancang hingga
produk sampai ke tangan pelanggan. Analisis value stream memungkinkan pemborosan dapat
diidentifikasi dan dihapus.
Dengan demikian lean manufacturing dapat waktu tunggu dan waktu perpindahan
secara dramatis serta memungkinkan dilakukannya produksi dalam jumlah sedikit dengan
berbagai variasi produk.
Menurut Maskell dan Baggaley (2006), dalam mendukung lean manufacturing, lean
accounting mempunyai visi sebagai berikut :
Pertama, lean accounting menyediakan informasi yang akurat, tepat waktu, dan
mudah dipahami untuk memotivasi transfomasi falsafah lean ke seluruh bagian
organisasi, dan dalam rangka pengambilan keputusan yang bertujuan
meningkatkan nilai bagi pelanggan, pertumbuhan, profitabilitas, dan arus kas.
Kedua, lean accounting adalah mengeliminasi kegiatan-kegiatan yang tidak
bernilai tambah dengan tetap mempertahankan pengendalian finansial
menyeluruh.
Ketiga, lean accounting patuh pada prinsip- prinsip akuntansi berterima umum,
regulasi pelaporan ekstern, dan persyaratan pelaporan intern.
Keempat, lean accounting mendukung lean culture dengan mendorong
investasi pada sumberdaya manusia, menyediakan informasi yang relevan dan
actionable, serta memberdayakan continuous improvement (CI) pada setiap
tingkatan dalam organisasi.
Selain itu penggunaan satu tarif overhead bersama untuk multi-produk juga akan
menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi. Oleh karena itu diperlukan perubahan dalam
pembebanan biaya produk dan pengendalian operasi jika perusahaan beralih menggunakan
sistem lean manufacturing yang berbasis value stream.
Dalam mengaplikasikan konsep lean dalam akuntansi, tidak diperlukan lagi metode-
metode akuntansi manajemen tradisional, seperti standard costing, activity-based costing,
analisis selisih, penentuan harga jual berdasarkan harga pokok, sistem pengendalian transaksi
yang kompleks, dan pelaporan keuangan yang membingungkan dan tidak tepat waktu.
Hal-hal tersebut digantikan oleh teknik-teknik berikut ini: penentuan harga pokok
berdasarkan beban langsung value streams; dan pelaporan keuangan yang tepat waktu dengan
bahasa sederhana yang dapat dipahami oleh semua orang dalam organisasi.
VS penyelesaian pesanan berfokus pada penyediaan produk yang ada saat ini pada
pelanggan saat ini. Kegiatan-kegiatannya meliputi penerimaan pesanan, perpindahan,
pengubahan bahan baku menjadi produk jadi, hingga produk sampai ke tangan pelanggan.
VS produk baru berfokus pada pengembangan produk baru untuk pelanggan baru,
VS marketing berfokus pada penyediaan produk yang ada saat ini kepada pelanggan
baru.
Lean accounting melaporkan biaya dan laba dengan menggunakan VS costing system,
yang berisi ringkasan sederhana mengenai biaya langsung dari VS tersebut. Biaya VS
dikumpulkan setiap minggu dengan sangat sedikit atau bahkan tanpa alokasi overhead,
karena semua biaya yang dilaporkan merupakan biaya langsung, sehingga perhitungan harga
pokok produk akan menjadi lebih akurat.
Hasilnya adalah informasi keuangan yang mudah dipahami oleh semua orang yang bekerja
dalam VS tersebut sehingga keputusan yang didasarkan pada informasi itu juga menjadi lebih
baik, dan terdapat akuntabilitas yang jelas atas biaya dan profitabilitas VS tersebut.
VS costing system bukan tanpa kelemahan. Penugasan karyawan secara eksklusif pada
satu VS saja mungkin sulit dilakukan. Beberapa karyawan dapat saja bekerja pada lebih dari
satu VS. Maka pembebanan biayanya harus dibagi sesuai dengan proporsi waktu yang
dihabiskannya dalam VS tertentu. Selain itu tetap ada orang-orang yang berada di luar VS,
seperti manajer pabrik, sehingga biayanya harus dialokasikan ke seluruh VS yang menikmati
jasanya. Kelemahan terakhir adalah bahwa VS tidak praktikal jika diterapkan pada semua
jenis produk. Biasanya penerapan VS adalah pada kelompok produk
Untuk pelaporan ekstern, laporan laba rugi value stream digabungkan dengan biaya
staf pendukung yang kemudian menghasilkan laporan keuangan divisi. Kadang kala beberapa
penyesuaian diperlukan untuk menjadikan laporan keuangan ini sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum (PABU), misalnya penyesuaian untuk perubahan persediaan dan
laba/rugi selisih kurs. Salah satu aspek pengendalian finansial adalah evaluasi terhadap
persediaan. Jadi pelaporan keuangan untuk pihak ekstern dengan menggunakan lean
accounting telah sesuai dengan PABU, bahkan dengan International Accounting Standards
(IAS).
Ketika metode akuntansi tradisional diubah menjadi lean accounting, tidak akan ada
perubahan akuntansi karena pelaporan akuntansi dengan lean accounting juga berbasis
akrual, sama dengan yang disyaratkan PABU. Bahkan semua yang dilaporkan lean
accounting adalah biaya aktual, sedangkan akuntansi tradisional menggunakan biaya standar
yang masih harus disesuaikan menjadi biaya aktual untuk tujuan pelaporan ekstern.
Pada tahap awal lean, penting untuk menerapkan lean improvement di seluruh
organisasi; dan tidak ada tempat yang lebih sesuai daripada proses akuntansi (accounting). Ini
termasuk penutupan akhir bulan, hutang dagang, piutang, gaji, akuntansi biaya, pelaporan
biaya, dan sebagainya. Ada tiga alasan untuk menerapkan metode lean improvement pada
proses akuntansi (accounting):
Penerapan lean dalam sebuah perusahaan memang terbukti dapat mengurangi biaya
dalam perusahaan dengan memaksimalkan sumberdaya dan tetap terfokus kepada kendali
mutu perusahaan dengan tujuan akhir adalah kepuasan dari pelanggan. Dalam manufaktur
penerapan lean banyak terfokus kepada aktivitas produksi, dengan melakukan aktivitas
perbaikan secara berkelanjuan untuk mencapai kesempurnaan produktivitas melalui kegiatan
kaizen dengan menggunakan metode ilmiah seperti lingkaran PDCA serta mengikutsertakan
setiap karyawan dalam aktivitas perbaikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa produk yang memiliki kualitas bagus adalah cara
bagaimana perusahaan dapat bertahan dengan persaingan bisnis. Kendali mutu dalam
produksi harus dilakukan dengan semaksimal mungkin melalui penerapan lean tools serta
metode lean, hal ini ber tujuan agar mutu baik itu produk maupun layanan yang diberikan
dapat mencapai tingkat kepuasan pelanggan.
Cost dalam aktivitas prusahaan, merupakan momok bagi perusahaan itu sendiri,
semakin berusaha untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh pelanggan, tidak sedikit
dari perusahaan behkan berani mengeluarkan biaya melebihi dari budget yang telah
disepakati dalam rancangan bisnis usaha. Melalui penerapan lean manufacturingmelalui
aktivitas perbaikan secara terus menerus, diharapkan dapat mengurangi biaya produksi
dengan meminimalisir aktivitas tidak bernilai (NVA) serta meningkatkan kegiatan maupun
proses bernilai (VA).
c. Meminimalisir inventory .
Tidak sedikit dari maufaktur menyiapkan inventori pada alur produksi untuk
mencegah kekurangan material ketika proses produksi berjalan, akan tetapi inventory tersebut
sebenarnya justru akan membuat perusahaan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Hal ini
dapat terjadi karena inventory yang tidak sesuai akan membuat perusahaan menyiapkan area
dan hal tersebut juga membutuhkan tambahan biaya, serta sumberdaya yang lebih dari
perhitungan awal. Penerapan lean manufacturing, menganggap bahwa inventory adalah
bagian dari pemborosan, olehkarena itu melalui system serta metode ilmiah yang dilakukan
oleh lean adalah bagaimana cara mengurangi serta menghilangkan inventory tersebut dengan
menciptakan alur produksi yang lancar , baik itu menggnakan pull system maupun push
system.
Pondasi awal dalam penerapan lean pada perusahaan adalah dengan menerapkan
metode ataupun system 5S atau 5R. Metode ini yang akan menentukan langkah awal aktivitas
kerja menjadi suasana yang baik dalam mendeteksi terjadinya masalah serta tingkat
keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja dalam menjalankan tugasnya.
f. Terciptanya komunikasi dalam perusahaan yang efektif.
Alur informasi dan komunikasi adalah penentu tercitanya kelancaran alur material
maupun alur dalam sebuah proses. Komunikasi yang dibangun secar intensif, akan membuat
aktivitas produksi berjalan dengan lancar. Dalam penerapan alur komunikasi dengan
menggunakan lean tools, seperti penerapan hoshin kanri, pembuatan dan perencanaan A3
reportdan lain sebagainya.
2. Target Costing
Krismiaji & Aryani (2011:335 dalam Febriana et al., 2016) Target Costing adalah
proses penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan bagi pembuatan sebuah produk baru
dan kemudian merancang prototipe yang menguntungkan dengan kendala biaya maksimum
yang telah ditetapkan. Target costing merupakan perbedaan antara harga jual produk atau
jasa yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar tertentu dengan laba per satuan yang
diinginkan perusahaan menurut Hansen dan Mowen 2009 : 361 ). Apabila target cost yang
telah dihitung dibawah harga pokok produk yang sekarang dapat tercapai, maka manajemen
harus merencanakan suatu program pengurangan biaya untuk menurunkan biaya yang
sekarang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ke target cost. Kemajuan yang dicapai dari
program pengurangan biaya tersebut diukur dengan membandingkan biaya sesungguhnya
dengan target cost. Target costing merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan
informasi bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen memantau kemajuan yang
dicapai dalam pengurangan biaya produk menuju target cost yang telah ditetapkan.
Perbedaan antara target costing dengan pendekatan untuk pengembangan produk yang
lain sangat mendalam. Yaitu, daripada mendesain produk dan kemudian mencari berapa
biayanya, lebih baik target costing disusun dulu dan kemudian produk baru didesain,
sehingga targetnya dapat diperoleh. (Gorrison dan Noreen, 2000 : 880-881).
Dengan menggunakan target costing ini maka dapat diketahui berapa biaya produksi
yang diperkenankan, yaitu dengan :
Biaya produksi = harga jual – laba yang diinginkan perusahaan dari harga jual
Laba Target
Biaya Target
Desain Produk
dan Proses
Biaya Target
terpenuhi?
Produksi Produk
Dari beberapa pengertian diatas mengenai target costing, maka dapat disimpulkan
bahwa target costing merupakan proses penentuan biaya maksimum yang dikeluarkan ketika
dalam proses pembuatan sebuah produk baru.
2. Tujuan Dan Alasan Menggunakan Target Costing
Tujuan Target Costing Menurut Monden yang dikutip Himawan, Pendjaya (2005:11)
target costing mempunyai dua tujuan, yaitu:
Untuk mengurangi biaya produk baru agar tingkat keuntungan yang dikehendaki
dapat tercapai.
Untuk memotivasi seluruh karyawan perusahaan agar memperoleh laba target pada
saat pengembangan produk baru dengan menjalankan metode target costing di seluruh
aktivitas perusahaan.
Tujuan lain dari metode target costing adalah untuk merancang biaya produk pada
tahap perencanaan daripada mencoba mengurangi biaya selama tahap manufaktur. Terdapat
dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi pasar
yang sangat kompetitif saat ini :
Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara
sepihak saja. Bila dibanding dengan tingkat permintaan, tingkat penawaran jauh lebih
tinggi sehingga pasar (konsumen) disini memegang peranan yang sangat penting
dalam menentukan harga suatu produk. Oleh karena itu perusahaan harus menerapkan
metode target costing untuk antisipasi harga pasar tersebut.
Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap desain. Bila produk sudah
didesain dan lalu mulai diproduksi, maka sedikit yang dapat dilakukan untuk
melakukan pengurangan biaya secara signifikan. Padahal kesempatan dalam
melakukan pengurangan biaya terletak pada saat men-desain produknya.
Target costing merupakan cara yang sangat bermanfaat untuk mengelola kebutuhan
terhadap trade off antara peningkatan fungsionalitas dan semakin tingginya biaya. Adapun
lima tahap pengimplementasian pendekatan target costing menurut Blocher et al. Terjemahan
Tim Penerjemah Penerbit Salemba (2008:619) adalah:
1) Menentukan harga pasar.
2) Menentukan laba yang diharapkan.
3) Menghitung target biaya (target cost) pada harga pasar dikurangi laba yang
diharapkan.
4) Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk menentukan cara menurunkan
biaya produk.
5) Menggunakan perhitungan biaya kaizen dan pengendalian operasional untuk terus
menurunkan biaya.
4. Prinsip-Prinsip Penerapan Target Costing
Prinsip-Prinsip Penerapan Target Costing, dikutip dalam Gerungan (2013:866)
menyatakan proses penerapan target costing menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Harga menentukan biaya (Price Led Costing) Persaingan yang semakin ketat dan
kompetitif membuat penetapan harga jual produk bukan hal gampang. Harga jual
kerap ditentukan oleh pasar, sehingga harga pasar digunakan untuk menentukan target
biaya.
2) Fokus pada pelanggan Kehendak atau kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya dan
fungsi secara simultan terdapat dalam produk dan dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan berkenaan dengan desain dan perhitungan harga pokok produk. Bagi
pelanggan manfaat atas fitur dan fungsi yang ditawarkan oleh produk harus lebih
besar dari biaya perolehannya (alias harga jual dari sisi pandang pengusaha).
3) Fokus pada desain produk dan desain proses Pengendalian biaya ditenkankan pada
tahapan desain produk dan tahapan desain proses produksi. Dengan demikian setiap
perubahan atau rekayasa harus dilakukan sebelum proses produksi, dengan tujuan
menekan biaya dan mengurangi waktu terutama bagi produk baru.
Kendala Penerapan Target Costing, yang dikutip Malue (2013:951) menyatakan bahwa
kendala-kendala yang kerap dikeluhkan oleh perusahaan yang mecoba menerapkan target
costing:
a. Konflik antara kelompok dan antar anggota kelompok.
b. Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian pekerjaan.
c. Target waktu penyelesaian yang mencoba menerapkan target costing terpaksa ditambah.
d. Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai harga
Major cable, sebuah produsen berbagai produk kabel menawarkan harga murah untuk
berbagai kabel berlapis khususnya kepada seorang pelanggan baru. Penjualan ini adalah
penjualan pertama Major Cable ke produsen mesin tersebut yang juga merupakan pengguna
besar berbagai kabel seperti produksinya. Penawaran tersebut didesain untuk mendapatkan
bisnis ini ditambah pelanggan lain yang hampir sama. Akan tetapi kini, Major-Cable
dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat kesepakatan ini menguntungkan. Pelanggan
tersebut meminta kabel dengan ukuran panjang 20 meter, tetapi Major-Cable biasanya
memproduksi kabel dalam ukuran yang lebih panjang. Penyelidikan mengungkapkan
pelanggan tersebut membutuhkan ukuran 20 meter agar kabel terkait dapat dipotong sesuai
spesifikasi yang dibutuhkan oleh mesin tertentu yang diproduksinya. Dengan
mempertimbangkan kondisi yang ada, selama ini, Major Cable sering memproduksi kabel
salah ukuran yaitu kabel yang ukurannya terlalu pendek untuk dapat dikirim ke berbagai
pusat distribusinya. Semua kabel yang kependekan ini disimpan di gudang persediaan barang
jadi sebagai antisipasi jika suatu hari ada pelanggan yang menginginkan kabel dengan ukuran
lebih pendek Permintaan semacam itu biasanya tidak ada dan akhirnya kabel semacam itu
akan dibuang pada akhir tahun.
Manajer produksi Major Cable mengusulkan kabel salah ukuran tersebut dikirim,
dipotong agar sesuai dengan ukuran yang diminta secara just-in-time ke produsen terkait.
Kabel tersebut akan dimasukkan ke tube karton atau kardus sebagai ganti dalam bentuk
gulungan. Pelanggan tersebut senang karena akan menerima kabel secara just-in- time dan
setuju membayar lebih tinggi (karena penawaran JIT yang diberikan menurunkan biaya
produksi pelanggan). Major-Cable tidak hanya mendapatkan harga yang lebih tinggi, tetapi
juga mengurangi biayanya sendiri, yaitu sebanyak kabel yang dijual dari kabel salah ukuran
(dengan biaya hampir nol) dan kotak kardus juga lebih murah untuk digunakan daripada
penggulung.
26