Anda di halaman 1dari 49

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan Lean

2.2 Sejarah Lean

Lean dikenal dengan berbagai nama yang berbeda seperti: Lean Production, Lean

Manufacturing, Toyota Production System, dan lain-lain. Secara singkat awal mula

tercetusnya Lean adalah:

• Pada tahun 1902, Sakichi Toyoda membuat sebuah mesin tenun yang dapat

berhenti sendiri jika terjadi gangguan. Yang pada saat ini dikenal sebagai

Jidoka

• Pada tahun 1913, Henry Ford menerapkan produksi dengan lairan yang tidak

terputus (the flow of production) dan lini perakitan untuk produksi masal.

Namun masalah yang dihadapi adalah ketidakmampuan untuk memproduksi

lebih dari satu variasi mobil.

• Pada tahun 1930-an, setelah perang dunia kedua, Kiichiro Toyoda, Taiichi
Ohno,

Shigeo Shingo dan keluarga Toyoda menemukan sistem produksi yang fleksibel

(one-piece flow) yang didukung dengan ditemukannya sistem tarik (pull system)

dimana proses dapat memproduksi sejumlah produk yang dibutuhkan.

• Pada tahun 1950-an, Shigeo Shingo mengembangkan sistem yang dikenal

sebagai SMED (Single Minute Exchange of Dies).

8
• Kemudian sistem persediaan Just-in-time dikembangkan dan sistem lain seperti

Kanban dan Kaizen yang mendukung terbentuknya sistem produksi Lean.

2.3 Sistem Produksi Lean

Sistem produksi lean adalah suatu upaya terus menerus untuk menghilangkan

pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang /

jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (customer value). Waste didefinisikan

sebagai segala macam hal yang tidak memberi nilai tambah ditinjau dari sudut pandang

pelanggan akhir. Kata sederhana yang bisa menggantikan waste adalah mubazir atau

sia-sia. Dalam organisasi perusahaan, inisiatif Lean diterapkan ke seluruh lini organisasi

dalam rangka mencapai proses yang efektif dan lebih efisien, sehingga produktivitas

perusahaan meningkat, menurunkan biaya operational, dan meningkatkan keuntungan

bisnis. Lean juga dapat di definisikan sebagai pendekatan sistemik dan sistematis untuk

mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas yang tidak

bernilai tambah melalui peningkatan terus-meneus radikal (radical continous

improvement) dengan cara mengalirkan produk (material, work-in-place, output) dan

informasi menggunakan system tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal

untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan.

APICS Dictionary (2005) mendefinisikan Lean sebagai suatu filosofi bisnis yang

berlandaskan pada minimalisasi penggunaan sumber daya (termasuk waktu) dalam

berbagai aktivitas perusahaan. Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas

tidak bernilai tambah (non-value-adding activities) dalam desain, produksi (untuk

bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang jasa), Supply Chain Management, yang

berkaitan langsung dengan pelanggan.

9
Lean yang diterapkan pada keseluruhan perusahaan akan disebut sebagai Lean

Enterprise. Apabila Lean diterapkan pada manufacturing hal itu disebut sebagi Lean

Manufacturing, jika dalam bidang jasa disebut Lean Service. Demikian pula apabila

Lean diterapkan dalam fungsi design/development, order entry, accounting, finance,

engineering, sales/marketing, production, administration, office, maka akan disebut

sebagai Lean Design/Development, Lean Order entry, Lean Accounting, Lean Finance,

Lean Engineering, Lean Sales/Marketing, Lean Production, Lean Administration, Lean

Office. Demikian pula Lean yang diterapkan pada bank akan disebut sebagai Lean

banking, Lean dalam bidang retail disebut sebagai Lean Retailing. Lean dalam bidang

pemerintahan disebut sebagai Lean Government, dl. Banyak sekali perusahaan yang

telah mendapatkan manfaat yang sangat luar biasa dari implementasi Lean. Dalam

sebuah perusahaan, mindset Lean ditanamkan ke semua personel sehingga menjadi

budaya sebuah perusahaan. Perusahaan yang memiliki budaya Lean dapat di ketahui

dengan melihat beberapa kriteria dibawah ini :

• Produk yang berkualitas tinggi,

• Biaya produksi rendah,

• Semangat kerja tinggi,

• Area kerja rapi dan bersih,

• Proses produksi sangat cepat dan efisien,

• Komunikasi dalam perusahaan berjalan efektif,

• Layout area kerja streamlined,

• Jumlah inventori rendah,

• Karyawan yang selalu meningkatkan ilmu dan skillnya, dan

10
• Perusahaan memiliki keuntungan bisnis yang tinggi.
Tujuan lean antara lain adalah:

1. Mengeliminasi pemborosan yang terjadi dalam bentuk waktu, usaha dan material

pada saat melakukan proses produksi.

2. Memproduksi produk sesuai pesanan dari konsumen.

3. Mengurangi biaya seiring dengan meningkatkan kualitas prosuk yang dihasilkan.

Lima prinsip dasar lean, yaitu:

• Mengidentifikasi nilai produk (barang/jasa) berdasarkan perspektif pelanggan,

dimana pelanggan menginginkan produk (barang/jasa) berkualitas superior, dengan

harga yang kompetitif pada penyerahan tepat waktu (ingat prinsip: Q = Quality, C =

Cost, dan D = Delivery)

• Mengidentifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada value

stream) untuk setiap produk (barang/jasa). Catatan: kebanyakan manajemen

perusahaan industry di Indonesia hanya melakukan pemetaan proses bisnis atau

proses kerja, bukan melakukan pemetaan proses produk. Hal ini berbeda dari

pendekatan Lean.

• Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas

sepanjang proses value stream itu.

• Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk itu mengalir secara lancar

dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan system tarik (pull system)

11
• Mencari terus menerus berbagai teknik dan alat-alat peningkatan (improvement tools

and techniques) untuk mencapai keunggulan (excellence) dan peningkatan terus

menerus (continuous improvement).

2.3.1 Lean Manufacturing

Menurut James Womack dan Daniel Jones untuk menjadi lean manufacturer

dibutuhkan cara berfikir yang berfokus untuk menjadikan produk mengalir melalui

tahapan yang memberikan nilai tanpa adanya hambatan (one piece flow), sebuah sistem

pull yang bersumber dari permintaan pelanggan untuk mencapai interval proses yang

pendek, dan membudayakan melakukan continous improvement dengan tekun.

Lean manufacturing atau sama dengan Toyota Production System pada intinya

merupakan suatu sistem produksi yang bertujuan untuk mengeliminasi pemborosan

(waste) di semua aspek produksi, mulai dari aliran bahan baku dari supplier sampai

denga aliran produk akhir ke konsumen, melalui metode continous improvement

sehingga dapat meningkatkan output dan prosuktivitas. Pemborosan dapat dikurangi

dengan melakukan produksi pada jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan tempat

yang tepat (konsep just in time). Continous improvement merupakan tindakan perbaikan

secara bertahap dan dilakukan terus-menerus.

Kegiatan identifikasi terhadap kemungkinan waste yang ada pada keseluruhan

tingkat proses perlu dilakukan agar tercipta keadaan yang lean. Parameter yang perlu

diperhatikan dalam mencapai kondisi yang lean antara lain

12
• Inventory : simpanan cadangan, baik berupa bahan baku, work in process, atau

finished goods dalam periode waktu tertentu.

• Finished goods (FG) : produksi jadi yang telah mengalami proses manufaktur

secara lengkap tetapi belum terjual atau terdistribusi kepada konsumen.

• Work in Process (WIP) : produk yang belum selesai mengalami proses

manufaktur secara lengkap. Biasanya karena masih menunggu proses selanjutnya.

• Raw material : bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.

• Scrap : hasil sisa produksi yang tidak memiliki nilai ekonomis atau hasil sisa

produksi yang tidak dapat didaur ulang.

• Headcount : jumlah operator yang bertugas pada suatu proses.

• Transportion : jarak dan waktu ditempuh suatu produk dari lokasi yang satu ke

lokasi yang lain.

• Changeover time : waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan (konversi

mesin) dalam memproduksi tipe produk yang satu ke tipe produk yang lain.

• Setup line : waktu yang dibutuhkan mesin atau operator untuk dari awal setting

mesin sampai menghasilkan satu unit produk.

• Uptime : presentase perbandingan antara jumlah produksi aktual dengan jumlah

produksi teoritikal.

• Cycle time : waktu yang dibutukan oleh mesin atau operator untuk membuat

suatu produk.

13
• Lead time : waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu prosuk, dari awal

kegiatan unloading material sampai loading prosuk jadi.

Beberapa prinsip Lean Manufacturing dan Lean Service ditunjukkan dalam

Tabel 2.1.

Manufakturing (Produk Non - Manufakturing


No : Barang) (Produk : Jasa, Administrasi, Kantor
Spesifikasi secara tepat nilai
Spesifikasi secara tepat nilai produk yang
1 produk yang diinginkan oleh
diinginkan oleh pelanggan
pelanggan
Identifikasi value stream untuk Identifikasi value stream untuk setiap
2 setiap produk proses jasa
Eliminasi semua pemborosan Eliminasi semua pemborosan yang
yang terdapat dalam aliran proses terdapat dalam aliran proses jasa
3
dari setiap produk agar membuat (Moments of truth) agar nilai mengalir
nilai mengalir tanpa hambatan tanpa hambatan

Menetapkan system tarik (pull Menetapkan system anti kesalahan


system) menggunakan Kanban (mistake – proof system) dari setiap
4
yang memungkinkan pelanggan proses jasa (Moments of truth) untuk
menarik nilai dari prosedur menghindari pemborosan dan penundaan

14
Mengejar keunggulan untuk
mencapai kesempurnaan (zero Mengejar keunggulan untuk mencapai
kesempurnaan (zero waste) melalui
5 waste) melalui peningkatan terus
peningkatan terus menerus secara radikal
menerus secara radikal (radical (radical continuous improvement)
continuous improvement)
Tabel 2.1 Prinsip-Prinsip Lean Manufacturing dan Lean Service

Pendekatan Lean berfokus pada peningkatan terus menerus customer value

melalui identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang

merupakan pemborosan (waste). Waste dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas

kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi

output sepanjang value stream. Proses transformasi imput menjadi output dari beberapa

industry manufaktur dan jasa ditunjukkan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Beberapa Contoh System Operasi Jasa dan Produksi Manufaktur

No Sistem Input Output


Karyawan, fasilitas gedung dan Pelayanan
peralatan kantor, modal, energi financial bagi
1 Bank
informasi, manajerial, dll nasabah (deposito,
pinjaman, dll)
Dokter, perawat, karyawan, fasilitas
gedung dan peralatan
Pelayanan medik
2 Rumah Sakit medik,laboratorium, modal,
energi, informasi, manajerial, dll bagi pasien, dll

Tukang masak, pelayan, bahan,


Pelayanan makanan,
Rumah peralatan, ruangan, bumbu,
3 hiburan,kenyaman,
Makan modal,energi, informasi, manajerial,
dll
dll
Dosen, asisten, Pelayanan akademik
mahasiswa,karyawan, fasilitas gedung bagi mahasiswa
4 Universitas untuk menghasilkan
dan peralatan kuliah, perpustakaan,
laboratorium, modal, energi, Sarjana (S1),

15
Magister (S2),
Doktor (S3)
penelitian,
informasi, manajerial, dll
pelayanan
masyarakat,
konsultasi, dll
Pilot, pramugari, tenaga Transportasi udara
Transportasi mekanik,karyawan, pesawat bagi orang dan
5 terbang, fasilitas gedung dan
Udara peralatan kantor, energi, barang dari satu
informasi, manajerial, dll lokasi ke lokasi lain
Karyawan, fasilitas gedung dan
6 Manufaktur peralatan pabrik, material,modal, Barang jadi, dll
energi, informasi,manajerial, dll

Pelayanan kegiatan
pameran bagi
peserta pameran dan
Karyawan, fasilitas gedung dan
Penyelenggara pengunjung
7 peralatan kantor, energy, informasi,
Pameran pameran, serta
kegiatan promosi, manajerial, dll
terlaksananya
pameran dengan
baik.

Berdasarkan perspektif lean, semua jenis pemborosan yang terdapat sepanjang

proses value stream, yang mentransformasikan input menjadi output, harus dihilangkan

guna meningkatkan nilai produk (barang/jasa) dan selanjutnya meningkatkan customer

value.

APICS Dictionary (2005) mendefinisikan value stream sebagai proses-proses

untuk membuat, memproduksi dan menyerahkan produk (barang / jasa) ke pasar. Untuk

proses pembuatan barang (good), valuestream mencakup pemasok bahan baku,

manufaktur dan perakitan barang, serta jaringan pendistribusian kepada pengguna

barang itu. Untuk proses jasa (service), value stream terdiri atas pemasok, personel

pendukung dan teknologi, “produser” jasa, dan saluran-saluran distribusi jasa itu.

16
2.4 Metode Kuesioner Penelitian

Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner, atau disebut

juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat dengan

masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Disebut juga

dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun kita akan

menggunakan istilah generiknya yaitu kuesioner.

Sebelum mebuat kuesioner, ada baiknya peneliti mengantisipasi kemungkinan adanya

kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan pelaksanaan pengumpulan data dari

responden. Beberapa permasalahan yang mungkin dan bahkan sering terjadi dan

bagaimana cara memperbaikinya adalah sebagaimana disarankan oleh Bailey (1987),

sebagai berikut:

1. Responden sering menganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan sering

menganggapnya sebagai dalih (subterfuge) untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya

komersial. Alternatif pemecahannya antara lain adalah menyampaikannya dalam

pengantar bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar untuk tujuan

nonkomersial. Tentu saja dengan kata-kata yang baik dan sopan.

17
2. Responden merasa terganggu dengan adanya informasi yang dirasa menyerang

dirinya atau kepentingannya, misalnya takut dirilis di media massa. Pemecahannya

adalah menghindari pertanyaan yang sensitif, serta diyakinkan bahwa tidak akan

ada nama responden di dalamnya.

3. Responden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu. Upayakan

untuk meyakinkan responden bahwa ini beda, beri pengertian bahwa responden

dalam hal ini turut berjasa dalam membantu penelitian ini.

4. Responden yang tergolong dirinya kelompok minoritas sehingga merasa lelah

karena sering dijadikan kelinci percobaan (guinea pig). Ini jarang terjadi di negeri

kita. Namun jika hal seperti ii terjadi, peneliti bisa menggunakan instrumen lain.,

atau bahkan mencari sumber data yang lain.

5. Responden orang ‘penting’ dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya.

Cara pemecahannya adalah dengan metode menyanjung orang penting tadi,

misalnya dengan mengatakan bahwa hanya dialah orang satu-satunya yang bisa

memberikan informasi tentang masalah ini.

6. Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek.

Katakan kepadanya bahwa penelitian ini semata-mata untuk pengembangan ilmu,

dan bukan untuk kepentingan lain. Selain itu nama responden juta tidak perlu

dicantumkan.

7. Responden merasa takut akan ‘kebodohannya’ dalam menjawab pertanyaan ini.

Katakan kepadanya bahwa jawaban apapun dari responden itu penting, dan tidak

ada yang salah dalam menjawab.

18
8. Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawabnya, atau merasa itu

bukan bidang minatnya. Pemecahannya adalah mengatakan bahwa dialah

satusatunya orang yang bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam

penelitian

ini.

2.4.1 Persyaratan lain dalam membuat kuesioner

• Relevansi kuesioner: Relevansi pertanyaan dengan tujuan studi, relevan pertanyaan

dengan responden secara perorangan.

• Relevansi pertanyaan dengan studi: betul

• Relevansi pertanyaan dengan responden: betul.

2.4.2 Kegagalan-kegagalan dalam membuat kuesioner:

• Luncuran pertanyaan ganda: Jangan menanyakan satu masalah dalam satu

pertanyaan. Contoh, apakah anda sering menyobek buku di perpustakaan selagi

tidak ada pengawas yang melihatnya; dan apakah anda juga sering mencoreti buku

milik perpustakaan untuk kepentingan penjelasan secara khusus?.

• Pertanyaan yang mengaahkan: Hindari bentuk pertanyaan seperti ini. Contoh,

menurut presiden, kita harus mengencangkan ikat pinggang dalam menghadapi

krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Anda setuju, bukan?. Pertanyaan seperti

19
ini biasanya dijawab secara langsung dengan kata ‘setuju’. Bisa dibayangkan

bahwa jika semua pertanyaan dijawab dengan setuju.

• Pertanyaan sensitif: Hati-hati dengan pertanyaan sensitif seperti contoh berikut:

Anda pernah melakukan onani?; Anda pernah melakukan hubungan seks sebelum

nikah?. Pertanyaan jenis ini termasuk kategori sensitif, bahkan kurang ajar.

• Pertanyaan yang menakut-nakuti: Contoh. Di daerah ini sering terjadi perampokan

dan penodongan di malam hari. Bisa Anda sebutkan orangnya?; atau, Anda tentu

mengetahui peristiwa pembunuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah ini,

karena andalah yang paling dekat dengan tempat kejadian perkara (TKP). Kami

datang untuk menyelidikinya, oleh karena itu tolong jawab dengan sejujurnya

pertanyaan-pertanyaan kami.

2.4.3 Kuesioner tertutup dan terbuka

Ada dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan terbuka, terbuka, dan

gabungan tertutup dan terbuka. Pertanyaan dengan jawaban terbuka adalah pertanyaan

yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk menjawabnya. Di sini

peneliti tidak memberikan satupun alternatif jawaban. Sedangkan pertanyaan dengan

jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah

disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang

dianggapnya sesuai.

20
• Kuesioner dengan jawaban tertutup: Salah satu keuntungannya untuk kuesioner ini

adalah sebagai berikut: (1) jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan

dengan jawaban orang lain; (2) jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding

dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang

ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan waktu; (3) responden lebih

merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya

tidak yakin; (4) jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan

sebelumnya oleh peneliti; dan (5) analisis dan formulasinya lebih mudah jika

dibandingkan dengan model kuesioner dengan jawaban terbuka. Meskipun

demikian, ada juga kelemahannya, yakni: (1) sangat mudah bagi responden untuk

menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami

masalahnya; (2) responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu

pun yang sesuai dengan keinginannya; (3) sering terjadi jawaban-jawaban yang

terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya; (4) tidak

bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan peneliti

karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.

• Kuesioner dengan jawaban terbuka: Keuntungannya antara lain adalah: (1) dapat

digunakan manakala semua alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau

manakala peneliti ingin melihat bagaimana dan mengapa

Jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini sangat baik untuk menambah

pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya; (2) membolehkan responden

21
untuk menjawab sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam

hal ini pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.

• Kuesioner dengan jawaban tertutup dan terbuka (gabungan): Untuk menjembatani

kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan pertanyaan model

gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan tebuka, semua kekurangan

seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan, disamping disediakan

alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan alternatif terbuka (c.

…………… ) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan pendapatnya secara

bebas. Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan

pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif terbuka tadi.

Atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu

sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia.

Dan jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif jawaban yang

tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai

jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi. Contoh sebuah pertanyaan

sederhana dengan alternatif jawabannya: Tujuan Anda berkunjung ke perpustakaan

di bagian akhir kuesioner.

• Pertanyaan-pertanyaan yang mudah sebaiknya ditempatkan pada bagian awal

kuesioner.

• Susunlah pertanyaan dengan pola susunan yang saling berkaitan satu sama lain

secara logis.

22
• Susunlah pertanyaan sesuai dengan susunan yang logis, runtut, dan tidak

meloncatloncat dari tema satu ke tema yang lain.

• Jangan gunakan pasangan pertanyaan yang mengecek reliabilitas. Misalnya,

setujukah Anda terhadap aborsi? Sementara itu di tempat lain, ada pertanyaan, tidak

setujukan Anda terhadap aborsi?.

• Gunakan pertanyaan secara singkat dan jelas, tidak bertele-tele.

2.4.5 Pertanyaan kontingensi

Maksudnya adalah bentuk pertanyaan yang masih ada kelanjutannya. Misalnya, Anda

pernah mabuk?. Jika pernah, bagaimana rasanya?. Jenis pertanyaan seperti ini

dimungkinkan adanya, namun harus berpatokan kepada kemungkinan adanya hubungan

tertentu antara tema yang satu dengan tema ang


y lain. Selain itu, jawaban -jawaban dari

responden atas pertanyaan lanjutan ini akan sangat membantu memperdalam wawasan

peneliti.

2.4.6 Kata pengantar kuesioner

Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner

tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam

menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati

responden, bahkan mungkin ditolak.

23
Untuk itu, disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan

terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan

terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya.

2.4.7 Uji coba instrumen (kuesioner)

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, ada baiknya dicoba lebih dahulu

kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui

kemungkinan diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Selain itu, jika

ternyata dalam uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah

atau menyempurkannya.

2.5 Konsep Value Stream Mapping (VSM)

Value Stream Mapping (VSM) adalah tools atau suatu alat yang ideal sebagai

langkah awal dalam melakukan proses perubahan untuk mendapatkan kondisi lean

manufacturing atau lean enterprises (Goriwondo et al, 2011). Value stream di

definisikan sebagai aktifitas khusus didalam suatu supply chain yang diperlukan untuk

perancangan, pemesana dan penetapan suatu spesifik produk atau value.

Value stream mapping (VSM) adalah tools untuk mengidentifikasi aktivitas yang

value added dan non-value added pada industri manufaktur, sehingga mempermudah

untuk mencari akar permasalahan pada proses. Tool ini mampu menunjukan error

dalam suatu gambaran pada current state system dan digunakan untuk membuat kondisi

24
yang ideal pada future state system. Value stream mapping juga merupakan suatu

mapping tool yang digunakan untuk menggambar jaringan supply chain.

25
VSM memetakan tidak hanya aliran material tetapi juga aliran informasi yang

manandakan dan mengontrol aliran materal. jalur aliran material dari suatu produk

ditelusuri balik dari operasi akhir dan perjalanannya ke lokasi penyimpanan raw

material. Aliran ini menggambarkan representasi fasilitas proses dari implementasi lean

dengan cara membantu mengidentifikasi tahapan-tahapan value-added pada suatu value

stream, dan mengeliminasi tahapan-tahapan non-value added atau waste (muda).

VSM banyak digunakan sebagai titik awal dalam menerapkan lean manufacturing

karena VSM memberikan banyak keuntungan sebagai berikut :

 VSM memvisualisasikan lebih dari sekedar proses produksi tunggal ( single level
process) tetapi keseluruhan proses manufaktur.

 VSM membantu mendeteksi adanya waste dan sumbernya pda proses manufaktur.

 VSM memudahkan bagi orang awam untuk memahami gambaran proses

manufaktur

 VSM menggabungkan konsep dan teknik lean manufacturing sehingga

memudahkan untuk diterapkan dalam proses manufaktur.

 VSM manunjukan hubungan antara aliran material dan informasi pada proses

manufaktur.

 VSM memudahkan pihak manajemen perusahaan dalam melakukan improvement

pada proses manufaktur.

26
Gambar 2.1 Value Stream Mapping

2.5.1 Tiga Jenis Aktivitas

VSM memetakan semua aktivitas yang terdapat dalam proses manufaktur, baik

yang memberikan nilai tambah maupun tidak memberi nilai tambah ( value added and

non-value added ) . Namun, sering kali kita bisa menemukan dilapangan ada aktivitas

aktivitas yang sebenarnya tidak memberikan nilai tambah namun tidak bisa dihilangkan.

Berikut ini tiga kategori aktivitas yang dipetakan pada VSM yaitu:

a. Value Added (VA) activities

Value Added (VA) activities merupakan aktivitas atau proses yang membawa

perubahan atau menambah fungsi pada suatu produk, seperti merubah bahan baku

menjadi finished goods. VA activities juga sering didefinisikan sebagai proses

utama yang merubah bentuk produk atau jasa menjadi lebih bernilai, dimana

konsumen bersedia membayar atas nilai tersebut. Misalnya proses assembly pada

perusahaan karoseri, printing pada perusahaan percetakan, packing pada

perusahaan farmasi, dan lain-lain.

b. Non value added (NVA) activities

27
Non value added (NVA) activities merupakan aktivitas atau proses yang tidak

membawa perubahan pada suatu produk, dapat menambah fungsi atau nilai pada

produk tersebut. NVA activities sering disebut sebagai waste yang tidak digunakan,

transportasi yang tidak efisien, dan lain-lain

c. Necessary but non-value added (NNVA) activites

Necessary but non-value added (NNVA) activites merupakan aktivitas yang tidak

memberikan nilai tambah tetapi dibutuhkan. Taiichi Ohno menyebut NNVA

sebagai incidental work (pekerjaan yang kurang penting). Untuk menciptakan

proses manufaktur yang lean, NNVA activites harus dieliminasi. Tetapi, tetap ada

salah satu diantara mereka yang dibutuhkan sehingga tidak bisa ditiadakan dalam

suatu sistem. Pada kasus NNVA ini yang harus diperhatikan adalah proses apa yang

dibutuhkan pada proses manufaktur meskipun tidak memberi nilai tambah tetapi

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Misalnyaproses quality

inspection, dokumentasi, sistem kontrol untuk memastikan prosedur proses telah

ditaati, dan lain-lain.

2.5.2 Simbol-simbol VSM

Tidak ada standar penggunaan simbol-simbol pada VSM. Dibawah ini adalah

simbolsimbol yang umum digunakan pada penggabaran VSM. Simbol-simbol tersebut

dikelompokan menjadi beberapa kategori sebagi berikut.

Simbol yang digunakan untuk menggambarkan proses manufaktur terdapat pada

tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Simbol-simbol pada proses VSM

28
Process Symbols

29
Icon Name Description

Simbol ini mewakili supplier ketika simbol


ini berada pada posisi kiri atas dan
digunakan untuk memuai aliran material.
Customer/ Supplier Simbol ini mewakili konsumen ketika
berada pada posisi kanan atas dan digunakan
pada akhir aliran bahan.

Simbol ini menunjukan hanya satu proses,


mesin, ata departemen yang dilalui aliran
material. Pada kasus dimana terdapat proses
perakitan dengan beberapa workstation
Process gabungan, tetap ditampilkan sebagai simbol
tunggal. pada kotak ini terdapat lambang
yang menunjukan jumlah operator yang
bertugas pada proses tersebut.

Production
control Kotak ini menunjukan adanya suatu
penjadwalan produksi atau departemen
atau pihak yang mengontrol produksi.

Proses atau nama kegiatan dibagian atas,


departemen/fungsi nama di daerah pusat.
teknologi informasi digunakan untuk
Process Box with membantu dalam pengolahan informasi di
Information sudut kiri bawah. Jika sebagian besar atau
Technology sepenuhnya manual, mungkin menunjukan
"manual" atau "manual" ditambah teknologi
informasi yang digunakan.

Simbol ini digunakan untuk menampilkan


informasi atau data yang dibutuhkan untuk
menganalisa dan mengobservasi sistem.
Contoh informasi yang ditampilkan pada
Data Table simbol "manufacturing process" antara lain
cycle time (C/T), changeover time (C/O),
uptime, scrap rate, dan lain-lain.

Material Symbols
Icon Name Description
Simbol ini berhubungan dengan
Material Pull downstream process, dimana simbol ini
menunjukan adanya pergerakan fisik

30
material.
Simbol ini menunjukan adanya pengiriman
dari supplier atau pengiriman kepada
Shipment Truck
konsumen dengan menggunakan
transportasi eksternal
Simbol ini menunjukan adanya inventori
diantara dua proses. pada pembuatan
current state VSM, jumlah inventori dapat
Inventory ditentukan dengan perhitungan cepat dan
jumlah tersebut ditulis dibawah simbol.
Simbol ini juga menunjukan inventori dari
bahan baku dan finish goods.
Simbol ini menunjukan adanya inventori
"supermarket". Maksudnya tersedia
sejumlah inventori dimana satu atau lebih
Supermarket downstream process akan mengambil
produk dalam inventori sejumlah yang
dibutuhkan. Upstream process akan
melengkapi stok sesuai kebutuhan.
Push Arrow Simbol ini menunjukan adanya aliran
material dari satu proses ke proses
selanjutnya dengan sistem push. Sistem
push menunjukan bahwa suatu proses tidak
memproduksi produk berdasarkan
permintaan dari proses sesudahnya
(downstream process)
Simbol ini menunjukan suatu kegiatan
FIFO (First In First Out). Misalnya
FIFO Arrow
kegiatan pergerakan material pada
conveyor.
Ini adalah simbol untuk seorang pekerja. hal
ini
ditambahkan ke kotak proses untuk
Operator menunjukkan seorang pekerja
menyelesaikan sebagian atau seluruh proses
tugas.
Simbol ini menunjukan sejumlah kanban
yang digunakan untuk meratakan volume
Load Leveling
produksi dengan cara melakukan
penjadwalan.

Ini merupakan pengumpulan informasi


Phone
menggunakan telepon

31
Simbol ini digunakan untuk menandai
adanya rencana perbaikan pada suatu
proses secara spesifik untuk mencapai
Kaizen Burst future state VSM.

Garis ini menunjukan adanya aliran


informasi secara manual, dapat berasal
Manual
dari memo, laporan, atau percakapan.
Information
Frekuensi aliran informasi dapat
dicantumkan.
Garis ini menunjukan adanya aliran
informasi dengan menggunakan media
Electronic
elektronik seperti fax, telepon, email,
Information
conference call, dan lainlain. Frekuensi
aliran informasi dapat dicantumkan.
Simbol ini menunjukanadanya kegiatan
Go See Schedulling
mengumpulkan informasi secara visual.
Simbol ini menunjukan bahwa pelanggan
Pull Arrow
atau proses menarik dari proses sebelumnya.
Shipment or Simbol ini menunjukan pergerakan bahan
Materials baku dari supplier menuju unloading dock
Movement Arrow pabrik/pergerakan dari finish goods menuju
loading dock pabrik menuju konsumen.
Simbol ini digunakan ketika level inventori
pada "supermarket" diantara dua proses
berada pada titik minimum. Ketika signal
kanban tiba pada proses pensuplai,
menunjukanadanya pergantian dan
dilakukan produksi sejumlah part yang telah
Signal Kanban ditentukan sebelumnya pada kanban.
Segmen garis waktu menunjukan waktu
yang bernilai tambah dan waktu yang tidak
memiliki nilai tambah. Waktu yang bernilai
Timeline Segment
tambah merupakan waktu siklus
pengolahan, dan waktu yang tidak memiliki
nilai tambah adalah waktu menunggu.
Merupakan akhir batas waktu. Hal ini
Timeline Total termasuk total untuk waktu nilai tambah dan
tidak bernilai tambah

Simbol ini menunjukan beberapa iterasi atau


Rework
kebutuhan untuk pengerjaan ulang.

32
2.5.3 Tahapan Penggambaran Value Stream Mapping

Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan dalam penggambaran VSM :

1. Menentukan produk yang akan diamati. Tahap ini juga ditentukan batasan (ruang

lingkup) pada saat pengamatan dilakukan.

2. Mempelajari dan memahami proses produksi produk yang akan diamati dan

mengidentifikasi waste yang terdapat pada proses produksi tersebut.

3. Menggambar aliran proses produksi. Penggambarab dilakukan dari belakang, yaitu

konsumen diikuti proses. Proses digambar dari proses yang terakhir menuju proses

yang pertama.

4. Menggambar aliran material. penggambaran aliran material maliputi inventory,

transportasi, menunggu persetujuan, sistem pull, sistem push dan lain-lain. pada

tahap ini juga digambarkan suppliers.

5. Menggambarkan aliran informasi dan pengamatan. Pada tahap ini dilakukan

penggambaran production control, yang meliputi Production Planning and

Inventory Control (PPIC) dan tim produksi.

6. Menggambarkan dan menambahkan kotak data. Kotak data berisi waktu siklus,

waktu changover, setup time, waste, uptime, dan lain-lain. data yang diisi adalah

data hasil pengamatan dan pengolahan data.

7. Mencantumkan data waktu proses setiap aktivitas pada timeline yang digambarkan

pada bagian bawah VSM. Garis yang menjorok keatas menunjukan value added

activity dan garis yang menjorok kebawah menunjukan non-value added activity.

33
8. Menjumlahkan total waktu aktivitas untuk mengetahui total waktu value added

activity dan non value added activity. Total waktu value added activity dan non

value added activity dicantumkan pada ujung kanan timeline.

9. Melakukan verifikasi pada VSM yang telah dibuat, apakah telah mencerminkan

proses produksi yang ada.

10. Melakukan analisis pada VSM.

2.6 Value Stream Mapping Analysis Tools (VALSAT)

VALSAT merupakan tool yang dikembangkan oleh Hines & Rich (International

Journal of Operations Production Management, 1997) untuk mempermudah pemahaman

terhadap value stream yang ada dan mempermudah untuk membuat perbaikan pada

waste yang terdapat di dalam value stream. VALSAT merupakan sebuah pendekatan

yang digunakan dengan melakukan pembobotan waste, kemudian dari

34
pembobotan tersebut dilakukan pemilihan terhadaptool dengan menggunakaan matrik.

Terdapat 7 tools yang bisa digunakan, yaitu: Process Activity Mapping, Supply

Chain Response Matrix, Production Variety Funnel, Quality Filter Mapping, Demand

Amplification mapping, Decission Point Analysis, dan Physical Structure. Perlu

dimengerti bahwa setiap tool mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam

mengidentifikasi suatu jenis waste tertentu. Dengan demikian, tool apa yang akan

digunakan sangat tergantung dengan jenis waste yang hendak dianalisis. Secara garis

besar Hines & Rich memberikan tabel korelasi antara waste dengan tools sebagai

berikut:

Tabel 2.4 Matrix Seven Tools dan Seven Waste

Setelah mendapatkan bobot dari masing-masing pemborosan, langkah selanjutnya

adalah pemilihan detailed mapping tool yang sesuai dengan jenis pemborosan yang

timbul pada proses produksi. Pemilihan detailed mapping tool ini dilakukan berdasarkan

perhitungan bobot pada value stream analysis tool (VALSAT). Perhitungan bobot pada

VALSAT ini dilakukan dengan mengalihkan bobot pemborosan yang diperoleh dari

kuesioner dengan faktor pengali hubungan antara pemborosan dengan detailed mapping

35
tool yang dipaki. terdapat 7 macam detailed mapping yang paling umum digunakan

yaitu:

1. Process Activity Mapping

Process activity mapping merupakan sebuah tool yang digunakan untuk

menggambarkan proses produksi secara detail dari tiap-tiap aktivitas yang

dilakukan dalam proses produksi tersebut. dari penggambaran peta ini diharapkan

dapat diidentifikasi persentase aktivitas yang tergolong value added dan non value

added. Dalam tool ini aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori seperti:

operation, transport, inspection, storage dan delay.

2. Supply Chain Response Matrix

Tool ini digunakan untuk mengevaluasi persediaan dan lead time sehingga

meningkatkan pelayanan pada jalur distribusi yang dilakukan dengan biaya yang

lebih rendah.

3. Production Variety Funnel

Identifikasi titik dimana sebuah produk diproses menjadi beberapa produk yang

spesifik. Tool ini dapat digunakan untuk membantu menentukan target perbaikan,

pengurangan inventory dan membuat perubahan untuk proses dari produk.

4. Quality Filter Mapping

Mengidentifikasi ketiga tipe defects, yaitu: product defect (cacat fisik produk yang

lolos ke customer), service defect (permasalahan yang dirasakan customer berkaita

dengan cacat kualitas pelayanan), dan internal defect (cacat masih berada dalam

internal perusahaan, sehingga berhasil diseleksi dalam tahap inspeksi).

36
5. Demand Amplification Mapping

Merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana demand berubah-ubah

sepanjang jalur supply chain dalam interval waktu tertentu.

6. Decision Point Analysis

Merupakan tool yag digunakan untuk menentukan titik dimana aktual demand

dilakukan dengan sistem pull sebagai dasar untuk membuat forecast.

7. Physical Structure

Untuk mengetahui sistem operasi suatu supply chain tertentu pada level industri.

Pendekatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya aktifitas-aktifitas yang

berlangsung dalam suatu proses produksi, yaitu: non value adding, necessary but

non-value adding, dan value adding.

2.7 Manfaat dan Tujuan Pameran

Pameran cecara umum bisa dimanfaatkan untuk mendemonstrasikan dan

menjelaskan sejarah atau suatu kebijakan perusahaan, bidang-bidang yang digeluti, dan

tata cara pelaksanaannya. Melalui pamran dapat pula diceritakan secara lugas proses

manufaktur, skala, operasional perusahaan, atau kampanye periklanan yang hendak

dilancarkan dalam waktu dekat. Sebagaimana diketahui hasil sebuah penelitian

menunjukan bahwa seseorang memperoleh pengetahuannya 75% dari penginderaan

secara visual, 13%, secara auditif, dan 12% melalui indera lainnya.

Hal ini merupakan suatu bukti bahwa event seperti pameran akan berdampak luas

bagi pengunjung maupun peserta, karena dengan ikut pameran mereka akan menemukan

banyak hal yang dapat dilihat secara langsung.

37
Di bawah ini adalah manfaat pameran bagi perusahaan atau organisasi yang

berperan serta dalam sebuah pameran. Ada 3 (tiga) alasan pokok, yaitu :

1. Supaya orang mendapatkan informasi yang benar mengenai produk atau jasa yang

baru diluncurkan, yang sifatnya memperkenalkan kepada konsumen secara langsung.

2. Menunjukan eksistensi, keberadaan dari produk atau jasa terus ada dan terjaga

kontinuitasnya. Disamping itu, untuk memperlihatkan kekuatan perusahaan dimata

perusahaan pesaingnya.

3. Menjaga image produk/jasa. Dengan seringnya berpameran, masayarakat semakin

paham positioning produk maupun jasa kita. Dengan image yang tertanam dan terus

ditanamkan dalam benak masyarakat, produk atau jasa tersebut tidak mudah

terlupakan, yang akhirnya tidak tergeser oleh pesaingnya.

Adapun tujuan pameran adalah untuk memperkenalkan produkproduk untuk

mendapatkan pembeli dalam jumlah besar. Biasanya pesanan-pesanan dalam jumlah

besar terjadi dalam pameran. Selain itu, didalam pameran, pembeli dan penjual bisa

langsung bertemu. Itu berarti perusahaan peserta pameran dan pembeli dapat

menghemat waktu dan tenaganya dibandingkan event-event lain. Dengan kata lain,

tujuan pameran adalah untuk mendapatkan konsumen potensial, terbuka kesempatan

yang cukup besar bagi perusahaan untk membujuk pengunjung yang datang ke acara

pameran agar melihat atau membeli sesuatu yang ditawarkan pada pameran tersebut.

Pameran juga akan melahirkan banyak kontak yang berharga dan juga membangun

kontak baru dalam pasar sasaran dari perusahaan atau organisasi kita. Dengan kata lain,

pameran menjadi langkah awal untuk memasuki pasar atau daerah baru. Dengan

38
memperoleh keuntungan yang layak, juga memantapkan perusahaan atau merk menjadi

"pemain" utama pasar.

2.7.1 Ragam Pameran

Sebelum dijelaskan lebih lanjut mengenai ragam pameran, terlebih dahulu akan

dijelaskan tentang jenis dan penggolongan organizer (penyelenggara pameran) yang ada

pada kegiatan pameran, yaitu :

1. State - owned Organization

• Pemerintah Daerah (Contoh : Pekan Raya Jakarta)

• Asosiasi Dagang (Contoh : Kadin, Tokyo Trade Center, Korean Trade Center).

2. Private organization - Public Corporations.

• Dimiliki oleh Pemerintah (Contoh : China External Trade Development Council)

3. Trade Association - Asosiasi dagang.

• Contoh : Gaikindo Motor Show - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor

Indonesia

4. Profesional Associations - Asosiasi Profesional.

• Contoh : Hospitals Expo - Ikatan Rumah Sakit Jakarta Metropolitan

5. Independent Private Organizers.

• Perusahaan Swasta (berbadan hukum)


Contoh : ECMI, Pamerindo, Debindo, Dyandra Promosindo dan lain-lain

• Perusahaan Swasta Perorangan.

2.7.2 Pameran Berdasarkan Target Pengunjung

a. Business to Business

39
Pameran ini diperuntukan terutama untuk kalangan bisnis, contoh untuk pameran B to

B ini adalah pameran JIPPS (Jakarta International Plastics & Packaging Show), yaitu

pameran industri plastik dan kemasan yang pernah diselenggarakan di Semanggi Expo.

Pengunjung yang diharapkan datang adalah dari kalangan pengusaha dibidang plastik

atau yang terkait dengan industri plastik dan kemasannya. Memang tidak terlalu mudah

untuk mengatur pameran seperti ini. Menurut pengalaman para penyelenggaraan

pameran seperti Event Organizer Napindo Media Pratama, mereka mendapatkan

peserta/exhibitor untuk pameran melalui keikutsertaan pada pameran serupa di luar

negeri.

b. Business To Customer

Pameran seperti ini adalah pameran yang diperuntukan untuk konsumen dan paling

banyak dijumpai. pameran ini diperuntukan untuk pengunjung umum. Contoh :

Pameran Komputer, pamera Furniture, Pameran Automotive, dan sebagainya.

c. Government to Government

Pameran semacam ini memang terbilang jarang diadakan kalaupun diadakan

menggunakan tempat yang khusus dan terbatas. Contoh: pameran peralatan perang. Para

pengunjung yang datang terdiri dari utusan negara-negara.

2.7.3 Pameran Berdasarkan jenisnya

a. Pameran Barang

Pameran jenis ini mempertunjukkan produk benda dalam bentuk aslinya, misalnya

pameran automotive, pameran lukisan, pameran hasil kerajinan dan sebagainya. Maksud

40
diadakannya pameran barang adalah untuk memperkenalkan dan menanamkan brand

image tentang keunggulan berbagai macam produk kepada publik

sehingga pengunjung pameran menjadi mengerti dan termotivasi untuk membeli produk

tersebut

b. Pameran Jasa

Pada pameran jasa yang terutama dipamerkan adalah proses, maupun pelayanan

yang ditawarkan kepada publik. Contoh pameran jasa ini adalah pameran perbankan,

pameran jasa perhotelan, pameran jasa wisata, termasuk di dalam pameran tentang

wedding yang memamerkan jasa untuk pernikahan.

2.7.4 Berdasarkan Sifatnya

a. Pameran Umum

Pameran umum dapat diikuti oleh siapa saja dan dengan jenis ataupun barang apa

saja. Biasanya pameran ini dikenal dengan paeran multi produk. Pameran yang

bertujuan memamerkan berbagai produk. Tujuan dari pameran ini untuk meperkenalkan

suatu organisasi, perusahaan atau produk atau suatu hal khusus kepada khalayak umum.

Salah satu contoh pameran umum, yaitu pameran yang terbuka untuk umum, seperti

pameran yang selama ini diselenggarakan di Jakarta Convention Hall atau di Arena

Pekan Raya Jakarta.

b. Pameran Khusus (Tematik)

Yakni pameran yang berdasarkan tema tertentu, seperti pameran khusus komputer,

pameran khusus persenjataan, pameran khusus bahan bangunan, pameran khusus

properti dan pameran-pameran khusus lainnya yang mulai dilirik oleh Event Organizer.

41
Sehubungan dengan hal ini ada Event Organizer yang mengkhususkan diri menangani

pameran tertentu, misalnya pameran buku islami.

c. Pameran Bersama

Untuk menghemat biaya, beberapa perusahaan yang bernaung dalam satu grup

organisasi pada bidang yang sama mengadakan pameran bersama, misalnya pameran

yang diadakan oleh beberapa perusahaan automotive dari Grup Honda. Pameran

bersama para konsultan arsitek yang tergabung dalam Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI).

d. Pameran Patungan

Pameran patungan ini biasanya gabungan dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam

satu negara dan sejenis. Mereka mengadakan pameran diluar negeri. Umumnya

perusahaan ini akan membuka perwakilan atau sudah memiliki perwakilan di negara

tersebut. Pameran semacam ini dibiayai atau disubsidi oleh pihak ketiga, misalnya

pameran yang diselenggarakan Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN).

2.7.5 Berdasarkan Frekuensinya

a. Pameran Berkala

Dinamakan pameran berkala karena secara rutin dan berkala diselenggarakan dan

dijadwalkan sudah ditetapkan sama dalam setiap tahun, misalnya pameran Renovation

Expo yang rutin diadakan pada bulan April setiap tahun atau pameran komputer di JCC

yang diadakan setiap 4 bulan sekali

b. Pameran Insidental

Pameran ini sifatnya sewaktu-waktu saja apabila dianggap perlu atau ada kesempatan,

misalnya pameran yang berbentuk bazar di kampus atau di lingkungan tertentu, seperti

di kompleks perusahaan atau perumahan.

42
2.7.6 Berdasarkan Lingkup Geografis

a. Pameran Lokal

Pameran lokal bisanya diadakan disebuah kota untuk menginformasikan organisasi atau

hasil produksi daerah setempat. Misalnya, pameran untuk konsultan

Ikatan Arsitektur atau Himpunan Ahli Konstruksi Cabang DKI Jakarta, Pameran

Pembangunan Daerah Banten.

b. Pameran Nasional

Pameran nasional menyajikan kegiatan-kegiatan lembaga bertaraf nasional atau hasil

produksi dalam negeri yang lingkup pemasarannya seluas wilayah negara. Contoh:

Pameran Produksi Indonesia yang diikuti oleh hampir seluruh daerah di Indonesia.

c. Pameran Internasional

Pameran internasional diikuti oleh berbagai negara di seluruh dunia yang memamerkan

hasil produksi maupun kegiatan dari masing-masing negara. Contoh:

International Trade Exhibition.

2.7.7 Berdasarkan Skala

a. Pameran Berskala Besar

Pameran yang berskala besar, biasanya diadakan diarea khusus untuk pameran,

contohnya Pameran Dagang Luar Negeri yang khusus diselenggarakan dalam rangka

mempromosikan produk-produk buatan suatu negara ke negara lain dan minat para

pembeli atau importir setempat.

b. Pameran Berskala Kecil

43
Pameran semacam ini biasanya diadakan pada arena yang tidak terlalu besar dibawah

100 meter dan diikuti oleh 10 stand pameran dan diadakan ditempat seperti dihalaman

hotel, distasiun atau dibandar udara. Barang yang dipamerkan dapat dikemas dalam

kotak-kotak atau etalase kaca atau sekedar disusun pada panel pameran. Disamping

panel pameran, perangkat lainnya yang hampir selalu digunakan sampel, model, foto-

foto, peta dan bagan-bagan.

2.7.8 Berdasarkan Lokasi

a. Pameran diluar ruangan ( Out Door Exhibition)

Contohnya pameran kesehatan yang biasanya memadukan acara-acara hiburan dan

pameran dagang. Acara diluar ruangan lainnya yang cukup popular adalah pameran

peralan bangunan, pameran berbentuk bazar atau pameran pembangunan dari sebuah

daerah.

b. Pameran Terbatas

Diadakan di dalam ruangan, misalnya diruangan khusus di dalam hotel atau dalam

sebuah ruangan gedung milik sendiri maupun ruang gedung yang disewa hanya untuk

tamu undangan. Pameran di office building,misalnya di Plaza BII, Gedung Menara

Jamsostek, World Trade Center, Plaza Bapindo, dan Building-building yang memiliki

auditorium atau space khusus untuk pameran.

c. Pameran Keliling (Road show)

Pameran ini biasanya dilakukan untuk memamerkan produk atau jasa ditempattempat

yang dianggap dapat meraih target pasar yang besar. Pameran seperti ini pernah

44
dilakukan oleh Bank International Indonesia (BII), Citi Bank, dan sejumlah bank lain

untuk memperkenalkan program kartu kreditnya.

2.7.9 Berdasarkan Waktu

a. Pameran dengan jangka waktu yang lama

Pameran yang berlangsung selama satu bulan (selama waktu yang ditentukan) atau

bahkan pameran selama satu tahun, namun pembayaran sewa stand pameran dilakukan

setiap bulan. Bentuk pameran semacam ini sudah ada di Mal dan Plaza di Jakarta,

Tangerang, dan Bekasi. Event Organizer membuat kontrak selama satu tahun kepada

pihak Mal untuk satu area khusus Pameran Elektronik, Pameran Furniture atau Pameran

Home ApplianceI. Peserta stand tidak mutlak harus selalu ikut, bisa saja mereka hanya

berpameran selama tiga bulan berturut-turut, tergantung dari omzet yang mereka

peroleh masih menguntungkan.

b. Pameran dengan jangka waktu yang pendek

Pameran yang berlangsung sekitar kurang lebih satu minggu hingga sepuluh hari atau

bahkan untuk pameran yang ditujukan bagi kaum pekerja, hanya tiga hingga lima

hari.

2.8 Publikasi dan Promosi Pameran

Publikasi dan Promosi pameran dalam penyelenggaraan pameran, adalah kegiatan

yang paling penting. Dengan adanya promosi yang direncanakan dengan baik, tujuan

untuk menarik minat calon peserta pameran untuk turut serta pada pameran dan promosi

juga dilakukan untuk mendatangkan pengunjung / pembeli yang sesuai dapat dipenuhi.

45
Oleh karena itu, penyelenggaraan pameran mengalokasikan biaya promosi cukup besar.

Langkah-langkah dalam perencanaan promosi :

1. Mengidentifikasikan pendengar sasaran.

2. Menentukan tujuan-tujuan komunikasi / promosi

3. Merancang pesan.

4. Memilih saluran komunikasi

5. Menentukan anggaran promosi total

6. Memutuskan bauran promosi (Iklan, promosi penjualan, PR dan organisasi

penjualan)

7. Pengukuran hasil-hasil promosi

8. Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi pemasaran

Metode promosi

1. Iklan,

2. Promosi penjualan.

3. Penjualan pribadi / kewiraniagaan

4. Hubungan Masyarakat / Publisitas.

Advertising

Advertising adalah memberikan informasi tentang priduk jasa tertentu sehingga

konsumen dapat menjatuhkan pilihan yang relevan. Suatu hal yang mutlak dalam

kegiatan pameran adalah mengadakan kegiatan adverstising. Kegiatan tersebut dapat

dilakukan melalui konsep below the line (BTL) dan above the line (ATL)

46
2.8.1 Trik Dalam Publikasi dan Promosi

Berikut ini adalah beberapa trik untuk melakukan publikasi dan promosi:

1. Membuat brosur untuk mencari peserta pameran yang berisi tema, waktu,

lokasi, denah stand beserta daftar harga stand, cara pembayaran, contact person

(Nama Event Organizer, telepon yang bisa dihubungi), fasilitas yang akan

diperoleh peserta pameran (partisi standar, lampu TL, meja dan kursi serta

karpet)dan acara selama pameran seperti jumpa artis atau seminar kecil mengenai

suatu hal, demo masak dan sebagainya. Brosur ini disebarkan pada saat

pameranpameran yang akan diadakan dilokasi lain atau pameran yang diadakan

oleh Organizer lain dan waktunya jauh hari sebelum pameran berlangsung.

2. Membuat brosur untuk informasi kepada calon pengunjung/ Khalayak ramai

yang bersifat ajakan dan didalam brosur ini berisi keuntungan yang akan diperoleh

pengunjung bila datang ke pemaran, seperti discount khusus, bonus hadiah,

voucher belanja dan juga daftar acara yang akan disajikan, sebutkan pula pada

brosur, bila mendatangkan public figur yang dapat mengundang daya tarik

tersendiri.

3. Membuat media iklan di media massa cekat dan elektronik yang gunanya

untuk menginformasikan pameran tersebut kepada khalayak ramai. Di dalam

materi iklan harus disampaikan point selling atau benefit (keuntungan) yang akan

disapat pengunjung. Biasanya iklan brosur dengan iklan surat kabar mempunyai

isi serupa, yang membedakan hanya ukurannya saja. Untuk media massa

elektronik bentuk iklan bisa beraneka ragam, seperti talk show merupakan cara

lebih efektif namun membutuhkan biaya yang lumayan mahal, jenis promosi lain

yaitu dengan cara iklan ad libs atau running text yang biasanya lebih ringan.

Adapun iklan di media cetak idealnya 4 (empat) kali yang dimuat sebelum dan

47
selama pameran berlangsung dengan perincian : 1 (satu) kali pemuatan tiga hari

hingg asatu minggu sebelum pameran, 1 kali pemuatan pada hari pembukaan

pameran dan 1-2 kali pemuatan pameran pada saat pameran berlangsung.

Bentuknya bisa iklan bersama dengan semua peserta pameran dan para sponsor

acara pameran. Untuk pameran berskala kecil, cukup dengan memuat iklan baris

di media massa seperti di surat kabar lokal atau tabloid.

4. Untuk pameran berskala besar biasanya mengadakan konferensi pers bertujuan

memberitahukan kepada kalangan publik melalui media massa bahwa Event

Organizer kita bermaksud mengadakan sebuah event pameran. Selain itu, Event

Organizer juga dapat mengirimkan press release kepada media-media yang

dianggap sesuai dengan target pameran itu sendiri.

5. Membuat undangan khusus kepada target pengunjung potensial yang

didalamnya ditawarkan souvenir khusus dengan menukarkan undangan atau

dicetak nomor undangan untuk doorprize, atau undangan itu juga memberikan

kesempatan untuk mendapatkan diskon khusus. Polaundangan seperti ini

memperbesar kemungkinan orang akan mengunjungi pameran yang dibuat.

6. Membuat direct mail, menurut Amarican Association of Advertising Agencies,

promosi dengan direct mail dikirim jauh hari, misalnya 3 bulan sebelum pameran

berlangsung atau paling tidak 1 bulan sebelum pameran diadakan. bentuk promosi

ini diperuntukan untuk mencari pesrta pameran dan menawarkan beberapa

keuntungan, yakni :

a. Selektif. Media ini mampu menjangkau kelompok konsumen tertentu yang

dapat dipilih sesuai dengan kepentingan sasaran pasar. Sasaran khalayak

48
dapat dipilih menurut profesi, daya beli, lokasi tempat tinggal atau

perkantora, jenis kelamin, usia dan sebaginya.

b. Ideal. Untuk mendapat tanggapan yang segera, media ini dapat disisipi

formulir yang mudah diisi berikut amplop dan stempel perangko

berlangganan agar calon peserta pameran dapat segera mengirim balasan atau

cara yang lebih modern melalui balasan email atau faksimile.

c. Pengaruh Personal. Pesan akan dibaca oleh calon pembeli tanpa ada pesaing

atau pesan-pesan interupsi. Calon peserta pameran atau calon pengunjung

yang dikirimi surat umumnya merasakan sentuhan personal, yakni merasa

dikenal dan diperhatikan. Bagi orang-orang tertentu, ini adalah suatu

kesenangan tersendiri.

d. Flexible. Pengiklan dapat menentukan sendiri ukuran kertas yang ingin

dicetak dan diedarkan tanpa tergantung pada pihak lain, dalam hal ini media

massa.

e. Dapat diukur. Dengan media ini dapat diukur berapa banyak calon peserta

dan berapa banyak yang memberikan respon atau menanggapi.

7. Iklan lewat Internet / Website Dari divisi promosi gedung pengelola atau pihak

Event Organizer sendiri yang mengirim Mailist kepada semua anggota yang

merupakan target peserta pameran.

8. Poster Pameran yang ditempel-tempel pada tempat umum yang strategis seperti

halte bus kota dan tempat keramaian lain seperti dilingkungan universitas dan

papan pengumuman digedung-gedung perkantoran.

49
9. Spanduk-spanduk promosi yang dipasang ditempat-tempat keramaian yang

berisikan ajakan untuk mengunjungi pameran. Spanduk ini berisi selain informasi

juga keuntungan yang akan diperolah pengunjung pameran.

10. Stiker promosi yang bisa ditempel dimobil-mobil.

11. Souvenir promosi dapat digunakan sebagai alat promosi seprti T -shirt, topi,

ballpoint, payung, mug, gantungan kunci, tali name tag dan lain sebagainya.

12. Balon udara juga dapat dijadikan alat promosi berjalan bagi pameran yang

diperuntukan untuk keluarga karena balon biasanya akan disukai anak-anak dan

remaja.

13. Billboard pameran yang diletakkan didepan arena pameran.

14. Baliho (Billboard yang ditaruh dipinggir jalan).

15. Umbul-umbul promosi atau Hanging Banner dipakai diarea pameran.

16. Katalog pameran berisi daftar peserta pameran, artikel mengenai profile peserta

pameran dan juga berisi iklan produk atau jasa dari peserta pameran dan

menyertakan pula daftar sponsor dari paeran tersebut. Katalog ini didistribusikan

untuk peserta pameran, undangan pada acara pembukaan, sebvagi dokumentasi,

juga dapat dijual kepada pengunjung pameran.

17. Promosi media lokal setempat, lewat sarana komunikasi setempat seperti radio

kampus, majalah atau media internal perusahaan dan lain sebagainya.

2.9 Memahami Jenis-Jenis Pemborosan

2.9.1 Penyebab Variasi dan Pemborosan di Tempat Kerja

50
Variasi adalah inkonsistensi atau variabilitas yang terjadi dalam proses sehingga

menghasilkan cacat produk. Sedangkan pemborosan adalah segala aktivitas tidak

bernilai tambah dalam proses, di mana aktivitas-aktivitas itu hanya menggunakan

sumber-sumber daya namun tidak memberikan nilai tambah kepada pelanggan.

Beberapa akar penyebab dari variasi dan pemborosan di tempat kerja adalah:

• Tata letak pabrik dan kantor yang jelek

• Waktu setup peralatan dan mesin yang panjang (lama)

• Organisasi tempat kerja yang jelek

• Pelatihan yang tidak tepat dan/atau tidak cukup

• Metode kerja yang tidak standar

• Tidak mengikuti prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi kerja,

• Kapabilitas proses yang rendah secara statistik

• Perencanaan yang jelek

• Masalah-masalah kualitas material dengan pemasok

• Peralatan pengukuran yang tidak akurat

• Lingkungan kerja yang buruk (misal: lampu penerangan, panas, kelembaban,

kebersihan dan kenyamanan, dan lain-lain)

Untuk mencegah timbulnya variasi dan pemborosan di tempat kerja gunakan

metode CHECK Process. CHECK memiliki akronim : Correct, Housekeeping,

Equipment, Contain, Keep doing it.

Correct:

51
• Apakah semua anggota organisasi (operator, staff, supervisor, manajer) benar-benar

telah memperoleh pelatihan yang tepat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya

dalam organisasi? Apakah pelatihan yang diperoleh itu telah diverifikasi bahwa itu

adalah efektif?

• Apakah prosedur dan instruksi-instruksi kerja (work instruction) telah tersedia dan

tampak secara visual serta telah ditempatkan dekat tempat


-tempat kerja?

 Apakah semua orang dalam organisasi ( operator, staff, supervisor, manajer) benar
benar telah mengetahui standar- standar kerja dan persyaratan output yang

berkualitas?

 Apakah peralatan, sekuens operasi atau proses dan metode kerja standar telah
ditetapkan dan benar-benar sedang diterapkan atau diikuti oleh semua orang dalam

organisasi?

Housekeeping:

 Verifikasi keteraturan dan kebersihan tempat-tempat kerja

 Apakah tempat-tempat kerja tampak bersih dan teratur? Pastikan bahwa tidak
terdapat benda-benda berbahaya di sekitar tempat kerja

• Apakah peralatan (tools), alat-alat tulis menulis kantor (ATK) ditempat kerja telah

diletakkan pada tempatnya?

• Apakah telah ditetapkan personel yang bertanggung jawab untuk kebersihan dan

keteraturan di tempat kerja?

• Apakah telah ditetapkan jadwal waktu secara periodik untuk melakukan evaluasi atau

penilaian tentang keteraturan dan kebersihan di tempat kerja?

52
Equipment:

• Apakah telah ditetapkan program preventive maintenance (PM) terhadap mesinmesin

dan peralatan?

• Apakah telah ditetapkan jadwal waktu secara periodik untuk memeriksa kelengkapan

dan efektivitas program preventive maintenance (PM) itu?

• Apakah output dari setiap mesin dan peralatan itu dicatat, didokumentasikan dan

dikomunikasikan secara visual melalui papan-papan yang tampak bagi semua orang

(visual board)?

• Apakah ada indikasi bahwa mesin-mesin dan peralatan itu bermasalah karena output

yang menurun, cacat, dll?

Contain:

• Verifikasi bahwa proses berada dalam pengendalian (controllable process) untuk

menjamin bahwa tidak terjadi penyerahan output cacat ke proses berikut

• Apakah ada teknik untuk mengidentifikasi output cacat dan proses berada dalam

pengendalian, misal: menggunakan peta-peta kontrol (control charts)?

• Apakah telah ditetapkan teknik-teknik antikesalahan (pokeyoke or mistake-proofing)

yang berfungsi menghentikan produksi apabila timbul kegagalan atau kecacatan

proses sehingga mencegah tidak ada output cacat yang diserahkan ke proses berikut?

Keep Doing It:

53
• Membuat CHECK process sebagai bagian dari aktivitas rutin setiap waktu
• Verifikasi secara terus menerus setiap proses atau operasi pada setiap shift

menggunakan CHECK process

• Perhatian yang konsisten adalah kunci untuk menuju kesuksesan!

2.9.2 Jenis-Jenis Pemborosan

Pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu Type One Waste

dan Type Two Waste.

Type One Waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan niai tambah

dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream, namun aktivitas

itu pada saat sekarang tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Misalnya,

aktivitas inspeksi dan penyortiran dari perspektif Lean merupakan aktivitas tidak

bernilai tambah sehingga merupakan waste, namun pada saat sekarang kita masih

membutuhkan inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang digunakan

sudah tua sehingga tingkat keandalannya berkurang. Demikian pula, pengawasan

terhadap orang, misalnya, merupakan aktivitas tidak bernilai tambah berdasarkan

perspektif Lean, namun pada saat sekarang kita masih harus melakukannya, karena

orang tersebut baru saja direkrut oleh perusahaan sehingga belum berpengalaman.

Dalam konteks ini, aktivitas inspeksi, penyortiran dan pengawasan dikategorikan

sebagai Type One Waste. Dalam jangka panjang Type One Waste harus dapat

dihilangkan atau dikurangi. Type One Waste ini sering disebut sebagai Incidental

Activity atau Incidental Work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah (

non-value-adding work or activity)

Type Two Waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan

dapat dihilangkan dengan segera. Misalnya, menghasilkan produk cacat (defect) atau

54
melakukan kesalahan (error) yang harus dapat dihilangkan dengan segera. Type Two

Waste ini sering disebut sebagai Waste saja, karena benar-benar merupakan pemborosan

yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera.

Secara umum kita mengenal “Seven plus one” Types of Waste seperti ditunjukkan

dalam Tabel 2.5

Tabel 2.5 “Seven plus One” Types of Waste

Akar
Penyebab
Type Waste
(Root
Causes)
Overproduction : Ketiadaan komunikasi, sistem
memproduksi lebih daripada balas jasa dan penghargaan
kebutuhan pelanggan internal yang tidak tepat, hanya
dan eksternalatau berfokus pada kesibukan kerja,
1
memproduksi lebih cepat atau bukan untuk memenuhi
lebih awal daripada waktu
kebutuhan pelanggan internal
kebutuhan pelanggan internal
dan eksternal dan eksternal
Delays (waiting time): keterlambatan Inkonsistensi metode kerja, waktu
yang tampak melalui orang-orang yang penggantian produk yang panjang
sedang menunggu mesin, peralatan, (long
2 changeover times), dll
bahan baku, supplies, perawatan /
pemeliharaan (maintenance).

Transportation: Tata letak yang jelek (poor


memindahkan material atau orang dalam layout), ketiadaan koordinasi
jarak yang sangat jauh dari satu proses dalam proses, poor housekeeping,
ke proses berikut yang dapat organisasi tempat kerja yang jelek
3 mengakibatkan waktu penanganan (poor workplace organization),
material bertambah lokasi penyimpanan material yang
banyak dan saling berjauhan
(multiple and long distance
storage location)
Ketidaktepatan penggunaan
Processes: mencakup prosesproses peralatan, pemeliharaan peralatan
4 tambahan atau aktivitas kerja yang tidak yang jelek (poor tooling
perlu atau tidak efisien maintenance), gagal

55
Inventories: pada dasarnya Peralatan yang tidak andal (unreliable
inventories menyembunyikan equipment), aliran kerja yang tidak
masalah dan menimbulkan seimbang (unbalanced flow), pemaok yang
tidak kapabel (incapable suppliers),
aktivitas penanganan tambahan peramalan kebutuhan yang tidak akurat
5 yag seharusnya tidak (inaccuratemengombinasi
forecasting), ukuran batch yang
operasi-operasi
diperlukan. Inventories juga besar (large bathsizes), long changeover
times kerja, proses kerja dibuat serial
mengakibatkan extra
padahal proses-proses itu tidak
paperwork, extra space dan
saling tergantung satu sama lain,
extra cost
Motions: setiap pergerakan Organisasiyang seyogyanya
tempat kerja yangdapat
jelekdibuat
(poor
dari orang atau mesin yang workplaceparalel
organization), tata letak yang
tidak menambah nilai kepada jelek (poor layout), metode kerja yang
barang dan jasa yang akan tidak konsisten (inconsistent work
6 diserahkan kepada pelanggan, methods), poor machine design
tetapi hanya menambah biaya
dan waktu saja

Defective Products: scrap, Incapable processes, insufficient training,


rework, customer returns, ketiadaan prosedur-prosedur operasi
7 customer dissatisfaction standar

Lack of customer input in design, over


Defective Design: desain yang
design
tidak memenuhi kebutuhan
7+1
pelanggan, penambahan
features yang tidak perlu.

56

Anda mungkin juga menyukai