MANUFAKTUR
Andy Sulistio Nugroho NIM : 111023031
Program Studi Teknik Industri, IST Akprind Yogyakarta Jl. Kalisahak No 28,
Yogyakarta 55222
E-mail : sperakspeed@gmail.com
Abstrak
Lean Manufacturing merupakan konsep manufaktur untuk menghasilkan
produk yang efisien dengan mengurangi biaya produksi melalui efisiensi.
Dalam konsep Lean, dikenal 7 macam pemborosan yang meliputi produksi
berlebih, transportasi material yang berlebihan, menunggu, proses yang
tidak perlu, persediaan, pergerakan dan cacat produk. Penelitian ini
menggunakan Tinjauan Manufaktur LEAN System dalam mengidentifikasi
pemborosan dan menelusuri potensi terjadinya pemborosan. Potensi
pemborosan yang terjadi akan direduksi dengan menggunakan instrumen
yang sesuai berdasarkan indikator terpilih. Penelitian diharapkan dapat
menghasilkan proses produksi yang lebih efisiensi sehingga mampu
mereduksi biaya produksi. Pada akhirnya akan menghasilkan profit yang
lebih besar.
Kata kunci : lean manufacturing, manufaktur LEAN System
Abstract
Lean Manufacturing is a manufacturing concepts to produce products that
are efficient by reducing production costs through efficiencies. In the Lean
concept, known seven kinds of waste, including overproduction, excessive
material transportation, waiting, unnecessary processes, inventory, motion
and product defects. This study uses LEAN Manufacturing System to identify
waste and exploring the potential for waste. Potential waste that occurs will
be reduced by using appropriate instruments based on selected indicators.
The study is expected to produce a more efficient production processes so
as to reduce production costs.Will ultimately result in greater profits.
Keywords: lean manufacturing, LEAN Manufacturing System
1. PENDAHULUAN
Kinerja perusahaan dinilai dari kemampuan suatu perusahaan untuk
menciptakan proses yang efektif dan efisien. Untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, diperlukan perbaikan secara terus-menerus. Informasi
mengenai bagaimana suatu proses berlangsung saat ini (pemetaan proses
yang terjadi saat ini) diperlukan untuk melakukan perbaikan proses
(Handfield & Nichols, 2002). Banyak pemborosan yang terjadi di perusahaan
tanpa disadari oleh pelakunya. Selama ini perusahaan merasakan adanya
pemborosan yang sering terjadi. Tetapi perusahaan jarang melakukan
pengukuran. Padahal, pemborosan sangat berpotensi mengurangi efisiensi
perusahaan.
Menurut Sistem Produksi Toyota, terdapat tujuh pemborosan antara
lain
Overproduction
(Produksi
Berlebihan),
Waiting
(Menunggu),Transportation (Transportasi), Inappropriate Processing
(Proses yang tidak Perlu), Unnecessary Inventory (Persediaan yang tidak
perlu), Unnessary Motion (Gerakan yang tidak perlu), dan Defect
(Kecacatan). (Hine,2000, hal 9]
Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi pemborosan yang terjadi dan
mereduksi pemborosan tersebut sehingga mampu meningkatkan efisiensi
produksi.
1.1
Latar Belakang
BAB 2
Quality assurance
Standard operations
Jidoka: Human automation
Maintenance and safety
2.3
Toyota telah mengidentifikasi tujuh jenis utama dari hal tidak memiliki
nilai tambah pada kegiatan bisnis atau proses manufaktur, yang kami
jelaskan di bawah. Anda dapat menerapkan tersebut pengembangan untuk
produk dan jasa, tidak hanya produksi line dapat pula dikembangkan pada
LEAN Office. Adalah kedelapan pemborosan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Produksi Yang Berlebihan.
Memproduksi barang-barang lebih awal atau dalam jumlah yang lebih
besar dari yang dibutuhkan oleh pelanggan. Memproduksi lebih awal
atau lebih daripada yang dibutuhkan menghasilkan limbah yang lain,
seperti Kelebihan Pengunaan Tenaga Kerja, penyimpanan, dan biaya
transportasi karena kelebihan persediaan. Persediaan dapat menjadi
persediaan fisik atau antrean informasi.
2. Menunggu (Time On Hand).
Pekerja hanya bertindak sebagai orang mengawasi mesin otomatis,
atau harus berdiri sekitar menunggu langkah proses selanjutnya, alat,
pasokan, sebagian, dll, atau sekadar tidak memiliki pekerjaan karena
tidak tidak ada stok yang harus dikerjakan, keterlambatan banyak
pengolahan, downtime peralatan, dan kemampuan operator yang
kurang.
Transportasi atau alat angkut.
Memindahkan barang dalam proses (WIP) dari satu tempat ke tempat
dalam proses, bahkan jika hanya jarak pendek. Atau harus
memindahkan material, komponen, atau barang jadi ke dalam atau
keluar dari penyimpanan atau antara proses.
3. Overprocessing atau pengolahan salah.
Mengambil langkah-langkah yang tidak dibutuhkan untuk memproses
bagian. Tidak efisien karena alat pengolahan yang buruk dan desain
produk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu dan menghasilkan
cacat. Limbah yang dihasilkan ketika memberikan produk berkualitas
lebih tinggi daripada yang diperlukan. Pada waktu ekstra pekerjaan
ini dilakukan untuk mengisi waktu kelebihan daripada menghabiskan
itu menunggu.
4. Kelebihan persediaan.
Kelebihan bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi
menyebabkan lead time lebih lama, usang, barang rusak, transportasi
dan biaya penyimpanan, dan delay. Juga, menyembunyikan persediaan
masalah seperti ketidakseimbangan produksi, pengiriman terlambat
BAB III
: PEMBAHASAN
4.
Kaizen
5.
6.
Kanban
Alat Just In Time dimana dengan tujuan utama pada konsep ini
adalah memproduksi barang atau produk yang hanya diperlukan.
7.
Lean Culture
Budaya LEAN, untuk menghilangkan pemborosan harus menjadi
Mindset pada setiap bagian dari perusahaan.
8.
Total Productive Maintenance
TPM adalah Peningkatan Produktifitas Penggunaan mesin
berdasarkan kapasitas dan waktu pengunaan total mesin
9.
Quick Change Over
Peningkatan metode Industri mendorong pembuatan produk
yang bervariasi dan membutuhkan waktu yang banyak untuk
melakukan change over. Peningkatan LEAN akan mengurangi waktu
pada change over (quick change over) untuk meningkatkan
produkstifitas.
BAB IV
: PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Mari kita tetap sederhana dan mulai dengan apa yang sebagian besar
dunia tahu yang terbaik tentang Toyota dan bagian teknis dari Toyota
Production System. Mengurangi waktu antara pesanan pelanggan dan
pengiriman dengan menghilangkan limbah yang tidak bernilai. Hasilnya
adalah sebuah proses LEAN yang memberikan kualitas tinggi kepada
pelanggan dengan biaya rendah, tepat waktu, dan memungkinkan Toyota
untuk dibayar tanpa memiliki sejumlah besar persediaan.
Proses LEAN serupa dapat ditemukan dalam pengembangan produk, di
mana Toyota memiliki waktu pengembangan tercepat di industri, semakin
diperbarui styling dan fitur untuk pelanggan lebih cepat, dengan kualitas
lebih tinggi, dan dengan biaya lebih rendah dari pesaing. Dan proses internal
lean bahkan memperpanjang seluruh fungsi pendukung bisnis Toyota, untuk
penjualan, pembelian, teknik produksi, dan perencanaan, meskipun proses
lean yang tidak diformalkan seperti di manufaktur dan pengembangan
produk.
Apa yang kurang dipahami adalah bahwa sistem lean tidak hanya
tentang alat dan teknik, tapi tentang filsafat. Sebagai contoh, mudah
memahami bagaimana menghilangkan pemborosan dengan menggunakan
alat lean akan mengarah pada keuntungan finansial segera. Namun
bagaimana dengan perlunya membuat beberapa pemborosan untuk jangka
pendek untuk menghilangkan limbah dalam jangka panjang? Pertimbangkan
skenario berikut:
1. Penuhi kebutuhan peralatan dan perlengkapan kerja pada Operator
khususnya, pada kegiatan yang bernilai tambah ( value Added). Buat
sebuah tools kit yang akan memudahkan pekerjaan mereka.
2. Mengurangi batch produksi dan membuat variasi produk yang tinggi
merupakan Harapan Industri Masa Depan, akan tetapi perlu
diperhatikan pada saat melakukan pergantian batch aka nada waktu
yang terbuang, Quick Change Over atau SMED adalah jalan keluar
untuk inovasi tersebut.
3. Product Development merupakan serangkaian kegiatan yang fokus
untuk membangun nilai produk dengan para engineer yang handal.
Product Development akan memastikan produk dapat berjalan dengan
baik pada mass production nantinya.
4. Melibatkan pemasok untuk tetap menjaga kualitas produk yang baik
pada Mass Production.
5. Hasil yang cepat dan keuntungan besar, tentu saja, bagian dari daya
pikat Toyota Way, dan ada yang salah dengan harapan tidak ada
manfaat besar. Masalah terjadi ketika menekan dalam jangka pendek
untuk hasil persilangan jalan dengan beberapa unsur filosofis, yang
memerlukan pandangan jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, W. M. (2006). The Future of Sustainability
Re-thinking
Environment and Development in the Twenty-first Century. The World
Conservation Union.
2. Bahri, S. (2007). pemanfaatan Limbah Industri pengolahan Kayu Untuk
Pembuatan Briket Arang Dalam Mengurangi Pencemaran di Nangroe
Aceh Darussalam. Medan: Universitas Sumatera Utara.
3. Chiu, A. S., & Tseng, J. M. (2004).
Production Management Towards Sustainable Development
.
Proceedings of the Fifth Asia Pacific Industrial Engineering and
Management Systems
4. USAID
dan SENADA. (2007).
Produksi Berkelanjutan. DAI.
5. Wahjono, H. D. (2004). Pedoman Teknis Pengolahan Limbah Cair
Industri Kecil. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dengan PT.
Envirotekno Karya Mandiri.
6. http://leansystem.wordpress.com/author/prizma1982/
7. Idris, Fahmi (2007), Peningkatan Nilai Tambah Industri Berbasis
Sumberdaya Alam, Jumat, 23 Maret, Setneg,
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&
task=view&id=215&Itemid=76.
8. http://shiftindonesia.com/lean-six-sigma-after-all-these-time/
9. http://www.leanindonesia.com/tag/kanban-2/
TUGAS
MATA
KULIAH
MANUFAKTUR FLEKSIBEL
Dosen : Drs. Sirod Hantoro, MSIE
SISTEM