Anda di halaman 1dari 17

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Konsep Dasar dan Filosofi mengenai Just In Time (JIT) ?

2. Apa saja yang termasuk Persyaratan-persyaratan dalam Just In Time (JIT) ?

3. Apa saja manfaat-manfaat yang ada pada Just In Time (JIT) ?

4. Bagaimana Prinsip Kerja yang terjadi pada Just In Time (JIT) ?

5. Apa saja Aspek JIT dan Bagaimana keunggulan yang diterapkan JIT untuk

Bersaing ?

6. Apa saja kelemahan dan keunggulan dari penggunaan Just In Time (JIT) ?

7. Bagaimana Strategi yang ada pada Just In Time (JIT) ?

TUJUAN

1. Mengidentifikasi Konsep Dasar dan Filosofi mengenai Just In Time (JIT).

2. Menjelaskan Persyaratan-persyaratan dalam Just In Time (JIT).

3. Menjelaskan manfaat-manfaat yang ada pada Just In Time (JIT).

4. Memahami Prinsip Kerja yang terjadi pada Just In Time (JIT).

5. Menjelaskan Aspek JIT dan memahami keunggulan yang diterapkan JIT

untuk Bersaing.

6. Mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan dari penggunaan Just In Time

(JIT).

7. Menjelaskan Strategi yang ada pada Just In Time (JIT).


Pengertian “Just In Time” (JIT) dan Filosofinya
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau
sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-
perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang
diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen
(Simamora, 2000). Just In Time dapat berarti sebagai  suatu keseluruhan filosofi
operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku
cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
JIT juga merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting
dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya
apabila ada permintaan (pull sistem) atau dengan kata lain hanya memproduksi
sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Filosofi JIT
digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan
manufaktur di Jepang .
Konsep   Just In Time (JIT) adalah suatu konsep di mana bahan baku yang
digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada
waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat
bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
JIT juga berarti filosofi manajemen dari pemecahan masalah yang berkelanjutan dan
dipaksakan, sehingga pemasok-pemasok dan komponen-komponen ditarik melalui
sistem untuk menunjukkan dimana dan kapan mereka dibutuhkan.  
Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi
perusahaan. Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi
atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak
menambah nilai bagi suatu produk.. Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan
kunci utama, yaitu :
1. memproduksi dengan jumlah kecil
2. menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
permintaan.
3. menghilangkan pemborosan
4. memperbaiki aliran produksi
5. menyempurnakan kualitas produk
6. orang-orang yang tanggap
7. menghilangkan ketidakpastian
8. penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.
Berbagai perusahaan banyak yang menggunakan istilahnya sendiri sebagai pengganti
dari Jus In Time, seperti :
 IBM dikenal “Continuous Flow Manufacturing (CFM)”.
 Harley Davidson dikenal “Material as Needed (MAN)”.
 Hewlett Packard dikenal “Stockless Production”.
 Omark Industries dikenal “Zero Inventory Production System (ZIPS)”.

Dalam menerapkan JIT ini, ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan. Ketiga hal
tersebut adalah MUDA, MURA dan MURI.
 MUDA dalam bahasa Jepang berarti pemborosan, yang bila diterapkan dalam
manajemen tidak akan memberikan nilai tambah.
 MURA dalam bahasa Jepang berarti ketimpangan, keragaman, atau
ketidakteraturan (variability and irregularity).
 MURI dalam bahasa Jepang berarti keterpaksaan, kesulitan, lewat ambang
batas. Keadaan timpang, beragam maupun terpaksa merupakan indikasi
dalam suatu masalah.
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana
segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan
fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat 
produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus
produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja
sama dengan komponen-komponen lainnya.
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan
perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya
tenaga kerja, ruang dan waktu produksi. Ide dasar sistem produksi tepat waktu (Just
In Time) yaitu menghasilkan sejumlah barang yang diperlukan pada saat diminta
dengan menghilangkan segala macam bentuk pemborosan waktu yang tidak
diperlukan sehingga diperoleh biaya produksi yang rendah dan melakukan proses
yang berkesinambungan. JIT mulai digunakan pada sistem produksi Toyota sebagai
dampak dari krisis minyak di tahun 1973, kemudian banyak dipakai oleh perusahaan
Jepang untuk mengantisipasi semakin variatifnya permintaan konsumen dan semakin
kritisnya konsumen dalam menentukan produk yang diinginkannya.
Just In Time menekankan bahwa semua material harus menjadi bagian aktif
dalam sistem produksi dan melarang timbulnya masalah yang mengakibatkan hadir
pada biaya persediaan. Dalam Just In Time persediaan diminimalisasi dengan tetap
menjaga keberlangsungan produksi. Ini berarti bahan maupun barang tersedia dalam
waktu, jumlah dan kualitas yang tepat saat diperlukan. Metode Just In Time dalam
keberadaannya tidak sekedar diterapkan untuk bidang persediaan, melainkan juga
dapat diimplementasikan dalam bidang produksi.
Dalam bidang produksi, Just In Time menekankan upaya kontinuitas
pengurangan pemborosan dan ketidakefisienan lewat lot size yang kecil, kualitas
tinggi, koordinasi tim kerja. Produksi Just In Time menunjukan sistem produksi
dimana aktifitas operasi terjadi hanya jika diperlukan. Selain demikian berposisi
sebagai alat pendekatan untuk penyeimbang produksi, alat pengendali kualitas
produk, dan mekanisme untuk motivasi serta keterlibatan para tenaga kerja.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time-JIT) bukanlah ilmu yang
memerlukan analisis kuantitatif maupun kualitatif yang tidak begitu rumit, secara
lebih tepatnya Just In Time (JIT) bisa dikatakan sebagai metode pendekatan, filosofi
kerja, konsep ataupun strategi manajemen yang dimaksud dan tujuannya adalah
mencapai performansi yang tinggi dalam proses manufacturing. JIT adalah filosofi
manufacturing untuk menghilangkan pemborosan waktu dalam total prosesnya mulai
dari proses pembelian sampai proses distribusi. Adapun 7 (tujuh) jenis pemborosan
disebabkan karena :
1. Over produksi.
2. Waktu menunggu.
3. Transportasi.
4. Pemrosesan.
5. Tingkat persediaan barang.
6. Gerak.
7. Cacat produksi.
Persyaratan-persyaratan “Just In Time” (JIT)
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan Just In Time
(JIT), yaitu :
1. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sistem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk.
Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu
lokasi.
2. Pelatihan/Tim/keterampilan
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan
sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi
perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa
yang diharapkan oleh JIT dan alat-alat statistik yang seharusnya diberikan.

 Membentuk Aliran/Penyederhanaan.
Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk
membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan
masalah awal.
 Kanbal Pull Sistem.
Kanbal merupakan sistem manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu
kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
1. Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya.
2. Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan,
3. Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya
4. Meratakan beban produksi
5. Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning
6. Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

3.      Visibiltas / pengendalian visual


Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan sistem visual.
Melacaknya apa yang terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena para
karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam proses dan banyak rute
produksi yang saling bersilangan.
4.      Eliminasi Kemacetan
Untuk menghapus kemacetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi,
perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini
terdiri dari berbagai departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan
departemen lainnya yang relevan.
5.      Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup.
Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil.
Pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai
bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap
produksi.
6.      Total Productive Maintance
TPM merupakan suatu keharusan dalam sistem JIT. Mesin-mesin membersihkan dan
diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan
mesin tersebut.
7.      Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC) dan Perbaikan
Berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam
pemanufakturan JIT, karena beberapa hal yaitu : Pertama, segala sesuatu harus
bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak ada
bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus
bekerja dengan prima.

Konsep Dasar “Just In Time” (JIT)


Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan
permintaan, dengan cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk yang
diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi
dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada
proses manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur
suku cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan
menggunakan sistem dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada
proses berikutnya. Metode ini menyulitkan penyesuaian secara cepat terhadap
perubahan yang disebabkan oleh gangguan yang timbul pada beberapa proses atau
akibat adanya fluktuasi permintaan. Untuk mengatasi berbagai gangguan dan
perubahan permintaan ini, perusahaan harus mengubah jadwal produksi tiap proses
secara serempak yang cukup menyulitkan. Akibatnya perusahaan harus melakukan
persediaan di antara semua proses untuk mengatasi gangguan dan perubahan
permintaan ini. Sistem ini sering menimbulkan ketidakseimbangan persediaan yang
mengakibatkan pemborosan.
Sebaliknya, sistem produksi Toyota bersifat revolusioner, dalam arti proses
berikutnya akan mengambil suku cadang dari proses sebelumnya, metode ini dikenal
sebagai sistem tarik. Hanya lini rakit akhir yang dapat mengetahui dengan tepat
penetapan waktu yang diperlukan dan jumlah suku cadang yang diperlukan. Lini
rakit akhir pergi ke proses sebelumnya untuk mendapatkan suku cadang yang
diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang diperlukan. Kemudian
proses sebelumnya memproduksi suku cadang yang diambil oleh proses berikutnya.
Tiap proses yang memproduksi suku cadang mengambil bahan atau suku cadang
yang diperlukan pada proses sebelumnya, begitu seterusnya.
Dengan demikian apabila ada perubahan permintaan tidak perlu dilakukan
perubahan jadwal produksi secara serempak untuk semua proses. Hanya lini rakit
akhir yang perlu diinformasikan mengenai perubahan jadwal produksi ketika merakit
produk satu per satu. Untuk menginformasikan mengenai penetapan waktuyang
diminta dan jumlah suku cadang yang diperlukan, digunakan KANBAN. Sistem
kanban hanya bisa berfungsi secara efektif melalui kombinasi dengan elemen-elemen
JIT lain secara utuh.
Dalam hal ini, Tidak ada satu organisasipun di dunia ini yang menyukai
pemborosan. Hal ini karena, Disebabkan pemborosan tidak sesuai dengan semangat
efisiensi sebagai jantungnya manajemen, Efisiensi dan efektivitas sebagai terminal
akhir dari pada manajemen tidak akan dapat tercapai jika pemborosan masih terjadi,
Semangat untuk terus memperbaiki organisasi dan menghilangkan pemborosan
inilah yang kemudian dikenal dengan konsep JUST IN TIME (JIT), Konsep JIT
muncul di Jepang melalui apa yang disebut Kyzen (perbaikan terus menerus), dan
Just In Time (JIT) sendiri bukan istilah Jepang. namun istilah dari Barat yang mampu
melihat fenomena manajemen di Jepang.
Strategi Penerapan “Just In Time” (JIT)
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan,
antara lain, yaitu :
Strategi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungannya, yaitu dari semua
pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan
dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak akan dapat
terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah dengan cara mengadakan pembelian,
yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan
cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan datang
sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.
Strategi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem
produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan.
Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-
macam barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat
terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, seperti biaya
bahan baku, persediaan, dan sebagainya.

Manfaat “Just In Time” (JIT)


JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan
sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas. Adapun
Manfaat JIT tersebut, antar lain :
1. Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang.
2. Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi.
3. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi
kesalahan pada sumbernya.
4. Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik.
5. Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok.
6. Layout pabrik yang lebih baik.
7. Pengendalian kualitas dalam proses.
Kontribusi “Just In Time” (JIT) Untuk Keunggulan Bersaing
Terdapat 7 kontribusi JIT untuk memperoleh keunggulan dalam bersaing, yaitu :
Pemasok, Tata Letak, Persediaan, Penjadwalan, Pemeliharaan Pencegahan, Mutu
Produksi dan Pemberdayaan Karyawan.

1. JIT pada Pemasok


JIT pada pemasok diartikan dengan semangat JIT, jumlah pemasok sebaiknya
sedikit, antara sistem JIT pada pemasok ada hubungan kedekatan agar  pemasok
senantiasa berbisnis ulang dengan bisnis yang kita jalani..
2. JIT pada Tata Letak
JIT pada tata letak menunjukkan tujuan JIT adalah mengurangi perpindahan baik
perpindahan orang maupun perpindahan barang.
3. JIT pada Persediaan
JIT pada persediaan menggunakan sistem tarik (pull system) untuk memindahkan
suatu persediaan tersebut. Dalam hal ini, JIT akan mengurangi ukuran lot dan
mengurangi waktu penyetelan.
4. JIT pada Penjadwalan
JIT pada penjadwalan dapat ditempuh dengan cara mengkomunikasikan jadwal
tersebut kepada pemasok. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pemborosan.
5. JIT pada Pemeliharaan Pencegahan
JIT pada pemeliharaan pencegahan dapat ditempuh dengan cara pemeliharaan
pencegahan yang terjadwal dan rutin secara harian.
6. JIT pada Mutu Produksi (Kualitas)
JIT pada mutu produksi (kualitas) adalah diterapkannya dalam hal kendali proses
secara statistik.
7. JIT pada Pemberdayaan Karyawan
JIT pada pemberdayaan karyawan adalah dikembangkannya pelatihan-pelatihan
dalam bisnis agar terciptanya konsep Just In Time.
Prinsip Kerja “Just In Time” (JIT)
Prinsip kerja JIT dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu :
1. Cost reduction karena menggunakan prinsip 5S.
2. Inventory reduction, karena just in time (yang menggunakan konsep pull system)
melawan just in case (yang menggunakan konsep push system). Dan
3. Quality improvement  dimulai dari : Pemberdayaan karyawan kemudian kualitas
sebagai paradigma baru setiap orang dan akhirnya pada gugus kendali mutu.

1. Cost Reduction (Pengurangan Biaya)


Suatu konsep manajemen baru yang diambil dari kebiasaan di Jepang dan mampu
menyingkirkan paradigma barat dalam dunia industri manufaktur adalah prinsip 5-S
Manufacturing yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shetsuke (Kazuo Shibagaki
et all. 1991).
 SEIRI-Pemilihan. Diartikan sebagai usaha untuk memilih mana yang perlu dan
mana yang tidak, serta menghindari berbagai kelebihan. Semakin jarang suatu
barang atau peralatan digunakan maka semakin jauh letak barang atau peralatan
itu dari tempat kerja.
 SEITON-Pengaturan. Barang atau peralatan diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemakaian dan pencarian.
 SEISO-Pembersihan. Peralatan dijaga agar selalu dalam keadaan bersih agar
mudah dirawat dan selalu dalam kondisi bagus pada saat digunakan.
 SEIKETSU-Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Untuk menjaga kebersihan
lingkungan diperlukan prosedur standar sehingga setiap orang akan berperilaku
sama dalam perawatan kebersihan.
 SHITSUKE-pelatihan dan Disiplin. Untuk menjaga prosedur standar dan
kelangsungannya maka pelatihan untuk mengubah dan mejaga perilaku individu
perlu dilakukan.

2. Inventory Reduction (pengurangan persediaan)


Persediaan menurut paradigma lama, dalam hal ini selalu dikaitkan dengan produksi
dalam jumlah besar. Untuk menjaga kelangsungan proses produksi maka persediaan
yang besar dan aman perlu diadakan. Oleh karena itu, sistem Just In
Timemenghendaki barang dibuat sesuai dengan kebutuhan hanya pada saat
dibutuhkan.

3. Quality Improvement
Perbaikan kualitas menurut konsep Just In Time adalah usaha yang secara terus
menerus dilakukan. Tujuannya adalah peningkatan produktivitas melalui pemenuhan
harapan konsumen dalam hal kualitas dan waktu. Kualitas dalam paradigma baru ini
menjadi urusan setiap orang.

Aspek “Just In Time” (JIT)


JIT mempunyai empat  aspek pokok sebagai berikut :
 Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang
tidak perlu, misalnya persediaan dapat mungkin nol.
 Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.
Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan
waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan
pembeli dapat meningkat.
 Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
 Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman
terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau
penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan
dengan aktivitas pembelian dengan cara :
a) Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-
sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b) Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c) Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d) Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai
tambah.
e) Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut :
a) Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b) Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c) Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga
banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d) Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli
secara individual.
e) Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam
bidang : (1) Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan, (2) Persediaan bahan, barang
dalam proses, dan produk selesai, (3) Waktu perpindahan, (4) Tenaga kerja langsung
dan tidak langsung, (5) Ruangan pabrik, (6) Biaya mutu, (7) Pembelian bahan.
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut :
a) Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b) Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas
tidak langsung.
c) Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya
tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
d) Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”

Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk


Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada
yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan
JIT mempunyai dampak pada : (1) Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran)
biaya, (2) Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk, (3) Mengurangi
perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa), (4) Mengubah perilaku dan
relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung, (5) Mempengaruhi sistem penentuan
harga pokok pesanan dan proses. 
JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan
bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung
ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang
terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama
JIT.
Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
            Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan
biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok
Produk). Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung
dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun
sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
            Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan
dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa
didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian
khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada
dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga
kerja tidak langsung.
Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
            Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja
langsung tradisional dikurangi secara signifikan. Oleh sebab itu ada dua akibat :
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi
menjadi berkurang.
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
Pengaruh JIT pada Penilaian  Persediaan
            Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan
penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk
dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan
tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan
pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan  persediaan nol (atau paling tidak pada
tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan
untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok
produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi
biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: (a)
penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c) analisis
profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan
membeli atau membuat sendiri, dsb.
Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan
harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan
khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-
ulang. Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak
membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi.
Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena 
ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu
harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan
menggunakan sifat sistem harga pokok proses.
Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode  proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit
karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT,
diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu
dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara
signifikan mengarah pada penyederhanaan.

JIT dan Otomasi                        


            Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan
otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang
menggunakan JIT untuk mengikutinya  dengan  pemilikan  teknologi
pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas
produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d)
menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.
Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk
secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-
sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak
langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.
Keuntungan dan Kelemahan “Just In Time” (JIT)
Keuntungan  mengoperasikan sistem JIT dalam managemen yaitu :
 seluruh sistem yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
 Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
staffnya.
 Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau duretur kembali.
 kertas kerja dapat lebih simple.
 Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit
yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Kelemahan JIT dalam managemen yaitu :
Satu kelemahan sistem JIT adalah tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis
maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
Untuk mencapai tingkat pelayanan 95% perusahaan harus memasukkan 2 standart
deviasi dalam safety stock.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau
sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-
perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang
diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Konsep
just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas
produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu
dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Tujuan  Just  In Time menghasilkan sebuah  produk  hanya  jika dibutuhkan
dan  hanya dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan.  Sehingga system JIT
ini dapat memberikan manfaat lebih bukan hanya untuk konsumen namun 
perusahaan yang melakukan proses produksi dapat menghemat waktu dan
pengeluaran untuk proses produksi tersebut.
Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau
operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah
nilai bagi suatu produk. Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama,
yaitu : menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
permintaan, memproduksi dengan jumlah kecil, menghilangkan pemborosan,
memperbaiki aliran produksi, menyempurnakan kualitas produk, orang-orang yang
tanggap, menghilangkan ketidakpastian, penekanannya pada pemeliharaan jangka
panjang.

DAFTAR  PUSTAKA
 Hariyadi.  2009.  Pelatihan Penerapan standar internasional berbasis
Quality Management System.   Penerbit Nusantara Professional
Education.  Jakarta.
 Hardjosoedarmo, Soewarso. 2004. Total Quality Management.  Penerbit
Andi Yogyakarta. 
 http://materi-sisfo.blogspot.com/2012/06/ -just-in-time-jit.html
 https://yenypurwantotechnical.wordpress.com/2014/07/11/just-in-time-pada-
perusahaan-/
 http://elisamanajemenumg.blogspot.com/2014/01/just-in-time-jit.html

Anda mungkin juga menyukai