Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SISTEM PRODUKSI

JUST IN TIME DAN OTOMASI

Disusun oleh:
1. Rizqa Suci Pangestika (1532010006)
2. Rachma Noviyanti Hidayah (1532010009)
3. Fiara Rahmandanty (1532010010)
4. Rizky Rachmantono (1532010029)
5. Pramesty Puteri Pertiwi (1532010032)
6. M. Dwi Retno Triyono (1532010083)

PARAREL A

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur
mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun
disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk
menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak
perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi
kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang
khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang
disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan-
pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan
adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh
faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu
merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan
ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan
konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas
yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai
tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor
waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.
Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi,
dengan memberikan komponen produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat
yang tepat. Operasi JIT memproduksi komponen produksi tepat pada waktu
memenuhi kebutuhan produksi, sedangkan Operasi Tradisional memproduksi
komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk mengantisipasi
kalau- kalau terjadi sesuatu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Just in Time


JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki impilkasi penting
dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya
apabila ada permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi
sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuatitas yang diminta. Filosofi JIT
digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak
perusahaan manufaktur diJepang .
Bila JIT merupakan suatau filosofi manajemen operasi yang berusaha
untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan
produksi perusahaan. Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas
system produksi atau opersi dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan
yang tidak menembah nilai bagi suatui produk.
Just In Time (JIT) mendasakan pada delapan kunci utama, yaitu
1. Menghasilakn produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
permintaan.
2. Memproduksi dengan jumlah kecil.
3. Menghilangkan pemborodan.
4. Memperbaiki aliran produksi.
5. Menyempurnakan kualitas produk.
6. Orang-orang yang tanggap.
7. Menghilangkan ketidakpastian.
8. Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.
Persyaratan-persyaratan JIT
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pemerapan JIT, antara
lain:
1. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan
produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan
dalam satu lokasi.
2. Pelatihan/Tim/Keterampilan
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana
menghadapi perubahanyang dilakukan dari system tradisional dan bagaimana cara
kerja JIT
• Membentuk Aliran/Penyederhanaan
Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian
untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan
memecahkan masalah awal.
• Kanban Pull System
Kanban merupakan sistem manajemen suatu pengendalian perusahaan,
karena itu kanban memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan:
a) Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.
b) Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat
dibutuhkan,
c) Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya
d) Meratakan beban produksi
e) Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning
f) Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3. Visibiltas/Pengendalian Visual
Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan system visual.
Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit dilakukan karena para
karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak
rute produksi yang saling bersilangan.
4. Eliminasi Kemacetan
Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa
produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang.
Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur,
keuangan dan departemen lainnya yang relevan.
5. Ukuran Lot Kecil dan Pengurangan Waktu Setup
Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang
terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini esuai bila nesin-mesin digunakan untuk
menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan
proses berikutnya dalam tahap produksi.
6. Total Productive Maintance
TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem JIT.Mesi-mesin
membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator
yang menjalankan mesin tersebut.
7. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), dan Perbaikan
Berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada
dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal:
 Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati
sempurna,
 kedua, dalam JIT tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan,
 ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima.
Strategi Penerapan Just in Time
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan,
antara lain:
 Strategi Penerapan Pembelian Just in Time
Dukungan, yaitu dari semua pihak terutama yang berkaitan dengan
kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan.Tanpa ada komitmen
dari pinpinan tersebut JIt tidak dapat terlaksana. Mengubah system, yaitu
mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka
panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali
untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan atau
proses produksi perubahan kita.
 Strategi Penerapan Just in Time dalam Sistem Produksi
Penemuan sistem produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang
bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan
sebanyakmungkin pemborosan.Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini
produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua
kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi.Selain itu lini
produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan
sebagainya.
JIT bukan hanya sekedar metode pengedalian persediaan, tetapi juga
merupakan system produksi system produksi yang saling berkaitan dengan semua
fungsi dan aktivitas.
Keuntungan JIT antara lain:
1. Waktu set-up pada gudang dapat dikurangi. Dengan pemotongan waktu
dan biaya ini akan membuat perusahaan lebih efisien, dan perusahaan
dapat lebih fokus untuk perbaikan pada bidang lainnya.
2. Aliaran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja
akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat.
3. Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien.
4. Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten.
5. Adanya peningkatan hubungan dengan suplier.
6. Persediaan selalu dipertahankan untuk menjaga produkstivitas pekerja dan
bisnis akan fokus pada turn over.

2.2 Sistem Otomasi


Sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai suatu tekhnologi yang
berkaitandengan aplikasi mekanik, elektronik dan sistem yang berbasis komputer
(komputer,PLC atau mikro). Semuanya bergabung menjadi satu untuk
memberikan fungsi terhadap manipulator (mekanik) sehingga akan memiliki
fungsi tertentu.sejarahperkembangan sistem otomasi bermula dari governor
sentrifugal yang berfungsi untukmengontrol kecepatan mesin uap yang dibuat
oleh james watt pada abad ke delapanbelas. Dengan semakin berkembangnya
komputer maka peran-peran dari sistem otomasi konvensional yang masih
menggunkan peralatan-peralatan mekanik sederhana sedikit demi sedikit
memudar. Penggunaan komputer dalam suatu sistemotomasi akan menjadi lebih
praktis karena dalam sebuah komputer terdapat milliaran komputasi dalam
beberapa milli detik, ringkas karena sebuah PC memiliki ukuranyang relatif kecil
dan memberikan fungsi yang lebih baik daripada pengendali mekanis.
Otomasi adalah teknik untuk membuat perangkat, proses, atau sistem berjalan
secara otomatis, status pada saat dioperasikan secara otomatis, mengendalikan
operasi secara otomatis perangkat, proses, atau sistem dengan alat mekanis atau
elektronis yang menggantikan organ manusia untuk observsi, usaha, dan
pengambilan keputusan. Lawan dari otomasi adalah proses manual. Otomasi
adalah suatu teknologi terkait dengan aplikasi mekanik, elektronik, dan komputer-
didasarkan sistem untuk beroperasi dan mengendalikan produksi.
Teknologi ini meliputi:
1. Alat masin otomat untuk memproses
2. Mesin perakitan otomatis
3. Robot industri
4. Material otomatis [yang] menangani dan sistem [gudang/penyimpanan]
5. Sistem pemeriksaan otomatis untuk pengendalian mutu
6. Pengawasan proses komputer kontrol balik
7. Sistem komputer untuk perencanaan, pengumpulan data, dan
pengambilan keputusan untuk mendukung memproduksi

Beberapa alasan penggunaan otomasi :


1. Meningkatkan produktivitas perusahaan dimana ditandai dengan lebih
besarnya output per jam orang, apabila diterapkan otomasi pada operasi
manufaktur.
2. Tingginya biaya tenaga kerja: kecenderungan meningkatnya biaya tenaga
kerja di dunia industri, mendorong untuk menginvetasikan fasilitas
otomasi yang relatif mahal. Dengan otomasi manufaktur yang dapat
meningkatkan laju produksi, menyebabkan harga per produk lebih rendah.
3. Kurangnya tenaga kerja untuk kemampuan tertentu. Ini juga
kecenderungan akibat dari industri pelayanan ( lebih relevan d inegara
maju), sehingga semakin sulit mendapatkan tenaga kerja dengan skill
tertentu. Dengan otomasi manufaktur jumlah dan kemampuan yang d
ibutuhkan untuk menghasilkan produk berkualitas lebih rendah.
4. Tenaga kerja cenderung berpindah ke sektor pelayanan: ini kecenderungan
dinegara maju dimana tenaga kerja lebih menyukai sektor pelayanan.
5. Keamanan : dengan otomasi manufaktur pekerjaan lebih aman. Artinya
keamanan atas kecelakaan kerja akibat operasi produksi maupun kep
indahan operator pada lantai produksi lebih terjamin
6. Tingginya harga bahan baku : mahalnya bahan baku sebagai input
produksi membutuhkan efisiensi pemakaian bahan baku. Dengan otomasi
manufaktur dapat mereduksi scrap rates.
7. Meningkatkan kualitas produk ; otomasi tidak hanya dapat
menghasilkanproduk pada laju yang lebih cepat, tetapi kualitas produk
juga dapat ditingkatkan, diband ingkan dengan metode manual.
8. Menurunkan “Manufacturing lead time” (MLT) ; dengan otomasi
manufaktur dapat direduksi waktu antara pesanan pelanggan samapai
delevery produk. Itu dapat d itunjukan dengan analisa kuantitatif pada
subbab model matematis. Dengan demikian pelayanan terhadap pelanggan
dapat lebih kompetitif.
9. Menurunkan “in process inventory” ; ini karena otomasi manufaktur dapat
menyelesaikan produk pada lantai produksi lebih cepat.
10. Tingginya harga produk sebelum berotomasi ; karena banyaknyaknya
alasan diatas, maka dapat d isimpulkan bahwa dengan otomasi manufaktur
biaya per satuan produk leb ih rendah. Selain karena image dari industri
yang menerapkan otomasi manufaktur lebih baik dari pada dengan metode
manual, demikian pula dengan pelayanan terhadap pelanggan

Jenis-jenis Otomasi
Sistem produksi yang diotomatkan dapat digolongkan ke dalam tiga jenis basis
dasar:
1. Otomasi yang ditetapkan/perbaiki (fixed automation)
2. Otomasi programmable
3. Otomasi fleksibel

Fixed automation
Fixed automation adalah suatu sistem di mana urutan memproses ( atau perakitan)
operasi ditetapkan oleh configurasi peralatan. urutan operasi pada umumnya
sederhana. Adalah pengintegrasian dan koordinasi dari banyak operasi ke dalam
satu peralatan yang membuat sistem kompleks.
Corak yang khas dari otomasi ditetapkan/perbaiki adalah:
· Investasi awal tinggi untuk peralatan custom-engineered
· Nilai produksi tinggi
· Secara relatif tidak fleksibel mengakomodasi perubahan produk

Otomasi Programmable
Peralatan produksi dirancang dengan kemampuan untuk berubah urutan operasi
dan mengakomodasi bentuk wujud produk berbeda. Urutan Operasi dikendalikan
oleh suatu program, yang mana satu set instruksi yang coded sedemikian
sehingga sistem dapat membaca dan menginterpretasikannya. program baru dapat
disiapkan dan dimasukkan ke peralatan untuk menghasilkan produksi baru.
sebagian dari corak yang menandai otomasi programmable meliputi.
· Investasi tinggi di (dalam) general-purpose peralatan
· Nilai produksi rendah sehubungan dengan otomasi ditetapkan
· Fleksibilitas untuk perubahan di (dalam) bentuk produk
· Pantas untuk produksi mandi/rendaman
Sistem produksi otomatis programmable digunakan untuk volume produksi
sedang dan rendah.

Otomasi fleksibel
Adalah suatu perluasan dari otomasi programmable. Suatu sistem otomat
fleksibel adalah yang mampu untuk memproduksi berbagai produk ( atau
memisahkan) dengan hampir tidak ada waktu hilang untuk perubahan sistem kerja
dari satu produk kepada yang berikutnya. tidak ada waktu produksi hilang sedang
reprogramming sistem dan pada saat setup (tooling,fixtures,machine
settings).Consequently, sistem dapat menghasilkan berbagai kombinasi dan
jadwal produk, sebagai gantinya menuntut mereka membuat produk secara
terpisah. Tipe dari otomasi fleksibel adalah :
· Investasi tinggi untuk suatu sistem custom-
engineered
· Produksi campuran variabel produk berlanjut
· Nilai produksi Medium
· Fleksibilitas dalam mendisain variasi product

2.3 Just in Time dan Sistem Otomasi


Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan
otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang
menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi
pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk:
(a) menaikkan kapasitas produksi,
(b) menaikkan efisiensi,
(c) meningkatkan mutu dan pelayanan,
(d) menurukan waktu pengolahan,
(e) meningkatkan keluaran.
Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai
produk secara individual.sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi
dari sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi.beberapa biaya yang merupakan biaya yang
tidak langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.
Fleksibilitas manufaktur merupakan kemampuan perusahaan untuk
merespon secara efektif perubahan yang terjadi, baik yang terajadi di internal
(operasi) perusahaan, maupun di eksternal lingkungan perusahaan (Gerwin,
1993).
Ada empat area lingkungan perusahaan yang mempengaruhi fleksibilitas
manufaktur yaitu:
1. Strategi
2. Faktor lingkungan
3. Teknologi
4. Atribut organisasi (Gerwin,1987).
Sejalan dengan makna yang telah diuraikan, Flexible Manufacturing
System (FMS) adalah suatu sistem manufaktur otomatis dengan volume dan
variasi produk level menengah yang dikontrol oleh komputer.
FMS meliputi spektrum lebar dari aktivitas manufaktur seperti mesin-
mesin produksi, metal working, pabrikasi, dan assembly. Pada sebuah FMS, suatu
kelompok part–part dari produk–produk dengan karakteristik serupa diproses.
Komponen penting dari suatu FMS adalah :
a. mesin Numerical Control (NC)/(CNC) yang mampu saling bertukar tools
secara otomatis.
b. Sistem material handling otomatis untuk memindahkan part–part di antara
mesin–mesin
c. station fixturing berupa Automated Guided Vehicle (AGV) dan Robot. Semua
komponen di atas dikontrol oleh komputer.
d. perangkat–perangkat lain seperti mesin pengukur koordinat dan mesin pencuci
part-part yang diproses.
Pada FMS setiap job guna memproduksi sesuatu, mempunyai beberapa
alternatif jalur mesin–mesin untuk menyelesaikannya.Sistem penanganan material
pada FMS harus dikontrol komputer untuk menentukan alternatif jalur job tadi
secara otomatis.Disiplin antrian yang digunakan biasanya adalah First Come First
Serve (FCFS), Last Come First Serve (LCFS) atau prioritas.
Mesin NC/CNC adalah sebuah mesin yang dikendalikan dengan kode
angka–angka adalah proses yang secara otomatis menjalankan operasi manufaktur
menurut perintah yang tersusun dalam kode angka.
Namun mesin berkode angka ini memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan
mesin biasa, yakni:
1. memerlukan modal yang besar,
2. penggunaannya menuntut berbagai perubahan pada peranan operator,
penyedia dan pekerja yang lain, tingkat dukungan tenaga spesialis dan
tenaga terampil, serta membawa berbagai masalah yang biasanya timbul
bila orang menggunakan teknologi baru.
Flexible Manufacturing System (FMS) pertama kali didesain pada
pertengahan 1960-an oleh perusahan Inggris, dan diberi nama system
24.Sehubungan dengan kurangnya kontrol teknologi, sistem tersebut tidak pernah
selesai diinstal. Instalasi awal Flexible Manufacturing System (FMS) di US yang
paling terkenal terdapat di Caterpillar Inc. oleh Kearney & Trecker. Tujuan dari
FMS sangat spesifik dan menuntut penerapan yang spesial.FMS tidak mempunyai
fleksibilitas seperti yang telah didefinisikan di atas, tetapi bagaimanapun Kearney
& Trecker merasa cukup puas.
Persaingan pasar pada awal 1980-an menuntut adanya efisiensi produksi
yang tinggi, biaya rendah, respon yang cepat; sebagai hasilnya para usahawan
menginstall FMSs untuk produksi berskala kecil dan menengah. FMS sendiri
didefinisikan oleh Automation Encyclopedia (Graham 1988), sebagai berikut:
“Flexible manufacturing system adalah satu atau lebih mesin produksi yang
diintegrasikan dengan pemindahan material secara otomatis, dimana operasinya
diatur dengan komputer”.
Untuk mencapai fleksibilitas dan respon yang cepat yang dibutuhkan
kustomer maka diberlakukanlah Flexible manufacturing system (FMS). 5 level
teknologi yang dibuat bedasarkan FMS contohnya : Enterprise, system, sel, mesin
dan peralatan . Sebuah bangunan blok dari FMS disebut dengan
Flexible Manufacturing Cell (FMC). FMC adalah suatu kelompok atau grup
mesin yang saling berhubungan.

1. Fleksibilitas dalam Sistem Manufaktur Fleksibel


Flexibility dapat didefinisikan sebagai sekumpulan property dari sistem
manufaktur yang mendukung perubahan kapasitas dan kapabilitas produksi
(Carter, 1986). Fleksibilitas dalam sistem manufaktur sering digambarkan
sebagai:
1. Kemampuan untuk beradaptasi sesuai perubahan engineering
2. Peningkatan jumlah bagian yang sama yang diproduksi dalam suatu sistem
3. Kemampuan mengakomodasi perubahan rute yang memungkinkan sebagian
dari produk diproduksi oleh mesin yang berbeda
4. Kemampuan untuk merubah setup sistem dengan cepat dari satu tipe
produksi ke yang lainnya.
Adapun macam-macam fleksibilitas pada SMF adalah:
1. Fleksibilitas Mesin (Machine Flexibility)
Fleksibilitas mesin berarti kemampuan sebuah mesin untuk melakukan
bermacam–macam operasi pada bermacam-macam part produk dengan tipe dan
bentuk berbeda. Keuntungan yang didapat dari mesin fleksibel dan pergantian tipe
part yang diproses dengan cepat ini adalah kebutuhan besar lokasi yang ekonomis
dan waktu proses yang lebih rendah.
2. Fleksibilitas Rute (Routing Flexibility)
Fleksibilitas rute berarti part–part produk tersebut dapat diproduksi dengan
beberapa rute alternatif. Fleksibilitas rute secara utama digunakan
untuk memanage perubahan internal yang disebabkan oleh kerusakan alat,
kegagalan pengontrol, dan hal-hal lain sejenis dan juga dapat membantu
peningkatan output.
3. Fleksibilitas Proses (Process Flexibility)
Fleksibilitas proses atau yang dikenal juga dengan nama Mix
Flexibility adalah kemampuan untuk menyerap perubahan yang terjadi pada
produk dengan melakukan operasi–operasi sejenis atau memproduksi produk–
produk sejenis atau mempermudah untuk menambah line poduksi baru dan
mengurangi kecelakaam kerja yang bias terjadi pada line produksi.
4. Fleksibilitas Produk (Product Flexibility)
Fleksibilitas produk atau yang dikenal dengan nama Mix-Change
Flexibility adalah kemampuan untuk melakukan perubahan menuju set–set produk
baru yang harus diproduksi secara cepat dan ekonomis, untuk merespon
perubahan market dan engineering dan untuk beroperasi pada basis pelayanan
pesanan terbatas.
5. Fleksibilitas Produksi (Production Flexibility)
Fleksibilitas Produksi berarti kemampuan untuk memproduksi bermacam–
macam produk tanpa perlu adanya penambahan pada peralatan-peralatan
berat/penting, walaupun penambahan tool–tool baru atau sumber daya lain dapat
dimungkinkan. Hal ini menyebabkan dapat diproduksinya berbagai macam jenis
produk dengan biaya dan waktu yang memadai.
6. Fleksibilitas Ekspansi (Expantion Flexibility)
Fleksibilitas Ekspansi berarti kemampuan untuk merubah sistem manufaktur
untuk mengakomodasi perubahan produk–produk secara umum.Perbedaannya
dengan definisi Fleksibiltas Produksi adalah, pada Fleksibilitas Ekspansi
perubahan produk diikuti pula dengan penambahan peralatan beratnya.Tapi hal ini
dapat dilakukan dengan mudah karena perubahan dan penambahan itu dapat
dikerjakan pada desain sistem manufaktur yang aslinya.
Keuntungan penggunaan Sistem Manufaktur Fleksibel
Dari uraian di atas, dapat kita lihat beberapa keuntungan dari konsep FMS,
adalah:
 Mempermudah untuk menambah line produksi baru dan mengurangi
kecelakaan kerja yang biasa terjadi pada line produksi.
 Mempermudah penanganan jika terjadi perubahan jumlah produksi, baik
terjadi penambahan ataupun pengurangan kapasitas produksi.
 Perubahan desain dapat dilakukan dengan mudah dengan kontrol
komputer.
 Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan peralatan/mesin.
 Meningkatkan kualitas produk dan menjaga konsistensi kualitas produk.
 Mengurangi biaya ongkos pekerja (man power).
 Mengurangi luas lantai produksi (pada industri modern hal ini merupakan
keuntungan yang dapat diperhitungkan).
Keuntungan dari FMS sangat mengesankan dan sejumlah sistem telah
diinstal di seluruh dunia, yang membuktikan bahwa teknologi FMS dapat
berfungsi. Bagaimanapun, biaya, kompleksitas, dan tingkat teknologi yang
dibutuhkan untuk mengimplementasikan FMS membatasi penggunaannya pada
proses manufaktur yang sangat besar. Akibatnya, sejumlah tekanan dalam desain
otomasi dialihkan pada FMCs (flexible manufacturing cells).
Sistem manufakturing fleksibel (FMS = Flexible Manufacturing Systems)
juga merupakan paduan dari mesin–mesin berangka standard, pengolah bahan
baku otomatis dan pengendalian dengan komputer dalam bentuk pengendalian
dengan kode angka langsung (direct numerical control) untuk memperbesar
manfaat mesin berkode angka–angka untuk kegiatan manufakturing bervolume
sedang. Peralatan berkode angka dan terutama pusat mesin digunakan untuk
melayani permintaan bervolume rendah, sementara perhatian tidak terlalu banyak
diberikan untuk memperbaiki pendekatan manufakturing untuk produk bervolume
sedang dan beragam sedang.
FMS dirancang untuk suku cadang. Volume meningkat karena banyaknya
ragam produk yang menuntut penanaman modal di satu pihak dan fleksibelitas
peralatan NC di pihak lain, bersama menjadi dasar untuk menggunakan FMS
dalam membuat produk dengan volume permintaan tingkat menengah ini.
Kelompok produk klasik adalah :
1. Menurut perakitan
Mengelompokan suku cadang yang telah diurutkan untuk merakit suatu
produk (misal: mesin). Sistemnya dirancang untuk memungkinkan pemakai
memesannya menurut kebutuhan perakitan bukan menurut jadwal kuantitas
pemesanan bagi masing–masing suku cadang melalui serangkaian proses yang
diatur menurut fungsi.
2. Menurut jenis
Mengelompokan suku cadang menurut kisaran produk yang sama. Ini
membebaskan proses produksi untuk volume tinggi dari suku cadang volume
sedang dan rendah yang berarti mengurangi jumlah pemindahan. Dengan
pengelompokan ini penanaman modal dimungkinkan.Fleksibilitas FMS
memungkinkan pengolahan banyak ragam produk dan memudahkan untuk
menyeimbangkan beban kerja setiap kali ada perubahan bauran dan volume
produk.
3. Menurut besar dan operasi yang sama
Spesifikasi FMS dalam situasi ini mencerminkan ukuran fisik dari suku
cadang dan operasi–operasi khusus yang harus diselesaikan.Juga di sini flesibilitas
dalam sistem memperluas rentang pekerjaan yang dapat dilakukan dan
memungkinkan tingkat penggunaan yang tinggi karena kemampuannya
menghadapi perubahan bauran dan volume produk.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. JIT merupakan suatau filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi
perusahaan. Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system
produksi atau opersi dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang
tidak menembah nilai bagi suatui produk
2. Otomasi adalah teknik untuk membuat perangkat, proses, atau sistem berjalan
secara otomatis, status pada saat dioperasikan secara otomatis, mengendalikan
operasi secara otomatis perangkat, proses, atau sistem dengan alat mekanis
atau elektronis yang menggantikan organ manusia untuk observsi, usaha, dan
pengambilan keputusan. Lawan dari otomasi adalah proses manual.
3. Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan
otomasi dalam beberapa hal yaitu : (a) menaikkan kapasitas produksi, (b)
menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d) menurukan
waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.

Anda mungkin juga menyukai