Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Just In Time (JIT)

JIT Manufaktur adalah filosofi dan bukan teknik, menghilangkan

semua limbah dan mencari perbaikan secara terus-menerus untuk

menciptakan sistem manufaktur yang merespons kebutuhan pasar. Fase JIT

digunakan karena sistem ini beroperasi dengan WIP (Work-In-Proses)

persediaan rendah sehingga persediaan barang jadi sangat rendah. Produk

dirakit sebelum dijual, sub-assemblies dibuat tepat sebelum dirakit, dan

komponen dibuat tepat sebelum sub-assemblies dibuat.

Hal ini menyebabkan WIP lebih rendah dan mengurangi lead time.

JIT juga dipandang sebagai metodologi produksi yang bertujuan untuk

memperbaiki produktivitas secara keseluruhan melalui penghapusan limbah

dan mengarah pada peningkatan kualitas. JIT memberikan produksi yang

efisien dalam sebuah organisasi dan pengiriman hanya bagian-bagian yang

diperlukan dalam jumlah yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat

dengan fasilitas minimum.

Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang

dalam sistem tradisonal memiliki risiko kerugian yang lebih besar karena

over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang

sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang

memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan

5
6

memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai

akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa

perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut

menjadikan perusahaan lebih kooperatif.

Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan

posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian

biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman. Just In

Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting

dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu

berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata

lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya

sebesar kuantitas yang diminta.

Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun

1973. Tujuan utamanya adalah pengurangan biaya atau perbaikan

produktivitas dengan menghilangkan berbagai pemborosan. Pengembangan

yang sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian operasional saat

ini adalah JIT manufacturing yang kadang disebut sebagai ”produk tanpa

persedian”. JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan untuk

mengurangi persediaan. JIT juga memperhatikan keseluruhan system

produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk

tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan-tidak

terlambat dan tidak terlalu cepat.


7

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi

atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi

jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat

dibutuhkan oleh konsumen. JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai

berikut:

a. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang

dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang

diperlukan.

b. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis

yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.

c. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah

pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.

d. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan

2. Tujuan JIT

Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah:

a. Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)

b. Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)

c. Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)

d. Zero Handling (tidak ada penanganan)

Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam penerapan Just In Time, diantaranya adalah sebagai

berikut:
8

a. Aliran material yang lancer sederhanakan pola aliran material. Untuk itu

dibutuhkan pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan

akses langsung dengan dan dari bagian penerimaan dan pengiriman.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan aliran material yang tidak

terputus dari bagian penerimaan dan kemudian antar tiap tingkat

produksi yang saling berhubungan secara langsung, samapi pada bagian

pengiriman. Apapun yang menghalangi aliran yang merupakan target

yang haru diselidiki dan dieliminasi.

b. Pengurangan waktu set up sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian

produksi diskret yang memilki waktu set up mesin yang kadang-kadang

membutuhkan waktu beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam

sistem JIT. Pengurangan waktu set up yang dramatis telah dapat dicapai

oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7 jam menjadi 3-7 menit. Ini

membuat ukuran batch dapat dikurangi menjadi jumlah yang sangta

kecil, yang mengijinkan perusahaan menjadi sangat fleksibel dan

responsif dalam menghadapi perubahan permintaan konsumen.

c. Pengurangan lead time vendor sebagai pengganti dari pengiriman yang

sangat besar dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3

bulan, dengan sistem JIT kita ingin menerima komponen tepat pada saat

operasi produksi membutuhkan. Untuk itu perusahaan kadang-kadang

harus membuat kontrak jangka panjang dengan vendor untuk

mendapatkan kondisi seperti ini.


9

d. Komponen zero defect sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang

cacat, baik itu yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen

yang diproduksi, teknis kontrol statistik harus digunakan untuk

menjamin bahwa semua proses sedang memproses komponen dalam

toleransi setiap waktu. Untuk komponen yang dibeli, vendor diminta

untuk menjamin bahwa semua produk yang mereka sediakan telah

diproduksi dalam sistem produksi yang diawasi secara satistik.

Perusahaan kan selalu memiliki program sertifikasi vendor untuk

menjamin terlaksananya hal ini.

e. Kontrol lantai produksi yang disiplin dalam sistem pengawasan lantai

produksi tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu

produksi yang panjang yang dapat mengurangi biaya set up dan juga

pengurangan waktu pekerja. Untuk itu, order produksi dikeluarkan

dengan memperhatikan faktor-faktor ini. Dalam JIT, perhitungan

performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk membentuk

persediaan yang rendah dan menghilangkan hal-hal yang menghalangi

operasi yang responsif. Hal ini membuat waktu awal pelepasan order

yang tepat harus dilakukan setiap saat. Ini juga berarti, kadang-kadang

mesin dan operator mesin dapat saja menganggur. Banyak manajer

produksi yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk

menjaga agar mesin dan tenaga kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan

membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan agar berhasil

menggunakan operasi JIT. Perusahaan yang telah berhasil


10

mengimplementasikan filosofi JIT akan mendapatkan manfaat yang

besar.

3. Jenis Waste

Berbagai jenis waste yang dapat terjadi di perusahaan, antara lain :

a. Over production

Perusahaan hendaknya memproduksi barang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau permintaan konsumen. Produksi yang sangat

berlebihan akan berdampak pada munculnya berbagai biaya yang akan

menambah beban perusahaan.

b. Waiting

Waktu tunggu yang terjadi dalam berbagai operasi kerja atau

stasiun kerja akan mengakibatkan pada penambahan waktu dalam

produksi, sehingga proses pembuatan produk akan lebih lama.

c. Transportation

Pemindahan barang atau material dari satu stasiun kerja ke

stasiun kerja berikutnya yang terlalu lama akan memperlama

penyelesaian proses produksi

d. Stock inventory

Persediaan barang setengah jadi maupun barang jadi yang

berhenti dalam stasiun kerja akan mengurangi perputaran barang. Hal

ini dapat terjadi kalau laju produksi lambat dan tidak ada koordinasi

antar stasiun kerja.


11

e. Motion

Timbul karena adanya gerakan pekerja yang tidak diperlukan

dalam proses produksi, sehingga perlu dirancang suatu metode kerja

yang efisien.

f. Defect product

Perlu pengembangan semangat untuk mengarah pada zero defect

melalui perencanaan, pengendalian dan perbaikan kualitas yang baik.

g. Rework

Pengulangan pekerjaan akan menciptakan inefisiensi dan

ketidakefektifan dalam semua kegiatan produksi.

4. Elemen – elemen Just In Time (JIT)

Sebuah JIT dalam bidang produksi atau pabrik diharapkan dapat

mengasembling berbagai komponen untuk menjadi sebuah produk secara

seketika, sebelum produk dikirim ke konsumen. Kegiatan perusahaan

dengan membatasi pada produk yang dihasilkan sesuai dengan yang dipesan

sering disebut focused factories. Keberhasilan dari JIT dapat dicapai dengan

produksi melalui volume rendah atau menengah. Untuk mendukung

aktivitas focused factories, maka perlu diperhatikan persyaratan sebagai

berikut :

a. Uniform production rate

Salah satu tujuan dari JIT adalah terlaksananya aliran material

yang kontinyu dari supplier perusahaan ke konsumen perusahaan

dengan tanpa adanya kegiatan menunggu. Kegiatan menunggu maupun


12

adanya persediaan yang terlalu besar merupakan waste, yang sebisa

mungkin diminimisasi. Untuk mencapai kontinyuitas proses produksi,

maka perlu adanya skedul produksi yang digunakan sebagai pedoman

dalam aktivitas produksi. Beberapa perusahaan di Jepang telah

menerapkan JIT di bidang produksi selama sekitar satu bulan yang

besarnya sama dengan tingkat permintaan pada bulan tersebut.

b. The Kanban system

Sistem kanban merupakan sebuah sistem informasi sederhana

yang digunakan oleh work centre (WC) untuk menandai para

suppliernya dalam mengirim sebuah kontainer yang berisi berbagai

item. Kanban berasal dari bahasa Jepang, yang berarti kartu atau tanda.

Sistem kanban beroperasi sangat sederhana, tidak mahal dan merupakan

metode yang efektif untuk mengkoordinasikan work centre dan penjual.

c. Small lots production

Dalam pull sistem tingkat produksi yang dilakukan terbatas

sesuai dengan permintaan yang sudah ditentukan, sehingga tingkat

persediaan akan selalu dapat diminimisir. Selain itu tingkat produksi

yang optimal diharapkan dapat mengurangi biaya dan waktu set up,

seperti yang dilakukan dalam penentuan tingkat produksi yang optimal.

Hal lain yang terkait dengan penciptaan lot size yang optimal adalah

dengan mengurangi waktu untuk setup. Perusahaan perlu menentukan

minimum feasible lot size (MFL) untuk setiap item yang dihasilkan.

Tahapan dalam menentukan MFL adalah :


13

1) Menentukan waktu pemrosesan per unit.

2) Menentukan waktu set up.

3) Menentukan lot size masing-masing item.

d. Quick, inexpensive setups

Elemen paling penting dalam kaitannya dengan menciptkan

produksi yang small lots adalah melakukan set up yang fleksibel dan

tidak mahal, mengingat produksi dalam jumlah yang kecil sering

berdampak pada frekuensi setup semakin tinggi.

e. Multiskill workers & flexible facilities

Karyawan bagian produksi yang menghadapi berbagai jenis dan

tahapan proses produksi, sering dihadapkan pada masalah penundaan

aktivitas, sehingga ada kegiatan yang menunggu. Para karyawan harus

memiliki kapabilitas dalam menghadapi kegiatan produksi yang

bermasalah. Untuk dapat menghadapi masalah ini, maka karyawan

harus memiliki multiskill untuk melayani kegiatan produksi yang

dibutuhkan perusahaan.

f. High Quality Level

Hal yang mungkin untuk mencapai kualitas tinggi tanpa

menggunakan JIT, tetapi akan mengalami kesulitan untuk menerapkan

JIT tanpa kualitas tinggi. Metode JIT akan cenderung menjamin level

kualitas yang tinggi. Secara logika, hal ini dimulai dari adanya barang

setengah jadi yang rendah, perputaran item cenderung cepat, sehingga

munculnya produk rusak dideteksi dengan cepat, dan proses produksi


14

dapat dihentikan atau dikoreksi sebelum terjadi banyak muncul produk

rusak.

g. Effective preventive maintenance

Berbagai peralatan produksi harus selalu diperlihara, sehingga

dapat bekerja dengan performa yang optimal dan menciptakan sistem

produksi yang reliabel

5. Implementasi Just In Time (JIT)

Keberhasilan pelaksanaan JIT sangat tergantung pada beberapa hal,

seperti budaya kerja yang ada dalam perusahaan, komitmen pimpinan

perusahaan dan pelaksanan total quality control (TQC). Secara lebih detail,

keberhasilan perusahaan menerapkan JIT perlu berbagai persyaratan,

terutama dalam implementasinya. Persyaratan-persyaratan tersebut antara

lain :

a. Pendidikan dan kepemimpinan bagi seluruh level manajemen

b. Program partisipasi dan keterlibatan karyawan

c. Pengendalian mutu terpadu

d. Penyederhanaan desain produk

e. Pengurangan tingkat persediaan

f. Produksi dalam lot-lot kecil

g. Perbaikan tata letak pabrik

6. Sistem Kanban

Kanban adalah sistem berbentuk pull system yang digunakan untuk

melakukan control elemen produksi. Berasal dari bahasa jepang, kanban


15

berarti “kartu”, dan dalam sistem ini kartu digunakan untuk menandai

prosses produksi kmponen dan perpindahannya dari lokasi dimana produksi

dilakukan menuju lokasi komponen digunakan.

Ini merupakan sistem manual yang berpengaruh untuk membatasi

produksi komponen hanya berdasar pada seberapa banyak komponen itu

dibutuhkan dalam assembly. Sejumlah bagian produk secara umum

merupakan bagian permintaan harian pada lintasan assembly akhir,

dinyatakan sebagai jumlah yang harus diproduksi dalam satu periode waktu

dan dipindahkan dari fabrikasi ke proses assembly akhir dalam satu waktu

juga. Sebuah wadah yang telah distandarkan (tote box) digunakan untuk

meletakkan dan membawa bagian tersebut.

7. Penerapan Just In Time (JIT) dalam berbagai bidang fungsional perusahaan

a. Pembelian Just In Time (JIT)

Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang

dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan

segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT

dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas

pembelian dengan cara:

1) Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat

mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi

dengan pamasoknya.

2) Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan

pemasok.
16

3) Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang

mapan.

4) Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak

bernilai tambah.

5) Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan

mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada

sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai

berikut:

1) Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.

2) Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan

biaya.

3) Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya

sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya

langsung.

4) Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih

harga beli secara individual

5) Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi

b. Produksi Just In Time (JIT)

Produksi Just In Time (JIT) adalah sistem penjadwalan produksi

komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai

dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai


17

dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat

mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:

1) Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap

work station (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep

persediaan nol).

2) Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi

(konsep waktu tunggu nol).

3) Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk

mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan

pengolahan produk (work station).

4) Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga

aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat

meningkatkan efisiensi dalam bidang:

1) Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan

2) Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai

3) Waktu perpindahan

4) Tenaga kerja langsung dan tidak langsung

5) Ruangan pabrik

6) Biaya mutu

7) Pembelian bahan
18

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada

sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai

berikut:

1) Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan

2) Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools)

untuk aktivitas tidak langsung

3) Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih

biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual

4) Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work

tickets”

8. Prinsip Just In Time (JIT)

Filosofi Just In Time (JIT) menegaskan bahwa pengeliminasian setiap

pemborosan (waste elimination) dan penciptaan dan peningkatan nilai

tambah (value-added) adalah fokus dari JIT. Bertolak dari fokus di atas,

prinsip JlT dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Penyederhanaan (simplification)

Penyederhanaan adalah semua bentuk tindakan yang

dildkukan untuk memotong, membuang atau mengurangi kegiatan

yang tidak mengandung nilai tambah. Penyederhanaan tidak hanya

terkait dengan prosedur tetapi juga dengan produk, dan jasa yang

dihasilkan.

Beberapa prinsip penyederhanaan yang telah banyak

digunakan dalam sektor manufaktur untuk mereduksi pemborosan


19

secara signifikan ialah prinsip gerakan ekonomis (the principles of

motion economy) yang dikembangkan oleh Frank dan Lilian Citbreth

dan rekayasa serempak (concurrent engineering). Selain itu, metode

tradisional analisis gerak dan waktu (motion and time analysis)juga

masih dapat dimanfaatkan secara efektif untuk menciptakan

penyederhanaan dalam kegiatan produksi. (Kohar & Iman;2018;74).

b. Kerapian dan Keteraturan (cleanliess and orderliness)

Tidak jarang ditemukan bahwa pengelolaan fasilitas fisik

perusahaan manufaktur di lantai pabrik cukup tidak rapi. Mesin-mesin

bekas dan peralatan kerja berantakan di lantai, work-in-progress

diletakkan pada setiap ruang kosong, peralatan kerja bertebaran di

daerah kerja. Ketidakteraturan ini bukan hanya menciptakan

pemandangan yang tidak nyaman tetapi juga pemborosan ruangan dan

menimbulkan kesulitan dalam menciptakan kelancaran transpoftasi di

lantai pabrik. Tidak kalah pentingnya ialah meningkatkan resiko

kecelakaan. Menciptakan dan memelihara kerapian dan keteraturan

diantai pabrik, kantor dan gudang-gudang merupakan keharusan

untuk menumbuhkan lingkungan yang asri, nyaman dan produktif.

c. Kejelasan (visibility)

Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh setiap manajer ialah

berkomunikasi dengan semua pihak yang relevan tentang segala

sesuatu yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Untuk kepentingan

tersebut, data dan informasi harus tersedia atau mudah dikumpulkan.


20

Pengumpulan informasi harus dilakukan oleh setiap orang sesuai

dengan bidang masing-masing. Dengan informasi yang cukup,

komunikasi yang efektif dapat dijalin pada semua arah dan tingkatan.

d. Waktu Siklus (cycle time)

Waktu sikus adalah rentang waktu yang digunakan untuk me.

lakukan suatu pekerjaan atau kegiatan dari awat hingga akhir. lstilah

ini hanya ditemui pada pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan secara

berulang-ulang. Perusahaan manufaktur pada umumnya berupaya

untuk menemukan waktu standar penyelesaian setiap pekerjaan yang

bersifat pengulangan (recurent activities). Apabila waktu pengeraan

telah distandarisasi maka penjadwalan kegiatan akan dapat dibuat

secara akurat, volume produksi dapat diprediksi lebih tepat dan

kebutuhan sumber daya (tenaga kerja) dapat ditentukan dengan baik

(Kohar & Iman;2018;74).

e. Kecerdasan (agility)

Menurut Cherter, R (1996), suatu perusahaan manufaktur

dikatakan agile manufacture apabila melakukan kegiatan yang

disebutnya OODA secara loop. OODA adalah akronim dari Observe

(melakukan observasi terhadap situasi) secara terus menerus, Orient

(melakukan orientasi perusahaan) dengan cara meletakkan semua

informasi dalam konteksnya, Decide (melakukan pemilihan tindakan

yang perlu diambil), Act (melaksanakan tindakan yang telah dipilih).


21

Uraian tersebut memperlihatkan bahwa agil manufacture yang

mencirikan OODA loop tidak lain adalah lean manufacture yang

memperluas konsep perbaikan fungsi sebagai sistem terbuka yang

ditandai dari kegiatan (observe) kesediaan untuk melakukan

perubahan pandangan sesuai dengan perkembangan kenyataan

lapangan (orient), dan mengambil tindakan yang efektif (decide), pada

waktu yang tepat (act). Melalui OODA loop, perusahaan akan dapat

menarik perhatian pelanggan dan meninggalkan perusahaan

pesaingnya karena akan mampu menyesuaikan produk, mutu dan lain-

lain tepat.

f. Pengurangan Variasi (variation reduction)

Variasi menggambarkan besarnya perbedaan terhadap nilai

nominal seperti standar, target atau pun harapan. Variasi yang

melebihi batas toleransi selalu menjadi pengganggu yang bermuara

pada peningkatan biaya produksi, keterlambatan penyelesaian order

dan mutu produk yang dihasilkan. Cara konvensional yang digunakan

untuk mengatasi dampak negatif dari variasi proses yaitu pengadaan

persediaan keamanan (safety stock, safety lead time, ekspedisi, kerja

lembur dan sebagainya) selalu menimbulkan tambahan biaya sehingga

manfaat finansialnya hampir tidak ada.


22

g. Pengukuran (measurement)

Prinsip pengukuran menjelaskan bahwa bentuk pemborosan

apa saja yang akan dikurangi atau dihilangkan, pengukuran harus

dilakukan untuk mengetahui sejauh apa perbaikan telah dicapai dan

berapa besar sisa masalah yang masih harus diselesaikan. Pengukuran

adalah pondasi dari siklus PDCA. Sebelum melakukan perbaikan,

besarnya pemborosan harus diukur terlebih dahulu untuk dijadikan

sebagai baseline (Kohar & Iman;2018;76).


23

B. Kerangka Berfikir

Pemasalahan

Belum diketahui hasil dari perhitungan waktu siklus kanban,


perhitungan Lead Time Kanban badan bawah dan as roda depan,
dan perhitungan Upstream dan Downstream pada badan bawah
dan as roda depan

Data

Data yang di dapat dari Bill Of


Material yang berjumlah 19
Pengolahan data Komponen Miniatur Kereta
Api
Data yang diolah yaitu 19 Komponen Miniatur Kereta Api dengan
menggunakan metode Just In Time dan perhitungan Lead Time.

Analisis

Menganaliis hasil Data yang di dapat dari Bill Of Material yang


berjumlah 19 Komponen Miniatur Kereta Api yang di olah
menggunakan metode Just In Time dan perhitungan Lead Time
dan dianalisis dengan microsoft exel dan software autocad

Hasil yang diharapkan


Untuk mengetahui hasil nilai perhitungan waktu siklus kanban, perhitungan Lead
Time Kanban badan bawah dan as roda depan, dan perhitungan Upstream dan
Downstream pada badan bawah dan as roda depan

Gambar 3. 1 Kerangka Berfikir

Sumber: Peneltian
24

C. Penelitian yang Relevan

1. Sumanto, Marita Lita Sari. 2017. Jurnal Informatika Merdeka Pasuruan

Vol 2 No 3. Penerapan Sistem Just In Time Persediaan di Produksi Pt. Nitto

Materials Indonesia. Sistem Kanban adalah salah satu alternatif methode

yang digunakan pada dunia industri untuk mencapai Customer Satisfaction

(Kepuasan Pelanggan). Kanban adalah suatu alat yang digunakan untuk

mencapai Just In Time (JIT) pada dunia industri khususnya industri

manufacturing. Dengan menerapkan sistem Kanban secara benar dan

konsisten diharapkan perusahaan tersebut bisa mengendalikan persediaan

material dengan baik, sistem produksi yang cepat dan effisien, delivery time

yang tepat guna baik pada supplier ke perusahaan maupun dari perusahaan

ke customer, sehingga pada akhirnya perusahaan tersebut akan memperoleh

beberapa keuntungan dalam segi Cost, Delivery, Quality. PT. Nitto

Materials Indonesia yang merupakan Global Company yang produknya

berupa insulator telah dipasok dipenjuru dunia (sekitar 95 % di export).

Dengan penerapan sistem kanban di PT. Nitto Materials Indonesia

diharapkan dapat membantu mengurangi work in process dan sekaligus cost

produksi bisa lebih effisien. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan

bahwa dengan penerapan sistem kanban akan diperoleh penurunan WIP rata

– rata sebesar 25,85 %. Jumlah kartu kanban (P-Kanban) sebanyak 68 kartu,

sedangkan (C-Kanban) sebesar 68 kartu juga. Setelah menerapkan sistem

kanban pada lini perakitan insulator maka WIP yang terjadi semakin
25

menurun sebesar rata - rata 25,85 % dari method sebelumnya yang

diterapkan.
26

2. Lestari Putri, dkk. 2019. Jurnal Akuntansi Vol. 7 No. 1. Komparasi Metode

Ecomomic Order Quantity dan Just In Time Terhadap Efisiensi Biaya

Persediaan. Pabrik Kerupuk Rambak Solo merupakan industri rumah

tangga. Dalam proses produksi sering terjadi masalah dengan persediaan

bahan baku. Jika persediaan bahan baku berupa minyak disimpan dalam

jangka waktu yang lama dan digunakan berulang kali, masalah yang terjadi

adalah minyak akan mengalami perubahan warna, bau dan tidak baik untuk

makanan yang dikelola dengan minyak. Hal ini menyebabkan perusahaan

dihadapkan pada besarnya biaya persediaan bahan baku. Tujuan dari

penelitian ini adalah membuat aplikasi perbandingan perhitungan

persediaan bahan baku dan menguji metode mana yang tepat untuk

diterapkan di perusahaan ditinjau dari aspek efisiensi biaya persediaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Economic

Order Quantity (EOQ) dan Just In Time (JIT). Perhitungan persediaan

bahan baku ini digunakan untuk meminimalkan biaya persediaan. Untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dan perhitungan yang tepat sesuai

dengan rumus yang telah ditetapkan maka diperlukan sistem perbandingan

antara metode EOQ dan JIT berbasis komputer agar mendapatkan hasil

yang detail dan akurat pada perhitungan dan perbandingan hasil nilai

tersebut. dari persediaan bahan baku. Adanya sistem perbandingan ini tidak

perlu lagi menghitung dan membandingkan nilai secara manual hanya

dengan menggunakan sistem. Dari hasil perbandingan kedua metode

tersebut, dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku,


27

perusahaan dapat menggunakan metode Just In Time, pembelian dilakukan

dalam jumlah kecil dan pengiriman dalam skala besar, sehingga dapat

mengurangi terjadinya biaya penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai