Anda di halaman 1dari 13

Just In Time (JIT)

Pengertian Just In Time


• Hansen dan Mowen menyatakan bahwa Just in Time System adalah “suatu
sistem berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk
ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam
sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang
diantisipasi(2009:217).
• Dengan istilah lain, pengertian just in time adalah suatu perusahaan atau
bisnis yang baru memproduksi barang/ jasa ketika ada order dari
pelanggan. Jika tidak ada order, maka perusahaan tidak akan memproduksi
atau membuat produknya. 
• Fungsi sistem produksi JIT biasanya ditujukan agar menekan biaya sistem
produksi dan melakukan efisiensi perusahaan.
Manfaat Penerapan JIT
a. Mengurangi investasi di pabrik untuk persediaan dan proses produksi,

b. Mengurangi resiko dalam persediaan,

c. Mengurangi ruang atau gudang untuk penyimpanan barang,

d. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan pada sumbernya,

e. Mengurangi biaya bahan langsung melalui pembelian barang.


Elemen Penting Sistem JIT
1. Flexible Resources

Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan ganda dan fleksibel. Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan mesin dalam jalur produksi. Selain itu, mereka juga diharapkan mampu untuk melakukan pemeliharaan dan

perbaikan kecil alat-alat yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Cellular Layout

Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa menyerupai setengah lingkaran atau ditata dengan pola selular untuk tujuan efisiensi sehingga dapat mengurangi berbagai pemborosan. Setiap sel dirancang untuk memproduksi satu produk tertentu. Produk

dipindahkan dari satu mesin ke mesin lainnya dari awal hingga akhir. Setiap sel merupakan miniatur pabrik secara keseluruhan.

3. Pull System

Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh adanya permintaan dari onsumen. Ketika permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan memberikan tanda ke bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah partisi atau bahan yang dibutuhkan

pada bagian tersebut. Demikian seterusnya, bagian di belakangnya akan mengirimkan tanda ke bagian yang ada di belakangnya lagi untuk mengirimkan barang setengah jadi sesuai dengan kebutuhan.

4. Quick Set up

Set up merupakan aktivitas yang terdiri dari menyiapkan bahan, mengubah setting mesin, mempersiapkan peralatan, dan melakukan pengujian. Dalam sistem Just In Time, set up yang berulang-ulang tidak diperlukan lagi karena mesin telah dirancang untuk satu jenis

produk.

5. Small-lot Production

Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan berproduksi sesuai dengan permintaan konsumen. Tidak seperti yang dilakukan dalam sistem tradisional yang menerapkan sistem mass production. Produksi dalam jumlah yang kecil ini dimaksudkan untuk

mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu seperti biaya gudang, biaya pemeliharaan barang, dan lain-lain.

6. Quality at The Source

Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time. Jika sejumlah unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk cacat, perusahaan tidak dapat mengirimkan sejumlah barang yang diminta oleh konsumen dan perusahaan harus

mengulang kembali proses produksi hanya untuk membuat pengganti produk yang cacat saja. Kondisi ini akan menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman barang kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen. Jadi, dalam lingkungan Just In Time

kualitas merupakan elemen yang sangat penting disamping elemen yang lain.

7. Supplier Networks

Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli. Pemasok diharapkan mampu mengirim barang dalam frekuensi yang lebih banyak dengan jumlah yang lebih kecil. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja sama

guna mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.


Faktor Pendukung JIT
• F. Supplier
• F. Inventory
• F. Schedulling
• F. Layout
• F. Quality Management
• F. Pemeliharaan Pencegahan
• F. Pemberdayaan Pekerja
Karakteristik JIT
1. Kualitas yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan system JIT berupaya mencapai tingkat kualitas
dimana mereka dapat beroperasi dengan persediaan yang rendah dan skedul yang ketat. Sistem JIT
berupaya menghapus sumber-sumber yang tidak efisien dan gangguan serta melibatkan karyawan
dalam operasi untuk terus melakukan perbaikan.
2. Tingkat persediaan rendah. Dalam system JIT, persediaan dianggap suatu pemborosan karena dengan
adanya persediaan diperlukan biaya penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Persediaan digudang
tidak banyak, yang ada hanya secukupnya untuk melanjutkan proses produksi kepada unit kerja
berikutnya dan kalau habis baru dikirim lagi, sehingga ada arus kerja yang berkesinambungan.
3. Jalur produksi yang fleksibel. Sistem produksi menggunakan sellular manufacturing technique yaitu
pengaturan layout dan peralatan proses produksi yang fleksibel sehingga barang yang diproduksi tidak
terlalu sering mengalami perpindahan produk terlalu sering dianggap sebagai non value added activity.
4. Perubahan struktur organisasi yang mengarah ke produk. Konsep JIT meghendaki setiap bagian dalam
proses produksi mempunyai service departement masing-masing sehingga apabila ada penyimpangan
dapat ditelusuri sedini mungkin. Penggunaan teknologi informasi secara efektif. Merupakan salah satu
syarat utama dalam penerapan sistem JIT.
Kelebihan JIT
• Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
• Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya
memerlukan modal kerja yang rendah.
• Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat
produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi
semakin rendah.
• Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak
dalam permintaan.
• Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh
Supplier (Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan
ulang.
Kelemahan JIT
• Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero
Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan
perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang
mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi
dan produk jadi yang sangat minimum.
• Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun
ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing
yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan
mengakibatkan terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
• Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
• Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan
yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.
Contoh JIT
• Ada banyak contoh sistem produksi JIT yang dilakukan perusahaan guna menekan biaya
sistem produksi dan mempersingkat proses pengiriman. Misalnya, perusahaan furniture
kantor. Biasanya, toko furniture atau pabrik furniture tidak akan memproduksi atau
membuat furnitur sebelum perusahaan membayar DP 50% atau melakukan pembelian
keseluruhan 100%.  Toko furniture memanfaatkan metode sistem produksi JIT untuk
menekan ongkos sistem produksi dan bahan baku kayu yang cukup tinggi. 
• Selain toko furniture, contoh just in time lainnya adalah perusahaan komputer,
DELL. Dapat dikatakan, DELL turut memanfaatkan sistem produksi JIT yang hampir
mirip dengan Toyota. Akan tetapi, perusahaan komputer bermarkas di Texas yang
memproduksi komputer pertama pada 1985 ini, lebih mengutamakan segi teknik
marketing. Sederhananya, perusahaan DELL hanya akan membuat komponen komputer
atau produk lainnya jika ada order dari supplier. Namun, DELL berusaha menjemput
bola, dengan harga dan kuantitas yang menguntungkan supplier sejak awal penawaran.
Contoh Soal 1
Manajemen PT. Garuda Jaya ingin mengurangi waktu  antara pesanan datang dari
konsumen dan ketika pesanan dikirimkan . Untuk operasi kuartal  pertama tahun 2010 ,
datanya adalah berikut ini
• Waktu inspeksi              3
• Waktu tunggu                13
• Waktu proses                10
• Move time                      3
• Waktu antri                   3
Diminta  :
1.      Hitunglah throughput  time!
2.      Hitunglah MCE untuk kuartal tersebut diatas!
3.      Analisa !
Penyelesaian
1. Throughput Time
Throughput Time = W. Proses + W. Inspeksi + W. Tunggu + W. Gerak + W. Antri
Throughput Time = 10 + 3 + 13 + 3 + 3 = 32
2. MCE
MCE = W. Proses / W. Tenggang
MCE = 10/32 x 100%
= 31,25 %
Analisa : Maka besaran MCE Mendekati 0 yang berarti tidak efisien
Contoh Soal 2
PT.Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang menggunakan dua sistem
biaya yang berbeda yaitu:
1. Sistem biaya konvensional
2. JIT
Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya (cost driver) berbasis unit. Sistem
JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada penelusuran biaya dan penentuan harga pokok berbasis
aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk
mengetahui perbedaan antara kedua metode, berikut ini disajikan data biaya produksi untuk bulan desember
200X :

Diminta:
1. Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar seandainya
perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
2. Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1.500 unit dengan harga jual Rp 1.100, susunlah
laporan L/R untuk periode yang bersangkutan
Penyelesaian
1. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai biaya terhindarkan yang harus
diputuskan oleh perusahaan tersebut.
Biaya yang dapat dihindarkan:
- Sistem biaya konvensional = Rp 800 + 70 + 90 + 30 = Rp 990
- Sistem biaya JIT = Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980
2. Laporan L/R

Note : Cara mencari angka2 yang ada dalam tabel :


1. Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960
2. Rp 800 + Rp 20 = Rp 820
3. Rp 30 x 1.500 unit = Rp 45.000
4. (Rp 100 + Rp 30) x 1.500 u = Rp 195.000

Anda mungkin juga menyukai