Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya
berdasarkan pada peramalan kebutuhan di masa yang akan datang, Padahal tidak seorangpun
yang dapat memprediksi masa yang akan datang dengan pasti walaupun dia memiliki
pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam terhadap
kecenderungan yang terjadi di pasar.
Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal
memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi
berdasarkan permintaan yang sesungguhnya, Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang
memproduksi apabila ada permintaan, Suatu proses produksi hanya akan memproduksi
apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya, Sebagai akibatnya pemborosan dapat
dihilangkan dalam skala besar yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih
rendah, kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif.
Pengendalian perusahaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani
kebutuhan bahan/barang produksi dengan tepat dan juga dengan biaya yang rendah. Untuk
menunjang pengendalian perusahaan yang efektif tersebut, perusahaan bisa menerapkan
sistem persediaan Just in Time (JIT). Just in Time adalah suatu konsep dimana bahan baku
yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok (supplier) secara tepat
pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh bagian produksi, sehingga akan menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang, dan biaya penyimpanan barang digudang.
Just in Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan
kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan
menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga
perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak
kkonsumen tepat waktu. (Simam
Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan
perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta
perbaikan kinerja pengiriman.
Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta,
pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.

1
Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya sebanyak
jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen dan pada saat dibutuhkan sehingga dapat
mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian
akibat menimbun barang. Sistem persediaan Just in Time (JIT) dapat membantu manajer
untuk menggunting biaya, meningkatkan biaya, meningkatkan efiisiensi, dan memperluas
keluaran.
Perusahaan-perusahaan meningkatkan perhatian terhadap keuntungan potensial dari :
1. Membuat pesanan pembelian yang lebih kecil dan lebih sering.
2. Membangun kembali hubungan dengan pemasok.
Kedua hal di atas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian
tepat waktu (Just In Time). Pembelian Just In Time adalah pembelian barang atau bahan
sedemikian rupa sehingga pengiriman secara tepat mendahului permintaan atau penggunaan.
Dalam keadaan ekstrim tidak adanya persediaan (barang untuk dijual bagi seorang pengecer,
bahan baku barang dalam proses atau barang jadi bagi seorang produsen) yang ditahan.
Perusahaan yang menggunakan pembelian Just In Time biasanya menekankan biaya
tersembunyi yang berhubungan dengan menahan tingkat persediaan yang tinggi. Biaya
tersembunyi ini meliputi jumlah ruang penyimpanan yang lebih besar dan jumlah kerusakan–
kerusakan yang cukup besar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time)


1. Pengertian Just In Time (JIT)
Pengendalian perusahaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani
kebutuhan bahan/barang produksi dengan tepat dan juga dengan biaya yang rendah. Untuk
menunjang pengendalian perusahaan yang efektif tersebut, perusahaan bisa menerapkan
sistem persediaan Just in Time (JIT). Just in Time adalah suatu konsep dimana bahan baku
yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok (supplier) secara tepat
pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh bagian produksi, sehingga akan menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang, dan biaya penyimpanan barang digudang (Azhar
Madianto,dkk:2016).
Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun 1973. JIT dapat
diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian,
produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya. Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang
ada di Jepang, sejak awal tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan
di pabrik Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering
disebut sebagai bapak JIT, Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-jenis barang
yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How much) dan pada saat dibutuhkan
(When) oleh konsumen.
Tujuan utamanya adalah pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas dengan
menghilangkan berbagai pemborosan. Pengembangan yang sangat penting dalam perencanaan
dan pengendalian operasional saat ini adalah JIT manufacturing yang kadang disebut
sebagai”produk tanpa persedian”. JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan
untuk mengurangi persediaan. JIT juga memperhatikan keseluruhan system produksi sehingga
komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat
ketika mereka dibutuhkan – tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.
Just In Time (JIT) adalah suatu cara mendasar dalam menjalankan produksi di Jepang
dan meningkatkan produktifitas (D.T.Johns dan H.A.Harding:1996).
JIT merupakan filosofi pemanufaktural yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada

3
permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta,
pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta (Fandy dan Anastasia:2001)
Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut,
dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya
sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull
System (system tarik). Just in Time merupakan suatu pendekatan manufaktur yang
mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya
permintaaan, dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk
mengantisipasi permintaan (Hansen dan Mowen:2001)
Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima jadwalproduksi,
sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi
dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1 )
menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun kerja 2 ), kemudian
memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang tepatdengan spesifiksai
yang tepat pula. Dalam kasus seperti ini, stasiun kerja 2sering disebut sebagai stasiun kerja
pengguna (using work station). Apabila stasiun kerja pengguna itu menghentikan produksi
untuk suatu waktu tertentu, secara otomatis satisun kerja pemasok (supplying wotk station)
akan berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan produksi.
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. JIT
mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut :
1) Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2) Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga
produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya
untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3) Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4) Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah.
Just In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi manajemen dimana
segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas

4
dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan
mengurangi pemborosan.
Ada 7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena :
1) Over produksi ( OverProduction )
2) Waktu menunggu ( Waiting )
3) Transportasi ( Transportation )
4) Pemrosesan ( Process production )
5) Tingkat persediaan barang ( Unnecessary Inventory )
6) Gerak ( Unnecessary Motion )
7) Cacat produksi ( Defects )
Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi
dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak men ambah nilai bagi suatu
produk. Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu :Menghasilkan
produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
a. Memproduksi dengan jumlah kecil
b. Menghilangkan pemborosan danMemperbaiki aliran produksi
c. Menyempurnakan kualitas produk Orang-orang yang tanggap
d. Menghilangkan ketidakpastian Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.

2) Prinsip Just In Time ( JIT )


Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan
dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:
a. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah
diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk
memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan
saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan
dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stock
serta untuk menekan biaya penyimpanan (holding cost).
b. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size)
Yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya
dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal
tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi
terutama menghadapi perubahan permintaan pasar

5
c. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi
dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi,
jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang
diperlukan untuk mencapai target produksi.
d. Perbaikan aliran produk secara terus menerus. (Continous Product Flow
Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang menimbulkan
bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-
lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
e. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi. Disini
selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan
pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk
penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.
f. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan
dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi
bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu
stasiun kerja tertentu.
g. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies)
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi dan
segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera
digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali
seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya
pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam
perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti.
Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah
dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya.
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah
suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus
dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang.
Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru
akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.
Penggunaan sistem kanban dalam JIT. Masalah konseptual yang paling sulit dalam
JIT adalah pengendalian produksi dan arus bahan baku/suku cadang secara tepatselama

6
proses produksi. Sistem kanban (istilah bahasa Jepang untuk kartu) digunakana untuk
memberikan tanda (signal) yang menunjukkan perpindahan unit komponen atau produk dari
pekerja tertentu kepada pekerja berikutnya. Sistem Kanban digunakan untuk mengendalikan
produksi melalui penggunaan tanda-tanda atau kartu-kartu sehingga dapat memastikan bahwa
komponen-komponen atau bahan- bahan tersedia pada saat dibutuhkan.

B. Konsep Dasar Just In Time (JIT)


Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk
menyesuaikan diriterhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan,
dengan cara membuatsemua proses dapat menghasilkan produk yang diperlukan, pada waktu
yang diperlukan dandalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam pelaksanaan konsep JIT terdapat empat hal pokok yang harus dipenuhi yaitu :
1. Produksi Just In Time (JIT) adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada
saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan. Pemanufakturan JIT hanya
memproduksi pada saat dan sebesar kuantitas yang diperlukan pelanggan. Proses
produksi dipicu oleh permintaan pelanggan, sehingga suatu proses produksi hanya
memproduksi apabila dipicu oleh proses selanjutnya. (Fandy dan Anastasia:2001)
2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya
3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai
dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif, inovatif serta selalu menerima masukan atau saran dari karyawan
Untuk mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan metode sebagai
berikut :
a) Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
b) Metode kelancaran dan kecepatan produksi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan permintaan.
c) Optimalisasi waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi
d) Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
e) Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran untuk
meningkatkan skills tenaga kerja.
f) Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh
bagian perusahaan

7
C. Elemen- Elemen Just In Time (JIT)

Dalam implementasinya, JIT memiliki beberapa elemen yang digunakan dalam


menerapkan JIT. Namun, terdapat banyak perbedaan pendapat dari para ahli mengenai
elemen JIT (Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia:2009). Elemen-elemen Just In Time
(JIT) tersebut adalah :
1) Pengurangan waktu set up
Pemilahan kegiatan set up. Kegiatan set up bisa dipilah menjadi:
a. Kegiatan eksternal set up: persiapan cetakan & alat bantu, pemindahan cetakan, dan
lain-lain.
b. Kegiatan internal set up: bongkar pasang pada mesin, penyetelan mesin, dan lain-lain.
Langkah mengurangi waktu set up:
a. Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan selagi mesin berhenti (internal
set up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroperasi (eksternal
set up).
b. Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih banyak eksternal set up,
contohnya: persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan, dan lain-lain.
c. Mengurangi internal set up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian (adjustment),
menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil
pembantu, dan lain-lain.
d. Mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set up, baik internal maupun
eksternal
Contoh:
Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6 menit.
Andaikata lot yang harus dibuat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1
menit, maka waktu produksinya = 1 jam + (3000 x 1 menit) = 3060 menit = 51 jam.
Setelah waktu set up dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu produksinya menjadi =
6 menit + (3000 x 1 menit) = 3006 menit.
Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot sebanyak 300 buah
dari berbagai jenis, yang diulang sebanyak 10 kali, yaitu: {6 menit + (300 x 1 menit)} x 10 =
3060 menit = 51 jam. Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan.

8
2) Aliran produksi lancar (layout)
Layout pemanufakturan JIT tidak memakai persediaan sehingga mengurangi biaya
penanganan dan penyimpanan bahan baku. Selain ini pabrik dengan sistem JIT mengatur
layout berdasarkan produk. Layout yang berorientasi pada produk ini memiliki
keunggulan yaitu karyawan bekerja lebih fleksibel karena mereka dimungkinkan untuk
bekerja pada beberapa operasi daripada hanya satu.
3) Produksi tanpa kerusakan mesin
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan mesin adalah :
a) Preventive Maintenance
Tindakan untuk menjaga agar kualitas produk tetap prima adalah dengan memelihara
mesin sebaik mungkin dengan cara pemeliharaan mesin sebaik mungkin dengan cara
pemeliharaan preventif yang sistematis agar kondisi kinerja mesin lebih tinggi serta
memprediksi kapan waktu penggantian suku cadang atau kapan harus melakukan
perbaikan mesin agar kualitas produk tetap terjaga
b) Total Productive Maintenance
Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan rutin mesin, misalnya: pelumasan,
pengencangan baut, dan sebagainya. Guna mencegah penurunan daya kerja mesin.
Melaksanakan petunjuk penggunaan mesin secara wajar. Mengembangkan kesadaran dan
kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal penurunan kemampuan mesin, dengan
melakukan perawatan yang mudah, pembersihan, penyetelan, dan lain-lain.
4) Produksi tanpa cacat
5) Membantu bagian operator produksi
Karyawan bagian pemeliharaan, bisa melakukan antara lain :
a) Membantu operator produksi mempelajari kegiatan perawatan yang dapat
dilakukan sendiri.
b) Memperbaiki penurunan kemampuan peralatan melalui inspeksi berkala,
bongkar pasang, dan penyesuaian atau penyetelan kembali.
c) Menentukan kelemahan dalam rancang bangun mesin, merencanakan dan
melakukan tindakan perbaikan, menentukan kondisi wajar operasi mesin.
d) Membantu operator menaikan kemampuan perawatan, dan lain-lain.
6) Hubungan yang harmonis dengan pemasok
Dalam hal pemasok, JIT memiliki prioritas yang berbeda dengan sistem produksi
tradisional. JIT membutuhkan komponen, supplies dan bahan baku dalam jumlah sedikit
tetapi dalam frekuensi yang tinggi. Oleh karena itu dalam JIT, pemilihan pemasok

9
merupakan hal yang penting. Pemasok harus dapat menyediakan apa yang diperlukan
dalam jumlah yang tepat pada saat dibutuhkan (Fandy Tjiptono dan Anastasia D:2001).
7) Penjadwalan produksi yang stabil dan terkendali
8) Sistem Kanban
Kanban merupakam sistem manajemen atau pengendalian perusahaan. Bersamaan
dengan perancangan sel kerja (work cell), skema Kanban seharusnya dibuat. Rencana
Kanban perlu dibuat berdasarkan aplikasinya, karena tidak ada sistem Kanban yang tunggal,
terbaik dan dapat diaplikasikan secara universal.

D. Manfaat Just In Time (JIT)


Just In Time bukan hanya sekedar metode pengendalian sediaan, tetapi juga
merupakan sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.
Manfaat JIT antara lain :
1) Waktu set-up gudang dapat dikurangi. Mengatur waktu secara signifikan dalam
gudang yang akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisien dan fokus
di bagian lain. Beberapa pekerja akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja
secara cepat. Karyawan difokuskan pada area-area tertentu dari sistem yang akan
memungkinkan mereka untuk memproses barang lebih cepat.
2) Mengurangi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebagai akibat adanya
penghapusan kegiatan seperti penyimpanan persediaan.
3) Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan
pada sumbernya.
4) Penggunaan mesin dan fasilitas secara lebih baik
5) Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien. Karyawan
yang memiliki multi-keterampilan digunakan lebih efisien. Hal ini akan
memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja dalam situasi di mana
mereka dibutuhkan bila ada kekurangan pekerja dan permintaan yang tinggi untuk
produk tertentu.
6) Adanya peningkatan hubungan dengan suplyer.
Dalam JIT pemanufakturan berupaya menjalin hubungan yang saling menguntungkan
dengan pemasok, cara yang ditempuh antara lain :
a. Mengurangi jumlah pemasok
b. Mengurangi dan mengeleminasi waktu serta biaya negosiasi dengan pemasok
c. Memberikan bantuan-bantuan teknis kepada pemasok

10
d. Melibatka pemasok pada tahap perancangan produk
7) Sebagai alat inventaris, JIT merupakan paradigma baru dari strategi bisnis bergeser
dari manajemen persediaan tradisional ke manajemen rantai pasokan berbasis web
yang meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi penyimpanan persediaan.

E. Hubungan Just In Time ( JIT ) Dengan TQM


Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya sistem total quality secara
keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen dapat menanggapi
kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi melaksanakan JIT, tetapi organisasi
secara keseluruhan tidak mengupayakan TQM, maka personil departemen produksi akan
menghadapi hambatan yang besar. Selain itu JIT juga mensyaratkan perubahan, sehingga
sering kali timbul penolakan dari departemen uang memiliki komitmen untuk berubah.
Kaizen atau perbaikan secara terus menerus selalu beriringan dengan Total Quality
Management (TQM). Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu
dapat dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat dilaksanakan
sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini adalah usaha yang melekat pada
filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa juga merupakan suatu kesatuan pandangan
yang komprehensif dan terintegrasi.
Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan sebagai
perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen nerupakan suatu kesatuan
pandangan yang komperhensif dan terintegrasi yang meliputi:
1) Berorientasi pada pelanggan.
2) Pengendalian mutu secara menyeluruh
3) Gugus kendali mutu
4) Sistem saran
5) Otomatisasi
6) Disiplin di temapt kerja
7) Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh
8) Penyempurnaan perbaikan mutu, tepat waktu tanpa cacat
9) Kegiatan kelompok-kelompok kecil hubungan kerja sama dengan manajer dan
karyawan
10) Pengembangan produk baru
Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-menerus dan
berkesinambungan dengan berpedoman pada semangat, hari ini harus lebih dari hari kemarin

11
dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, tidak boleh ada hari tanpa ada perbaikan. Adapun
hirarki dalam kaizen adalah:
a) Manajemen Puncak Manajemen Madya Supervisor Karyawan
b) Mengkomunikasikan kaizen sebagai strategi perusahaan
c) Menyebarluakan dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai penghargaan
Pada sistem JIT perusahaan harus meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing
dengan perusahaan yang lain. Untuk perusahaan harus memperhatikan kualitas mutunya.
Dalam pengiriman barang dengan JIT harus tepat waktu, sesuai dengan jumlah pesanan dan
dengan kualitas yang bermutu tinggi. Karena hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan produksi. Jika pelanggan senang maka ia akan sering
melakukan pesanan terhadap perusahaan dan sebaliknya jika pelanggan tidak puas maka
pelanggan akan memilih keperusahaan yang lain (Sulastri,Putu:2012)

12
BAB III
PENUTUP

Dalam menangani tingginya biaya, menurunnya laba, dan menajamnya persaingan


telah mengakibatkan perusahaan mencari cara-cara untuk merampingkan kegiatan usaha
mereka dan mengumpulkan lebih banyak data akurat untuk tujuan pengambilan keputusan.
Oleh karena itu muncullah ide Just In Time (JIT) yang hanya memproduksi apabila ada
permintaan. Akibatnya pemborosan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa
perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Tujuan utama JIT adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya,peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Prinsip dasar JIT adalah meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk
merespon perubahan dengan meminimisasi pemborosan. Ada empat aspek pokok dalam
sistim JIT yaitu :
1. Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai
tambah terhadap produk.
2. Komitmen terhadap kualitas prima.
3. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
4. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas yang
memberikan nilai tambah.
Just in time bukan sekedar suatu pendekatan yang dapat dibeli dan diterapkan dengan hasil
sesegara mungkin. Penerapan sistem ini lebih bersifat evolusi daripada revolusi. Kesabaran
dibutuhkan. Just in time sering kali dirujuk sebagai program penyederhanaan namun ini tidak
berarti bahwa implementasi sistem ini mudah atau sederhana. Diperlukan waktu, misalnya,
untuk membangun relasi yang kuat dengan para suplier. Untuk memperoleh keuntungan dari
sistem pembelian Just in time, suatu perusahaan mungkin akan tergoda untuk mendefinisikan
kembali hubungannya dengan para suplier secara sepihak.

13
DAFTAR PUSTAKA

D.T.Johns, D.T Dan Harding, H.A. Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan
Kompetitif, Pt. Pustaka Binaman Pressindo:1996

Http://Ardy-Web.Blogspot.Co.Id/2016/03/Konsep-Dasar-Jit-Just-In-Time.Html

Https://Www.Scribd.Com/Doc/73573009/Definisi-Dan-Konsep-Dasar-Jit

Tjiptono, Fandi Dan Diana Anastasia. Total Quality Management, Yogyakarta:


Andi Offset, 1994
Http://Zukirahilmiana.Blogspot.Co.Id/2015/06/Just-In-Time-Dalam-Tqm.Html

Madianto, Azhar Dkk.2016 Analisis Implementasi Sistem Just In Time (Jit) Pada Persediaan
Bahan Baku Untuk Memenuhi Kebutuhan Produksi. Jurnal Administrasi Bisnis,
Malang.38(1):184

Meylianti, Brigita Dan Fernando Mulia.2009. Pengaruh Penerapan Jit (Just In Time) Dan
Tqm (Total Quality Management) Terhadap Delivery Performance Pada Industri
Otomotif Di Indonesia.Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan.2(2):116
Mowen, Hansen. Manajemen Biaya, Solo:Salemba Empat, 2001

Tjiptono, Fandi Dan Diana Anastasia. Total Quality Management Edisi Revisi, Yogyakarta:
Andi Offset, 2001.

14

Anda mungkin juga menyukai