Perencanaan agregat menurut Schorder (1989, page 323) adalah pengimbangan antara pasokan (suplai) dan permintaan akan keluaran (output) di dalam jangka waktu menengah,sampai dengan lebih kurang 12 bulan ke depan. Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang. Rencana Produksi = (Permintaan Total - Inventori awal) + Inventori akhir
Proses perencanaan dapat digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Long Range Plans Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan produk baru,biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh manajer pucak. 2. Intermediete Range Plans Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi. 3. Short Range Plans Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer Operasi bersama dengan supervisor dan operator. Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi / operasi perusahaan. 2. Fungsi Perencanaan Agregat Beberapa fungsi perencanaan aggregate yaitu : 1) Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategi perusahaan 2) Alat ukur performansi proses perencanaan produksi 3) Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi 4) Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian 5) Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat penyesuaian 6) Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi. 3. Tujuan Perencanaan Agregat Tujuan perencanaan produksi agregat adalah untuk mengembangkan suatu rencana produksi secara menyeluruh yang fleksibel dan optimal. Fleksibel berarti dapat memenuhi permintaan pasar dan sesuai dengan kapasitas yang ada. Optimal berarti menggunakan sumber daya yang efektif dan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. 4. Strategi Pokok Yang Digunakan Dalam Perencanaan Agregat 1. Strategi Perburuan (Chase Strategy) adalah strategi yang ditempuh dengan cara menetapkan produksi sama dengan forecast. Ciri-ciri Chase Strategy yaitu, memadankan tingkat produksi dengan tingkat permintaan, menambah atau mengurangi tenaga kerja sesuai dengan tingkat permintaan, dan jumlah tenaga kerja tetap, tetapi jam kerja tidak tetap. 2. Strategi Bertingkat (Level Strategy) adalah strategi yang ditempuh dengan cara menjaga tingkat output , produksi, dan tenaga kerja yang konstan. Ciri-ciri Level Strategy yaitu, mempertahankan tingkat produksi yang tetap dan memfluktuasikan tingkat persediaan, order backlogs dan lost sales. 5. Pilihan Kapasitas / Pure Strategy Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut: 1) Mengubah tingkat persediaan 2) Meragamkan jumlah tenaga kerja 3) Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong 4) Subkontrak 5) Penggunaan karyawan paruh waktu 6. Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain : 1) Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja) 2) Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja) 3) Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur) 4) Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan) 5) Subcontract Cost (biaya subkontrak)