Layout yang tepat menunjukkan cirri-ciri adanya penyesuaian tata letak fasilitas
operasional terhadap jenis produk dan proses konversi. Pengaruh layout yang tepat bagi
perusahaan adalah peningkatan produktifitas perusahaan.
Untuk Manufaktur
1. Terjadinya perubahan desain produk yang secara terus menerus untuk membuat produk
baru
2. Kemungkinan penggantian fasilitas yang harus selalu baru
3. Setiap berubahan fasilitas akan menciptakan perubahan kondisi kerja yang tidak selalu
menciptakan kepuasan atau kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam proses konversi.
4. Perpindahaan lokasi pemasaran, dan untuk alasan penghematan dan pengiriman atau
pelayanan yang cepat dan baik.
1. Karena tuntutan pelayanan yang prima dari pelanggan, sehingga harus disesuaikan di
dalam usaha memenuhi kepuasan pelanggan.
2. Perubahan layout dapat menciptakan prepepsi pelanggan bahwa perusahaan
memperhatikan pelanggannya, atau merupakan gambaran bonafiditas perusahaan.
3. Tuntutan pelanggan menginginkan layana paling cepat dengan mutu yang tinggi,
sehingga layout harus mendukung system layanan tersebut.
4. Perilaku pelanggan yang terus berubah harus diikuti perusahaan dengan melakukan
perubahan layout secara berkelanjutan.
Untuk memutuskan strategi layout perlu diperhatikan desai layout, yang diikuti usaha:
1. Pemanfaatan secara maksimal serta ruangan atau tempat, mesin-mesin dan peralatn, dan
pekerja,
2. Pengembangan arus informasi, bahan baku, dan sumber tenaga kerja,
3. Menjaga perubahan moral kerja, menjaga kondisi kerja yang kondusif,
4. Mengantisipasi perubahan interaksi dari pelanggan,
5. Fleksibel
Konsep Dasar Layout
Di dalam usaha untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perencanaan layout terhadap
biaya dan efektifitas operasional, kajian layout perlu diadakan, dan secara khusus menyangkut
kajian rancangan layout untuk situasi yang berbeda.
Jenis-Jenis Operasional
1. Operasional berkesinambungan
Merupakan operasional konversi yang ditandai dengan jumlah produk yang sangat besar,
mesin dan fasilitas peralatan yang digunakan memiliki kekhususan, menggunakan padat
modal, secara umum arus produk tidak terganggu, serta perubahan skedul produksi tidak
banyak, campuran produk tidak banyak disertai standardisasi yang dibuat berdasarkan
persediaan.
2. Operasional terputus-putus
Operasional konversi intermittent dengan cirri-ciri, bahwa jumlah produk tidak banyak,
mesin dan fasilitas peralatan bersifat umum, penggunaan padat karya, disertai arus
produk yang terputus-putus, skedul sering berubah-ubah, produk banyak campurannya,
dan dibuat berdasarkan pesanan.
3. Operasional jasa
Usaha jasa pada umumnya menggunakan pada karya, dengan demikian operasional usaha
jasa lebih tergolong kepada operasional intermitten.
Tipe Layout
Layout Proses
Salah satu model analisi untuk layout proses yang diuraikan adalah “model jarak muatan”,
karena model ini paling sering digunakan untuk analisi layout. Layout proses terdapat alur proses
yang harus dilalui, pola arus yang bervariasi dari hari ke hari dan penanganan bahan baku yang
relative dalam jumlah besar. Unutk itu, sarana produksi harus diatur dengan mengingat jarak
muatan. Yang dimaksut dengan jarak muatan adalah muatan bahan baku yang akan dikelola,
mulai dari proses awal samapi dengan proses akhir untuk memperoleh suatu produk akhir.
Model kuantitatif layout proses tidak saja harus mempertimbangkan jumlah gerakan antar
bagian untuk membuat suatu produk, tetapi juga memperhitungkan jaraj yang meliputi gerakan
tersebut. Gerakan dengan jarak yang penjang umumnya memerlukan biaya banyak.
Model jarak muatan ini mencoba memperkecil ukuran yang bertalian dengan jumlah muatan
dan jarakl gerakan, dengan menggunakan persamaan.
Dimana :
C = ukuran minimum
Lij = jumlah muatan atau gerakan pekerjaan antara pusat pekerjaan (i) ke (j)
Sebagai contoh :
2 3 4 5 6
1 7 8 9 10 11
Gudang Ekspedisi Pengemasan
12 13 14 15 16
Data 2. Dari pencatatan selama dua tahun terakhir, arus muatan dari gudang ke ruang
pengemasan (9) rata-rata per tahun.
Pemecahannya
(1) Perhitungan jarak muatan dari layout ada dengan menggunakan rumus :
C = ∑𝑛𝒊=𝟏 ∑𝑛𝒋=𝟏 𝑳𝒊𝒋 𝑫𝒊𝒋
adalah :
Gudang yang dekat dengan (9) Gudang yang jauh dari (9)
Gudang Satuan Jumlah Dij Lij Gudang Satuan Jumlah Dij Lij
dari/ke Jarak Muatan dari/ke Jarak Muatan
(Dij) antar (Dij) antar
Gudang Gudang
(Lij) (Lij)
3-9 1 80 80 2-9 2 500 1000
4-9 1 320 320 6-9 2 150 300
5-9 1 140 140 7-9 2 160 320
8-9 1 330 330 11-9 2 100 200
10-9 1 250 250 12-9 2 140 280
13-9 1 240 240 16-9 2 500 1000
14-9 1 100 100
15-9 1 240 240 9-1 2 2500 7500
Jumlah = 1700 Jumlah = 10600
Jumlah seharusnya: 1700 + 10600 = 12.300
2 4 6 5 3
140 80
1 7 9 8 10 11
2500 250 100
13 16 15 12 14
140 100
Kalkulasi Perbaikan I
2 4 7 6 3
160 150 80
1 9 8 13 5 11
2500 240 140 100
10 16 15 12 14
240 140 100
Kalkulasi Perbaikan II
(4) Pilihan perbaikan layout adalah pilihan perbaikan II karea dapat mencapai minimasi
34,2% dari layout
Layout Produk
Permasalahan utama dalam perencanaan layout produk atau garuis lurus adalah mendapatkan
jumlah tempat kegiatan dan tugas yang dilaksanakan, sehingga bisa dicapai output yang
diinginkan. Semuanya dikerjakan sedemikian rupa, sehingga sumber-sumber input dapat
diminimumkan, oleh sebab itu layout produk harus berdasarkan pada hal berikut.
Untuk dapat menganalisnya, digunakan model kapasitas, urutan dan fasilitas, dengan
kalkulasi berdasarkan persamaan
(1) Hasil aksimal harian per unit =
PT. Gamma Alumunium membuat tirau jendela dari alumunium, manajer operasi pabrik
ingin mengevaluasi apakah layout produk yang sudah ada sekarang sudah baik atau perlu
diperbaiki, data-data yang dikumpulkan sebagai berikut.
Pemecahannya
d) Urutan tugas sesuai diagram (data-data) dianggap cukup baik, yang menjadi masalah
adalah, apakah operasi yang dilakukan di enam tempat cukup efektif,produktif, dan
efisien. Dapat dilihat dari table kalkulasi pemanfaatan pekerjaan yang efektif untuk
80 – 90 detik di bawah ini.
(tambahi table.e )
e) Dari tabel tersebut nampak bahwa, jika waktu tugas terpanjang diambil 90 detik,
maka waktu yang terhambur per hari kerja orang adalah :
28.800
(160) 90 = 14,2 𝑗𝑎𝑚𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
3.600
f) Jika Upah tiap jam kerja diumpamakan Rp. 30.000.-, maka dengan menentukan
waktu terpanjang 90 detik, pemrosesan akan terjadi 14,2 x Rp 30.000 = Rp 426.000.-
untuk waktu terpanjang 80 detik, pemborosan akan mencapai :
2.800
100 ( 80 )
= 10 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
3.600 𝑢𝑛𝑖𝑡
Atau : 10 x Rp 30.000 = Rp 300.000.- per hari.
Untu mengurangi pemborosan ongkos-ongkos akibat waktu yang terhambur, metode
Keseimbangan Garis ( Line Balancing) dapat digunakan. Pada umumnya, Line
Balancing Method adalah untuk membatasi kembali dalam tiap tempat kerja. Untuk
memperbaiki layout produk dengan Line Balancing Method diperlukan 6 Langkah :
1. Membatasi unsur tugas-tugas.
2. Menetapkan keperluan/kebutuhan yang harus didahulukan.
3. Mengkalkulasi jumlah minimum dari tempat kerja di tiap tempat kerja.
4. Menentukan kegiatan terpanjang untuk perincian beban kerja di tiap tempat kerja.
5. Membuat kalkulasi yang efektif dan efisien.
6. Terus melakukan dan mencari perbaikan secara berkelanjutan.
Contoh aplikasi metode Line Balancing dengan menggunakan kasus PT. Gamma
Aluminium sebelumnya, dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Untuk batasan unsure tugas-tugas seperti pada table data 3 ( uraian layout garis )
sudah dianggap cukup baik dan tak perlu diubah, karena telah memenuhi
kebutuhan produk dalam pemrosesannya.
2) Dalam hubungan tugas apa yang harus dibuat skala prioritasnya, maka diagram di
dalam data 2 dapat diubah seperti berikut.
Panjang garis berpanah tidak
Mempunyai arti apapun dalam
Diagram ini. Fungsinya hanya
Menunjukkan arah/arus langkah
Yang diperlukan. Bulatan berisi
Huruf menunjukkan jenis tugas.
Tampak di sini bahwa tempat kerja yang diperlukan paling tidak ada lima tempat
kerja, sedang yang sudah ada sejumlah enam.
4) Penemuan langkah lewat waktu operasional terpanjang, dengan cara :
LOT 1 : menetapkan tugas tersisa ke tempat kerja berikutnya bertalian dengan
lama waktu operasi. Tugas yang dapat dipilih untuk ditetapkan terlebih dahulu
adalah tugas yang perlu waktu terpanjang;