Anda di halaman 1dari 44

I.

Perencanaan Material dan Pengendalian Persediaan


Persediaan merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan bak perusahaan
manufaktur maupun jasa untuk memenuhi permintaan pelanggan. Persediaan dengan beberapa
istilah lain yang sepadan yaitu inventory/penumpukan merupakan penimbunan/penyimpanan
bahan mentah, komponen, barang dalam proses dan barang jadi yang dapat timbul pada banyak
tempat sepanjang jalur distribusi dan juga produksi.
Alasan yang Mendukung atau Menolak adanya persediaan
1. Alasan yang mendukung adanya persediaan
a) Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
Dengan adanya persediaan, maka permintaan konsumen dapat terpenuhi dengan
cepat, tanpa konsumen harus menunggu lama
b) Mengurangi Biaya
Walaupun dengan adanya persediaan menimbulkan biaya, namun hal tersebut
dapat menyebabkan secara tidak langsung mengurangi biaya produksi atau bahkan
ongkos pengiriman barang
Dengan adanya persediaan maka dapat meningkatkan tingkat produksi
Pembelian dan transportasi dapat mendorong persediaan
Apabila harga dikemudian hari akan meningkat, maka dengan membeli
dalma jumlah banyak sekarang dan dijadikan persediaan dapat
menghindari kenaikan harga tersebut, namun juga perlu untuk dilihat
pertambahan biaya, dengan adanya persediaan tersebut
Variasi waktu yang di butuhkan untuk memproduksi dan mendistribusi
sepanjan jalur operasi dapat menyebabkan ketidaktentuan yang dapat
berpengaruh pada biaya operasi dan juga tingkat pelayanan konsumen
Kejadian yang tdak dapat direncanakan ataupun tidak dapat terantisipasi
dapat mempengaruhi sistem logistic.


2. Alasan yang menolak adanya persediaan
a) Persediaan adalah pemborosan
Semakin tinggi suatu inventory/persediaan, akan mengakibatkan harga cost nya
juga semakin tinggi, sehingga terjadi pemborosan.
b) Persediaan dapat menutupi masalah kualitas yang terjadi
Pada saat masalah kualitas nampak, maka ada kecenderungan untuk mengeluarkan
persediaan yang ada untuk melindungi investasi modal (pemenuhan demand oleh
barang persediaan). Maka dapat menyebabkan lambatnya perbaikan dari masalah
kualitas tersebut.
c) Persediaan akan memicu sikap yang kurang baiik untuk pengaturan aliran logistic
Dengan adanya persediaan, maka beberapa titik dari jalur operasi dapat dilewati.
Hal ini timbul karena penggabungan dari pembuatan pemecahan masalah yang
tidak mengharuskan untuk mempertimbangkan seluruh titik dari jalur operasi. Bila
tanpa adanya persediaan, maka sangat sulit untuk tidak mempertimbangkan
seluruh titik dari persediaan tersebut pada sekali perencanaan (satu waktu yang
sama)


Klasifikasi masalah persediaan (Menurut Tersin)
1. Berdasarkan frekuensi pemesanan (repetitivitas)
a) Pemesanan tunggal, yaitu pemesanan yang dilakukan hanya satu kali saja dan
tidak diulang lagi
b) Pemesanan berulang, yaitu pemesanan dilakukan berkesinambungan (terus-
menerus) atau secara rutin

2. Berdasarkan sumber pasokan
a) Pasokan dari luar (outside supply), dimana dilakukan pembelian item dari
pemasok yang telah disetujui
b) Pasokan dari dalam (inside supply), dimana item yang ada diproduksi oleh
perusahaan sendiri
3. Berdasarkan jenis permintaan
a) Permintaan konstan dan permintaan variabel (berubah-ubah)
b) Permintaan independent, permintaan akan produk dimana produk tersebut tidak
bergantung pada produk lain
c) Permintaan dependent, yaitu permintaan akan produk dimana produk tersebut
tergantung pada produk dimana produk tersebut tergantung pada produk akhir,
atau item yang lebih atas kedudukannya

4. Berdasarkan Lead Time (Waktu Ancang)
a) Konstan
b) Variabel, dimana distribusinya ditentukan secara empiris atau spesifik

5. Berdasarkan sistem persediaan
a) Perpectual (Continues Review), pemesanan dilakukan bila sudah mencapai titik
pemesanan kembali dan jumlah barang yang dipesan adalah sama untuk setiap
siklus pemesanannya
b) Periodic Review, pemesanan berkala dilakukan pada setiap periode diskrit

J enis-J enis Persediaan
Berdasarkan aspek fungsional
Menurut kegunaan nya, persediaan dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu :

Working Stock
Persediaan diadakan dalam rangka memenuhi pengembangan kebutuhan sehingga
pemesanan dilakukan berdasarkan ukuran lot bukan ukuran kebutuhan dasarnya. Hal ini
bertujuan untuk meminimasi biaya pemesanan dan baya simpan, mengadakan diskon
kuantity, atau untuk kepentingan laju distribusi produk.
Safety Stock
Persediaan diadakan untuk mengantisipasi faktor ketidakpastian dalam suplai barang dan
permintaan (terjadinya stockout)
Anticipation Stock
Persediaan diadakan untuk mengatasi permintaan musiman, kebutuhan dadakan (terjadi
demostrasi, program promosi, atau liburan), atau defisiensi kapasitas produksi
Pipeline Stock
Persediaan diadakan di pertengahan proses produksi untuk mengatasi kebutuhan yang
terjadi waktu perpindahan antar material dari satu proses ke proses lainnya
Decoupling Stock
Persediaan menjadi akumulasi dari semua aktifitas yang terkait untuk menurunkan
kebutuhan keseluruhan operasi
Physic Stock
Persediaan diadakan guna menstimulasi permintaan dan berperan sebagai aset pajangan
untuk meningkatkan kesempatan produk dilihat banyak orang dan menarik untuk dibeli.


Berdasarkan aspek Fisik
Menurut jenis dan posisi barang, persediaan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu :
Persediaan Bahan Baku (Row Material)
Yaitu persediaan dari barang - barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi
yang diperoleh dari sumber - sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan
yang meghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya


Persediaan Komponen (Componen Part)
Yaitu persediaan yang terdiri dari komponen - komponen yang diterima dari perusahaan
lain, yang dapat secara langsung dirakit dengan komponen lain, tanpa melalui proses
produksi sebelumnyaa
Persediaan Barang Setengah Jadi (Work-In-Process)
Yaitu persediaan barang yang keluar dari tiap - tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan
- bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses kembali untuk
kemudian menjadi barang jadi
Persediaan bahan-bahan pembantu atau bahan-bahan perlengkapan (Supplies Stock)
Yaitu persediaan barang - barang atau bahan - bahan yang diperlukan dalam proses
produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam
bekerjanya suatu perusahaan,tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang
jadi
Persediaan barang jadi (Finished Goods Stock)
Yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
merupakan barang yang siap dipasarkan ke konsumen.

Komponen Persediaan
1. Permintaan
Permintaan merupakan komponen penting dan titik awal untuk memulai manajemen
persediaan. Secara umum, permintaan dapat diklasifikasikan menurut beberapa kategori:
a) Menurut Jenis Itemnya ;
Permintaan Dependent, yaitu permintaan yang jumlahnya tergantung pada
produk akhir
Permintaan Independent, merupakan permintaan yang jumlahnya tidak
tergantung pada produk lainnya, dan biasanya berupa produk akhir

b) Menurut ukurannya,, laju atau polanya
Demand Size (ukuran permintaan), merupakan ukuran besar kecilnya
permintaan dan memiliki dimensi kuantity dan jumlah
Demand Rate (Laju Permintaan) adalah ukuran permintaanper satuan
waktu

2. Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Pemesanan kembali merupakan tingkat persediaan saat dilakukan pemesanan kembali. Ini
bertujuan untuk memastikan bahwa persediaan tersebut pasti ada/akan datang sebelum persediaan
habis. Komponen ini dapat dibedakan berdasarkan ukuran, pola, dan lead time :
a) Replenishment size (ukuran), mengacu pada kuantitas barang yang akan
dimasukkan dalam persediaan. Ukurannya dapat konstan ataupun juga variabel
tergantung dari tipe sistem persediaan
b) Replenishment pattern (pola), mengau pada bagaimana sejumlah unit tertentu
ditambahkan dala m persediaan
c) Replenishment lead time adalah rentang atau tenggang waktu antara saat
pemesanan suatu item dan penambahan sejumlah unit tersebut pada persediaan
yang dapat juga bersifat konstan ataupun variabel

3. Pembatas / Kendala (Constraint)
Pembatas merupakan komponen pembatas sistem persediaan yang ada, seperti :
a) Kendala ruang penyimpanan gudangdapat membatasi jumlah persediaan yang
harus diadakan
b) Kendala kapital membatasi biaya investasi persediaan
c) Kendala fasilitas, peralatan atau personel membatasi kemampuan supply dn
tingkat operasi perusahaan



4. Biaya - Biaya Persediaan
Biaya persediaaan berkaitan erat dengan operasi sistem persediaan dan merupakan hasil
dari kegiatan pelaksanaan sistem.
Secara umum terdapat tiga macam biaya yang penting untuk menentukan kebijakan
persediaan, yaitu :
a) Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya - biaya yang berhubungan dengan penambahan barang - barang untuk
persediaan, seringkali menjadi dorongan yang kuat untuk penambahan jumlah
pesanan. Pada saat terjadi penambahan pesanan untuk stok, sejumlah biaya yang
berhubungan dengan proses, pengaturan, pengiriman, penanganan, dan pembelian
akan muncul. Beberapa dari biaya - biaya ini tetap pada setiap pemesanan dan
tidak tergantung dari besarnya pesanan. Yang lainnya, seperti transportasi, biaya
pabrik dan peralatan tergantung dari bersarnya jumlah pesanan. Beberapa biaya
yang termasuk kelompok biaya ini adalah :
Biaya Pembelian (Purchase/Production Cost)
Biaya Pemesanan (Order Cost)
Biaya tempat merupakan biaya dari penggunaan gedung, biasanya
dihitung berdasarkan luas atau periode
Biaya modal (Capital Cost)
b) Biaya penerimaan variabel/pengiriman (Carrying Cost)
Biaya penerimaan persediaan ini merupakan hasil dari penyimpanan barang untuk
jangka waktu tertentu dan sudah dibandingkan dengan jumlah rata-rata barang
yang ada. Biaya-biaya ini dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
Biaya tempat (Space Cost). Biaya ini merupakan biaya dari penggunaan
gedung, biasanya dihitung berdasarkan luas atau periode
Biaya modal (Capital Cost). Biaya ini menunjuk kepada besarnya uang
yang tertahan di persediaan. Biaya ini merupakan biaya tidak nyata dari
semua jenis biaya penerimaan. Ad dua alasan untuk hal ini. Pertama,
persediaan mewakili campuran dari modal jangka pendek dan jangka
panjang, dimana beberapa barang hanya dapat memenuhi kebutuhan
musiman. Kedua, biaya modal dapat berubah-ubah, mulai dari bunga bank
sampai kesempatan.
Biaya pelayanan persediaan (Inventory Service Cost). Bagian dari
pelayanan persediaan adalah asuransi dan pajak, karena jumlah biaya
tergantung dari besarnya persediaan yang ada.
Biaya resiko persediaan (Inventory Risk Cost). Biaya ini berhubungan
dengan kemunduran ekonomi, kehilangan, kerusakan, keusangan barang.

c) Biaya Stok / Persediaan yang Habis (Out-of-Stock)
Biaya apabila stok/persediaan habis terjadi ketika ada pesanan tetapi tidak dapat
dipenuhi dari persediaan dimana pesanan tersebut biasanya memang ada
(permintaan normal). Ada 2 jenis biaya persediaan yang habis :
Biaya Penjualan yang hilang (Lost Sales Cost).
Biaya ini terjadi ketika konsumen berhadapan dengan keadaan
persediaan yang habis, maka konsumen tersebut membatalkan pesanan
mereka.
Biaya pesanan yang lampau (Back Order)
Biaya ini terjadi apabila konsumen tidak keberatan untuk
menunggu pemenuhan pesanan mereka untuk dipenuhi. Maka penjualan
ini tidak akan hilang, hanya tertunda.








Pengendalian Persediaan
A. Sistem persediaan
Sistem Persediaan menentukan berapa banyak kuantitas pesanan (tingkat penggantian)
dan waktu pemesanan. Terdapat dua jenis dasar sistem pengendalian persediaan, yaitu :

1) Sistem persediaan kontinu / Kuantitas pesanan tetap
Keuntungan sistem ini adalah tingkat persediaan dimonitor ketat dan berkesinambungan
sehingga manajemen selalu mengetahui status persediaan. Hal ini terutama
menguntungkan untuk persediaan yang penting seperti barang pengganti atau bahan baku
dan perlengkapan. Kelemahan sistem ini yaitu membutuhkan biaya untuk catatan atas
jumlah persediaan.

2) Sistem persediaan periodik / Periode waktu tetap
Pada sistem ini persediaan dihitung pada interval waktu tertentu, misalnya tiap 3 hari atau
tiap minggu atau akhir bulan. Setelah jumlah persediaan ditentukan, maka pesanan dibuat
untuk menentukan jumlah persediaan pada tingkat yang diinginkan. Kelemahan sistem
ini, persediaan tidak dimonitor sepanjang selang waktu interval pemesanan dilakukan
sehingga keuntungannya membutuhka sedikit atau hampir tidak ada waktu pencatatan.
Namun, kerugian sistem ini adalah kurangnya pengendalian langsung yang dapat
mengakibatkan tingkat persediaan yang tinggi pada sistem persediaan periodik
dibandingkan dengan sistem persediaan kontinu untuk menjaga agar tidak terjadi
kekurangan pada waktu yang ditentukan.

B. Fungsi Pengendalian Persediaan pada suatu perusahaan
1) Menghindari keterlambatan pengiriman
2) Menghindari ada material/part yang rusak
3) Menghindari kenaikan harga
4) Mendapatkan diskon bila membeli dalam jumlah tertentu
5) Menjamin kelangsungan produksi

C. Tujuan Pengendalian Persediaan
Salah satu tujuan dari pengendalian persediaan adalah meminimalkan biaya-biaya yang
timbul akibat dari adanya persediaan tersebut

Glosari notasi yang digunakan pada Persediaan
Sopt = kekurangan stok optimum
R = titik pemesanan ulang
L = waktu tunggu

= waktu tunggu rata-rata


D = permintaan (unit dalam tahun)

= permintaan rata-rata
i = fraksi biaya simpan (%)
Cc = biaya penyimpanan (= i% X C)
C = harga barang (Rp/unit)
Cs = bisys kekursngsn stok (Rp/unit per periode)
Co = biaya pemesanan(Rp/1kali pesan)

= standar deviasi permintaan (unit)


= standar deviasi waktu tunggu (periode)


Z = nilai normal untuk suatu tingkat pelayanan
Q = jumlah produk atau pemesanan
Q* = jumlah pemesanan optimal
p = tingkat pemakaian harian atau tingkat penerimaan persediaan harian
TC = total biaya persediaan
I = persediaan








II. Model Persediaan Kuantitas Pesanan Ekonomi
(Sistem Persediaan Kontinu/Sistem Q)
Sistem persediaan kontinu disebut juga dengan sistem persediaan kuantitas tetap atau
sistem Q. Pada sistem ini kuantitas pemesanan tetap, namun periode pemesanan barubah - ubah.
Maksudnya setiap kali melakukan pemesanan jumlah barang yang dipesan adalah tetap sejumlah
Q, namun periode pemesanan yang berubah - ubah. Fungsinya adalah untuk menentukan
kuantitas pemesanan yang meminimumkan total biaya persediaan. Variasi model EOQ ini
tergantung pada asumsi dari sistem persediaan.
II.1 Model EOQ Dasar
Model dasar EOQ yang paling sederhana dibandingkan dengan versi model lain
disebut dengan model EOQ dasar. Model ini merupaka formula tunggal untuk
menentukan kuantitas pemesanan optimal yang meminimumkan jumlah biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Formulasi model dikembangkan dengan beberapa
asumsi penyederhanaan dan pembatasan, yaitu;
Permintaan diketahui pasti dan relatif konstan sepanjang waktu
Kekurangan tidak diperkenankan
Waktu tunggu (Lead Time) sampai pesanan diterima konstan
Kuantitas yang dipesan diterima sekaligus
Kuantiti tidak mempengaruhi harga






Gambar2. Model Dasar EOQ

Penentuan jumlah yang harus dipesan
Penentuan ini dilakukan dengan kriteria biaya minimum. Biaya-biaya yang berhubungan
dengan persediaan adalah biaya pembelian, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Penentuan Kuantitas Pesanan Optimum


Penentuan Total Persediaan


Penentuan total biaya minimum


Penentuan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)



Penentuan Jumlah Pemesanan (F)


Penentuan Selang Waktu Pemesanan


Biaya pembelian = D.C
Persediaan rata-rata =


Biaya penyimpanan tahunan = C
c


Biaya pemesanan tahunan = C
o



Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Merupakan penentuan waktu untuk memesan pada sistem persediaan kontinu, yaitu
tingkat persediaan saat dilakukan pemesanan ulang.
Pesanan dilakukan sebelum tingkat persediaan mencapai nol. Permintaan akan menghabiskan
persediaan saat pesanan sedang dikirim, maka pesanan harus dilakukan saat masih terdapat cukup
persediaan dalam stok untuk memenuhi permintaan selama waktu tunggu. Tingkat persediaan ini
disebut titik pemesanan ulang (Reorder Point).
Titik pemesanan ulang untuk model EOQ dasar dengan permintaan konstan dan waktu tunggu
konstan untuk menerima pesanan dihitung dengan rumus;
R = d . L
Contoh ;
Departemen Perusahaan produk pabrik kain berencana untuk melakukan pengadaan
terhadap produksi produknya dari suatu perusahaan supplier. Permintaan tahunan produk tersebut
adalah 360.000 per meter dengan hari kerja 300 hari. Harga dari suku cadang Rp. 25.000 per
meter nya, dan presentase ongkos simpan ialah 12% / tahun. Biaya pemesanan per satu kali
pemesanan adalah Rp. 1.500.000. Pihak supplier menetapkan tenggang waktu pemesanan 1
minggu.*1 minggu = 5 hari kerja
Pertanyaan : Tentukanlah kebijakan persediaannya!

Jawab ;
Langkah-langkah penyelesaian masalah dengan metode ini ;
1. Pengumpulan data informasi yang telah diketahui
D = 360.000 meter
C = Rp. 25.000
C
o =
Rp. 1.500.000
i = 12% / tahun
2. Penentuan Kuantitas Pesanan Optimum
Q
optimum
=


Q
optimum
=
()

()
()()
= 18.974 meter
3. Penentuan total persediaan
TC = D.C + C
o

+ C
c


= (360.000).(Rp.25.000) + (Rp.1.500.000)
()
( )
+ (12%)(Rp.25.000)


= Rp. 9.000.000.000 + Rp. 28.459.998 + Rp. 28.461.000
TC = Rp. 9.056.920.998
4. Penentuan titik pemesanan kembali
Pemakaian selama periode 1 minggu (d)
d =

= 6000 unit/minggu dan Lead Time (L) = 1 minggu


Titik pemesanan kembali (R)
R = d.L
= (6000 unit/minggu).(1 minggu) = 6000 meter
5. Penentuan jumlah pemesanan (F)
F =


=


= 18,97
= 19 kali pemesanan
6. Penentuan selang waktu pemesanan
t =


=


x 300 hari/tahun
= 15,81 hari
= 16 hari
Jadi, kebijakan persediaan perusahaan tersebut adalh suku cadang dipesan :
Ukuran lot pemesanan 18.974 meter per 1 kali pemesanan
Pemesanan kembali dilakukan bila persediaan mencapai 6000 meter
1 tahun terdapat 19 kali pemesanan
Selang waktu antar pemesanan 16 hari
Total biaya persediaan selama 1 tahun Rp. 9.056.920.998



II.2 Model EOQ dengan Penerimaan tak seketika
Model ini merupakan model EOQ dengan asumsi pesanan diterima sekaligus
ditiadakan. Model ini disebut model penerimaan tak sekaligus atau disebut juga dengan model
penggunaan bertahap atau model produksi lot. Pada model ini kuantitas pesanan diterima secara
bertahap dan tingkat persediaan berkurang pada saat persediaan diisi kembali. Situasi ini banyak
ditemukan jika pengguna persediaan juga produser barang, misalnya pada industri manufaktur
dimana suku cadang diproduksi untuk digunakan lebih lanjut. Situasi ini juga dapat terjadi saat
pesanan diantarkan bertahap sepanjang waktu atau produsen produk dan penjual adalah satu
orang atau pihak yg sama.
Komponen biaya pemesanan pada model EOQ dasar tidak berubah tergantung akibat penggantian
tingkat persediaan yang bertahap, karena komponen ini hanya tergantung dari jumlah unit yang
dipesan per tahun. Namun, komponen biaya peyimpanan tidak sama pada model ini karena
persediaan rata-ratanya berbeda. Pada model EOQ dasar pesediaan rata-rata adalah setengah dari
tingkat persediaan maksimum namun pada model ini tingkat pesediaan maksimum bukan Q,
melainkan suatu jumlah lebih rendah dari Q yang disesuaikan berdasarkan fakta bahwa kuantitas
pesanan dihabiskan selama periode penerimaan pesanan.
Penentuan tingkat persediaan rata-rata, dilakukan dengan menentukan parameter:
p = Tingkat penerimaan persediaan harian, juga disebut tingkat produksi (production rate).
d = Tingkat permintaan persediaan harian.

Tingkat persediaan maksimum (Q
max
)
Q
max
= Q -

.d
= Q (

)

Tingkat persediaan rata - rata
Q
rata-rata
=

*(

)+
=

)
Total biaya penyimpanan =

)
Total biaya persediaan =

)
Kuantitas Optimal

)



Contoh :
Perusahaan Kain Batik memiliki fasilitas pabrikasi sehingga dapat memproduksi sendiri.
suku cadang tersebut dengan kecepatan produksi 2400 meter/hari. Permintaan suku cadang nya
ialah 360.000 meter/tahun. Biaya penyimpanan adalah 12 % dengan harga Rp.25.000/meter.
Biaya set up produksi sama dengan biaya pemesanan, yaitu Rp. 1.500.000 per satu kali produksi.
Pertanyaan : Tentukanlah kebijakan persediaan untuk perusahaan tersebut!

Jawab ;
Langkah-langkah penyelesaian masalah dengan metode ini ;
1. Pengumpulan data informasi yang telah diketahui
p = 2400 meter/hari
d =


= 1200 meter/hari
C
o
= Rp. 1.500.000
C
c
= (12%).(Rp.25.000) = Rp. 3000 per meter
2. Penentuan kuantitas pesanan optimal

)

=

()()
(

)

= 26.833 meter

3. Penentuan tingkat persediaan maksimum
Q
max
= Q (

)
= 26.833 (

) = 13.417 meter

4. Jangka waktu production run =

= 11,18 hari
= 12 hari
5. Jumlah production run =


=


= 13.41
= 14 kali produksi
6.Biaya persediaan tahunan minimum

)
= (360.000).(Rp.25.000) + (Rp. 1.500.000)
()
()
+ (12%)(Rp.25.000).
()

)
= Rp. 9.000.000.000 + Rp. 20.124.474 + Rp. 20.124.750 = Rp. 9.040.249.224

Jadi, kebijakan persediaan perusahaan tersebut untuk suku cadang yang dibuat sendiri adalah :
Ukuran lot produksi 26.833 unit per satu kali produksi
1 tahun terdapat 14 kali produksi
Selang waktu antar produksi 12 hari
Total biaya persediaan / produksi selama satu tahun Rp. 9.040.249.224
Persediaan maksimum 13.417 meter




II.3 Model EOQ dengan kekurangan
Pada model EOQ dasar terdapat asumsi tidak adanya kekurangan dan pemesanan kembali
(back order). Namun pada kenyataannya tidak semua permintaan dapat dipenuhi karena
kekurangan persediaan akan dipesan kembali dan akan dikirimkan ke konsumen. Akibatnya
semua permintaan pada akhirnya akan dipenuhi. Karena permintaan dipesan kembali atau
kekurangan s dipenuhi saat diisi kembali, tingkat persediaan maksimum tidak mencapai Q tetapi
suatu tingkat dimana Q S
Total biaya kekurangan =


Total biaya penyimpanan =

()


Total biaya pemesanan =


Total biaya persediaan untuk model EOQ dengan kekurangan adalah:

()


Kuantitas pesanan optimal dan tingkat kekurangan optimal:

)
* S = tingkat kekurangan optimal

Contoh :
Perusahaan kain batik menetapkan suatu kebijakan bila terjadi kekurangan maka akan
menyebabkan adanya biaya kekurangan sebesar Rp. 15.000/meter per tahunnya. Permintaan
tahunan produk tersebut adalah 360.000 per meter dengan hari kerja 300 hari. Harga dari suku
cadang Rp. 25.000 per meter nya, dan presentase ongkos simpan ialah 12% / tahun. Biaya
pemesanan per satu kali pemesanan adalah Rp. 1.500.000,
Pertanyaan : Tentukan kebijakan persediaan perusahaan tersebut!

Jawab :
Langkah - langkah penyelesaian
1. . Pengumpulan data informasi yang telah diketahui
D = 360.000 meter
C = Rp. 25.000
C
o
= Rp. 1.500.000
i = 12%/tahun
C
s
= 15.000/meter per tahunnya
2. Penentuan kuantitas pemesanan optimal

)
=
()(
()()
(
() ()()

)
=

(
()

)
= (

) ()
=


= 20.785 meter

3. Penentuan tingkat kekurangan optimal

)
= (
()
()()
) = 3464 meter

4. Penentuan total biaya persediaan optimal

( )


= () () ()

()
()( )
( )

()
( )


= Rp. 9.000.000.000 + Rp. 4.329.792 + Rp. 21.651.458 + Rp. 25.980.274
= Rp. 9.051.961.524

5. Penentuan frekuensi jumlah pemesanan (F)

= 17,32
= 18 kali pemesanan

6. Penentuan selang waktu pemesanan (t)
t =


=


= 16,66 hari
= 17 hari
7. Penentuan waktu persediaan tersedia
t
1
=


= 0.04811 tahun
= 14,433 hari
= 14 hari
8. Penentuan waktu dimana terjadi kekurangan persediaan
t
2
=

= 0,09622 tahun
= 2,88 hari
= 3 hari
9. Penentuan tingkat persediaan maksimum
Qmaks = Q - S
= 20.785 - 3464 = 17.321 meter

Jadi, kebijakan persediaan perusahaan tersebut seteah adanya kebijakan mengizinkan
adanya kekurangan persediaan adalah :
Ukuran lot pemesanan optimal 20.785 meter per satu kali pemesanan
Tingkat kekurangan optimal adalah 3464 meter
Total biaya persediaan untuk 1 tahun menjadi Rp. 9.051.961.524
Frekuensi pemesanan 18 kali setahun
Selang waktu pemesanan 17 hari
Waktu kekurangan persediaan antar pemesanan = 3 hari
Waktu persediaan tersedia 14 hari
Tingkat persediaan maksimum 17.321 meter



II.4 Diskon Kuantitas
Pada prakteknya di lapangan, bila memesan barang dalam jumlah tertentu konsumen
sering mendapatkan diskon harga. Umumnya semakin besar jumlah pemesanan, maka harga per
unit barang juga semakin kecil. Strategi ini dilakukan agar produsen atau pihak penjual
mendapatkan konsumen. Keuntungan produsen atau penjual dengan menjual dalam jumlah besar
adalah mengurangi ongkos produksi per unit dan ongkos pesan dan harga barang yang lebih
rendah, walaupun juga meningkatkan ongkos simpan. Oleh karena itu maka masalah yang
dihadapi pembeli adalah bagaimana mengidentifikasikan ukuran lot yang memberikan ongkos
total minimal.
Diskon kuantitas dapat dievaluasi dengan menggunakan model EOQ dasar berdasarkan 2 cara,
yaitu dengan biaya penyimpanan konstan dan dengan biaya penyimpanan sebagai persentase dari
harga beli. Umumnya biaya penyimpanan dinyatakan sebagai persentase dari harga beli. Pada
pembahasan ini hanya dibahas evaluasi diskon kuantitas dengan menggunakan model EOQ dasar
dengan biaya penyimpanan sebagai persentase dari harga beli.
Langkah-langkah dengan menggunakan metode ini:
Tentukan nilai Q optimal (Q*) dengan menggunakan rumus EOQ dasar untuk setiap nilai
harga barang.
Bandingkan nilai Q* yang didapat apakah termasuk atau tidak di dalam nilai rentang untuk
harga tersebut, bila:
o Nilai Q* tersebut masuk dalam rentang, gunakan nilai Q tersebut untuk menentukan total
biaya persediaan.
o Nilai Q* tersebut lebih kecil dari nilai Q minimum dari Q harga tersebut, maka gunakan
nilai Q minimum untuk menentukan total biaya persediaan.
o Nilai Q* tersebut lebih besar dari nilai Q maksimum dari rentang Q harga tersebut, maka
gunakan harga Q maksimum dari rentang harga tersebut untuk menentukan total biaya
persediaan.
Bandingkan total biaya persediaan dan pilihlah harga barang dengan total biaya persediaan
terkecil.

Contoh ;
Suatu perusahaan kain batik membutuhkan bahan baku untuk pembuatan produk nya yang
didatangkan dari supplier. Pihak supplier menetapkan potongan harga apabila :
Rp. 12.000 untuk pembelian kurang dari 30.000 meter
Rp. 10.000 untuk pembelian antara 30.000 - 40.000 meter
Rp. 8000 untuk pembelian antara 40.000 - 50.000 meter
Rp. 6000 untuk pembelian barang lebih dari 50.000 meter
Permintaan tahunan produk tersebut adalah 360.000 per meter dengan hari kerja 300 hari.
Harga dari suku cadang Rp. 25.000 per meter nya, dan presentase ongkos simpan ialah 12% /
tahun. Biaya pemesanan per satu kali pemesanan adalah Rp. 1.500.000. Pihak supplier
menetapkan tenggang waktu pemesanan 1 minggu.*1 minggu = 5 hari kerja
Pertanyaan : Tentukanlah rekomendasi anda ukuran pemesanan yang paling ekonomis untuk
pengadaan dan berapa total biaya persediaan yang harus dikeluarkan untuk pengadaan bahan
baku tersebut!

Jawab ;
Penentuan informasi yang dibutuhka
1. Penentuan nilai Q optimal untuk setiap tingkat harga
Untuk c = Rp. 12.000, diperoleh ;
Q
optimum
=

=
()()
()()

= 27.386 meter
Q
optimum
= 27.386 meter ternyata sesuai dengan interval harga Rp. 12.000, maka harga
Q
optimum
digunakan untuk menentukan total biaya, maka
TC = D.C + C
o

+ C
c


= (360.000).(Rp.12.000) +
()()

+ (12%).(Rp.12.000)


= Rp.4.320.000.000 + Rp. 19.718.104 + Rp. 19.717.920
= Rp. 4.359.436.024
Untuk c = Rp 10.000, diperoleh ;
Q
optimum
=

=
()()
()()

= 30.000 meter
Q
optimum
= 30.000 meter ternyata sesuai dengan interval harga Rp. 10.000, maka harga
Q
optimum
digunakan untuk menentukan total biaya, maka
TC = D.C + C
o

+ C
c


= (360.000).(Rp.10.000) +
()()

+ (12%).(Rp.12.000)


= Rp.3.600.000.000 + Rp. 18.000.000 + Rp. 21.600.000
= Rp. 3.639.600.000

Untuk c = Rp. 8.000, diperoleh ;
Q
optimum
=

=
()()
()()

= 33.541 meter
Q
optimum
= 33.541 meter ternyata tidak sesuai dengan interval harga Rp. 8.000, maka
harga Q

digunakan untuk menentukan total biaya adalah 40.000,, maka
TC = D.C + C
o

+ C
c


= (360.000).(Rp.8.000) +
()()

+ (12%).(Rp.8.000)


= Rp.2.880.000.000 + Rp. 13.500.000 + Rp. 19.200.000
= Rp. 2.912.700.000
Untuk c = Rp. 6.000, diperoleh ;
Q
optimum
=

=
()()
()()

= 38.730 meter
Q
optimum
= 38.730 meter ternyata tidak sesuai dengan interval harga Rp. 6.000, maka
harga Q

digunakan untuk menentukan total biaya adalah 50.000,, maka
TC = D.C + C
o

+ C
c


= (360.000).(Rp.6.000) +
()()

+ (12%).(Rp.6.000)


= Rp.2.160.000.000 + Rp. 10.800.000 + Rp. 18.000.000
= Rp. 2.188.800.000
Dari hasil perhitungan total biaya untuk masing - masing tingkat harga, didapat bahwa
total biaya untuk tingkat harga Rp. 6000 merupakan total biaya terendah, sehingga kebijakan
pengadaan bahan baku dilakukan dengan harga Rp. 6000, kuantitas pemesanan 50.000 meter per
satu kali pesan dan total biaya yang dikeluarkan 1 tahun sebesar Rp. 2.188.800.000
2. Penentuan jumlah pesanan (F)
F =

= 7,2 kali pemesanan


= 8 kali pemesanan
3. Penentuan selang waktu pemesanan
t =

x 300 hari = 41,6 hari


= 42 hari
4. Penentuan titik pemesanan kembali
R = d.L
= (6000 meter/minggu).(1 minggu) = 6000 meter

Jadi, kebijakan persediaan perusahaan tersebut adalah :
Ukuran lot pemesanan adalah 50.000 meter per satu kali pesan
Pemesanan dilakukan kembali bila persediaan mencapai 6000 meter
1 tahun terdapat 8 kali pemesanan
Selang waktu antar pemesanan adalah 42 hari
Total biaya persediaan selama 1 tahun adalah Rp.2.188.800.000






II.5 Sistem Klasifikasi ABC
Vilfredo Pareto dalam bukunya The Theory of Statistic (1896) menyatakan bahwa
Dalam sekumpulan elemen yang harus di control, sebagian kecil elemen selalu merupakan
bagian yang mempunyai efek terbesar. Dalam bidang pengendalian persediaan, observasi ini
dinyatakan dalam klasifikasi ABC. Dalam pendekatan ABC, sering ditemukan bahwa sekitar
20% item persediaan mempunyai nilai sekitar 80% dari seluruh investasi(permintaan x harga).
80% sisa item hanya mempunyai nilai sekitar 20%. Dengan kata lain, sedikit produk mempunyai
potensi keuntungan terbesar. Klasifikasi ABC ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 10.10
Kebijakan persediaan untuk masing-masing kelompok adalah:
Kelompok A: Kelompok ini mempresentasikan sekitar 20% dari jumlah persediaan dan 80%
dari nilai persediaan dalam rupiah.sebaiknya kelompok ini diberi perhatian yang besar.
Sebagai contoh, pemeriksaan penggunaan dan ongkos pembelian dilakukan setiap bulan dan
menggunakan model EOQ untuk menentukan ukuran lot.
Kelompok B: Kelompok ini mempresentasikan 20% sampai 30% dari jumlah persediaan dan
sekitar 15% dari nilai persediaan dalam rupiah. Sebaiknya penggunaan bulanan diperiksa
setiap 6bulan untuk penentuan kembali ukuran pemesanan.
Kelompok C: Kelompok ini mempresentasikan sekitar 30% sampai 60% dari jumlah
persediaan dan sekitar 5% dari nilai persediaan untuk satu tahun. Pemakaian model ongkos
minimum untuk seluruh item dalam kategori ini mungkin lebih mahal daripada penghematan
yang dihasilkannya, jadi biasanya aturan pemesanannya sederhana saja.
Percent of Total Item
Group A
Group B
Group C
P
e
r
c
e
n
t

o
f

A
n
n
u
a
l

D
o
l
l
a
r

V
o
l
u
m
e
100%

Gambar 2.5 Sistem Klasifikasi ABC

Aplikasi prinsip Analisis ABC untuk manajemen persediaan meliputi:
1. Klasifikasi persediaan item-item berdasarkan kepentingan yang relevan.
2. Penetapan manajemen pengawasan yang berbeda untuk klasifikasi yang berbeda dengan
tingkat pengawasan yang disesuaikan dengan tingkat kepentingan untuk masing-masing
klasifikasi.
Faktor penting dalam suatu item yang dapat menjadi criteria dalam pengklasifikasian ABC:
Besarnya nilai total uang dari material
Unit cost(biaya per unit dari material)
Kelangkaan atau kesulitan memperoleh material
Ketersediaan sumberdaya, tenaga kerja dan fasilitas yang dibutuhkan untuk membuat
material itu.
Panjang an variasi waktu tunggu (lead time) dari material, sejak pemesanan material itu
pertama kali sampai kedatangannya.
Kebutuhan penyimpangan untuk setiap item.
Resiko penyerobotan atau pencurian material itu.
Biaya kahabisan stock atau persediaan (stockout cost) dari material itu.
Kepekaan terhadap perubahan desain.
Prosedur Klasifikasi ABC
Tentukan penggunaan tahunan untuk setiap item
Hitung biaya tahunan untuk setiap item, dengan cara mengalikan volume dengan harga per
unit.
Hitunglah persentase dari biaya tahunan setiap item dari total keseluruhan.
Susunlah item-item berdasarkan nilai persentase terbesar sampai terkecil.
Hitunglah kumulatif dari persentase tiap item.
Buatlah klasifikasi A,B, atau C dari item-item yang ada dengan rujukan pada ketentuan yang
diatas.
Contoh perhitungan ditunjukan pada kasus dibawah ini.

Tabel 2.5.1 Persentase Penggunaan Dana Tahunan Produk Kain Batik
No Item Unit Cost Annual
Usage
Annual Dollar
Usage
Total
Annual
Percentage
Usage
1 Canting Batik
Tulis
Rp.18.000/piece 5300 piece 95.400.000
0.483102
2 Cap Batik Rp.300.000 2300 690.000.000 3.494131
3 Soda Abu Rp.10.000/kg 62000 kg 620.000.000 3.139654

4 Kain Mori Rp.16.000/m 72000 m 1.152.000.000 5.833679

5 Lilin Rp.30.000 20000 600.000.000 3.038375

6 Zat Warna Rp.21.000/100g 150.000 g 3.150.000.000 15.95147

7 Garam Diazonium Rp.90.000/100g 88.000 g 7.920.000.000 40.10655

8 Remasol Rp.50.000/100g 66.000 g 3.300.000.000 16.71106

9 Rapit Rp.25.000/100g 60.000 g 1.500.000.000 7.595937

10 WaterGlass Rp.10.000/kg 72.000 kg 720.000.000 3.64605

Total 597.600 19.747.400.000

100%

Sumber :
http://tokoalatbatik.blogspot.com/2011/08/daftar-harga-alat-batik.html




Tabel 2.5.2 Proses Klasifikasi ABC

No Item Annual
Dollar
Usage
Percentage
of Total
Cumulative
Percentage
Item
Classification
7 Garam
Diazonium
7.920.000.000 40.10655
40.10655 A
8 Remasol
3.300.000.000 16.71106
56.81761 A
6 Zat Warna
3.150.000.000 15.95147
72.76908 A
9 Rapit
1.500.000.000 7.595937
80.36502 A
4 Kain Mori
1.152.000.000 5.833679
86.1987 A
10 WaterGlass
720.000.000 3.64605
89.84475 B
2 Cap Batik
690.000.000 3.494131
93.33888 B
3 Soda Abu
620.000.000 3.139654
96.47853 B
5 Lilin
600.000.000 3.038375
99.51691 C
1 Canting Batik
Tulis
95.400.000 0.483102
100 C

Tabel 2.5.3 Klasifikasi ABC
Item
Classification
Items Percentage Percentage Value
A 7, 8, 6, 9, 4 50
86.1987
B 10, 2, 3 30
10.27984
C 5, 1 20
3.521477









III. Titik Pemesanan Ulang dan Stok Pengaman serta
Sistem Persediaan Periodik

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Merupakan penentuan waktu untuk memesan pada sistem persediaan kontinu, yaitu
tingkat persediaan saat dilakukan pemesanan ulang. Pemesanan dilakukan sebelum tingkat
persediaan mencapai nol. Permintaan akan menghabiskan persediaan saat pesanan sedang
dikirim, maka pesanan harus dilakukan saat masih terdapat cukup persediaan dalam stok untuk
memenuhi permintaan selama waktu tunggu. Tingkat persediaan ini disebut titik pemesanan
ulang (Reorder Point)
Titik pemesanan ulang untuk model EOQ dasar dengan permintaan konstan dan waktu
tunggu konstan untuk menerima pesanan dihitung dengan rumus:
R = d.L

Stok Cadangan
Pemesanan ulang untuk suatu produk dilakukan pada saat tingkat persediaan telah
mencapai reorder point. Persediaan akan berkurang selama waktu menunggu barang datang dari
supplier. Diharapkan pada saat pesanan baru datang tingkat persediaan yang ada mencapai titik
nol. Pada kenyataannya permintaan dan waktu tunggu (lead time) juga bersifat tidak pasti,
sehingga tingkat persediaan dapat habis pada waktu yang lebih cepat atau lebih lambat. Untuk
mencegah kehabisan stok pada saat permintaan tidak pasti, maka ditambahkan stok cadangan atas
permintaan selama waktu tunggu. Stok cadangan (safety stock) merupakan persediaan cadangan
yang ditambahkan pada permintaan untuk mencegah kehabisan stok pada saat permintaan tidak
pasti selama waktu menunggu.
Penentuan stok cadangan ini dilakukan dengan beberapa pendekatan dan salah satu yang
paling umum adalah dengan membuat stok cadangan untuk memenuhi tingkat pelayanan (service
level). Tingkat pelayanan merupakan probabilitas jumlah persediaan selama waktu tunggu cukup
untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan atau dengan kata lain probabilitas tidak terjadinya
kehabisan stok. Tingkat pelayanan dinyatakan dengan %, dimana semakin tinggi tingkat
pelayanan maka semakin besar kemungkinan permintaan pelanggan akan terpenuhi. Tingkat
pelayanan 95% menyatakan terdapat kemungkinan 95% permintaan pelanggan akan terpenuhi
karena terdapat stok dan 5% kemungkinan permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi karena
kehabisan stok.

Penentuan Titik Pemesanan Ulang dan Stok Pengaman
Penentuan titik pemesanan ulang dilakukan memperhatikan 2 parameter persediaan yang
bersifat tidak pasti, yaitu permintaan dan waktu tunggu. Berdasarkan kedua parameter tersebut,
maka terdapat 3 cara untuk penentuan titik pemesanan ulang, yaitu:
Penentuan titik pemesanan ulang dengan kondisi permintaan bervariasi dan waktu tunggu
konstan.
Penentuan titik pemesanan ulang dengan kondisi permintaan konstan dan waktu tunggu
bervariasi.
Penentuan titik pemesanan ulang dengan kondisi permintaan bervariasi dan waktu tunggu
bervariasi.

1) Penentuan titik pemesanan ulang dengan kondisi permintaan bervariasi dan waktu tunggu
konstan, dilakukan dengan rumus:


Keterangan ;
o

= Stok pengaman
o

= Standar deviasi dari permintaan harian


o = Nilai standar deviasi dari probabilitas tingkat pelayanan
o

= Permintaan harian rata-rata


o = Waktu tunggu

Contoh ;
Suatu perusahaan Kain Batik memiliki permintaan harian berdistribusi normal, dengan
rata-rata nya ialah 6500 meter dan deviasi standar adalah 300 meter. Waktu tunggu untuk
menerima pesanan baru adalah 7 hari. Bila perusahaan menetapkan tingkat pelayanan 90%,
tentukan titik pemesanan ulang dan stok cadangan perusahaan Kain Batik tersebut!

Jawab ;

o Pengumpulan data informasi

= 6500 m/hari
L = 7 hari

= 300 meter
Tingkat Pelayanan = 90%

o Penentuan titik pemesanan ulang
Tentukan nilai Z dari tingkat pelayanan
Untuk tingkat pelayanan 90%, nilai Z nya adalah 1,28

Tentukan titik pemesanan ulangnya


= (6500 m/hari).(7 hari) + (1,28).(300 meter).()
= 45.500 + 1015,9
= 46515,9 meter
= 46.516 meter

o Penentuan stok cadangan
Stok Pengaman =


= (1,28).(300 meter).()
= 1015,9
= 1016 meter


2) Penentuan titik pemesanan ulang dengan kondisi permintaan konstan dan waktu tunggu
bervariasi, dilakukan dengan rumus:



Keterangan ;
o

= Stok pengaman
o

= Standar deviasi waktu pengiriman


o = Nilai standar deviasi dari probabilitas tingkat pelayanan
o d = Permintaan harian konstan
o

= Rata-rata waktu tunggu (pengiriman)



Contoh ;
Perusahaan Kain Batik memiliki permintaan harian yang relatif konstan sebesar 6500
meter. Waktu tunggu untuk menerima pesanan baru adalah 7 hari dengan standar deviasi nya
adalah 5 hari.Jika perusahaan menetapkan tingkat pelayanan 90%, maka tentukanlah titik
pemesanan ulang dan stok cadangan dari perusahaan tersebut!

Jawab ;
o Pengumpulan data informasi
d = 6500 meter/hari

= 7 hari

= 5 hari
Tingkat pelayanan = 90%

o Penentuan titik pemesanan ulang
Tentukan nilai z dari tingkat pelayanan
Untuk tingkat pelayanan 90%, nilai Z nya adalah 1,28
Tentukan titik pemesanan ulang nya


= (6500 meter/hari).(7 hari) + (1,28).(6500).(5 hari)
= 45.500 + 41.600
= 87.100 meter



o Penentuan stok cadangan
Stok Pengaman =


= (1,28).(6500).(5 hari)
= 41.600 meter

3) Penentuan titik pemesanan ulang dengan kondisi permintaan bervariasi dan waktu tunggu
bervariasi, dilakukan dengan rumus:


Keterangan ;
o

= Deviasi standar permintaan selama waktu pengiriman


o

= Stok pengaman
o

= Permintaan harian rata-rata


o

= Rata-rata waktu tunggu (pengiriman)



Contoh ;
Perusahaan Kain Batk memiliki permintaan harian berdistribusi normal sebesar 6500
meter, dengan deviasi standar 300 meter. Waktu tunggu untuk menerima pesanan baru bervariasi
dan rata - rata 7 hari dengan standar deviasi nya adalah 5 hari.Jika perusahaan menetapkan
tingkat pelayanan 90%, maka tentukanlah titik pemesanan ulang dan stok cadangan dari
perusahaan tersebut!

Jawab ;
o Pengumpulan data informasi

= 6500 meter/hari

= 7 hari

= 300 meter

= 5 hari
Tingkat pelayanan = 90%

o Penentuan titik pemesanan ulang
Tentukan nilai z dari tingkat pelayanan
Untuk tingkat pelayanan 90%, nilai Z nya adalah 1,28
Tentukan titik pemesanan ulang nya


= (6500).(7) + (1,28).(()

() ()

()


= 45.500 + 32.510
= 78.010 meter

o Penentuan stok pengaman
Stok Pengaman =


= (1,28).(()

() ()

()


= 32.510 meter

Kuantitas Pesanan untuk Sistem Persediaan Periodik
(P tetap,Q berubah)
Sistem persediaan periodik atau periode waktu tetap merupakan sistem dimana selang
waktu pesanan adalah konstan dan kuantitas pesanan bervariasi. Kelemahan sistem
persediaan ini adalah persediaan dapat habis segera setelah periode kunjungan berikutnya.
Sebagai alternatif, pada sistem kuantitas pesanan tetap, saat meminimumkan kemungkinan
terjadinya kehabisan stok. Karena kelemahan ini, dibutuhkan stok cadangan dalam jumlah
besar untuk sistem interval tetap.



Kuantitas Pesanan dengan Permintaan Variabel
Jika tingkat permintaan dan waktu tunggu konstan, maka model periode tetap akan
memiliki kuantitas pesanan tetap yang dibuat pada interval waktu tertentu, yang sama dengan
model EOQ dalam beberapa kondisi. Model periode tetap memiliki reaksi sangat berbeda
dengan model pesanan tetap jika permintaan berubah. Kuantitas pesanan untuk model
periode tetap dengan permintaan berubah harian mengikuti distribusi normal ditentukan
dengan rumus:



Keterangan ;
o

= Permintaan harian rata-rata


o

= Selang waktu pesanan yang tetap


o = Waktu pengiriman
o

= Deviasi standar permintaan


o

= Stok pengaman
o I = Persediaan dalam stok

Contoh ;
Perusahaan Kain Batk memiliki permintaan harian berdistribusi normal sebesar 6500
meter, dengan deviasi standar 300 meter. Waktu tunggu untuk menerima pesanan baru adalah 7
hari. Perusahaan tersebut menetapkan bahwa pemesanan bahan akan dilakukan 15 hari dengan
persediaan 3000 meter. Jika perusahaan menetapkan tingkat pelayanan 90%, maka tentukanlah
titik pemesanan ulang dan stok cadangan dari perusahaan tersebut!

Jawab ;
o Pengumpulan data informasi

= 6500 meter/hari
tb = 15 hari
L = 7 hari

= 300 meter
I = 3000 meter
Tingkat pelayanan = 90%

o Penentuan titik pemesanan ulang
Tentukan nilai z dari tingkat pelayanan
Untuk tingkat pelayanan 90%, nilai Z nya adalah 1,28
Tentukan titik pemesanan ulang nya


= (6500).(15 + 7) + (1,28).(300). () - 3000
= 143.000 + 1801,1 - 3000
= 141801,1 meter
= 141801 meter

o Penentuan stok cadangan
Stok Pengaman =


= (1,28).(300). ()
= 1801,1 meter
= 1801 meter



ANALISA DATA

SISTEM Q
Sistem Q terdiri atas sistem Q dasar, sistem Q dengan pemesanan tak seketika,
sistem Q dengan kekurangan, sistem Q dengan diskon, dan sistem Q dengan penentuan
titik pemesanan ulang dan stok pengaman.

Tabel Rekapitulasi sistem Q
Sistem Q Qopt
(m)
Total Cost (Rp) reorder
Point
(m)
F t
(hr)
Qmax
(m)
Sopt
(m)
t1
(hr)
t2
(hr)
safety
stock
(m)
Dasar 18.974 Rp.9.056.920.998 6000 m 19 16 - - - -
Pemesanan tak
seketika
26.833 Rp.9.040.249.224 - 14 12 13.417 - - -
Adanya
kekurangan
20.785 Rp.9.051.961.524 - 18 17 17.321 3.464 14 3
Adanya diskon 38.730 Rp.2.188.800.000 6.000 8 42 - - - -
Adanya titik
pemesanan dan
stok pengaman

Q variasi-L
konstan
46.516 - - - - - - 1016
Q konstan-L
variasi
- - 87.100 - - - - - - 41.600
Q variasi-L
variasi
- - 78.010 - - - - - - 32.510
Q konstan-L
konstan
- - 141.801 - - - - - - 1.801

Dapat dilihat pada tabel diatas, setiap sistem Q memiliki kriteria dan nilai
yang berbeda. Pada sistem dasar, yang harus dicari adalah besarnya pemesanan
optimum suku cadang, yaitu sebanyak 18.974 meter, dengan total biaya persediaan
suku cadang pertahun, yaitu Rp 9.056.920.998. Pemesanan suku cadang kembali
dilakukan ada saat persediaan telah mencapai 6000 meter, dengan jumlah
pemesanan sebanyak 19 kali pertahun dan jarak antar pesanan 16 hari.
Pada sistem Q dimana diasumsikan penerimaan tidak seketika, dapat
dihitung besarnya kuantitas pemesanan optimum, yaitu sebanyak 26.833 meter
dengan total biaya persediaan pertahun Rp 9.040.249.224. Pada asumsi ini, tidak
terdapat reorder point, karena suku cadang yang dibutuhkan dibuat sendiri oleh
perusahaan, dengan jumlah produksi suku cadang 14 kali pertahun dan 12 hari
sebagai jangka waktu produksi. Dapat dihitung pula adanya permintaan produk
maksimum yaitu sebanyak 13.417 meter.
Asumsi sistem Q selanjutnya adalah dimana terdapat kekurangan stok suku
cadang. Dapat dihitung adanya pemesanan suku cadang sebanyak 20.785 meter,
serta total biaya persediaan pertahunnya sebesar Rp 9.051.961.524. Pada asumsi
ini tidak terdapat reorder point, karena pada asumsi ini terjadi kekurangan stok.
Kekurangan stok optimum terjadi pada angka 3.464 meter, dengan jumlah
pemesanan 18 kali pertahun yang diselingi 17 hari pada setiap pesanannya.
Pemesanan maksimum terjadi pada angka 17.321 meter. Waktu yang ditentukan
untuk teredianya persediaan adalah 14 hari, sementara waktu yang ditentukan saat
terjadinya kekurangan persediaan adalah 3 hari.
Asumsi selanjutnya adalah jika sistem Q disertai dengan diskon kuantitas.
Dapat dihitung pemesanan optimum terjadi pada angka 38.730 meter, dengan total
biaya persediaan pertahun adalah Rp 2.188.800.000. Pemesanan kembali
dilakukan saat stok mencapai angka 6000 meter, dengan jumlah pemesanan
pertahun sebanyak 8 kali yang diselingi 42 hari per pemesanan.
Asumsi sistem Q selanjutnya adalah jika dilakukan penetapan titik
pemesanan ulang dan stok pengaman yang terdiri dari empat buah kondisi.
Kondisi pertama jika permintaan bervariasi dengan waktu tunggu konstan,
maka didapatkan pemesanan kembali dilakukan saat stok telah mencapai 46.516
meter dengan stok pengaman sebanyak 1016 meter.
Kondisi kedua jika jumlah pemesanan konstan sementara waktu tunggu
bervariasi, maka akan didapatkan pemesanan kembali dilakukan pada saat stok
mencapai 87.100 meter dengan stok pengaman sebanyak 41.600 meter.
Pada kondisi ketiga, yaitu jika pemesanan variasi dan waktu tunggu juga
variasi, pemesanan kembali dilakukan pada saat stok mencapai 78.010 meter, dan
memiliki stok pengaman sebesar 32.510 meter.
Kondisi keempat, jika pemesanan konstan dan waktu tunggu juga konstan,
yaitu pemesanan kembali dilakukan pada saat stok mencapai 141.801 meter,
sementara stok pengamannya adalah 1801 meter

SISTEM P
Pada sistem pesediaan periodik pada kuantitas pesanan dengan permintaan
variabel diketahui bahwa kuantitas pesanan untuk model periode tetap dengan
permintaan berubah harian mengikuti distribusi dengan kondisi permintaan harian
berdistribusi normal dengan rata-rata 6.500 meter dan deviasi standar 300 meter.
Waktu tunggu untuk menerima pesanan 7 hari. Perusahaan tersebut menetapkan bahwa
pemesanan bahan dilakukan setiap 5 hari dan mempunyai persediaan 3.000 meter. Dan
diketahui juga tingkat pelayanan perusahaan 90% yang menandakan bahwa Z nya
adalah 1,28. Dengan permasalahan ini untuk mencari titik pemesanan ulang (R) kita
dapat menggunakan rumus pada asumsi pertama yaitu


Dimana dari hasil perhitungan didapatkan kuantitas pemesanan (Q) adalah
141.801 meter dan dari hasil perhitungan kita juga mendapatkan hasil untuk stok
cadangan dengan rumus yaitu
Stok cadangan =


Dimana dari hasil perhitungan didapatkan stok cadangannya adalah 1801 meter.


Klasifikasi ABC
Berdasarkan perhitungan menggunakan sistem klasifikasi ABC, dapat
ditentukan komponen-komponen yang masuk dalam klasifikasi A, B, dan C. Terdapat
5 item yang masuk ke dalam klasifikasi A, 3 item yang masuk ke dalam klasifikasi B,
dan 2 item yang masuk ke dalam klasifikasi C. Dengan perhitungan menggunakan
sistem klasifikasi ABC ini, didapat bahwa item 9, 8, 7, 6, dan 4 masuk dalam
klasifikasi A yang artinya komponen tersebut mahal dan berjumlah sedikit (fast
moving). Item 10, 3, dan 2 masuk dalam klasifikasi B yang artinya komponen tersebut
tidak terlalu mahal dan berjumlah lumayan banyak (fast/slow moving). Dan item 5 dan
1 masuk dalam klasifikasi C yang artinya komponen tersebut murah dan berjumlah
banyak (slow moving).

Anda mungkin juga menyukai