Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PERSEDIAAN

A. Pengertian Persediaan
Persediaan atau inventory adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang terus
menerus mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan menghadapi risiko, yaitu
tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi. Menurut Sofyan Assauri
(1978 : 176), persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan
barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi . Sedangkan M Munandar
(1979 : 94) mengatakan persediaan adalah “Sebagai persediaan barang-barang (bahan-bahan)
yang menjadi objek usaha pokok perusahaan” .

B. Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan adalah kegiatan menentukan tingkat dan komposisi persediaan.
Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi kelancaran produksi dan
dengan efektif dan efisien. Kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan
persediaan, penjadwalan pemesanan (scheduling), pengaturan penyimpanan dan lain-lain.
Semua kegiatan tersebut bertujuan menjaga tersedianya persediaan yang optimum didalam
suatu perusahaan .
Dalam pengawasan persediaan, perlu diperhitungkan cara, jumlah, sehingga tidak
terjadi pemborosan, dan waktu pemesanan. Sedangkan khusus persediaan perlu ditentukan
besar persediaan penyelamat (safety stock), yaitu jumlah minimum, dan besar penyediaan
pada waktu pemesanan kembali dilakukan.

C. Biaya-Biaya yang Terdapat dalam Persediaan


Persediaan akan menimbulkan biaya yang merupakan bagian dari harga pokok
produksi. Adapun unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan atas:
a. Biaya pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pemesanan barang atau bahan,
sejak pemesanan dilakukan hingga barang tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi di
gudang. Biaya ini diluar harga barang. Termasuk ke dalam biaya pemesanan antara lain:
1. Biaya administrasi dan penempatan pesanan (cost of placing order)
2. Biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipping and handling cost)
3. Biaya penerimaan dan pemeriksaan
b. Biaya Penyimpanan ( inventory carrying cost )
Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam penyimpanan persediaan.
Biaya ini bersifat variabel dan berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang terdapat
di gudang sehingga besar biaya tergantung dari jumlah persediaan yang ada. Termasuk ke
dalam biaya penyimpanan adalah:
1. Sewa gudang
2. Asuransi dan pajak persediaan
3. Upah dan gaji tenaga pengawas serta pelaksanaan gudang
4. Biaya administrasi gudang
5. Penghapusan, risiko ketinggalan zaman, kerusakan, dan penurunan nilai harga barang.
6. Semua biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah
persediaan.
c. Biaya Akibat Persediaan yang Kurang (Out Of Stock Cost)
Biaya tersebut timbul sebagai akibat jumlah persediaan yang lebih kecil dari yang diperlukan.
Jika persediaan kurang, dilakukan pemesanan lagi sehingga otomotis juga menimbulkan
biaya tambahan.
d. Biaya Kapasitas Gudang ( Capacity Associated Cost )
Pekerjaan di gudang beraneka ragam sehingga terjadi biaya kesibukan gudang seperti:
1. Biaya lembur
2. Biaya pemecatan dan pemberitahuan karyawan gudang, dan lain-lain.

D. Jenis-Jenis Persediaan
Dalam praktiknya terdapat tiga jenis persediaan, khususnya untuk perusahaan
manufaktur, yaitu :
a. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk mengolah sebuah produk yang sifatnya
dapat diidentifikasi dan melekat pada produk. Jumlah persediaan bahan baku biasanya
dipengaruhi oleh :
1) Seberapa besar perkiraan produksi yang akan datang.
2) Bagaimana sifat musiman produksi.
3) Keandalan sumber pengadaan persediaan yang ada.
4) Tingkat efisiensi pertahapan operasi pembelian dan produksi.
5) Sifat dari bahan baku.
6) Harga bahan baku.
7) Kapasitas gudang atau tempat yang dimiliki dan pertimbangan lainnya.
b. Barang dalam Proses (barang ½ jadi)
Barang dalam proses merupakan bahan baku yang sudah diproses, sehingga menjadi barang
dalam proses atau dikenal juga dengan nama barang setengah jadi. Faktor-faktor yang
memengaruhi persediaan barang dalam proses adalah :
1) Ketersediaan bahan baku, artinya jika bahan baku tidak tersedia dengan kebutuhan
maka akan menghambat proses barang setengah jadi.
2) Jangka waktu masa produksi, yaitu waktu artinya waktu mulai dari memasukkan
bahan baku sampai menjadi barang jadi.
3) Perputaran persediaan, dalam hal ini untuk mempersingkat masa produksi dapat
dilakukan dengan cara:
 Memperbaiki teknik produksi, sehingga proses barang jadi menjadi lebih
cepat,
 Cara lainnya adalah membeli bukannya membuat barang setengah jadi.
c. Barang Jadi
Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah melalui tahap barang setengah jadi dan siap
untuk dijual kepasar atau ke konsumen. Ketersediaan barang jadi ditentukan bagian produksi
dan penjualan. Artinya perlu koordinasi antara tingkat produksi dengan tingkat penjualan.
Faktor-faktor yang memengaruhi barang jadi antara lain:
1) Tersedianya bahan dalam proses, artinya jika barang setengah jadi tersedia maka
proses untuk menyediakan barang jadi akan lebih mudah.
2) Kebutuhan barang di pasar, artinya jika permintaan barang di pasar meningkat maka
otomatis akan mempercepat membuat barang jadi agar tersedia di gudang.
Sementara itu untuk perusahaan dagang dan jasa biasanya hanya terdiri dari persediaan
barang jadi. Hanya saja item dari jenis barang jadi lebih banyak dari perusahaan manufaktur.

E. Klasifikasi Manajemen Persediaan (Inventory)


Ada beberapa macam klasifikasi inventori, menurut Dobler at al, ada beberapa klasifikasi
inventori yang digunakan oleh perusahaan, antara lain:
a. Inventori Produksi
Yang termasuk dalam klasifikasi invetori produksi adalah bahan baku dan bahan-
bahan lain yang digunakan dalam proses produksi dan merupakan bagian dari produk.
Bisa terdiri dari dua tipe yaitu item spesial yang dibuat khusus untuk spesifikasi
perusahaan dan item standart produksi yang dibeli secara off-the-self.
b. Inventori MRO (Maintaintenance, Repair, and Operating supplies)
Yang termasuk dalam katagori ini adalah barang-barang yang digunakan dalam proses
produksi namun tidak merupakan bagian dari produk. Seperti pelumas dan pembersih.
c. Inventori In-Process
Yang termasuk dalam katagori inventori ini adalah produk setengah jadi. Produk yang
termasuk dalam katagori inventori ini bisa ditemukan dalam berbagai proses produksi.
d. Inventori Finished-goods
Semua produk jadi yang siap untuk dipasarkan termasuk dalam katagori inventori
finished goods.
PT XYZ adalah sebuah swalayan yang menjual produk-produk yang siap untuk
dipakai. Tidak ada proses pengolahan yang ada disana, sehingga semua inventori yang
dimilikinya termasuk dalam katagori ini. Setelah diperhatikan definisi inventory diatas,
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan bahan baku adalah barang-
barang berwujud yang dimiliki dengan tujuan untuk diproses menjadi barang jadi.
Barang ini dihasilkan sendiri dan dibeli dari perusahaan lain yang merupakan produk
akhir dari perusahaan itu sendiri barang ini merupakan bahan utama dalam menghasilkan
produk akhir, persediaan barang penolong atau pembantu adalah bahan-bahan yang
diperlukan untuk menghasilkan produk akhir, api tidak secara langsung ikut serta dalam
hasil produk akhir. Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dibeli dan
dimiliki oleh perusahaan dagang untuk dijual kembali. Salah satu perlunya inventory
dilaksanakan dengan baik yaitu mengetahui secara pasti harga pokok dari barang-barang
dagangan yang terjual. Disamping itu untuk menjamin lancarnya arus lintas barang maka
perlu diadakan pencatatan terhadap segala penerimaan barang yang berasal dari
supplier,barang yang dipesan oleh langganan, barang yang terjual, barang yang
dikembalikan oleh langganan dan penyesuaian-penyesuaian (adjusment) terhadap
barang. Atas dasar pencatatan tersebut nantinya dapat diketahui antara lain barang mana
yang banyak tertimbun (over stock) barang mana yang harus dipesan kembali kepada
supplier karena persediannya sudah menipis, apabila terjadi pemesanan barang kepada
supplier, maka pemesanan ini perlu pula dicatat untuk mendapatkan informasi tentang
inventory yang lengkap, bila segala transaksi yang disebut 4 diatas tidak dicatat dengan
baik maka akan menemui kesulitan untuk mengetahui keadaan inventory secara pasti
pada suatu saat misalnya kesulitan untuk mengetahui berapa jumlah persedian barang
yang ada dan yang sudah dipasarkan serta jumlah barang yang sudah dipesan oleh
langganan (Quantity Committed) dan berapa jumlah barang yang dipesan kepada
supplier (Quantity Sold) dan informasi penting lainnya. Mengurangi inventori barang.
Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40% sedangkan biaya
penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.

F. ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)


Economic order quantity adalah tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya
menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Ini adalah salah satu model tertua penjadwalan
produksi klasik. Tujuan economic order quantity, adalah agar kuantitas Persediaan yang
dipesan dan total biaya persediaan dapat diminimumkan sepanjang periode perencanaan
produksi.
Hal-hal yang berkaitan dengan EOQ dan sangat perlu untuk diperhatikan adalah
masalah klasifikasi biaya. Pentingnya klasifikasi biaya akan memudahkan kita dalam
melakukan analisis, sehingga hasil yang akan diperoleh dapat diakui kebenarannya. Secara
umum klasifikasi biaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Biaya angkut/penyimpanan atau carrying cost (CC)
b. Biaya pemesanan atau ordering cost (OC)
c. Biaya total atau total cost (TC)

G. JUST IN TIME (JIT)


Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan
kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan
menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga
perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak
konsumen tepat waktu. Bila sistem ini berjalan baik jumlah barang yang disimpan digudang
akan sedikit, bahkan bisa tidak terdapat simpanan barang sama sekali di gudang.
Syarat sistem "Just in Time" bisa berjalan dengan baik:
1. Data yang ada harus lengkap dan akurat, data disini berupa: Jadwal permintaan
penyediaan barang dari customer, kapasitas produksi, kondisi mesin, waktu
penyediaan barang dari suplier. kesemua data tersebut nantinya dibutuhkan untuk
forecasting (perencanaan dan perhitungan kedepan).
2. Komunikasi dan koordinasi yang benar-benar baik dan tepat dengan suplier, agar
barang yang kita butuhkan, oleh suplier bisa disediakan dan diantarkan tepat sesuai
jadwal yang kita minta (sesuai kesepakatan).
Hal atau faktor yang biasanya menyebabkan sistem "Just in Time" tidak bisa berjalan baik:
1. Data dan informasi awal yang diberikan tidak akurat, contoh: jadwal permintaan
penyediaan barang oleh customer yang tidak sesuai, kondisi mesin yang menjadi
rusak, suplier yang tidak bisa memenuhi pesanan kita tepat sesuai jadwal.
2. Faktor kejutan/faktor yang tak terduga. Terkadang walaupun suplier bisa
menyediakan barang pesanan kita tepat sesuai jadwal tetapi saat pengantaran terdapat
kendala: factor cuaca, kondisi jalur lalu-lintas, kondisi kendaraan transportasi yang
bisa menjadi penyebab terhambatnya barang dari suplier datang tepat pada waktunya.
3. Pesanan dari customer yang mendadak dalam jumlah besar, yang tidak mungkin bisa
dipenuhi dilihat dari kedatangan barang dari suplier maupun dilihat dari kapasitas
produksi (sampai dengan jadi barang siap kirim).
Keuntungan sistem JIT:
1. Semakin sedikit barang yang disimpan pengelolaan barang di gudang menjadi
semakin mudah dan resiko terjadinya kerusakan barang juga menjadi kecil.
2. Sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola barang yang disimpan menjadi sedikit
(sumber daya manusia, maupun area gudang yang dibutuhkan).
3. Perputaran barang cepat otomatis perputaran modal juga cepat, semakin kecil modal
macet dalam bentuk barang disimpan di gudang.
Kelemahan sistem JIT:

1. Faktor kejutan/tak terduga yang memiliki dampak buruk, pengaruhnya besar sekali.
Sistem "Just in Time" ini memiliki resiko lebih besar.
2. Tidak bisa memenuhi permintaan mendadak dari customer dalam jumlah besar,
karena tidak adanya simpanan di gudang.

H. Just In Case (JIC)


Just In Case adalah sistem persediaan yang bertujuan untuk mengurangi resiko tidak
terpenuhinya permintaan customer maka persediaan barang yang akan diproses tidak boleh
kosong, jumlahnya tidak boleh kurang dari stok aman (safety stock) yang sudah dijadikan
patokan.
Keuntungan sistem JIC:
1. Resiko tidak bisa terpenuhinya permintaan customer kecil.
2. Efek nilai tukar mata uang ataupun efek perubahan harga dari suplier dampaknya
tidak sebesar pada sistem "Just in Time".
Kelemahan sistem JIC:
1. Lama penyimpanan secara langsung mempengaruhi kualitas barang.
2. Resiko terjadinya barang rusak (reject) lebih besar dibanding JIT.
3. Memerlukan sumber daya manusia dan area (gudang) yang lebih besar dalam
mengelola inventory.
Syarat sistem "Just in Case" bisa berjalan dengan baik:
1. Sama seperti pada sistem JIT, pada sistem "Just in Case" ini informasi dan akurasi
data memegang peranan sangat penting, bahkan lebih komplek. Selain jumlah barang
persediaan yang ada, harus pula diperhatikan daya tahan barang (kadaluarsa barang),
kondisi gudang.
2. Data tentang kapasitas barang yang bisa ditampung gudang harus lengkap.
Kesimpulan

Manajemen persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan. Merencanakan


jumlah persediaan untuk di simpan di gudang hingga melakukan pengontrolan terhadap
barang persediaan yang akan digunakan harus dapat di atur dengan baik sehingga tujuan
dapat tercapai. Salah satu alasan perusahaan agar memiliki persediaan adalah untuk
memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi


bisnis. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni: Persediaan tersebut merupakan
milik perusahan dam Persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen.

Pengendalian persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan karena jika


persediaan terlalu banyak maka biaya penyimpanan dan pemeliharaan pun akan meningkat
dan resiko kerusakan pun akan meningkat sehingga menyebabkan kualitas barang akan
menurun. Dan jika jumlah persediaan terlalu sedikit maka akan menyebabkan proses
produksi dapat terganggu dan pesanan tidak dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Zaki. 2009. Kuliah Manajemen Persediaan. http://kuliah-
manajemen.blogspot.co.id/2009/12/manajemen-persediaan.html)
Assauri, Sofyan. 1978. Management Produksi. Cetakan Pertama. Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Manullang, M. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi Offset.
Munandar, M. 1979. Pokok-Pokok Intermediate Accounting. Cetakan Ketiga. Yogyakarta :
BPFE.
Shinnekosroom. 2016. Just In Time Just In case.
http://shinnekosroom.blogspot.co.id/2016/09/just-in-time-just-in-case.html)
https://www.academia.edu/16384587/Inventory_Management
MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

MANAJEMEN BIAYA

Oleh kelompok 7 :

1. Angela Merici Jiung (1633121005)


2. Ni Luh Juniantari (1633121015)
3. Ni Kadek Yuni Darmayanthi (1633121016)
4. Ni Komang Rini Handayani (1633121043)
5. Putu Septriari Parwiti Astra (1633121048)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2018

Anda mungkin juga menyukai