Anda di halaman 1dari 6

2.

2 Akuntansi Persediaan

Akuntansi persediaan adalah sistem informasi yang mengakui, mengukur dan mencatat serta
melaporkan nilai transaksi persediaan secara sistematis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan. Atau bisa disimpulkan secara singkat bahwa, Akuntansi persediaan adalah penilaian barang
persediaan yang belum dijual oleh entitas kepada pelanggannya.

Persediaan dapat mencakup barang, bahan baku, dan produk lain yang dibeli, diproduksi, dan disimpan
oleh entitas untuk dijual kepada pelanggannya. Barang-barang dalam persediaan adalah bagian dari aset
entitas. Dalam laporan neracanya, entitas memasukkan persediaan sebagai aset lancar pada harga yang
dibelinya. Setelah menjual inventaris, entitas akan menghapus entri biayanya dari akun inventaris dan
membuat entri di akun harga pokok penjualan dan pendapatan produk.

Kemampuan entitas menghasilkan keuntungan terkait erat dengan persediaannya. Oleh karena itu,
perlu untuk memantau dan menjaganya agar tetap seimbang. Jika ada terlalu banyak persediaan, itu
bisa mempengaruhi arus kas. Entitas juga dapat dikenakan biaya tambahan karena biaya penyimpanan
dan asuransi penyimpanan.

Jika persediaan tidak disimpan di suatu tempat, mungkin ada biaya transportasi yang terlibat juga.
Selanjutnya, jika barang menjadi usang, mengalami kerusakan, dicuri, kehilangan permintaan pelanggan
atau turun nilainya karena tindakan pesaing, entitas dapat mengalami kerugian finansial. Namun, jika
entitas memiliki persediaan terlalu sedikit, mereka tidak akan memiliki cukup barang untuk memenuhi
permintaan pelanggan dan akibatnya dapat kehilangan penjualan dan pelanggan.

Sistem akuntansi persediaan memiliki tujuan untuk mencatat setiap mutasi dan setiap jenis persediaan
yang dimiliki dan disimpan oleh perusahaan. Sistem ini berhubungan dengan penjualan dan retur
penjualan, serta pembelian dan retur pembelian. Tujuan akuntansi persediaan, yaitu :

 Menyajikan informasi tentang persediaan mulai dari pengakuan persediaan sampai proses
penerimaan dengan prosedur yang baku.
 Memberikan informasi persediaan yang tersedia dan perhitungan tingkat pengendalian
persediaan.
 Sebagai pengendalian persediaan sehingga bisa dilakukan perhitungan persediaan secara
ekonomis.

2.3 Persediaan

Persediaan merupakan barang atau bahan yang disimpan dan akan digunakan pada saat tertentu dan
dengan tujuan tertentu. Misalnya untuk proses produksi, untuk dijual kembali atau sebagai cadangan
dari peralatan yang digunakan.
Menurut Schroeder (1995:4) persediaan atau inventory adalah stok bahan yang digunakan untuk
memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan.
Menurut Rangkuti (2004:1) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-
barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Menurut Warren (2005;452) menyatakan “Persediaan (inventory) digunakan untuk mengindikasikan (1)
barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam bisnis perusahaan dan (2) bahan yang
digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”

Berdasarkan definisi yang dikemukaan para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan
merupakan simpanan barang yang digunakan untuk memenuhi permintaan para konsumen.

Istilah “persediaan” didefinisikan dalam PSAK NO 14:

1. Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


2. Dalam proses produksi untuk dijual
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu asset yang diklasifikasikan sebagai persediaan
bergantung pada bisnis atau usaha yang dijalankan oleh suatu entitas. Bagi perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan atau perusahaan dagang mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang
(merchandise inventory), persediaan disini merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan dengan
tujuan untuk dijual kembali dalam usaha normalnya tanpa melalui perubahan bentuk dan kualitas.

Sedangkan bagi perusahaan jasa persediaannya berupa biaya jasa yang belum diakui pendapatannya.
Sesuai PSAK 14 (revisi 2008) biaya persediaan meliputi biaya tenaga kerja dan biaya personalia yang
secara langsung menangani pemberian jasa. Namun biaya yang berkaitan dengan personalia penjualan
dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan, tetapi diakui sebagai beban pada
periode terjadinya.
Lain halnya dengan perusahaan manufaktur, pada jenis perusahaan ini persediaan diartikan sebagai
barang yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses kembali menjadi barang jadi atau barang setengah
jadi yang kemungkinan menjadi bahan baku bagi perusahaan lain. Tergantung usaha utama yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut.

Biaya Persediaan
Biaya persediaan menurut PSAK NO. 14 revisi (2014) adalah biaya yang harus meliputi semua
biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition). Biaya
persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Menurut Handoko (1999:336), dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi
besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan :
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying costs)
Artinya adalah biaya persediaan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Yang termasuk biaya penyimpanan diantaranya adalah :
a) Biaya fasilitas (termasuk biaya penerangan, pendingin ruangan)
b) Biaya asuransi persediaan
c) Biaya pajak persediaan
d) Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan dan lain sebagainya
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs)
Biaya-biaya ini termasuk didalam biaya yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pemrosesan pesanan dan ekspedisi
b) Biaya telepon
c) Pengeluaran surat menyurat
d) Biaya pengepakan dan penimbangan
e) Biaya pengiriman ke gudang dan lain sebagainya
3. Biaya penyiapan / manufacturing (setup cost)
Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri (didalam pabrik)
perusahaan, perusahaan tersebut menghadapi biaya penyiapan (setup cost) untuk
memproduksi komponen tertentu. Adapun didalam biaya-biaya ini terdiri dari seperti
berikut:
a) Biaya mesin-mesin menganggur
b) Biaya penyiapan tenaga kerja langsung
c) Biaya penjadwalan
d) Biaya ekspedisi dan lain sebagainya
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)
Maksudnya adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya
permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Kehilangan penjualan
b) Kehilangan pelanggan
c) Biaya pemesanan khusus
d) Biaya ekspedisi
e) Selisih harga
f) Terganggunya operasi
g) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan lain sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sangat sulit untuk diukur dalam praktik, hal tersebut terutama
dikarenakan bahwa kenyataannya biaya ini sering merupakan Opportunity Cost yang sulit
diperkirakan secara objektif.

Klasifikasi Persediaan
Klasifikasi persediaan antara satu entitas dengan entitas lain dapat berbeda-beda. Entitas
perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaan grosir mencatat persediaan sebagai
persediaan barang dagang (merchandise inventory).Persediaan barang dagang ini merupakan
barang yang dibeli oleh perusahaan perdagangan untuk dijual kembali dalam usaha
normalnya(Martani, 2012:246).
Secara umum persediaan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:
1) Persediaan bahan baku (Raw Material inventory) adalah persediaan bahan yang digunakan
perusahaan sebagai langkah awal proses produksi.
2) Persediaan barang dalam penyelesaian (Work in process inventory) adalah persediaan
barang setengah jadi atau barang yang masih dalam proses menuju barang jadi.
3) Persediaan barang jadi (Finished goods inventory) adalah persediaan barang jadi yang siap
untuk dijual.

Tujuan dan Jenis-jenis Persediaan


Tujuan adanya persediaan adalah untuk memisahkan operasi-operasi perusahaan yaitu
membuat fungsi setiap unit bisnis, sehingga penundaan atau penghentian pada satu bidang
tidak mempengaruhi produksi dan penjualan produk jadi. Karena penghentian produk
mengakibatkan kenaikan biaya dan penurunan persediaan dapat menghambat penjualan
kepada pelanggan.
Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda.
Adapun menurut Handoko (1999:334) berdasarkan bentuk fisiknya, persediaan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
1) Persediaan bahan mentah (raw material), adalah persediaan barang berwujud, seperti besi,
kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi.
2) Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/ componen), adalah persediaan
barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3) Persediaan bahan pembantu atau penolong (indirect material), adalah persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
4) Persediaan dalam proses (work in process), adalah persediaan barang-barang yang
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi
suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5) Persediaan barang jadi (finished goods), adalah persediaan barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Menurut Herjanto (2008: 77) persediaan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu :
1) Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya
fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi
kesalahan/penyimpangan dalam perkiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman
barang.
2) Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat
diramalkan pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak
mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga
kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya
produksi.
3) Lot-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar
daripada kebutuhan saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari
harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk
mendapatkan penghematan dari biaya pengakutan per unit yang lebih rendah.
4) Pipeline inventory, merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal
ke tempat dimana barang tersebut akan digunakan. Msalnya, barang yang dikirim dari
pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu.

Fungsi Persediaan
Menurut Tampubolon (2004:190) yang mengatakan bahwa mengefektifkan sistem persediaan
bahan, efisiensi operasional perusahaan dapat ditingkatkan melalui fungsi persediaan dengan
mengefektifkan :
1) Fungsi Decuopling
Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan mengadakan
pengelompokan operasional secara terpisah-pisah.
2) Fungsi Economic Size
Penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas
pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi, serta
didukung kapasitas gudang yang memadai.
3) Fungsi Antisipasi
Merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan jika sampai
terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok. Tujuan utama adalah untuk
menjaga proses konversi agar tetap berjalan lancar.
Menurut pendapat dari Muslich (2009:391) yang mengatakan bahwa persediaan barang
mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan. Dari berbagai macam barang yang ada
seperti bahan, barang dalam proses dan barang jadi, perusahaan menyimpannya karena
berbagai alasan, dan alasan tersebut adalah :
1) Penyimpanan barang diperlukan agar perusahaan dapat memenuhi pesanan pembeli dalam
waktu yang cepat. Jika perusahaan tidak memiliki persediaan barang dan tidak dapat
memenuhi pesanan pembeli pada saat yang tepat, maka kemungkinannya pembeli akan
berpindah ke perusahaan lain.
2) Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh, kecuali pada saat musim
panen tiba.
3) Untuk menekan harga pokok per unit barang dengan menekan biaya-biaya produksi per
unit.

Anda mungkin juga menyukai