Anda di halaman 1dari 8

Rangkuman Materi Kuliah 05

Kelompok G

“Penilaian Persediaan : Pendekatan Biaya”


Disusun Oleh :
Bagas Arya Satya Dinata (23013010276)
Muhammad Raditya Imawan (23013010025)
Fransisca Fitriani N N (23013010293)
Revieta Safa Salsabilla (23013010240)

Dosen Pengampu:
Sofie Yunida Putri, S.E., M.Ak.

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2024
A. Klasifikasi Persediaan

Persediaan adalah pos – pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat
barang yang akan dijual. Biaya yang dibebankan ke barang dan bahan baku yang ada di
tangan tetapi belum dialihkan ke produksi dilaporkan sebagai persediaan bahan baku.
Persediaan mencakup unsur – unsur sebagai berikut:

a. Barang dagangan yaitu barang yang dibeli oleh perusahaan dari pihak lain dalam
kondisi sudah siap untuk dijual tanpa melakukan pemrosesan lebih lanjut.

b. Bahan baku adalah barang – barang yang dibeli oleh perusahaan dalam keadaan harus
dikembangkan / diproses lebih lanjut yang akan menjadi bagian utama dari barang jadi.

c. Bahan pembantu adalah barang – barang yang dibeli oleh perusahaan dalam rangka
mendukung proses produksi sampai menjadi barang jadi.

d. Barang dalam proses adalah bahan yang sudah dimasukkan dalam suatu proses
produksi tetapi belum selesai diolah, sehingga baru menyerap sebagian biaya bahan,
biaya tenaga kerja, dan biaya pabrik.

e. Barang jadi adalah produk selesai yang dihasilkan dari suatu pengolahan produk dan
telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja serta biaya pabrik secara menyeluruh.

B. Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah usaha – usaha yang dilakukan oleh suatu


perusahaan termasuk keputusan – keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan
untuk keperluan proses produksi cepat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil
mungkin. Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena
menyebabkan tingginya beban – beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama
penyimpanan di gudang. Begitu pun juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock)
dapat menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman
sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan
lari ke perusahaan lain.

Pada dasarnya pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu kelancaran


proses produksi, melayani kebutuhan perusahaan akan bahan – bahan atau barang jadi dari
waktu ke waktu. Pengendalian persediaan memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan bahan – bahan sehingga
menyebabkan terhenti atau terganggunya proses produksi

b. Menjaga agar keadaan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya –
biaya yang timbul dari persediaan tidak besar pula.

c. Pengendalian persediaan diperlukan apabila biaya untuk mencari barang / bahan


pengganti , biaya kehabisan barang, atau biaya relatif.

Fungsi utama dalam pengendalian persediaan adalah menyimpan untuk melayani


kebutuhan perusahaan akan bahan mentah atau barang jadi dari waktu ke waktu. Fungsi
tersebut diatas ditentukan oleh berbagai kondisi seperti:

a. Apabila jangka waktu pengiriman bahan mentah relatif lama maka perusahaan perlu
persediaan bahan mentah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama
jangka waktu pengiriman.

b. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar dari yang dibutuhkan

c. Apabila permintaan barang hanya sifat musiman sedangkan tingkat produksi setiap
saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan
membuat tingkat persediaannya mengikuti fluktuasi permintaan.

d. Selain untuk memenuhi permintaan langganan, persediaan juga diperlukan apabila


biaya untuk mencari barang / bahan pengganti, biaya kehabisan bahan, atau biaya relatif.

Pengendalian meliputi langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk memperbesar


kemungkinan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan dan juga
untuk memastikan bahwa seluruh bagian organisasi berfungsi sebagai tujuan organisasi.
Pengedalian internal persediaan bersifat:

a. Pencegahan (preventif), pengendalian pencegahan dirancang untuk mencegah


kesalahan atau kekeliruan pencatatan.

b. Detektif, ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan yang terjadi.

c. Meningkatkan efisiensi dengan melaksanakan kebijakan dan prosedur untuk


melakukan peningkatan yang mungkin dicapai.
Perusahaan harus selalu memonitor tingkat persediaan secara seksama untuk
membatasi biaya pembiayaan akibat banyaknya timbunan persediaan. Perusahaan
menggunakan salah satu dari dua jenis sistem agar pencatatan persediaan tetap akurat sistem
perpetual dan periodik.

Sistem Perpetual

Sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system) secara terus – menerus


melacak perubahan akun persediaan. Yaitu, semua pembelian dan penjualan (pengeluaran)
barang dicatat secara langsung ke akun Persediaan pada saat terjadi. Karakteristik dari
sistem persediaan perpetual yaitu:

• Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk
produksi didebet ke Persediaan dan bukan ke Pembelian.

• Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon
pembelian didebet ke Persediaan dan bukan ke akun terpisah.

• Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun.
Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit Persediaan.

• Persediaan merupakan akun pengendali yang di dukung oleh buku besar


pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu
memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di
tangan.

Sistem Periodik

Sistem persediaan periodik (periodic inventory system), merupakan kuantitas


persediaan di tangan ditentukan , seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik.
Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun
pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya
persediaan di tangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia
untuk dijual selama periode berjalan.
Masalah Mendasar Dalam Menilai Persediaan
Biaya barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan adalah jumlah dari biaya barang
yang ada di tangan awal periode dan biaya barang yang dibeli atau diproduksi selama
periode berjalan. Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara biaya barang yang
tersedia untuk dijual selama periode berjalan dan biaya barang yang ada di tangan pada akhir
periode. Penilaian persediaan bisa menjadi proses kompleks yang memerlukan penentuan
atas:

1. Barang fisik yang dimasukkan dalam persediaan

• Barang dalam Perjalanan

Akuntansi pada barang ini tergantung pada siapa yang memiliki barang. Jika barang
dikirimkan atas dasar f.o.b shipping point, makan hak kepemilikan berpindah ke pembeli
ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkut, yang bertindak
sebagai pembeli. Jika barang dikirimkan atas dasar f.o.b destination, maka hak
kepemilikan belum berpindah sampai pembeli menerima barang dari perusahaan
pengangkut.

• Barang konsinyasi

Persediaan yang telah di konsinyasikan ditunjukkan sebagai pos terpisah, tetapi kecuali
jumlahnya besar, hal ini tidak diperlukan. Kadang kala persediaan yang telah
dikonsinyasikan dilaporkan dalam catatan atas atas laporan keuangan. Pihak – pihak yang
terlibat dalam penjualan konsinyasi:

a. Pengamat (consignor) adalah pihak pemilik barang, sedangkan transaksi


pengiriman barang dari pemilik ke pihak komisioner disebut barang konsinyasi.

b. Komisioner (consignee) yaitu pihak penerima barang dari pemilik barang,


sedangkan transaksi penerimaan barang dari pemilik ke pisah komisioner disebut
barang komisi.

• Perjanjian Penjualan Khusus

Tiga situasi penjualan khusus yang di dapatkan di dunia praktik, yaitu penjualan dengan
perjanjian beli kembali, penjualan dengan tingkat retur yang tinggi, penjualan cicilan.

• Pengaruh kesalahan persediaan


Pengaruh kesalahan persediaan, biasanya terjadi dengan dua kasus salah saji persediaan
akhir dan salah saji pembelian dan persediaan.

Biaya-Biaya Yang Harus Dimasukkan Dalam Persediaan


Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan
berapa jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun. Pembelian (akuisisi) persediaan,
seperti aktiva lain, umumnya diperhitungkan atas dasar biaya.

• Biaya Produk

Biaya produk (product costs) adalah biaya-biaya yang “melekat” pada


persediaan dan dicatat dalam akun persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan langsung
dengan transfer barang ke lokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke
kondisi yang siap dijual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang
yang dibeli, biaya pembelian langsung lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi
lainnya yang dikeluarkan dalam memroses barang ketika dijual.

• Biaya Periode

Biaya periode (period costs) merupakan biaya-biaya yang terkait secara tidak
langsung dengan akuisisi atau produksi barang. Biaya-biaya periode seperti beban
penjualan (selling expenses) dan dalam kondisi yang biasa, beban umum serta
administrasi (general and administrative expenses) tidak dianggap sebagai bagian dari
biaya persediaan.

Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapan persediaan agar siap dijual
biasanya di bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk pendekatan ini
adalah bahwa biaya bunga merupakan biaya pembiayaan.

• Biaya manufaktur
Sebuah bisnis yang membuat barang mengunakan persediaan bahan baku,barang
dalam proses, dan barang jadi. Barang dalam proses dan brang jadi meliputi bahan,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur
meliputi bahan tidak langsung,tenaga kerja tidak langsung dan pos-pos seperti
penyusutan , pajak,asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses
manufaktur.
• Perlakuan atas Diskon Pembelian
Pemakaian akun Diskon Pembelian (purchase discount) dalam sistem
persediaan periodik menunjukkan bahwa perusahaan melaporkan pembelian dan utang
usaha pada jumlah kotor. Jika perusahaan menggunakan metode kotor, maka diskon
pembelian dilaporkan sebagai pengurang dari akun pembelian di laporan laba-rugi.

Asumsi Arus Biaya Apa Yang Harus Dipakai?


Selama setiap periode fiskal tertentu, besar kemungkinan suatu barang akan dibeli
dengan beberapa harga berbeda. Jika persediaan akan dinilai pada biaya perolehan dan
beberapa pembelian telah dilakukan dengan biaya per unit yang berbeda,harga mana yang
harus digunakan? Secara konseptual, identifikasi khusus atas pos-pos yang terjual dan pos-pos
yang belum terjual terlihat optimal, tetapi cara ini seringkali tidak hanya mahal tetapi juga tidak
mungkin untuk diterapkan. Sebagai akibatnya, beberapa asumsi arus biaya (cost flow
asumption) yang bersifat sistematis dapat digunakan.

Sebetulnya, arus fisik barang aktual dan asumsi arus biaya seringkali sangat berbeda.
Tidak ada keharusan bahwa asumsi arus biaya yang dipakai terus konsisten dengan pergerakan
fisik barang. Tujuan utama dari pemilihan asumsi arus biaya adalah untuk memilih asumsi yang
paling mencerminkan laba periodik, sesuai kondisi yang berlaku.

Identifikasi Khusus

Identifikasi khusus (specific identification) digunakan dengan cara


mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan.
Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam harga pokok penjualan,
sementara biaya barang-barang khusus yang masih berada di tangan dimasukkan pada
persediaan. Metode ini hanya bisa digunakan dalam kondisi yang memungkinkan
perusahaan memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan secara fisik.
Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah kecil
item berharga tinggi dan dapat dibedakan. Dalam industri ritel hal ini meliputi beberapa
jenis perhiasan, jas bulu, mobil dan sejumlah furnitur. Dalam area manufaktur, meliputi
produk pesanan khusus dan banyak produk yang diproduksi menurut job cost system.

Biaya Rata-rata

Seperti tersirat dalam namanya, metode biaya rata-rata (average cost method)
menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata
barang yang sama yang tersedia selama suatu periode. Metode biaya rata-rata yang lain
adalah metode rata-rata bergerak (moving average method) yang digunakan dalam
system persediaan perpetual.

First-In, First-Out (FIFO)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan)


sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa
barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam perusahaan
manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Karena itu, persediaan yang tersisa
merupakan barang yang dibeli paling terakhir.

Kelebihan Kekurangan

Nilai persediaan disajikan secara relevan Pajak yang dihasilkan menjadi lebih
di Laporan Posisi Keuangan besar

Menghasilkan laba yang lebih besar Laba yang dihasilkan kurang akurat

Last-In, First-Out (LIFO)

Metode LIFO menandingkan (matches) biaya dari barang-barang yang paling


akhir dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan periodic,
maka akan diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan
selama suatu bulan berasal dari pembelian paling akhir.

Kelebihan Kekurangan

Metode ini lebih rumit, biaya


Bisa menghemat pajak ketika inflasi pembukuan menjadi lebih mahal

Laba rugi yang dihasilkan lebih rendah

Anda mungkin juga menyukai