Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN UMUM MANAJEMEN PERSEDIAAN

1.1 Pengertian Manajemen Persediaan


Manajemen Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau
perakitan, untuk dijual kembali atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.
Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi,
ataupun suku cadang.

1.2 Konsep Manajemen Persediaan


Bisa dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun
sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum
persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk
keperluan yang lain. Begitu pentingnya persediaan ini sehingga para akuntan
memasukkannya dalam neraca sebagai salah satu pos aktiva lancar.
Persediaan juga sebagai salah satu aset penting dalam perusahaan, karena biasanya
mempunyai nilai yang cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya
operasi perencanaan dan pengendalian, persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang
mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan.
Setiap bagian dalam perusahaan dapat memandang persediaan dari berbagai sisi yang
berbeda. Sebagai contoh bagian pemasaran misalnya, menghendaki tingkat persediaan yang
tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin. Demikian juga bagian
produksi, menghendaki tingkat persediaan yang besar untuk mencegah terhentinya produksi
karena kekurangan bahan. Di pihak lain, bagian keuangan memilih untuk persediaan yang
serendah mungkin agar dapat memperkecil investasi dalam persediaan dan biaya
pergudangan.

1.3 Tantangan Manajemen Persediaan


Manajemen persediaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan
pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk
menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Sistem ini
menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu
yang tepat.
Mengendalikan persedian yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar,
meningkatnya biaya penyimpana, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, jika
persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan karena
seringkali bahan atau barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang
dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan
hilangnya pelanggan.

BAB II
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN
2.1 Konsep Manajemen Persediaan
Sebagaimana keputusan manajemen operasi lainnya, kebijaksanaan yang paling
efektif ialah dengan mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan dalam
perusahaan. Pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani
kebutuhan bahan atau barang dengan tepat dan dengan biaya yang rendah.
Menurut blog yang ditulis oleh Khairil Anwar tentang Manajemen persediaan dalam
memenuhi kebutuhan perusahaan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
a. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan
perusahaan.
b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan rusak sehingga harus dikembalikan.
c. Menghilangkan risiko terhadap risiko kenaikan harga atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak
akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasar.
e. Mendapat keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.

2.1.1 Jenis-Jenis Persediaan


Adapun jenis-jenis persediaan yang tergantung pada karateristik perusahaan itu
sendiri yaitu apakah perusahaan dagang atau perusahaan industri atapun perusahaan jasa.
Menurut Freddy Rangkuti (2004 : 14) dalam buku Manajemen Persediaan Aplikasi
di Bidang Bisnis menjelaskan bahwa persediaan dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Persediaan Bahan mentah (Raw Materials)
Yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain
yang di gunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchases Part/Components)
Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperolehdari
perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Perusahaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies)


Yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Proccess)
Yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap dalam proses
produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut
menjadi barang jadi.
5. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods)
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan sip
untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2.1.2 Fungsi-Fungsi Persediaan


Persediaan yang dimiliki perusahaan bertujuan untuk menjaga kelancaran usaha. Bagi
perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi
permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan industri, persediaan bahan baku dan barang
dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang
jadi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Menurut Zulian Yamit (2003:6), ada empat faktor yang dijadikan fungsi dari
persediaan, yaitu:
1. Faktor Waktu
Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada
komsumen.
2. Faktor Ketidakpastian waktu Datang dari Supplier
Menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi
maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
3. Faktor Ketidakpastian Penggunaan dari Dalam Perusahaan
Disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan
operasi, bahan cacat dan berbagai aspek lainnya.
4. Faktor Ekonomis
Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam
memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.

Menurut Freddy Rangkuti (2007:15), Persediaan mempunyai fungsi :


1. Fungsi Decoupling
Yaitu persediaan yang memungkinkan suatu organisasi dapat memenuhi permintaan
langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan diadakan agar organisasi tidak akan
sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan mempertibangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian, biaya
pengakutan per unit menjadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena organisasi melakukan
pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul
karena besarnya persediaan (biaya sewa gedung, investasi, resiko).
3. Fungsi Antisipasi
Yaitu persediaan untuk menghadapi flukuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan atau data masa lalu, yaitu permintaan musiman.

2.2 Tantangan Manajemen Persediaan


Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba
rugi. Dalam neraca perusahaan dagang, persediaan merupakan nilai yang paling signifikan
dalam aset lancar. Sedangkan dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting untuk
menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu.
Terdapat dua macam sistem pencatatan persediaan, yaitu :
a. Sistem Persediaan Periodik
Di dalam sistem periodik ini, jika terjadi penjualan maka hanya revenue (pendapatan) saja
yang dilakukan pencatatan dan persediaan barang dagang dihitung pada akhir periode.
b. Sistem Persediaan Perpetual
Selain mencatat revenue (pendapatan), mutasi persediaan akan dicatat sehingga setiap saat
jumlah persediaan yang ada dapat dilihat.

2.2.1 Metode Penilaian Persediaan


Penilaian persediaan bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang dipakai, dijual
atau persediaan yang tersisa dalam suatu periode. Persediaan merupakan pos yang sangat
berarti dalam aktiva lancar. Hal ini menyebabkan metode penilaian persediaan merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan.
Menurut Eddy Harjanto (2008, h263) terdapat dua metode yang digunakan untuk
dalam menilai persediaan, yaitu :
a. First In First Out (FIFO)
Adalah suatu metode akunting untuk menilai persediaan dengan asumsi bahwa barang-barang
yang dibeli lebih dahulu selama suatu periode akunting digunakan lebih dahulu pula. Dapat
disimpulkan, First In First Out (FIFO) yang pertama masuk menjadi yang pertama keluar.
b. Last In First Out (LIFO)
Adalah suatu metode akunting untuk menilai persediaan dengan asumsi bahwa barang-barang
yang terakhir masuk selama suatu periode akunting digunakan lebih dahulu. Dapat
disimpulkan, Last In First Out (LIFO) yang terakhir masuk menjadi yang pertama keluar.
2.2.2 Pengukuran Persediaan
Persediaan ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
bisnis, untuk itu persediaan haruslah diukur untuk melihat realisasi dari persediaan mana
yang pantas atau tidak untuk dijual. Pengukuran persediaan menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia (2004:14.2) melalui Pernyataan Standar Akuntansi No.14 dalam buku Standar
Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut:
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang
lebih rendah (the lower of cost and net realizable valve).
Dari pengertian pengukuran persediaan diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran
persediaan harus diukur dari biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang pantas atau tidak
untuk dijual.

2.2.3 Perputaran Persediaan


Dalam persediaan yang diadakan dalam suatu perusahaan, haruslah diadakannya
perputaran persediaan untuk menanggulangi persediaan-persediaan yang tidak terpakai.
Pengertian perputaran persediaan menurut Michell Suharli (2006:303) dalam buku
akuntansi untuk bisnis dan jasa mengungkapkan bahwa: Perputaran persediaan (Inventory
Turnover) menentukan berapa kali persediaan (inventory) terjual atau digantikan dengan
persediaan yang baru selama satu tahun, dan memberikan beberapa pengukuran mengenai
likuiditas dan kemampuan suatu perusahaan untuk mengkonversikan barang persediaannya
menjadi uang secara tepat. Sedangkan menurut Susan Irawati (2006:56) dalam buku yang
berjudul Manajemen keuangan menyatakan bahwa: Perputaran persediaan (Inventory
Turnover) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kemampuan dana suatu
perusahaan yang tertanam dalam persediaan (Inventory) yang berputar dalam suatu periode
tertentu, atau likuiditas dari inventory dan perkiraan untuk adanya overstock.
Menentukan pesanan persediaan ialah dengan menentukan berapa banyak jumlah
persediaan yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Untuk itu
diperlukan metode EOQ (Economic Order Quantily) agar dapat menentukan kualitas
persediaan yang ekonomis. Menurut Carter, William K (2009,h.314) Kuantitas Pemesanan
Ekonomis (Economic Order Quantily - EOQ) adalah jumlah persediaan yang di pesan pada
suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan perputaran persediaan menggantikan
persediaan yang sudah usang digantikan dengan persediaan yang baru ataupun
menggantikannya dengan uang. Turnover menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang
dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan digantikan).
Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan
dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turnover dari persediaan tersebut.
Adapun cara perhitungan dari perputaran persediaan material adalah sebagai berikut:

Inventory=Penjualan BersihPersediaan Rata-rata


Inventory=Penjualan BersihPersediaan Rata-rata
Inventory = penjualan bersih : Persediaan rata-rata
Inventory=Penjualan BersihPersediaan Rata-rata

Hasil perhitungan dari perputaran persediaan bertujuan untuk mengetahui


kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu.
2.2.4 Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Untuk memesan suatu barang sampai barang itu datang, diperlukan jangka waktu
yang bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan.
Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan
istilah waktu tenggang (Lead Time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok berbeda. Maka dari itu
safety stock sangat diperlukan.
Besarnya persediaan pengamanan dapat dihitung sebagai berikut:

Z = SS : Q / SS = Z.Q

Keterangan:
Z = Safety Factor
SS = Persediaan pengaman
Q = Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang
2.2.5 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Menurut Heizer, Jay dan Barry Render (2010, h.98) Tingkat pemesanan kembali
(Reorder Point / ROP) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada suatu
saat dimana pemesanan harus diadakan kembali.
Cara menghitung titik pemesanan kembali (Reorder Point / ROP):

Anda mungkin juga menyukai