INVENTORY MANAJEMENT
Kelas E2 / Akuntansi
Semester VI
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
persediaan yaitu besarnya jumlah investasi (bahan baku) yang tepat dan waktu pemesanan
yang tepat.
Manajemen persediaan dianggap vital untuk memberikan informasi yang berguna
bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan, maka akan
mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh.
Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang
dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan mengalami penurunan. Begitu juga
dengan lamanya persediaan yang tersimpan di gudang akan mempengaruhi besar/kecilnya
biaya. Segala kemungkinan dapat terjadi diantarnaya kerusakan yang mengakibatkan
kerugian dan hingga persediaan yang kadaluarsa sehingga tidak dapat dijual.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa manajemen persediaan sangat
penting artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih
mengetahui dan memahami bagaimana teori-teori manajemen persediaan diapliasikan
secara benar dalam suatu perusahaan agar membawa manfaat yang baik dalam pencapaian
laba yang diinginkan. Oleh sebab itu penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai
manajemen persediaan melalui sebuah studi pustaka yang dituangkan dalam makalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1) Perusahaan dagang (merchandise inventory) hanya ada persediaan barang
dagangan (finished goods).
2) Perusahaan industri (manufacturing) memiliki persediaan yang terdiri atas:
a) Persediaan bahan baku (raw materials), yaitu persediaan yang
diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari para supplier dan
atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk diproses/dirubah menjadi
barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produksi akhir dari
perusahaan.
b) Barang dalam proses (work in process), yaitu keseluruhan barang yang
digunakan dalam proses produksi, tetapi masih membutuhkan proses
lebih lanjut untuk menjadi barang yang siap dijual (barang jadi).
c) Barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual.
d) Barang pembantu (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
e) Persediaan suku cadang (purchased/components parts), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirait
menjadi suatu produk.
5
3. Fungsi Antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan musiman
(seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan
untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock).
6
2.5 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan bahan baku dan barang hasil
produksi dengan efektif dan efisien.
Semakin tidak efisien pengendalian persediaan, semakin besar tingkat
persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahan. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan dua aspek yaitu keluwesan dan tingkat persediaan dalam
mengendalikan persediaan.
Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian
untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan waktu yang tepat
melakukan pesanan untuk menambah persediaan dan berapa besar pesanan yang
harus diadakan.
Assauri (2000) mengemukakan bawa pengawasan persediaan bahan baku
bertujuan untuk:
1) Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat
mengakibatkan terhentinya proses produksi
2) Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang
ditimbulkan tidak menjadi lebih besar pula.
3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena
mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi.
Pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan dan menjamin
tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.
7
Computerized inventory control system adalah sistem pengendalian
persediaan dengan menggunakan komputer untuk menentukan titik
pemesanan ulang dan untuk mengatur keseimbangan persediaan.
4) Just-in-time system
Just-in-time system adalah sistem pengendalian persediaan yang produsen
mengkoordinasikan produksinya dengan pemasok sehingga bahan baku dan
komponen-komponen lain tiba dari pemasok tepat pada saat dibutuhkan
dalam proses produksi. Sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah untuk
meminimumkan biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk
mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua
pertanyaan mendasar sebagai berikut:
1) Kapan melakukan pemesanan?
2) Berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan melakukan pemesanan kembali?
8
adanya under investment mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena
kekurangan raw material perusahaan tidak akan bekerja dengan full-capacity, sehingga
capital asset dan direct labor tidak dapat diberdayakan dengan seoptimal mungkin. Hal ini
tentunya menyebabkan tingkat profitabilitas tidak maksimal.
Semakin tinggi turnover persediaan suatu perusahaan, berarti semakin cepat
perputaran persediaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah turnover persediaan, berarti
semakin lambat perputaran persediaan tersebut.
Model-model Tingkat Persediaan Optimal
A) Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety stock atau disebut juga persediaan besi (iron stock) bermakna persediaan
minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjaga kontinuitas perusahaan.
Untuk menentukan persediaan pengaman ini dipergunakan alanilisis statistic dengan
melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangn yang sudah terjadi antara
perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya sehingga dapat diketahui
besarnya standar dari penyimpangan tersebut. Manajemen perusahaan akan
menentukan seberapa jauh penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut agar
dapat ditolelir. Jika persediaan pengaman terlalu banyak akan mengakibatkan
perusahaan menanggung biaya penyimpanan terlalu mahal. Oleh keran itu,
perusahaan harus dapat menentukan besarnya safety stock secara tepat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya safety stock adalah :
9
klasifikasi ABC merupakan konsep untuk mengendalikan persediaan, yang mana
persediaan barang yang mahal memerlukan pengendalian yang lebih ketat
dibandingkan dengan persediaan yang murah. Pada umumnya, perusahaan
memiliki jenis persediaan yang sangat beragam ditinjau dari harga
maupunkontribusinya terhadap penjualan. Oleh karena itu,
penerapan suatu metode manajemen persediaan terntentu perlu disesuaikan
dengan jenis persediaannya. Agar manajemen persediaan dapat dilakukan
dengan tepat, persediaan tersebut perlu dikelompokkan berdasarkan harga dan
kontribusinya terhadap penjualan. Salah satu cara untuk mengelompokkan
persediaan dikenal dengan nama klasifikasi ABC.
Prinsip manajemen persediaan menerapkan klasifikasi ABC adalah semua
persediaan harus bias dimasukkan ke dalam salah satu kelompok persediaan, yaitu:
a) Kelompok A, merupakan persediaan yang harga per satuannya tinggi dan
kontribusi terhadap penjualan juga tinggi.
b) Kelompok B, merupakan persediaan yang harganya lebih rendah dari
kelompok A dan kontribusi terhadap penjualan sedang.
10
C) Mengelola Persediaan dengan Menggunakan Turunan Permintaan
Model ini digunakan untuk mengelola persediaan yang menggunakan
turunan permintaan, artinya permintaan untuk jenis persediaan tergantung pada
kebutuhan akan jenis persediaan lainnya.
Sebagai contoh : permintaan produk jadi tergantung pada permintaan
pelanggan, program pemasaran dan faktor lain yang mempengaruhi penjualan.
Sehingga permintaan persedian bahan mentah akan ditentukan oleh jumlah
produk jadi yang direncanakan (sangat erat kaitannya antara sales dan inventory).
Terkait
dengan masalah ini, maka perlu dibahas mengetai Material Requirement Planning
(MRP) dan Just in Time (JIT).
a) MRP
Adalah seperangkat prosedur yang digunakan untuk menentukan tingkat
persediaan untuk permintaan yang tergantung jenis persediaannya seperti
raw material atau work in process. Ide dasarnya adalah ketika tingkat
persediaan barang jadi ditentukan maka dapat ditentukan berapa tingkat
persediaan barang setengah jadi yang harus disediakan juga agar
kebutuhan barang jadi dapat terpenuhi. Dari sini dapat pula ditentukan
berapa persediaan bahan mentah yang harus dimiliki perusahaan.
b) JIT
Sering disebut kanban sistem adalah pendekatan modern untuk
mengelola persediaan yang dipengaruhi besarnya permintaan barang
jadi yang dapat meminimumkan persediaan perusahaan. Hasil dari JIT
adalah bahwa persediaan akan dipesan secara periodic dan lebih sering
Pendekatan JIT dipelopori oleh Toyota di Jepang. Toyota menjaga
persediaan suku cadang seminimum mungkin dengan hanya memesan
persediaan sesuai kebutuhan. Maka pengiriman suku cadang ke pabrik
dilakukan sepanjang hari dengan interval sependek 1 jam. Toyota
mampu sukses beroperasi dengan persediaan yang rendah
semacam itu karena Toyota telah menentapkan rencana untuk menjami
pemogokan, kemacetan lalu lintas, atau bahaya lain yang tidak akan
menghentikan aliran suku cadang dan menghambat produksi. Banyak
perusahaan di Amerika Serikat belajar dari contoh Toyota. Tiga puluh
tahun yang lalu Ford selalu memutar persediaannya sebanyak 5 kali
11
dalam setahun, sekarang mereka memutarnya lebih dari 20 kali.
Perusahaan juga menemukan bahwa mereka dapat mengurangi
persediaan barang jadi mereka dengan memproduksi barang sesuai
dengan pesanan. Misalnya, Dell Computer menemukan bahwa mereka
tidak perlu sejumlah stok barang jadi. Pelanggannya dapat
menggunakan internet untuk menentukan fitur apa yang mereka
inginkan untuk personal computer (PC) mereka. Komputer kemudian
dirangkai sesuai dengan pesanan dan dikirimkan kepada pelanggan.
Tujuan dasar metode JIT adalah untuk menghasilkan atau
menerima item yang diminta pada saat dibutuhkan atau tepat waktu,
atau dengan perkataan lain mengurangi persediaan yang menghasilkan
kualitas produk dan flesibilitas yang berkesinambungan. Oleh karena
itu, dalam sistem JIT semua jenis persediaan akan dikurangi sampai
batas minimum (jika memungkinkan sampai pada titik tidak ada
persediaan sama sekali), namun walaupun persediaan barang atau
bahan tidak dapat dikurangi sampai titik nol, harus dilakukan secara
ketat, sehingga persediaan dapat diminimalkan seminimal mungkin.
Hasil pengurangan biaya persediaan merupakan hasil paling nyata dari
sistem JIT, sehingga memberikan hasil perbaikan dalam produktivitas,
kualitas produk, dan fleksibilitas.
Proses produksi yang menggunakan pengawasan persediaan JIT
idealnya adalah:
a) Membutuhkan sistem informasi perediaan dan produksi
yang tepat.
b) Pembelian dengan efisiensi tinggi.
c) Pemasok yang dapat diandalkan.
d) Sistem pengelolaan yang efisien.
Perbedaan EOQ dengan JIT terletak pada jumlah persediaan yang
paling minimal yang harus disediakan. Dalam sistem JIT persediaan
akan dikurangi sampai titik minimum yang mendekati nol. Disamping
itu, dalam sistem JIT tidak dibenarkan biaya pemesanan yang bersifat
tetap. Mereka yang mendukung pendekatan JIT berpendapat bahwa
persediaan yang banyak tidak akan memecahkan masalah, tetapi hanya
menyamarkan atau menutupi masalah. Kebanyakan dari pengentian
12
produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan : kegagalan mesin,
kerusakan bahan, dan ketidaksertaan bahan baku, sehingga memiliki
persediaan merupakan salah satu solusi tradisional atas semua maslah
tersebut. Namun, JIT dapat memecahkan ketiga masalah tersebut
dengan menekankan pada pemeliharaan total dan pengendalian mutu
total serta membina hubungan baik dengan pemasok.
13
c) Karena itu, perlu dicari jumlah yang membuat biaya persediaan terkecil.
Biaya persediaan adalah biaya persediaan ditambah biaya pesanan.
Sudana (2011) mengemukakan bahwa dalam model EOQ biaya persediaan
yang dipertimbangkan adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya
penyimpanan persediaan sama dengan biaya pemesanan persediaan. Total biaya
persediaan sama dengan total biaya penyimpanan persediaan ditambah dengan
total biaya pemesanan persediaan.
Total biaya persediaan (TC) = CP (Q/2)+F(S/Q)
TC = C x P(Q/2) + FSQ
Jika persamaan tersebut dideferensial terhadap Q dan hasilnya sama
dengan nol, maka akan diperileh Q yang optimal, yaitu jumlah pesanan
dengantotal biaya yang minimal atau dikenal dengan EOQ.
EOQ adalah model yang meminimumkan Total Inventory Cost (TIC) atau total
biaya persediaan dan untuk menyederhanakan perhitungan persediaan atau pesanan
barang yang optimal. Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan tersebut,
dalam model EOQ diperlukan asumsi. Asumsi dari model EOQ ini adalah:
1) Biaya yang relevan untuk perhitungan adalah ordering cost dan carrying
cost.
2) Pesanan untuk mengganti persediaan barang yang dijual selalu dating pada
awal bulan.
3) Untuk sementara stock out tidak diperbolehkan.
4) Permintaan barang dapat diketahui dengan tingkat pemakaian atau
pengeluaran tetap.
Berdasarkan asumsi tersebut, masalah biaya atas persediaan barang akan
ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan, biaya
pemeliharaaan dan biaya penyimpanannya. Banyaknya barang yang dipesan
antara satu pesanan dengan pesanan lain akan sama, dan ditentukan oleh model.
Sedangkan pemakaian atau permintaan barang yang bersifat tetap, menyebabkan
pola tingkat persediaan menyerupai gigi gergaji.
Perilaku ordering cost dan carrying cost ini dapat digambarkan dalam grafik
sebagai berikut:
14
Besarnya carrying cost adalah rata-rata tingkat persediaan barang
dikalikan dengan biaya pemeliharaan dan penyimpanan per unit barang dalam
setahun. Sedangkan besarnya ordering cost per tahun adalah pesanan dalam
setahun dikalikan dengan biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang. Sehingga
total biaya persediaan barang pertahun adalah jumlah dari carrying cost dan
ordering cost.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan. Merencanakan
jumlah persediaan untuk di simpan di gudang hingga melakukan pengontrolan terhadap
barang persediaan yang akan digunakan harus dapat di atur dengan baik sehingga tujuan
dapat tercapai. Salah satu alasan perusahaan agar memiliki persediaan adalah untuk
memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi
bisnis. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni: Persediaan tersebut
merupakan milik perusahan dam Persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen.
Pengendalian persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan karena jika
persediaan terlalu banyak maka biaya penyimpanan dan pemeliharaan pun akan meningkat
dan resiko kerusakan pun akan meningkat sehingga menyebabkan kualitas barang akan
menurun. Dan jika jumlah persediaan terlalu sedikit maka akan menyebabkan proses
produksi dapat terganggu dan pesanan tidak daapat terpenuhi.
Untuk mengendalikanv tingkat persediaan sampai pada tingkat optimal, dapat
digunakan berbagai model diantaranya : Persediaan Pengaman (Safety Stock), Metode
ABC, Just In Time, Metode EOQ (Economic Order Quantity), dan Reorder Point (ROP).
16
DAFTAR PUSTAKA
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
_______. 2007. Strategi Promosi Yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated
Marketing Communciation, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
17