Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan di era globalisasi ini, manusia didorong untuk semakin

berinovatif dalam menjalankan usaha. Persaingan yang semakin ketat membuat

seseorang harus lebih teliti dalam memanfaatkan peluang usaha dengan tujuan

untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan

adalah pengendalian Persediaan yang optimal agar dapat mengefisiensi biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam penyimpanan bahan baku. Namun, dalam

prosesnya perusahaan akan dihadapkan dengan situasi mengenai keputusan

pengendalian persediaan.

Pengendalian merupakan upaya dari manejemen untuk mencapai tujuan

yang telah di rencanakan. Pengendalian dalam perusahaan sangat penting karena

akan mempengaruhi kelancaran operasional yang secara tidak langsung juga

berpengaruh terhadap keberhasilan dari perusahaan tersebut. Menurut Ahyari

(2002:52) sistem pengendalian dalam kegiatan produksi adalah pengendalian

proses produksi, pengendalian persediaan bahan baku, pengendalian tenaga kerja,

pengendalian biaya produksi, pengendalian kualitas serta pemeliharaan.

Salah satu pengendalian yang penting adalah pengendalian persediaan

bahan baku karena persediaan ini merupakan unsur paling aktif dalam operasi

perusahaan yang secara terus menerus diubah, diperoleh yang kemudian dijual

kembali. Selain itu perusahaan akan dihadapkan dengan resiko apabila tidak dapat

memenuhi kebutuhan persediaan dengan baik.


1.2 Tujuan

Adapun Tujuan dari dibuatnya makalah pengendalian persediaan dan

konvensional (EOQ POQ) adalagh sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat memahami mengenai materi pengendalian persediaan

dan konvensional (EOQ POQ).

2. Mahasiswa patat menegtahui mperbedaan antara metode Economic Order

Quantity (EOQ) dan metode Period Order Quantity (POQ).

3. Mahasiswadapat menyelesaikan masalah dan menganalisa mengenai metode

Economic Order Quantity (EOQ) dan metode Period Order Quantity (POQ).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian persediaan

Menurut Sutrisno (2001:95) persediaan adalah sejumlah barang atau bahan

yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bertujuan untuk di jual maupun diolah

kembali. Persediaan menurut Prawirosentono (2007:65) adalah suatu

kekayaan lancar yang terdapat dalam suatu perusahaan yang berbentuk bahan

mentah (bahan baku/raw materials), barang setengah jadi (work in proses) dan

barang jadi (fhinished goods).

Setiap perusahaan memiliki persediaanya masing masing, tentu berbeda

antara perusahaan satu dengan yang lain. mulai dari pengelolaan maupun

jenisnya. Persediaan memiliki tiga bentuk utama yaitu persediaan bahan mentah,

persediaan bahan dalam proses dan persediaan barang jadi (Syamsuddin,

2007:281). Persediaan merupakan salah satu asset yang sangat mahal dari suatu

perusahaan atau biasanya sekitar 40% dari total investasi (Detiana, 2011:185).

2.2 Fungsi persediaan

Persediaan yang digunakan setiap perusahaan berbeda-beda, tergantung

dari jenis usaha yang digelutinya. Seperti perusahaan yang bergerak dibidang food

and beverage persediaanya berbeda dengan perusahaan yang bergerak dibidang

jasa. Jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut.

Jenis persediaan berdasarkan fungsinya dibagi menjadi tiga yaitu:


a. Batch atau Lot SizeStock

Yaitu persediaan yang ada karena melakukan pembelian atau membuat

bahan- bahan atau barang-barang dalam jumlah lebih besar dari pada jumlah yang

dibutuhkan pada saat itu.

b. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan

konsumen yang tidak dapat diramalkan.

c. Anticipation Stock

Adalah persediaan yang di gunakan untuk menghadapi permintaan yang

tidak diramalkan, berdasarkan pola musiman dalam satu tahun dan untuk

menghadapi penggunaan, penjualan atau permintaan yang meningkat.

d. Fungsi Decoupling.

Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Dalam hal ini, perusahaan

menyediakan bahan mentah sendiri sehingga tidak tergantung sepenuhnya pada

supplier.

e. Fungsi Economic Lot Sizing.

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau

potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan

sebagainya, karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih

besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karenanya besarnya persediaan

(biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).

f. Fungsi Antisipasi.

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat


diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau datadata masa lalu, yaitu

permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan

musiman (seasional inventories). Di samping itu, perusahaan juga sering

menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-

barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan memerlukan

persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock/inventories).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan

Menurut Riyanto (2001:74) besar kecilnya persediaan di pengaruhi oleh:

 Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap

gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat jalanya

proses produksi.

 Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang

direncanakan itu sendiri sangat tergantung pada volume sales yang

direncanakan.

 Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk

mendapatkan biaya pembelian yang minimal.

 Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di

waktu yang akan datang.

 Peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.

 Harga pembelian bahan mentah.

 Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang.

 Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.


2.4 Cara menentukan jumlah persediaan

Penetapan jumlah persediaan antara satu perusahaan dengan perusahaan

lain belum tentu sama, tergantu jenis usaha dan situasi yang dihadapi perusahaan

tersebut, tetapi pada dasarnya tujuannya tetap sama. Besar kecilnya persediaan

perusahaan dapat dilihat dari kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Kebijakan

ini merupakan kebijakan membuat persediaan tambahan untuk menjaga

kemungkinan kekurangan bahan. Kebijakan besi akan dipengaruhi oleh faktor

pemakaian atau penjualan bahan dan waktu (Slamet, 2007:158).

2.5 Pengendalian Persediaan

Sedangkan yang dimaksud pengendalian persediaan menurut Handoko

(2000:333) merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan

fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva

lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan,

menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai

opportunity cost (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih

menguntungkan). Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan

yang cukup, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan.

Dari pengertian diatas pengendalian persediaan merupakan kegiatan

mengontrol dan mengawasi dalam segala bentuk aktivitas perusahaan mengenai

persediaan,sehingga perusahaan tidak mengalami kekurangan atau kelebihan

bahan baku. Pengawasan menurut Slamet (2007:157) merupakan kegiatan untuk

menentukan tingkat dan komposisi dari pada persediaan alat-alat, bahan baku, dan

barang hasil produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran proses


produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan

dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu sasaran pengawasan persediaan adalah

untuk menciptakan dan memelihara keseimbangan antara kelancaran operasi

perusahaan dengan biaya pengadaan persediaan tersebut.

2.6 Pengendalian Bahan Baku

Pengendalian persediaan bahan baku merupakan tindakan yang sangat

penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang

diharuskan, serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali

(Rangkuti, 2007:19). Dalam pengendalian bahan baku tidak hanya terbatas pada

penentuan tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan

pengawasanya mengenai pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan

jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta biaya yang seminimal mungkin.

Menurut Rangkuti (2007:3) pengendalian bahan baku penting karena

bahan baku merupakan unsur paling aktif dalam operasi perusahaan secara terus

menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali. Apabila pengendalian

bahan baku ini dapat diatasi oleh perusahaan maka resiko jika perusahaan tidak

mampu memenuhi keinginan konsumen dapat dihindari atau diminimalisir.

2.7 Economic Order Quantity (EOQ)

Metode economic order quantity yaitu jumlah pemesanan yang ekonomis .

economic order quantity merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang dimiliki

jumlah ordering cost dan carriying cost per tahun yang paling minimal (Assauri,

1998:236)
Menurut Handoko (2000:339) Economic Order Quantity adalah metode

untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya

penyimpanan dan biaya pemesanan. Metode ini dapat digunakan baik untuk

barang-barang yang diproduksi sendiri maupun barang dibeli dari supplier.

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2010:92) economic order quantity

merupakan sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari

pemesanan dan penyimpanan.

Metode EOQ atau pembelian bahan baku yang optimal sesuai yang dapat

diartikan diartikan sebagai kuantitas bahan baku dan suku cadangnya yang dapat

diperoleh melalui pembelian jumlah pembelian dengan mengeluarkan biaya

minimal tetapi tidak berakibat pada kekurangan dan kelebihan bahan baku dan

suku cadangnya. Kesimpulanya metode economic order quantity merupakan

metode yang digunakan untuk meminimalkan biaya pemesanan maupun

penyimpanan guna untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Untuk mendapatkan besarnya pembelian yang optimal setiap kali pesan

dengan biaya minimal sesuai dengan paparan Slamet (2007:70) dapat ditentukaN

dengan Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP). Perhitungan

Economic Order Quantity (EOQ) dapat diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan :

R = kuantitas yang diperlukan selama periode tertentu

S = biaya pemesanan setiap kali pesan disebut dengan ordering cost/setup cost

P = harga bahan per unit


I = biaya penyimpanan bahan baku digudang yang dinyatakan dalam persentase

dari nilai persediaan rata-rata dalam satuan mata uang yang disebut dengan

carrying cost atau storage cost atau holding cost.

PxI = besarnya biaya penyimpanan bahan baku per unit

Berdasarkan paparan dari Handoko (2000:340) perhitungan EOQ dapat

dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S = Biaya pemesanan per pesanan

D = Pemakaian bahan periode waktu

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun.

 Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan

1. Biaya Pemesanan setiap kali pesan (S)

2. Biaya penyimpanan persatuan pelumas (H)

H =

 Perhitungan Total Inventory Cost (TIC)

a. Pembelian (Q)

b. Total Biaya Persediaan (TIC)

Total Biaya = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

= +
 Perhitungan Total Inventory Cost (TIC) dengan metode Economic

Order Quantity (EOQ)

a. Pembelian yang ekonomis

Q* =

b. Frekuensi Pelumas

F =

c. Total Biaya Persediaan

TIC = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

= +

 Penentuan Persediaan Pengaman (Safety Stock)

a. AVG Demand =

b. STD Demand = 0,25 x AVG Demand

c. STD Leadtime = 0,25 x Leadtime

d. Safety Stock = Z

 Titik Pemesanan kembali ( Re Order Point/ ROP)

ROP = Safety Stock + (Lead Time x Kebutuhan Per Hari)

 Jumlah Pemesanan kembali ( Re Order Quantity/ ROQ)

ROQ = ( 2 x ROP ) – Safety Stock


2.8 Period Order Quantity (POQ)

Menurut Hansa, A. P. A., (2015) Period Order Quantity (POQ) merupakan

pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai

pada periode bersifat permintaan diskrit atau beragam. Teknik ini dilandasi oleh

metode EOQ, dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan

ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan

untuk interval periode pemesanannya dalam satu periode. Model ini dapat

diterapkan ketika persediaan secara terus menerus mengalir atau terbentuk

sepanjang suatu periode waktu setelah dilakukan pemesanan.

POQ (Periodic Order Quantity) digunakan untuk menentukan jumlah

periode permintaan, dimana POQ menggunakan logika yang sama dengan EOQ,

tetapi POQ mengubah jumlah pesanan menjadi jumlah periode pemesanan.

Hasilnya adalah interval pemesanan tetap atau jumlah interval pemesanan tetap

dengan bilangan bulat (integer). Henmaldi (dalam Fitri dan Sindikia, 2014:670)

mengemukakan ‘Perhitungan POQ mengambil dari dasar perhitungan pada

metode pesanan ekonomis, nantinya akan diperoleh jumlah besarnya jumlah

pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanan.

POQ menghitung interval pemesanan yang optimal dengan menggunakan

data bulan sebelumnya, serta dalam satu bulan diasumsikan menjadi 4 minggu.

Dalam perhitungannya, dapat diketahui kuantitas pemesanan yang ekonomis

dengan satuan serta interval pemesanan tetap atau jumlah interval pemesanan

tetap dengan bilangan bulat, rumus POQ dapat dilihat dibawah ini:
Keterangan:

D : Jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)

S : Biaya pemesanan (rupiah/unit)

h : Biaya penyimpanan % terhadap nilai barang

C : Harga barang (rupiah/unit)

H : h x C Biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun.


BAB III

STUDY KASUS

Dari pemaparan materi diatas mengenai pengendalian persediaan dan

konvensional maka kita dapt menyelesaikan studi kasis mengenai pengendalian

persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ da POQ. Studikasus

yang diambil berasal dari jurnal dengan judul “Optimasi Pengendalian Persediaan

Bahan Baku Di Pt. Bromindo Mekar Mitra” dimana jurnal tersebut membahas

mengenai PT. Bromindo Mekar Mitra yang merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak dalam bidang jasa penjualan Fire Safety Security, pengendalian

persediaan bahan baku yang ada pada PT. Bromindo Mekar Mitra yang dilakukan

belum maksimal, dimana proses persediaan bahan baku di perusahaan berkurang

karena stock yang ada di gudang berkurang maka perusahaan tidak bisa produksi,

sehingga banyak terlambatnya pengiriman barang ke konsumen. Pemakaian

terbanyak adalah produk fire alarm system dan sprinkler fire system. Pada

penelitian ini akan menentukan ukuran pemesanan, frekuensi pemesanan dan

biaya total persediaan dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order

Quantity) dan POQ (Period Order Quantity), menentukan persediaan pengaman

(Safety Stock), menentukan persediaan maksimum (Maximum Inventory). Hasil

dari penelitian ini untuk produk fire alarm system ukuran pemesanan sebesar 231

unit, frekuensi pemesanan sebanyak 98 kali dengan biaya total Rp.

1.089.616.214,-, persediaan pengaman sebesar 266 unit dan persediaan

maksimum sebesar 497 unit. untuk produk sprinkler fire system ukuran

pemesanan sebesar 216 unit, frekuensi pemesanan sebanyak 92 kali dengan biaya
total Rp. 1.018.861.686,-, persediaan pengaman sebesar 135 unit dan persediaan

maksimum sebesar 351 unit.

Serta pada jurnal kedua yang berjudul “Analisis Manajemen Persediaan

Dengan Metode Eoq Pada Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Kain Di PT. New

Suburtex”. Yang membahas mengenai PT. New Suburtex merupakan perusahaan

yang bergerak dalam bidang industri yaitu memproduksi kain printing. Dalam

melakukan kegiatan produksinya sangat berkaitan dengan persediaan bahan baku

yang merupakan komponen penting yang harus tersedia untuk kelancaran proses

produksi. Bahan baku yang digunakan adalah kain. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengendalian persediaan bahan baku PT. New Suburtex yang akan

dibandingkan dengan pengendalian persediaan bahan baku menggunakan metode

EOQ. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan membandingkan

kebijakan pengelolaan persediaan bahan baku yang sekarang berlaku

diperusahaan dengan metode EOQ dalam pengadaan bahan baku, maka dapat

diperoleh kesimpulan bahwa dengan mengguanakan metode EOQ hasilnya lebih

efisien. Hal ini dapat dilihat dengan jumlah pembelian rata-rata sebesar 94770,4

meter setiap kali pesan dengan jumlah pemesanan 12 kali dalam setahun dan

biaya persediaannya sebesar Rp 7.876.464,1, sedangkan bila mengguanakan

metode EOQ jumlah pemesanannya sebesar 396103 meter dengan jumlah

pemesanan 3 kali dalam setahun. Dengan jumlah biaya yang dikeluarkan adalah

Rp 3.564.927,2.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan

persediaan bahan baku, metode EOQ memberikan saran kepada perusahaan untuk

menyediakan persediaan pengaman sebesar 162151,1 meter dan melakukan


pemesanan bahan kembali saat bahan baku berjumlah 26535,6 meter. Dengan

Metode EOQ ini dapat menghindari terjadinya keterlambatan penyediaan bahan

baku, karena penyediaan bahan baku dapat dipastikan konstan dan sesuai lead

time. Maka untuk mencapai tujuan penelitian, perusahaan sebaiknya

menggunakan metode EOQ.


DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. 1994. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi II. Edisi 4.


BPFE UGM. Yogyakarta.
Anonim. 2017. “Manajemen dan Ilmu Bisnis”. (http://manajemendanilmubisnis.
blogspot.com/2017/11/poq-model-dan-eoq-model.html). Diakses pada
tanggal 20 Februari 2020 pukul 18.00 WIB

Arman Hakim, Nasution. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi


Pertama, Guna Widya, Surabaya.
Yuzar, Muhammad Iqbal. 2019. “Economic Order Quantity” (https://jojonomic.
com/blog/economic-order-quantity/). Diakses pada tanggal 20 Februari
2020 pukul 18.10 WIB
TUGAS SISTEM PRODUKSI
PENGENDALIAN PERSEDIAAN & KONVENSIONAL (ECONOMIC
ORDER QUANTITY (EOQ) & PERIOD ORDER QUANTITY (POQ))

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Reka Nur Aini (17032010011)

2. Vania Amanda M. (17032010017)

3. Alif Fuji W. (17032010021)

4. Riska Tia W. (17032010029)

5. M. Aldi Irawan (17032010067)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2020

Anda mungkin juga menyukai