Anda di halaman 1dari 13

BAB V

PERAMALAN & PERSEDIAAN


(FORECASTING & INVENTORY)

5.1 Definisi Persediaan bahan baku


Menurut Sofjan Assauri (2004: 171) yakni : ”persediaan bahan baku
merupakan persediaan dari barang – barang berwujud yang digunakan dalam
proses produksi, dapat diperoleh dari sumber–sumber alam ataupun dibeli dari
supplier atau dari perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan
pabrik yang menggunakannya”.
Pengertian persediaan bahan baku menurut Handoko (2000:234), merupakan
sumber daya organisasi yang disimpan yang berupa bahan mentah dan berwujud
seperti baja, kayu dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses
produksi.

5.2 Metode Pengendalian Persediaan


Biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan sehubungan dengan pengadaan
persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan pesanan
menurut Chase Aquilano dalam bukunya Management Production, (2000: 314)
membagi dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Holding costs (carrying costs) atau biaya penyimpanan
yaitu biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya penyimpanan
persediaan. Besarnya biaya ini berubah-ubah adakalanya berubah-ubah
disebabkan kegiatan pada perusahaan yang dapat disesuaikan dengan besar
kecilnya persediaan yang disimpan. Penentuan besarnya biaya ini didasarkan
kepada presentase nilai rupiah dari persediaan, yang termasuk dalam biaya ini
adalah biaya perdagangan (biaya sewa gudang atau biaya penyimpanan), biaya
fasilitas pergudangan, biaya pemeliharaan (manitenance), biaya asuransi kerugian
atas pencurian, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya penyusutan serta biaya
pajak yang dianggap pengeluaran.
2. Production changer cost (setup costs)
yaitu biaya-biaya yang timbul karena terjadinya penambahan, pengurangan
fasilitas produksi sebagai akibat persediaan yang ada tidak sesuai dengan
kebutuhan produksi dan penjualan pada suatu saat yang termasuk dalam
production change costs seperti biaya lembur, biaya pemberhentian, biaya
pelatihan/training serta biaya pengangguran. Umumnya biaya-biaya pengadaan
persediaan ini sulit ditentukan jumlahnya untuk satu periode produksi sehingga
dimasukkan ke dalam setup costs.
3. Ordering costs
Yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya pemesanan
bahan baku hingga sampai ke dalam gudang perusahaan. Biaya ini besarnya
tergantung pada frekuensi pemesanan, yang termasuk dalam biaya ini adalah
biaya administrasi, biaya pembelian dan pemesanan biaya pengangkutan dan
bongkar muat biaya penerimaan serta biaya pemeriksaan.
4. Shortage costs
Yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari jumlah persediaan yang
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhan untuk proses produksi
sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Dalam
keadaan demikian akan melakukan pemesanan mendadak yang mengandung
banyak resiko seperti kerusakan bahan sehingga harus dikirim kembali enggan
mengeluarkan biaya tambahan.
Kebijaksanaan permintaan pengadaan bahan baku material merupakan
bagian dari kepentingan beberapa manager dalam suatu perusahaan. Manajemen
investasi atau persediaan tidak hanya berhubungan dengan manager pembelian
melainkan juga berhubungan dengan manager keuangan
Manager pembelian cenderung untuk berorientasi pada pembelian dalam
jumlah yang besar untuk memperoleh discount atau potongan dari supplier.
Begitu pula manager produksi ingin mempertahankan jumlah persediaan yang
besar untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sedangkan manager financial,
mempertahankan pembelian dalam jumlah yang kecil demi efisiensi penggunaan
dana.
Untuk lebih jelasnya pengertian Economic Order Quantity oleh Sofyan
Assauri, Management Production, (1998: 176) menyatakan bahwa dalam
menentukan kebutuhan untuk menghasilkan sejumlah barang jadi yang
direncanakan untuk suatu periode tertentu.
Pengendalian bahan baku merupakan bagian dari pada kepentingan
beberapa manager dalam suatu perusahaan. Hal ini penting untuk menjaga agar
tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan karena dapat memenuhi para langganan atau konsumen.
Demikian pada terlalu banyaknya persediaan walaupun hal ini mempunyai
kebaikan terhadap kelancaran proses produksi, akan tetapi menimbulkan biaya
penyimpanan yang terlalu besar dan dapat menimbulkan kerugian karena
kemungkinan kerusakan persediaan yang berlebihan tersebut.
Aktiva keseluruhan dan kekurangan inilah diperlukan yaitu tersedianya
jumlah persediaan yang ekonomis. Hal ini dapat terlaksanan bila dalam
melakukan sistem pemesanan yang ekonomis disebut “Economic Order
Quantity”, dalam menghitung economic order quantity ini dipertimbangkan 2
(dua) jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu :
1. Biaya pemesanan
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan frekuensi
pemesanan. Semakin tinggi frekuensi pemesanan semakin tinggi pula biayanya,
sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah/kuantitas setiap kali
pesanan berarti akan semakin rendah tingkat frekuensi pemesanan.
2. Biaya penyimpanan
Yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan
bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan
baku yang dipesan. Makin besar bahan baku yang dipesan akan semakin besar
pula biaya penyimpanannya dengan biaya pemesanan.
5.3 Fungsi Persediaan
Beberapa fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuti dalam
bukunya,adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Fluctuation
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau
potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah, dan lain
sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan `pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya
persediaan (biaya sewa gudang,investasi, resiko, dan lain sebagainya).
c. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu,
yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan
persediaan musiman(seasonal inventories). Di samping itu, perusahaan juga sering
menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman dan permintaan barang-barang
selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra
yang disebut persediaan pengaman (safety stock).

5.4 Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku


 Perkiraan pemakaiaan bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, terlebih dahulu
manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan
baku untuk keperluan proseproduksi dalam peruahaan. Dengan memperkirakan
pemakaian bahan baku, maka manajemen perusahaan akan mempunyai gambaran
tentang pemakaian bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi baik dalam hal
jenis maupun jumlah bahan baku.
 Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang akan dipergunakan didalam perusahaan akan
menjadi factor penentu besarnya dana yang harus disediakan oleh perusahaan
dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku. Semakin tinggi harga bahan
baku yang dipergunakan oleh perusahaan, maka semakin besar pula dana untuk
pengadaan bahan baku.
 Biaya-biaya persediaan
Dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku, perusahaan akan
menanggung biaya-biaya persediaan. Biaya-biaya persediaan tersebut meliputi
biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
 Kebijakan Pembelanjaan
Kebijakan Pembelanjaan dalam perusahaan akan mempengaruhi
kebijaksanaan pembelian dalam perusahaan, dalam hal ini termasuk
penyelenggaraan persediaan bahan baku. Seberapa besar dana yang dapat
dipergunakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku akan dipengaruhi oleh
kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan perusahaan.
 Pemakaian Bahan.
Pemakaian bahan baku dari perusahaan dalam tahun-tahun sebelumnya
untuk keperluan produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam penyelenggaraan bahan baku. Hubungan antara perkiraan
pemakaian bahan baku dengan pemakaian bahan baku sesungguhnya harus
dianalisis secara baik, sehingga akan membantu penyelenggara persediaan bahan
baku dalam perusahaan.
 Waktu Tunggu (Load Time)
Waktu Tunggu merupakan tenggang waktu antara saat pemesanan bahan
baku dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. Waktu tunggu akan
berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku pada saat pemesanan
bahan baku sampai dengan datangnya bahan baku. Apabila pemesanan bahan
baku yang akan dipergunakan tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka
kemungkinan akan terjadi kekurangan bahan baku yang akan menghambat proses
produksi.
 Model Pembelian Bahan (Method)
Model pembelian bahan yang dipergunakan oleh perusahaan akan
menentukan besar kecilnya persediaan bahan baku yang diselenggarakan
perusahaan. Model pembelian bahan yang berbeda akan dapat menghasilkan
jumlah pembelian optimal yang berbeda pula.
 Persediaan Pengaman (Safetystock)
Dengan tersedianya persediaan pengaman, maka proses produksi didalam
perusahaan akan dapat berjalan dengan lancer tanpa adanya gangguan kehabisan
bahan baku. Persediaan pengaman akan diselenggarakan dalam suatu jumlah
tertentu yang tetap dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
 Pembelian Kembali (ReOrderPoint)
Perusahaan akan mengadakan pembelian kembali terhadap bahan baku
secara berkala dalam menjalankan operasi perusahaan. Pembelian kembali ini
akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan, sehingga
akan mendatangkan bahan baku yang tepat pada waktunya.

5.5 Jenis Jenis persediaan


Jenis-jenis persediaan jika ditinjau dari segi fisiknya terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu: (baca juga: pengelolaan kas kecil)
 Persediaan bahan mentah
Persediaan bahan mentah adalah persediaan bahan yang masih belum
memuat elemen-elemen biaya didalam bahan tersebut. misal pada pabrik furniture
maka bahan mentahnya masih kayu gelondongan, belum ada penanganan lebih
lanjut yang dapat diposting menjadi biaya perusahaan. (baca juga : metode
pencatatan kas kecil)
 Persediaan komponen-komponen rakitan
Persediaan komponen-komponen rakitan ini sangat mudah dijumpai di
industri elektronik dan otomotif. Setiap pabrik elektronik atau otomotif pasti
memiliki pabrik perakitannya sendiri. Dalam sebuah pabrik perakitan tersebut ada
bermacam-macam persediaan komponen-komponen rakitan. Seperti contohnya
dalam sebuah pabrik laptop maka hard disk merupakan persediaan komponen-
komponen rakitan yang siap dirakit menjadi laptop. (baca juga: prosedur
pengelolaan dana kas kecil)
 Persediaan bahan pembantu atau persediaan bahan penolong
Persediaan bahan penolong ini merupakan katalisator dari produksi bahan
tersebut. jadi bahan tersebut bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi
namun bahan tersebut sangat diperlukan dalam produksi. (baca juga: sistem
pencatatan kas kecil)
Sponsors Link
 Persediaan dalam proses
Persediaan dalam proses atau biasa disebut persediaan setengah jadi
merupakan persediaan yang merupakan keluaran dari tiap-tiap proses, namun
masih belum sempurna dan masih harus dilakukan pengolahan lagi. (baca juga:
unsur-unsur laporan keuangan)
 Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah tidak memerlukan
pengolahan lagi. Tinggal di pasarkan dan siap dijual, yang berarti bahan semua
unsur biaya produksi sudah melekat di barang tersebut. (baca juga: pencatatan
transaksi keuangan)

5.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik peramalan


Peramalan sebenarnya merupakan upaya untuk memperkecil risiko yang
timbul akibat pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan produksi. Semakin
besar upaya yang dikeluarkan tentu risiko yang didapat dihindari semakin besar
pula. Namun upaya memperkecil risiko tersebut dibatasi oleh biaya yang
dikeluarkan akibat mengupayakan hal tersebut. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan tersebut adalah:
a. Horizon Peramalan
Ada dua aspek dari horizon waktu yang berhubungan dengan masing-
masing metode peramalan yaitu:
1. Cakupan waktu di masa yang akan datangUntuk mana perbedaan dari
metode peramalan yang digunakan sebaiknya disesuaikan.
2. Jumlah periode untuk mana ramalan diinginkanBeberapa teknik dan
metode hanya dapat disesuaikan untuk ramalan satu atau dua periose
di muka, sedangkan teknik dan metode lain dilakukan untuk
peramalan beberapa periode di masa mendatang.
b. Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan
tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Untuk beberapa
pengambilan keputusan mengharapkan variasi atau penyimpangan atas ramalan
yang dilakukan antara 10 sampai 15 persen.
c. Ketersediaan data
Metode yang dipergunakan sangat besar manfaatnya apabila dikaitkan
dengan keadaan atau informasi yang ada atau data yang dipunyai.
d. Bentuk pola data
Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa macam dari
pola yang didapat didalam data yang diramalkan akan berkelanjutan.
e. Biaya
Biaya yang digunakan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantug
dari jumlah item yang diramalkan, dan metode peramalan yang dipakai
f. Mudah tidaknya penggunaan dan aplikasinya
Suatu prinsip umum dalam menggunakan metode ilmiah dari peramalan
untuk manajemen dan analisis adalah metode-metode yang dapat dimengerti dan
mudah diaplikasikan yang akan dipergunakan dalam pengambilan keputusan dan
analisa. Metode peramalan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan adalah
teknik dan metode peramalan yang dapat disesuaikan dengan kemampuan dari
manajer atau analisis yang akan menggunakan metode peramalan tersebut.

5.7 Jenis-jenis peramalan


Organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama
dalam perencanaan operasi di masa depan :
1. Peramalan Ekonomi (Economic Forecast) menjelaskan siklus bisnis
dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang
dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indicator perencanaan
lainnya.
2. Peramalan Teknologi (Technological Forecast) memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik,
yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan Permintaan (Demand Forecast) adalah proyeksi permintaan
untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga
peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta
sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan,
pemasaran dan sumber daya manusia.1

5.8 Macam-Macam Peramalan


Berdasarkan sifatnya peramalan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Peramalan kualitatif
Yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil
ramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini
penting karena peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat
intuisi, pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Biasanya
peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan, seperti pendapat
salesman, pendapat sales manajer pendapat para ahli dan survey konsumen.
b. Peramalan kuantitatif
Yaitu peramalan yang didasarkan atas data penjualanpada masa lalu. Hasil
peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam
peramalan tersebut. Penggunaan metode yang berbeda akan diperoleh hasil yang
berbeda pula.
Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa
depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori yaitu:
1. Jangka Pendek (Short Term)
Peramalan yang memiliki rentang waktu kurang dari tiga bulan. Peramalan
jangka pendek diguakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja,
jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.
2. Jangka Menengah (Medium Term)
Peramalan jangka menengah biasanya berjangka waktu tiga bulan hingga
tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan,
perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan menganalisis
berbagai macam operasi.
3. Jangka Panjang (long term)
Peramalan yang memiliki rentang waktu biasanya tiga tahun atau lebih,
digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi, fasilitas,
atau ekspansi, daan penelitian serta pengembangan.
Dilihat dari penyusunan maka peramalan dibagi menjadi 2 macam jenis
yaitu :
1. Peramalan yang bersifat subyektif
Yaitu peramalan yang lebih menekankan pada keputusan-keputusan hasil
diskusi, pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang meskipun kelihatannya
kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Gunawan Adi saputro dan
Marwan Asri dalam bukunya Anggaran Perusahaan,menyebutkan metode
forecasting berdasarkan pendapat atau yang disebut dengan judgment method .
metode ini digunakan untuk menyusun sales forecasting dan forecasting kondisi
bisnis pada umumnya
2. Peramalan yang bersifat obyektif atau berdasarkan hitungan statistic
Merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis
dan statistic. Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proyeksi
permintaan historis tanpa mempertimbangkan factor-faktor eksternal yang
mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini akan diwakili oleh
analisis deret waktu (Time Series).

5.9 Metode Peramalan


Metode peramalan secara obyektif yang digunakan dalam perkiraan pada
dasarnya dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu metode time series dan
metode kausal (regresi).
a. Metode Time series
Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan
menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Untuk membuat suatu peramalan
diperlukan data historis permintaan.15 Alasan digunakannya metode time series
adalah karena model yang sederhana, cepat dan murah. Jadi metode time series
cocok untuk meramal sejumlah besar variable dalam tempo singkat dan sumber
daya yang terbatas.16Teknik peramalan ini diperuntukan bagi peramalan jangka
pendek. Tahapan yang penting dalam pemilihan metode time series yang tepat
yaitu membuat jenis pola data dan metode yang paling tepat tersebut diuji
terhadap pola data tersebut. Bentuk pola data data diklasifikasikan ke dalam
empat jenis yaitu: horizontal atau stasioner, musiman, siklis dan trend.
1. Pola stasioner atau horizontal
Bentuk data horizontal terjadi bila nilai data berfluktuasi disekitar nilai
rata-ratanya.
2. Pola Trend
Data permintaan menunjukkan pola kecenderungangerakan menurun atau
kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya berfluktuasi, apabila dilihaat
pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis, garis tersebut
adalah yang disebut dengan garis trend. Bila data berpola trend maka metode
peramalan yang sesuai adalah metode regresi linear, exponential smoothing,
ataudouble exponential smoothing.
3. Pola Musiman
Bentuk data musiman terjadi bila rangkaiannya dipengaruhi oleh faktor
musiman.Biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun. Metode
peramalan yang sesuai dengan pola musiman ini adalah metode winter, moving
average atau weighted moving average.
4. Pola Siklis
Bentuk data siklis dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi yang panjang. Pola
siklis mirip dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk
gelombang, bentuknya dapat bervariasi, namun waktunya akan berulang setiap
tahun (umumnya). Pola siklis bentuknya mirip gelombang dan rentang waktu
pengulangan siklis tidak tentu. Metode yang sesuai untuk dala berpola siklis
adalah metode moving average, weighted moving average dan exponential
smoothing.
b. Metode Kausal
Merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara
variable yang diperkirakan dengan variabel alin yang mempengaruhinya tetapi
buakn waktu. Dalam prakteknya jenis metode peramalan ini terdiri dari :
1. Metode regresi dan kolerasi,
Merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka panjang maupun
jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik least
squares yang dianalisis secara statis.
2. Model Input Output
Merupakan metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang yang
biasa digunakan untuk menyusun trend ekonomi jangka panjang.
3. Model ekonometri
Merupakan peramalan yang digunakan untuk jangka panjang dan jangka
pendek.

5.10 Karaketeristik Peramalan yang Baik


Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting antara
lain sebagai berikut :
 Akurasi.
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan
konsistensi peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan
tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang
sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan
peramalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah, akan mengakibatkan
kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi
segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan
kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang
terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam
menyeimbangkan persediaan yang ideal, yaitu meminimasi penumpukan
persediaan dan memaksimasi tingkat pelayanan.
 Biaya.
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan bergantung
kepada jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode
peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi
berapa banyak data yang dibutuhkan, Bagaimana pengolahan datanya, yaitu
secara manual atau komputerisasi, bagaimana penyimpanan datanya, dan siapa
tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan
dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item-
item yang penting akan diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal,
sedangkan item-item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang
sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari Hukum Pareto (Analisis
ABC).
 Kemudahan.
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah
diaplikasikan, akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma
memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem
perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia, maupun peralatan
teknologi.

Anda mungkin juga menyukai