Anda di halaman 1dari 14

Sistem Persediaan Independen

A. PENDAHULUAN

Manajemen persediaan merupakan kegiatan perencanaan dan pengendalian persediaan


barang dalam rangka memenuhi prioritas bersaing perusahaan terhadap permintaan konsumen. Pada
kegiatan manajemen persediaan tersebut mencakup proses menentukan informasi tentang estimasi
permintaan barang, jumlah persediaan yang saat ini ada di gudang (inventory on hand) dan besarnya
pesanan yang harus dilakukan untuk setiap periode pemesanan, serta waktu atau periode setiap kali
dilakukan pemesanan barang.

Persediaan merupakan salah satu komponen aset yang dinilai mahal oleh beberapa
perusahaan, karena dapat mencapai 50% dari total investasi modal. Fungsi persediaan pada kegiatan
operasional sebagai berikut :

1. Untuk memisahkan berbagai bagian dari proses produksi.


2. Untuk mengklasifikasi aktivitas perusahaan dari permintaan yang fluktuatif dan menyediakan
barang yang akan ditawarkan kepada konsumen tertentu.
3. Untuk mendapatkan manfaat dari quality discount yang ditawarkan supplier.
4. Untuk melindungi kenaikan harga barang karena dampak inflasi.

Berdasarkan jenis barang dalam sistem persediaan dapat dikelompokkan manjadi :

1. Persediaan bahan mentah (raw material)


Yaitu persediaan terhadap bahan baku yang akan digunakan sebagai materi dasar produksi.
2. Persediaan barang dalam proses (work-in-process)
Yaitu persediaan bahan baku oleh perusahaan, namun belum sepenuhnya selesai (not
compeleted) karena masih menunggu proses produksi selanjutnya.
3. Persediaan barang jadi (finished goods)
Yaitu persediaan terhadap barang-barang yang sepenuhnya telah selesai dilakukan proses
produksi.
4. Persediaan barang pembantu (factory/manufacturing supplies)
yaitu bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara
langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang dihasilkan.
5. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory)
yaitu barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.
Berdasarkan sistem persediaan yang digunakan, dapat dikelompokkan menjadi :

1. Sistem persediaan independen


Yaitu suatu sistem persediaan, dalam hal jumlah persediaan dipengaruhi oleh kondisi pasar
dan tidak dipengaruhi oleh kebutuhan akan proses produksi di suatu organisasi. Contoh:
persediaan barang jadi.
2. Sistem persediaan dependen
Yaitu suatu sistem persediaan dalam hal permintaan terhadap item produk tertentu tergantung
atau dipengaruhi oleh permintaan terhadap satu atau lebih item produk lainnya dalam sistem
persediaan.

Dalam menentukan jumlah persediaan, perusahaan perlu mengetahui inventory record yaitu informasi
jumlah persediaan yang saat ini ada di gudang (on-hand inventory) dan skedul penerimaan barang
(schedule receipt). Dalam rutinitas operasional seorang manajer dapat melakukan metode pencatatan
persediaan (tracking method) dengan cara berikut ini :

1. Memberikan tanggung jawab kepada karyawan tertentu untuk mencatat persediaan awal dan
persediaan akhir setiap shift kerja maupun harian.
2. Menyediakan kartu persediaan pada setiap item produk.
3. Melakukan pencatatan berkala (mingguan atau bulanan).
4. Menggunakan sistem komputerisasi untuk mencatat persediaan setiap transaksi penjualan.

Tujuan Persediaan/ Inventori


Semua perusahaan termasuk juga yang operasinya menganut konsep JIT menjaga ketersediaan
inventori dengan alasan sebagai berikut:

1. Menjaga independensi operasi. Dengan adanya ketersediaan bahan baku pada pusat kerja
memungkinkan fleksibilitas operasi dari pusat tersebut, sehingga mengurangi biaya set-up
setiap dilakukan set-up produksi yang baru.
2. Untuk menjaga variasi/fluktuasi permintaan produk. Oleh karena, dalam banyak hal,
permintaan tidak dapat diperkiraan dengan sangat tepat, maka untuk dapat mengantisipasinya
diperlukan adanya persediaan pengamanan (safety/buffer stock).
3. Memungkinkan fleksibilitas dalam pembuatan skedul produksi. Dengan adanya persediaan
perusahaan dapat menentukan jadual produksi sesuai permintaan sekalipun lead time bahan
lama.
4. Memberikan kemanan terhadap variasi waktu pengantaran bahan. Waktu datangnya pesanan
bisa saja tertunda yang penyebabnya banyak misalnya adanya kecelakaan, kemacetan lalu
lintas, pemogokan atau bencana alam dll. Dengan adanya persediaan perusahaan dapat
meminimalisasi pengaruh keterlambatan tersebut terhadap kelancaran operasi.
5. Mendapatkan keuntungan ekonomis dari jumlah pembelian yang lebih besar. Misalnya adnya
diskon/potongan harga untuk pembelian dengan jumlah besar tertentu.

Alasan Perlunya Penyelenggaraan Persediaan/ Inventori


Setidaknya ada empat alasan mengapa perusahaan memerlukan persediaan, yakni:

1. Kesulitan memprediksi tingkat penjualan dan waktu produksi secara akurat (fluctuation
inventory).
2. Beberapa item barang memiliki permintaan yang bersifat seasonal (anticipation inventory)
3. Mendapatkan manfaat dari economic of scale dalam produksi dan pembelian (lot size
inventory).
4. Jarak dan waktu yang diperlukan untuk pengadaan barang sehubungan dengan proses transit
dalam sistem logistik. untuk sejumlah besar persediaan (pipe-line inventory).
5. Keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan dapat mengakibatkan terhentinya
pelaksanaan produksi.

Perusahaan dapat saja menyelenggarakan persediaan dalam jumlah yang besar, namun demikian
persediaan yang besar tidak selalu menguntungkan perusahaan. Beberapa kerugian sehubungan
dengan penyelenggaraan persediaan dalam jumlah besar antara lain:

1. Biaya penyimpanan yang menjadi tanggungan perusahaan akan besar.


2. Perusahaan harus mempersiapkan dana yang cukup besar untuk mengadakan pembelian
bahan.
3. Tingginya biaya simpan dan investasi dalam persediaan akan mengakibatkan berkurangnya
dana untuk pembiayaan dan investasi di bidang lain.
4. Perusahaan menanggung kemungkinan yang cukup besar risiko kerusakan persediaan akibat
perubahan kimiawi atau sebab lain.
5. Bila terjadi penurunan harga bahan baku, maka perusahaan akan menderita kerugian yang
cukup besar pula. Di sisi lain, bila perusahaan menyelenggarakan persediaan dalam jumlah
yang relatif terlalu kecil, maka beberapa kelemahan dari kebijakan tersebut antara lain:
6. Adanya kemungkinan kehabisan bahan karena persediaan habis sebelum waktunya.
7. Akibat sering kehabisan bahan, maka proses produksi menjadi tidak lancar.
8. Persediaan yang terlalu kecil akan meningkatkan frekuensi pembelian, sehingga biaya
pesannya pun akan meningkat selaras dengan peningkatan frekuensi pembelian.

Untuk menghindari penyelenggaraan persediaan yang terlalu besar maupun yang terlalu kecil,
berikut ini beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam menyelenggarakan
persediaan:

1. Berapa besarnya jumlah unit persediaan bahan yang diselenggarakan perusahaan.


2. Kapan dan berapa jumlah unit bahan akan dibeli oleh perusahaan.
3. Kapan perusahaan yang bersangkutan akan mengadakan pembelian kembali.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan


Terdapat beberapa macam faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku. Adapun beberapa
faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkiraan pemakaian bahan baku.
2. Harga bahan baku
3. Biaya persediaan
4. Kebijakan pembelanjaan
5. Pemakaian bahan
6. Waktu tunggu
7. Model pembelian bahan
8. Persediaan pengaman
9. Pembelian kembali

Klasifikasi Masalah Persediaan/ Inventori


Langkah awal dalam menganalisis masalah persediaan dilakukan dengan menggambarkan
karakteristik pokok dari lingkungan dan sistim persediaan Berikut karakteristik, atribut, dan persoalan
dalam persediaan:

Penjelasan:

- Independent Demand adalah permintaan yang tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan
melainkan dipengaruhi oleh pasar
- Dependent Demand adalah permintaan yang terkait dengan permintaan item lain.
- Deterministic Demand adalah permintaan yang relatif tidak berfluktuasi sehingga dapat
diramalkan secara akurat.
- Stochastic Demand adalah permintaan yang fluktuasi dan variabilitasnya sangat tinggi
sehingga sulit diramalkan.
- Static demand adalah permintaan yang tidak berfluktuasi dari waktu ke waktu.
- Dynamic Demand adalah jumlah permintaan yang senantiasa bervariasi dari waktu ke waktu.
- Lead Time adalah jangka waktu antara saat pemesanan dengan saat barang datang dan
diterima.
- Stock-out adalah kehabisan persediaan

B. MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM SISTEM PERSEDIAAN


INDEPENDEN

Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan jumlah unit yang dipesan setiap kali
pesan (lot size) yang akan menimbulkan total biaya persediaan minimal (Economic Order
Quantity). Metode EOQ diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan
masalah tingginya biaya persediaan yang harus di tanggung perusahaan.

Secara sistematis EOQ dapat dirumuskan sebagai berikut :


2 DS
EOQ = H

Dalam hal ini :

D : Jumlah kebutuhan dalam satu tahun

S : Tarif biaya pesan per pesan

H : Tarif biaya simpan per unit

Asumsi yang digunakan dalam metode EOQ :

1. Tingkat permintaan (Demand rate) produk bersifat konstan setiap periode (bulanan arau
tahunan) dan dapat ditentukan dengan pasti.
2. Hanya terdapat dua jenis biaya yang relevan yang terkait dengan biaya persediaan, yaitu
biaya pesan dan biaya simpan.
3. Keputusan untuk pengadaan setiap jenis produk bersifat independen.
4. Waktu tunggu pengiriman dari pemasok dapat ditentukan dengan pasti.
5. Tidak ada permasalahan (no constraint ) terhadap jumlah unit setiap lot pesanan.
C. METODE PENENTUAN BIAYA PERSEDIAAN
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengelolaan persediaan independen dilakukan dengan
pendekatan perilaku biaya. Biaya yang timbul sebagai akibat dari aktifitas pengelolaan
persediaan independen yaitu :
1. Biaya Pesan (Ordering Cost/Set-Up Cost)
Menunjukan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari upaya organisasi untuk
mendatangkan produk. Apabila kebutuhan akan produk dalan satu tahun adalah sebesar
D, sedangkan jumlah unit dipesan maupun disimpan adalah sebesar Q, sedangkan tarif
biaya pesan per pesan adalah S, dan tarif biaya simpan per unit adalah H, maka rumusnya
: BIAYA PESAN: [D/Q] S
2. Biaya Simpan (Holding Cost)
Menunjukan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari upaya organisasi untuk
melindungi,menjaga, dan mengelola produk yang disimpan agar tidak berkurang nilainya.
BIAYA SIMPAN: [Q/2] H
3. Total Biaya Persediaan
Merupakan penjumlahan antara total biaya simpan dan total biaya pesan.
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN : {[D/Q] S } + {[Q/2] H}

Hubungan antara biaya simpan, biaya pesan dan total biaya persediaan dapat dilihat pada
gambar berikut :
Berdasarkan ganbar diatas, maka dapat diketahui bahwa :

1. Biaya pesan akan semakin besar apabila jumlah unit dipesan setiap kali pesan semakin
sedikit. Demikian pula.
2. Biaya simpan akan semakin bear apabila jumlah unit disimpan semakin besar pula.
Demikian pula sebaliknya.
3. Total biaya persediaan ditunjukan oleh perpotongan antara baiaya simpan dan biaya
pesan. Pada saat biaya simpan = biaya pesan, nilai kuantitas yang dipesan (Q) kan
meminimalkan total biaya persediaan.

Tenggang Waktu Antar Pesan (Time Between Order)

Menunjukan periode pemesanan antara saat pemesanan pertama dengan pemesanan


berikutnya.

TBO = [EOQ/D] 12 bulan

ILUSTRASI PERHITUNGAN (A) : MENENTUKAN EOQ, TBO, DAN BIAYA PERSEDIAAN


YANG MINIMUM

Sebuah Musim nasional beberapa waktu yang lalu memutuskan untuk membuka counter
souvenir bagi pengunjung nya. Penjualan souvenir per minggu adalah 18 unit. Counter
tersebut buka selama 52 minggu dalam setahun. Pemasok souvenir menetapkan harga
sebesar $60 per unit. Biaya pesan souvenir ke pemasok sebesar $45 per pesan. Biaya simpan
ditetapkan sebesar 25% dari harga pembeliaan souvenir per unit.

Pertanyaan :

1. Tentukan jumlah pesanan souvenir per pesan yang akan menimbulkan total biaya
persediaan minimal!
2. Berapa jarak waktu antar pesanya (TBO)?
3. Apabila manajer counter souvenir selama ini menetapkan jumlah order sebesar 390 unit
per order, tepatlah kebijakan manajer tersebut?

Solusi :

1. Kebutuhan souvenir per tahun adalah : (18 unit/minggu) X (52 minggu/tahun)= 936 unit per
tahun.

Biaya Pesan : $45 per pesan

Biaya Simpan : 25% (60$)=$15

EOQ :
2 ( 936 ) ( 45)
(15) = 75 Unit

Total biaya Persediaan : (75/2)15 + (936/75)45

= 562 + 562

= $ 1.124

2. TBO : (EOQ/D) 12 Bulan = (75/936)12


= 0.96 Bulan

3. Selama manajer menetapkan order sebesar 390 unit per order, maka :
Total Biaya persediaan : (390/2) 15 + (936/390) 45
= 2.925 + 108
= $3.033

Berdasarkan total biaya persediaan, dapat simpulkan bahwa kebijakan manajer selama ini
untuk order sebesar 390 unit per order adalah SALAH. Karena menimbulkan total biaya
persediaan yang lebih mahal, daripada order sebesar 75 unit per order.

D. Menentukan Jumlah Pesanan Optimum Dengan Quantity Discount


Pada saat perusahaan melakukan pesanan, seringkali pemasok menawarkan potongan
penjualan sebagai akibat dari sejumlah kuantitas tertentu dari produk yang dibeli oleh
perusahaan. Dengan demikian total biaya persediaan dengan adanya potongan penjualan
dihitung berdasarkan biaya pesan ditambah biaya simpan ditambah nilai perolehan.
TC setelah potongan penjualan :
{[D/Q] S} + {[Q/2] H +[P][D]}

ILUSTRASI PERHITUNGAN (B) : MENENTUKAN JUMLAH PESANAN OPTIMUM DENGAN


POTONGAN PENJUALAN

Berdasarkan dengan data pada ilustrasi perhitungan (A), karena terjalin hubungan bisnis yang
baik antara pemasok souvenir dengan counter souvenir , pemasok souvenir bersedia
memberikan potongan harga kepada counter souvenir, apabila sejumlah souvenir dipesan.
Rincian potongan harga tersebut sebagai berikut:

Jumlah Order Harga per unit

0-299 $60.00

300-499 $58.80

500 atau lebih $57.00

Dalam hal ini pemasok bersedia menurunkan harga per unit dari $60 ke $58.80, apabila
counter souvenir memesan antara 300 s.d 499 unit souvenir. Apabila kurang dari itu, pemasok
tidak bersedia memberikan potongan harga. Demikian pula apabila counter souvenir order
sebesar lebih dari 500 unit souvenir, maka pemasok bersedia memberikan harga yang lebih
murah lagi, yaitu $57.00 per unitnya.

Pertanyaan :
Berapa unit souvenir sebaiknya di order agar menimbuilkan total biaya persediaan minimal.
Karena pemasok memberikan harga pembeliaan yang berbeda-beda, maka formula total biaya
persediaan semula mengalami penyesuaian, yaitu mempertimbangkan nilai perolehan produk
selain biaya pesan dan biaya simpan.

Solusi :
Untuk menjawab kasus tersebut, dihitung EOQ berturut-turut dari harga termurah, sampai
dengan termahal.

EOQ harga $57.00 = 2 ( 936 ) (45)


( 0.25 ) (57.00) = 77 Unit

EOQ harga $58.80= 2 ( 936 ) ( 45)


( 0.25 ) (58.80) = 76 Unit

EOQ harga $60.00 = 2 ( 936 ) (45)


( 0.25 ) ( 60.00) = 75 Unit

Dari ketiga perhitungan EOQ tersebut dapat diketahui bahwa:


1. EOQ harga $57.00 = 77 Unit tidak layak (tidak bias dilaksanakan), karena untuk order
sejumlah itu, akan diperoleh harga sebesar $60.00. agar memperleh harga $57.00, maka
kemungkinan order minimal adalah 500 Unit
2. EOQ harga $58.80 = 76 unit tidak layak (tidak bias dilaksanakan ), karena untuk order
sejumlah itu, akan diperoleh harga sebesar $60.00. agar memperoleh harga $58.80, maka
kemungkinan order minimal adalah 300 Unit
3. EOQ harga $60.00 = 75 Unit layak dilakukan

Untuk memilih Jumlah order yang tepat, dilihat total biaya persediaanya :

1. TIC pada q 500 = (500/2)(0.25)(57.00) + (936/500)45 + (57.00)(936) = $56.999


2. TIC pada q 300 = (300/2)(0.25)(58.80) + (936/300)45 + (58.80)(936) = $57.382
3. TIC pada q 75 = (75/2)(0.25)(60.00) + (936/75)45 + (60.00)(936 = $57.284
Dari perhitungan total biaya persediaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kuantitas order
souvenir sebaiknya sebesar 500 unit per order, karena akan menimbulakn total biaya persediaan
terendah, yaitu sebesar $56.999

E. Efek Perubahan Permintaan, Biaya Pesan, dan Biaya Simpan Dalam Menentukan EOQ

Konsep penentuan kuantitas pesanan dengan menggunakan metode EOQ dimuka


merupakan keadaan yang ideal. Dalam kenyataan sehari-hari seringkali terjadi perubahan
seperti tingkat permintaan produk, biaya-biaya berkaitan dengan persediaan dan kesalahan
estimasi terhadap keduanya. Perubahan-perubahan tersebut menunjukkan pelonggaran dari
asumsi dalam metode EOQ.

1. Perubahan Tingkat Permintaan


Apabila permintaan terhadap item produk meningkat, maka lot size setiap kali melakukan
pesanan kepada supplier juga harus naik, namun umumnya kenaikan pesanan lebih
lambat dibanding permintaan sesungguhnya (actual demand).

2. Perubahan Biaya Pesan (Set up Cost)


Kenaikan biaya pesan per pengadaan barang akan berdampak meningkatnya kuantitas
yang dipesan (lot size), sehingga rata-rata siklus persediaannya juga meningkat. Demikian
sebaliknya, jika biaya pesan per pengadaan menurun, akan menurunkan kuantitas
pesanan per pengadaan, dan akibatnya rata-rata siklus persediaannya akan menurun. Hal
ini menjelaskan mengapa perusahaan mempertimbangkan pengurangan set up time dan
biaya pesanannya (set up cost). Dengan demikian jika biaya pesan meningkat,
perusahaan akan lebih baik menghindari pemesanan dalam jumlah kecil (lot size yang
kecil).

3. Perubahan Biaya Simpan (Holding Cost)

Kenaikan biaya simpan akan menurunkan jumlah kuantitas yang dipesan per pengadaan (EOQ),
demikian pula sebaliknya. Dengan demikian sebaiknya perusahaan melakukan pesanan dengan
kuantitas (EOQ) yang besar agar diharapkan biaya simpan per unitnya menurun.

Economic Order Quantity (EOQ)

Bahan mentah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Oleh karena itu,
penyediaan bahan mentah yang tepat, baik dalam arti jumlah maupun waktu, akan sangat mendukung
kelancaran proses produksi. Persediaan bahan yang minim memungkinkan terjadinya kekurangan
bahan. Kekurangan bahan mentah yang tersedia (stock-out) dapat berakibat terhentinya proses
produksi karena kehabisan bahan untuk diproses. Namun, dilihat dari sisi positif, jumlah persediaan
bahan yang rendah dapat menghemat biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya
persediaan dan dapat mengurangi risiko kerusakan bahan akibat terlalu lama disimpan. Di sisi lain,
persediaan bahan mentah yang terlalu besar jumlahnya (over-stock) memang dapat menjamin
kelancaran proses produksi karena bahan senantiasa tersedia dalam jumlah yang cukup, namun bila
dilihat dari segi finansial, persediaan bahan yang terlalu besar akan meningkatkan biaya persediaan
dan risiko kerusakan.

Persoalan dalam pengaturan persediaan bahan mentah adalah bagaimana berusaha


menyediakan bahan mentah yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi dapat
berjalan lancar dengan biaya persediaan yang minimal. Tujuan pengawasan persediaan bahan mentah
adalah untuk menjawab persoalan tersebut baik dalam artian jumlah, kualitas maupun waktu.

Jumlah bahan mentah yang dibutuhkan di dalam berproduksi selama satu tahun dapat
diperhitungkan dari rencana hasil produksi yang akan dihasilkan dengan kebutuhan bahan mentah
untuk satu satuan barang jadi. Setelah diketahui jumlah kebutuhan bahan mentah, maka perlu
direncanakan juga mengenai cara pembeliannya atau cara penyediaannya. Dalam hal cara
penyediaan/pembelian pada garis besarnya terdapat dua alternatif yaitu:

1. Dibeli sekaligus jumlah seluruh kebutuhan, dan kemudian disimpan di gudang, sehingga setiap
kali ada kebutuhan tinggal mengambil di gudang. Cara ini lebih menjamin kelancaran proses
produksi, dalam artian bahwa bahan mentah untuk keperluan proses produksi telah tersedia
dalam jumlah besar. Namun demikian, di sisi lain, cara ini membawa konsekuensi bahwa
perusahaan harus menanggung biaya persediaan atau paling tidak biaya penyimpanan yang
tinggi.

2. Alternatif yang kedua ialah berusaha memenuhi kebutuhan bahan mentah untuk keperluan
proses produksi dengan membeli dalam jumlah yang relatif kecil dalam setiap kali pembelian
dengan frekuensi pembelian yang lebih sering. Cara ini akan membawa kemungkinan
terlambatnya bahan mentah. Apabila keterlambatan penyediaan bahan mentah terjadi, maka
proses produksi dapat terganggu. Sedangkan keuntungan dari cara kedua ini ialah bahwa
perusahaan tidak perlu menanggung biaya penyimpanan bahan mentah yang terlalu besar.
Dalam hal ini biaya penyimpanan dibebankan pada leveransir bahan mentah.

Dari dua cara ekstrim tersebut, manajemen berusaha untuk menentukan kebijaksanaan
penyediaan bahan baku yang optimal dalam arti dapat menjamin kelancaran proses produksi dan biaya
yang ditanggung ada pada tingkat minimal. Untuk keperluan tersebut biasanya digunakan metode yang
disebut metode Economic Order Quantity (EOQ).
Pengertian EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap
kali pembelian. Secara matemastis dinyatakan sebagai berikut:

dimana

R : kebutuhan bahan mentah satu tahun


Co = Cs = S : Ordering Cost setiap kali pesan
Ch = H : Holding Cost per unit per satu satuan waktu

Model EOQ di atas dikembangkan dengan asumsi:

- Hanya ada satu jenis/item persediaan yang hendak direview.


- Seluruh jumlah bahan mentah yang dipesan datang pada satu titik waktu tertentu.
- Permintaan akan bahan bersifat konstan atau mendekati tingkat konstan.
- Lead time konstan.
- Holding cost didasarkan pada rata-rata persediaan
- Ordering atau setup cost konstan
- Tidak terjadi kehabisan bahan.
- Tidak ada pengembalian barang yang sudah dipesan

Analisis Sensitivitas dalam Model EOQ


Meskipun lead time, biaya simpan dan biaya pesan telah ditetapkan, namun dalam banyak hal
penetapan angka-angka tersebut berdasarkan estimasi. Karenanya pula harus disadari bahwa ada
kemungkinan estimasi mengenai lead time, biaya simpan, dan biaya pesan tidak tepat betul. Bila
demikian yang terjadi, lalu berapa jumlah pembelian yang dapat dianjurkan dalam setiap kali
pemesanan? untuk menentukannya, dapat dilakukan perhitungan jumlah pembelian setiap kali pesan
di bawah beberapa kondisi yang berbeda-beda, berikut akibatnya terhadap biaya persediaan total, atau
dengan kata lain dilakkan analisis sensitivitas.

Analisis sensitivitas dalam model EOQ memiliki arti penting bagi manajemen, karena
bagaimanapun hasil perhitungan EOQ bukan merupakan keputusan akhir. Apa yang ditunjukkan oleh
model EOQ merupakan masukan bagi manajemen dalam membangun keputusan akhir kebijaksanaan
persediaan. Sekalipun EOQ merekomendasikan suatu jumlah pembelian yang ekonomis dalam setiap
kali pemesanan, namun EOQ bisa jadi belum mempertimbangkan seluruh aspek situasi persediaan.
Karenanya pula, pengambil keputusan harus memiliki kebebasan untuk memodifikasi jumlah
pembelian yang direkomendasi oleh EOQ untuk dapat memenuhi kekhasan lingkungan dari situasi
persoalan persediaan yang dihadapi.

Diambilkan contoh misalnya, hasil perhitungan EOQ, dan selanjutnya ditemukan cycle time 9,6 hari.
Angka 9,6 hari di sini adalah angka matematis, dalam realitasnya sangaat sulit untuk dipenuhi, maka
dilakukan pembulatan menjadi 10 hari atau 9 hari. Pembulatan angka cycle time ini akan memberikan
akibat pada perubahan jumlah yang dibeli untuk setiap kali pemesanan (Q). Oleh karena Q berubah,
maka TIC-nya juga akan berubah. Untuk memilih apakah cycle time dibulatkan menjadi 9 hari atau 10
hari, harus dilihat pada dampaknya terhadap TIC.

Menentukan Tingkat Safety Stock


Dengan ditemukannya EOQ, sebenarnya masih ada kemungkinan untuk terjadi kekurangan
persediaan (stock-out) di dalam proses produksi. Pada kondisi permintaan stochastic, sangat tidak
realistis bila seorang manajer mengatakan bahwa ia tidak akan mentolerir terjadinya kekurangan
persediaan. Kemungkinan kekurangan persediaan tetap ada dan timbul karena:

1. Penggunaan bahan dalam proses produksi lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya
sehubungan dengan sifat permintaan yang stochastic, sehingga persediaan telah habis
sebelum pembelian atau pesanan yang berikutnya datang.
2. Pesanan/pembelian bahan tidak datang tepat pada waktunya atau lead time ternyata tidak
tetap.

Anda mungkin juga menyukai