Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang mana berkat limpahan rahmat-Nya kami
selaku penulis dapat menyusun makalah kami yang berjudul “Kelemahan penentuan harga
pokok produk konvensional dan tahap dalam penentuan harga pokok dengan konsep
ABC” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga bantuan dari pihak yang telah mendukung kami mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Menentukan kelemahan penentuan harga pokok produk konvensional
2. Menentukan tahap dalam penentuan harga pokok produk dengan konsep ABC
(ACTIVITY BASED COSTING)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelemahan Harga Pokok Produk dengan metode Konvensional
2. Untuk mengetahui tahapan dalam penentuan Harga Pokok Produk dengan konsep
ABC (ACTIVITY BASED COSTING)
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
menentukan biaya overhead sehingga terdapat selisih perhitungan harga pokok
produksi. Metode konvensional lebih mudah di aplikasikan karena semua
pembebanan biaya produksi dimasukkan dalam perhitungan sedangkan metode ABC
menganalisis biaya overhead nya terlebih dahulu.
Sistem biaya konvensional menggunakan penelusuran langsung dan
penelusuran penggerak, akan tetapi penelusuran penggerak hanya menggunakan
penggerak tingkat unit (produksi) seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan
material langsung. Sedangkan perhitungan harga pokok konvensional menurut Slamet
(2007:98) hanya membebankan biaya produksi pada produk. Sistem biaya
konvensional menurut Emblemsvag (2003:104) memiliki beberapa ciri sebagai
berikut:
a. Untuk tujuan biaya produk, perusahaan dipisahkan menjadi bidang fungsional
kegiatan, yaitu manufaktur, pemasaran, pembiayaan, dan administrasi.
b. Pembuatan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan manufaktur biaya
overhead, yaitu dicatat dalam penilaian persediaan.
c. Biaya tenaga kerja langsung, bahan langsung dan dianggap dilacak (atau)
dibebankan langsung ke produk.
d. Biaya overhead pabrik dan layanan manufaktur departemen diperlakukan sebagai
biaya tidak langsung produk tetapi dibebankan ke produk dengan menggunakan
tarif biaya overhead telah ditentukan.
e. Ketika produk tunggal, rencana jangka panjang, tingkat biaya overhead yang
telah ditentukan digunakan, overhead dibebankan tanpa pandang bulu untuk
semua produk tanpa mem-perhatikan perbedaan dalam sumber daya yang
dimanfaatkan dalam pembuatan satu produk versi lain.
f. Biaya fungsional pemasaran, pembiayaan, dan administrasi yangakurat
dirumuskan di kolom biaya dan diperlakukan sebagai biaya pada periode di mana
terjadinya. Biaya tersebut tidak diperlakukan sebagai biaya produk.
7
e. Departemen akuntansi dan manajemen puncak tidak banyak memperhatikan
penyempurnaan sistem ini
B. Harga Pokok Produk Dengan Konsep ABC (Activity Based Costing)
8
mengalokasikan biaya ke aktivitas dan akhirnya ke produk yang mengkonsumsi
aktiviti.
9
Sistem biaya berdasar aktivitas menentukan konsumsi aktivitas-aktivitas oleh
objek-objek biaya. Dalam menentukan aktivitas-aktivitas ada dua tahap menurut
Simamora (1999:121), yaitu:
a. Tahap pertama
dalam sistem activity based costing adalah menulusuri atau mengalokasikan
biaya-biaya ke aktivitas-aktivitas. Dengan demikian, alokasi tahap pertama terdiri
atas kumpulan biaya aktivitas. Kumpulan biaya aktivitas (activity cost pool)
adalah akumulasi biaya yang berkaitan dengan aktivitas yang ada, seperti
pemakaian mesin, inspeksi, pemindahan, dan pengesetan mesin produksi.
b. Dalam tahap kedua
kumpulan biaya aktivitas dibebankan ke produk-produk, dengan memakai
pemicu biaya. Pemicu biaya bias berupa banyaknya pengesetan produksi
(production setup) atau banyaknya inspeksi yang dibutuhkan dalam setiap
pengolahan produk. Sistem penentuan biaya pokok berdasarkan aktivitas
memakai banyak pemicu biaya.
10
d) Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan
kelompok biaya sejenis.
Kelompk biaya overhead yang berkaitan dengan setiap kelompok
aktivitas kemudian dijumlah dan membentuk kelompok biaya sejenis. Biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh tiap-tiap cost driver dijumlahkan untuk
mendapatkan biaya costdriver.
e) Menghitung tarif (overhead) kelompok
Setelah suatu kelompok biaya didefinisikan, biaya per unit dari
pengeerak aktivitas dapat dihitung dengan membagi biaya kelompok dengan
kapasitas praktis penggerak aktivitas.
Pool rate = jumlah biaya cost driver
kapasitas cost driver
2) Prosedur Tahap 2
Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke
produksi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tariff kelompok yang dihitung
pada tahap pertama dan ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh
setiap produki. Jadi pembebanan biaya overhead dari setiap kelompok biaya ke
produksi dengan cara mengalihkan tariff kelompok dengan unit penggerak yang
dikonsumsioleh produksi.
11
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjnrZWE
y9X7AhUsyDgGHUNeDwsQFnoECAkQAw&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id
%2F22302%2F1%2F7311411149-s.pdf&usg=AOvVaw1AFU68Z7AmMen73VK2oj8p
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjBm7O
Ty9X7AhUr1jgGHRUeAAsQFnoECAgQAw&url=https%3A%2F%2Fwww.umy.ac.id
%2Fmetode-pengajaran-konvensional-sebabkan-siswa-kurang-berpikir-
kritis&usg=AOvVaw2qlbSsysNcsR5CW9LYfLi-
12