AKUNTANSI BIAYA
Nama. : Sawal
Nim. : 041772319
1. Jelaskan jenis perusahaan pemanufakturan yang umumnya menerapkan sistem kos proses
beserta contoh real kasus !
Sistem kos proses dapat didefinisikan sebagai sistem akumulasi kos produksi berdasarkan
departemen atau pusat kos. Sistem kos ini efektif digunakan untuk perusahaan yang proses
produksinya berjalan secara kontimu atau berkelanjutan dan jenis produk yang dihasilkan
sejenis atau seragam. Dengan demikian tujuan dari sistem kos produksi adalah untuk
menentukan kos per unit yang akan dibebankan pada produk yang dihasilkan dalam periode
waktu tertentu dan membebankan kos produksi pada produk dalam proses di akhir periode.
Adapun contoh dari perusahaan pemanufakturan yang menerapkan sistem kos proses
adalah Pabrik mobil, Perakitan mobil, Penyulingan minyak, Pabrik semen, Pabrik tekstil,
Perusahaan farmasi, Pabrik kertas, dan pabrik minuman.
C. Project (Proyek)
Project (Proyek) merupakan Jenis perusahaan manufaktur dengan sistem produksi yang
biasanya diaplikasikan pada produk-produk yang agak rumit dan dibatasi oleh waktu
penyelesaiannya. Fungsi-fungsi pada organisasi seperti perencanaan, pembelian, desain,
produksi dan pemasaran harus diintegrasikan dengan baik sesuai dengan urutan tahap
dan waktu penyelesaian sehingga proyek yang bersangkutan dapat diselesaikan tepat
pada waktunya dengan biaya produksi yang telah ditetapkan. Sistem produksi Project
(Proyek) juga memiliki urutan-urutan operasi untuk menunjang pencapaian target
proyek akhir. Contoh produksi yang menggunakan sistem produksi Project diantaranya
seperti produksi Kapal, pesawat terbang, bangunan Jembatan, gedung dan Mesin-mesin
besar.
D. Batch Production
Batch production adalah sistem produksi yang termasuk repetitive production (produksi
berulang) yang berada diantara sistem produksi Job Shop dan Flow Shop. Standarisasi
produk pada Batch Production lebih baik dan Volume produksi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Job shop namun volume lebih rendah dan tidak selalu
terstandarisasi seperti flow shop (mass production). Metode produksinya mirip dengan
proses produksi dengan sistem Job Shop, perbedaannya terletak pada jumlah atau
volume yang akan diproduksinya yang lebih banyak dan berulang-ulang. adalah proses
produksi yang tidak berlangsung secara kontinu. Proses produksi secara partaian pada
umumnya dilakukan oleh industri proses kimia dengan skala produksi kecil atau
menengah dan industri manufaktur. Contoh dari perusahaan manufaktur yang
umumnya melakukan proses produksi secara batch production adalah industri
manufaktur seperti industri sepatu dan industri proses kimia seperti industri farmasi,
tinta, cat, dan perekat.
E. Continuous Production
Continuous Production adalah sistem produksi yang proses produksinya
berkesinambungan (continuously) terus menerus dan berulang-ulang. Fasilitas Produksi
disusun sesuai dengan urutan operasi dari proses pertamanya hingga menjadi produk
jadi dengan aliran material yang konstan. Jalur produksi (production line) biasanya
dialokasikan hanya untuk satu jenis produk saja. Contoh sistem produksi dengan proses
Continuous Production adalah seperti industri penyulingan minyak dan produk-produk
pertambangan lainnya.
Kesimpulan: Sistem kos proses adalah sistem pengkosan untuk perusahaan yang
memproduksi barang yang cukup seragam melalui beberapa departemen secara kontinus.
Sistem ini bertujuan menghasilkan data agar dapat disusun laporan kos produksi per
departemen (cost of production report).
Sumber referensi: BMP EKMA4315/Modul 6 hal 6.3 - 6.6 dan buku Ilmu Manajemen
Industri
2. Berikut ini adalah data produk yang diproses di Departemen 1 selama bulan Maret :
PDP Awal : -
Unit selesai : 2.500
PDP Akhir (tingkat penyelesaian 60%) : 1.000
Kos produksi total : Rp 38.750.000
Diminta : Hitunglah !
a) Jumlah unit ekuivalen
b) Kos unit
c) Kos unit untuk produk selesai dan PDP Akhir
Penyelesaian:
a) Jumlah unit ekuivalen = unit produk x tingkat penyelesaian.
Sehingga :
Jumlah unit ekuivalen = 2.500 + (1.000 x 60%) = 3.100 unit ekuivalen.
b) Kos unit
Kos unit = kos total produksi : unit ekuivalen = Rp 38.750.000 : 3.100 = Rp 12.500
PDP akhir = selisih antara unit ekuivalen dan unit selesai dikalikan kos unit
Sehingga = 3.100 – 2.500 = 600
Maka akan di peroleh PDP akhir = 600 x Rp 12.500 = Rp 7.500.000
Jadi, kos unit produk selesai adalah sebesar Rp 31.250.000 dan PDP akhir adalah
sebesar Rp 7.500.000
Laporan kos produksi adalah dokumen yang meringkas aktivitas proses produksi pada suatu
departemen dalam periode waktu tertentu, dimana laporan ini antara lain berisi informasi
mengenai kos transferan dari departemen lain, kos yang dikeluarkan atau ditambahkan di
departemen terkait. Selain itu juga berisi informasi mengenai unit produk secara fisik yang
diterima, diproses, dan ditransfer oleh suatu departemen. Serta digunakan oleh bagian
akuntansi sebagai sumber pembuatan jurnal.
Kesimpulan: Kos yang akan dibebankan pada produk selesai atau jadi dan produk dalam
proses akhir akan diketahui dengan menggunakan laporan kos produksi ini. Selain itu, jurnal
yang dibuat oleh bagian akuntansi juga mendasarkan pada informasi yang terdapat
didalam laporan kos produksi.
Laporan kos produksi dapat disusun berdasarkan metode empat tahap. Setiap tahap
merepresentasi skedul terpisah dan keempat skedul secara bersama sama membentuk
laporan kos produksi. Empat tahap dalam penyusunan laporan produksi yaitu:
Langkah 1 Pertanggungjawaban aliran fisik unit produk (skedul kuantitas). Skedul ini
merupakan pertanggung jawaban unit fisik yang masuk maupun keluar dari departemen.
Harus selalu diingat jumlah unit dipertanggungjawabkan harus sama dengan jumlah unit
peretanggung jawaban.
Langkah 2 Perhitungan unit ekuivalen produksi (skedul ekuivalen produksi). Skedul ini berisi
perhitungan unit ekuivalen produk selain produk dalam proses akhir yang dipisahkan untuk
setiap elemen kos produksi.
Langkah 3 Pengakumulasian kos, secara total dan perunit, kos dipertanggung jawabkan oleh
departemen (skedul kos dipertanggungjawabkan). Skedul ini berisi akumulasi dari kos
produksi yang terjadi didepartemen yang dipecah kedalam elemen-elemen kos produksi.
Selain itu, per unit per elemen produksi yang nantinya informasi ini akan digunakan untuk
menentukan pembebanan kos ke produk selesai dan produk dalam proses akhir.
Langkah 4 Pengalokasian kos akumulasian ke unit transferan atau produk dalam proses akhir
(skedul kos pertanggungjawaban). Skedul ini berisi pembebanan kos pada produk selesai
dan produk dalam proses akhir dengan menggunakan informasi berupa unit ekuivalen
(skedul unit ekuivalen) dan kos per unit (skedul kos dipertanggungjawabkan). Harus selalu
diingat bahwa kos total pertanggungjawaban di skedul ini harus sama dengan kos total
dipertanggungjawabkan diskedul kos dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan: Pendekatan empat tahap dalam menyusun laporan kos produksi adalah skedul
kuantitas, skedul unit ekuivalen, skedul kos dipertanggungjawabkan dan skedul kos
pertanggungjawaban.