Seperti saya sebutkan di atas, ada beberapa jenis dividen yang lumrah dilaksanakan di
perusahaan-perusahaan korporasi yang sudah berstatus go-public, antara lain: (1) uang tunai, (2)
surat berharga, bonds misalnya, (3) promes atau notes payable, atau (4) penerbitan saham.
Kecuali dividen dalam bentuk saham, semuanya bersifat mengurangi nilai modal secara
kesuluruhan.
Mayoritas perusahaan membagikan dividen bagi para pemegang saham dalam bentuk uang tuna
(cash dividen). Ada 4 tanggal penting yang perlu diperhatikan dalam perlakuan akuntansi
dividen berjenis uang tunai, yaitu:
1. Tanggal Pengumuman, adalah tanggal pada saat dewan direksi mengumumkan akan
dibagikannya dividen dalam bentuk uang tunai. Pada saat ini perusahaan melakukan pengakuan
akan utang dividen dengan mendebit saldo laba ditahan.
2. Tanggal Ex-Dividen, adalah tanggal pada saat tanggal penghentian penjualan saham di bursa
untuk sementara. Penghentian penjualan saham sementara dilakukan (mungkin 1 atau 2 hari),
tiada lain agar perusahaan punya waktu untuk melakukan pemutahiran (update) buku besar
“Ekuitas Pemegang Saham”.
3. Tanggal Pencatatan, adalah tanggal pada saat para pemegang saham dapat melihat nilai
dividen yang akan diterimanya melalui memorandum pencatatan dividen tunai yang dibuat oleh
perusahaan. Pada saat ini, tidak ada jurnal yang perlu dibuat. Perusahaan hanya perlu
menunjukan memo pencatatan dividennya saja, sehingga pemegang saham bisa melihat berapa
persisnya jumlah uang tunai yang akan diterima.
4. Tanggal Pembayaran, adalah tanggal pada saat dividen dibayarkan. Pada saat yang sama
perusahaan mencatat pengeluaran kas untuk pembayaran dividen, sekaligus mengeliminasi
‘Utang Dividen’ yang diakui pada saat tanggal pengumuman.
Misalnya:
Pada tanggal 15 Maret 2011 PT. JAK mengumumkan bahwa persahaan akan membagikan
dividen tunai sebesar Rp 1/lembar saham kepada para pemegang sahamnya. Ada 2,000,000
lembar saham yang sudah diterbitkan sampai saat itu. Dividen rencananya akan dibagikan pada
tanggal 1 Juni 2011. Untuk itu manajemen perusahaan mengundang para pemegang saham pada
tanggal 15 April 2011 untuk memeriksa nilai dividen yang akan mereka terima. Ex-Dividen
(penghentian penjualan saham sementara) adalah 16 Maret 2011. Jurnalnya akan menjadi
sebagai berikut:
1. Pada tanggal Pengumuman (15 Maret 2011).
Tak ada jurnal yang perlu dibuat. Bagian Accounting hanya melakukan pemindahan data
dividend an pengurangan laba ditahan ke Buku Besar.
Tidak ada pencatatan yang perlu dilakukan. Perusahaan hanya menunjukan memo pencatatan
yang dilakukan pada tanggal 15 April 2011 yang lalu, sehingga masing-masing pemegang saham
tahu berapa besarnya dividen yang akan mereka terima pada saat tanggal pembayaran nanti.
Bisa jadi perusahaan membagikan dividen dalam bentuk surat berharga, bond misalnya.
Perusahaan memberikan bonds (investasi di perusahaan lain) yang mereka miliki kepada para
pemegang saham. Dalam hal ini, bond yang akan diberikan dinilai sebesar harga pasar wajarnya.
Jika bond yang akan diberikan masih dicatat sebesar harga perolehannya, maka perusahaan perlu
membuat penyesuaian terlebih dahulu.
Misalnya:
Pada tanggal 15 Maret 2011 PT. JAK mengumumkan akan membagikan dividen dalam bentuk
surat berharga berupa surat berharga diterbitkan oleh PT. XYZ yang akan segera jatuh tempo.
Surat berharga tersebut, dahulu diperoleh seharga Rp 500,000. Pada saat pengumuman
pembagian dividen dilakukan (15 Maret 2011) nilai pasar wajar surat berharga yang diterbitkan
oleh PT. XYZ adalah Rp 600,000. Bagaimana jurnal untuk pembagian dividen PT. JAK?
Ada keadaan dimana perusahaan memiliki akumulasi laba ditahan yang sesungguhnya sudah
memungkinkan untuk membagikan dividen bagi para pemegang sahamnya, akan tetapi jumlah
uang tunainya tidak mencukupi. Alternatif yang bisa diambil jika ingin membagi dividen adalah
dengan menerbitkan promes atau janji membayar dikemudian hari (notes payable). Dividen
semacam ini disebut dengan “Scrip Dividend”
Misalnya:
Pada Tanggal 1 Juni 2011 PT. JAK mengumumkan pembagian dividen berupa Scrip dividend
berjangka waktu 3 bulan sebesar Rp 1/lembar untuk 3,000,000 lembar saham yang beredar.
Bunga promes adalah 10% per tahun. Bagaimana pencatatannya?
(Rp 1 x 3,000,000)
Selain pembagian dividen dalam bentuk surat berharga, alternatif yang paling sering dilakukan
adalah dividen dalam bentuk saham—bila perusahaan kekurangan likuiditas (kas). Pembagian
dividen jenis stock biasanya diberikan secara merata bagi semua pemegang saham.
Perlakuan akuntansi dividen saham berbeda-beda tergantung porsi dividen saham yang
dibagikan:
1. Dividen Saham Jumlah Kecil – Untuk dividen saham dalam jumlah kecil (kurang dari 25%
saham beredar, maka saham yang akan diterbitkan sebagai dividen dinilai sebesar harga pasar
wajarnya. Sebagai ilustrasi, asumsikan posisi ekuitas pemilik PT. JAK, sebelum dividen saham
diumumkan, adalah sebagai berikut:
PT. JAK mengumumkan pembagian dividen dalam bentuk saham sebesar 20% dari saham
beredar (30,000 x 20% = 6000 lembar). Pada tanggal yang sama, harga pasar saham PT. JAK
adalah Rp 25/lembar. Dengan demikian, maka harga pasar wajar atas 6000 lembar saham yang
akan dibagikan sebagai dividen adalah Rp 150,000. Jurnal yang diperlukan:
Setelah saham untuk dividen diterbitkan, maka posisi ekuitas pemilik menjadi sebagai berikut:
2. Dividen Saham Dalam Jumlah Besar – Untuk dividen saham dalam jumlah besar (lebih dari
25% sisa saham belum terjual), maka saham yang akan diterbitkan sebagai dividen dinilai
sebesar nilai par-nya. Sebagai ilustrasi, anggap PT. JAK mengumumkan pembagian dividen
sebesar 50% dari total saham beredar (informasi lainnya sama seperti ilustrasi sebelumnya).
Maka jurnal yang diperlukan pada saat pengumuman:
Posisi ekuitas pemipik pasca penerbitan saham untuk dividen menjadi sbb:
Saham Biasa, Rp 20 par (45,000 lembar) = Rp 900,000
Tambahan Modal Disetor = Rp 300,000
Laba Ditahan = Rp 300,000
Total Ekuitas Pemilik = Rp 1,500,000
Perhatikan bahwa tambahan penerbitan saham untuk dividen tidak mengubah total ekuitas
pemilik, karena bertambahnya saham beredar diimbangi oleh menurunnya laba ditahan. Dan
harga par saham tetap seperti semula. Perbedaan antara par dengan harga pasar wajar (untuk
dividen jumlah kecil) dicatat sebagai “Tambahan Modal Disetor”.