Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS PAMULANG

SK MENDIKNAS NO.136/D/0/2001
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah : Seminar Perpajakan Hari : Kamis-Sabtu


Fakultas/Prodi : Ekonomi/S1 Akuntansi Waktu : 01-03 Juli 2021
Semester/Kelas : 8/08SAKE006 Shift : Reguler C
Ruang : K710 Jenis soal : Utama
Dosen : Sapta Setia Darma, S.E., M.Ak. Sifat Ujian : online

1. Soal Terkait PPh Final

Tanggal 1 Juli 2017, PT. ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond)
sebagai berikut :
Nilai Nominal Rp. 10.000.000 per lembar
Jangka Waktu Obligasi 3 Tahun (Jatuh tempo tanggal 1 Juli 2020)
Bunga tetap (Fixed rate) sebesar 16% per tahun
Jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember
Penerbitan perdana tercatat di BEI.
PT. Suzuki Kunaiki (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga
di bawah nilai nominal (at discount), yaitu sebesar Rp. 9.000.000 per lembar. Perhitungan bunga dan
PPh yang terutang oleh PT. Suzuki Kunaiki pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember 2017
adalah ? (Bobot 20)
Jawab: Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh
PT Suzuki Kunaiki pada saat jatuh tempo bunga pada tanggal 31 Desember 2017 adalah sebagai berikut:

- bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10


= Rp8.000.000
- PPh final = 15% x Rp8.000.000
= Rp1.200.000
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.

Keterangan :
Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) pada saat
penerbitan perdana tidak harus selalu sama dengan nilai nominalnya. Pembeli dapat memperoleh
Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) atau di atas nilai nominal (at premium).
Pada hakekatnya selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut merupakan penyesuaian
tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga perolehan.

Dalam hal investor atau pembeli Obligasi sebagaimana tersebut di atas adalah Wajib Pajak
Reksadana, maka penghitungan PPh final atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal 31
Desember 2017 adalah sebagai berikut:
- Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10
= Rp8.000.000
- PPh final = 5% x Rp8.000.000
= Rp400.000

2. Soal Terkait Sejarah, Prinsip & Teori Perpajakan

Dalam kajian ilmu perpajakan dikenal istilah The Revenue Adequacy Principle, pembagian
jenis pajak menurut sifatnya dan The Four Maxims, jelaskan ! (Bobot 20)
Jawab: Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The Four
Maxims", asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

• Asas Equality(asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan): pemungutan pajak yang
dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak
boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.

• Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi
yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

• Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan):
pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat
wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.

• Asas Efficiency (asas efisien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.[12]

3. Soal Terkait Perpajakan WPLN (BUT), TKI & PNS

a. Pada umumnya PPh Pasal 26 dikenakan atas setiap penghasilan yang diterima atau
diperoleh WPLN. Tetapi tidak semua penghasilan yang diterima oleh WPLN harus
dipotong PPh Pasal 26. Berkenaan dengan hal tersebut, Jelaskan prinsp pemotongan PPh
Pasal 26 !
Jawab: untuk PPh pasal 26 yang merupakan pajak penghasilan yang dipotong dari badan usaha apa
pun di Indonesia. Yang mana melakukan transaksi pembayaran berupa gaji, bunga, dividen, royalti
dan sejenisnya kepada Wajib Pajak Luar Negeri. Untuk menghitung tarif 20% secara final dapat
diperoleh dari laba bersih yang didapatkan dari hasil penjualan atau pengalihan saham perusahaan.
Pengenaan tarif 20% tersebut dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak.
Dengan melihat suatu bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia.

b. Andaikan penghasilan kena pajak BUT X di Indonesia sebesar Rp. 17,5 M dan PPh Badan
tarifnya 25%, berapa PPh Pasal 26 yang terutang atas BUT X tersebut di Indonesia ?
(Bobot 20)
Jawab: Pajak penghasilan yang harus dibayarkan yaitu sebesar
25% x Rp17.500.000.000 = Rp4.375.000.000.
Penghasilan BUT setelah kena pajak yaitu sebesar Rp13.125.000.000.
Hitunglah PPh Pasal 26?
PPh Pasal 26 yang terutang
= 20% x Rp13.125.000.000 = Rp2.625.000.000.
Apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp13.125.000.000 tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang telah diatur, maka atas penghasilan tersebut tidak dipotong
pajak.

4. Soal Terkait Perpajakan Penjualan Tanah dan/atau Bangunan

Jelaskan 2 perbedaan secara prinsipil terkait aspek perpajakan Penjualan Tanah dan/atau
Bangunan dari sudut pandang PPh dan BPHTB ! (Bobot 15)

Jawab: Berikut ini penjelasan rinci mengenai sejumlah pajak yang terkait dengan transaksi penjualan
tanah:
1. PPh
Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan pada penjual berdasar pada Peraturan
Pemerintah nomor 48 pasal 1 ayat (1) tahun 1994 yang mengatur tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah atau Bangunan. Berikut ini kutipan
langsung pasal tersebut:
“Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan wajib dibayar Pajak Penghasilan”
Pada awalnya, nilai PPh yang harus dibayarkan adalah sebesar 5% dari nilai transaksi. Namun, sejak
September 2016, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 34 Tahun 2016 tentang PPh
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah atau Bangunan. Pada pasal 2 ayat (1) berikut ini
kutipan langsungnya:
“Besarnya PPh dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah sebesar 2,5% dari jumlah
bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,”
Peraturan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang diperoleh dari penjualan tanah selain rumah
yang berupa rumah susun sederhana.
Selain itu, penting untuk diketahui PPAT berhak menolak permohonan pembuatan Akta Jual Beli
(AJB) jika penjual belum memenuhi kewajibannya dalam membayar PPh.
2. BPHTB
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pungutan yang ditanggung oleh pembeli.
Peraturan mengenai pengenaan BPHTB dapat dilihat pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2000
tentang Perubahan atas UU nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Besarnya tarif BPHTB adalah 5% dari NJOP yang sudah dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak
Kena Pajak.
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pihak penjual dan pembeli sama-sama
memiliki tanggung jawab untuk membayar pajak. Besaran tarifnya juga sudah ditentukan dan dihitung
sesuai peraturan yang berlaku.
5. Soal Terkait Perpajakan TKI & PNS

Tn. Nabok Seng (K/1) seorang penduduk telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Pratama
Serpong. Selama Januari-September 2017, bekerja pada PT. PHP, sebuah perusahaan yang
berkedudukan di Indonesia. Gaji yang diterima dari PT. PHP selama tahun 2017 sebesar Rp.
100 juta dengan dipotong PPh Pasal 2`1 sebesar Rp. 5 juta. Sejak bulan Oktober-Desember
2017 Tn. Nabok Seng pindah kerja di luar negeri, yaitu pada Manhattan Ltd., sebuah
perusahaan berkedudukan di Hongkong. Gaji yang diterima dari Manhattan Ltd. Selama
tahun 2017 sebesar Rp. 60 juta dengan dipotong pajak Rp 3 juta. Hitung berapa PPh Pasal
29 Tn. Nabok Seng untuk tahun 2017 ! (Bobot 25)

Anda mungkin juga menyukai