OLEH
KELOMPOK 4
FAKULTAS EKONOMI
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan
Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pajak tentang
Pajak Daerah dan Pajak Lainnya. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk
menambah wawasan tentang pengetahuan Pajak secara meluas. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr. Vince Ratnawati, MSi. Ak. BKP. CA selaku dosen kami yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
kami menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca.
8 November 2021
Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN
Pajak adalah iuran wajib kepada negara yang mana tidak mendapatkan kontra
prestasi secara langsung dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam
rangka pelaksanaan tugas negara sebagai penyelenggara negara. Jenis pajak dibedakan
menjadi 2 yaitu pajak pusat yang contohnya pajak penghasilan (Pph), pajak pertambahan
nilai barang & jasa (Ppn), pajak penjualan atas barang mewah (Ppn-BM) serta pajak bumi
dan bangunan (Pbb) dan pajak daerah contohnya seperti pajak reklame, pajak bahan
bakar, pajak hiburan serta pajak kendaraan bermotor. Pajak daerah ini menjadi bagian
dari Otonomi daerah yang mana ditandai dengan pemberian kewenangan yang besar dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri
PEMBAHASAN
2.1.1 Prinsip
- Umum
Keadilan (equity)
Kepastian (certainity)
Kemudahan (convenience)
Efisiensi (efficiency)
- Pemungutan
Didasarkan pada peraturan daerah
Daerah memiliki potensi penerimaan pajak dan/atau retribusi yang memadai
Penetapan tarif memperhatikan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan
Administrasi pemungutan diatur secara efisien dan efektif
Terdapat kepastian hukum dan pengaturan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban pembayar dan pemungut pajak daerah dan retribusi daerah
Pemungutan tidak dapat diborongkan
Pemungutan tidak berlaku surut
1. Jasa Umum;
2. Jasa Usaha; dan
3. Perizinan Tertentu.
Dengan demikian, retribusi digolongkan menjadi:
1. Pajak dapat dibayarkan oleh Wajib Pajak setelah Wajib Pajak mendapatkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Cara
ini masuk ke dalam official assessment system
2. Wajib Pajak melakukan perhitungan, pembayaran, dan pelaporan secara pribadi
atau sendiri sesuai dengan pajak terutang melalui Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD). Cara ini masuk ke dalam self assessment system.
2.3 Subjek, objek, dan perhitungan PBB, BPHTB, dan Bea Materai
2.3.1 Pajak Bumi dan Bangunan
Sesuai dengan namanya, yang menjadi objek PBB adalah bumi dan bangunannya.
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan. Namun, tidak semua bumi dan bangunan termasuk dalam objek pajak.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, pada pasal 3 disebutkan ada
beberapa ketentuan yang mengatur objek pajak yang tidak dikenakan PBB.
Pihak yang menerima atau mendapatkan manfaat dokumen, kecuali pihak yang
bersangkutan menentukan berbeda.
Jika dokumen dibuat secara sepihak, seperti kuitansi, bea meterai terutang oleh penerima
kwitansi.
Jika dokumen dibuat oleh dua pihak atau lebih, seperti surat perjanjian, masing-masing
pihak terutang bea meterai.
Objek Bea Materai:
- Dokumen yaitu kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan, kenyataan bagi seseorang dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
- Pengenaan Bea materai bukanlah pada perbuatan hukumnya melainkan pada ada atau
tidaknya dokumen yang dibuat untuk membuktikan adanya perbuatan itu
2.4 UU PBB
Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disebut Undang-
Undang PBB adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
2.5 UU Bea Meterai
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020. Bahwa Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang
Bea Meterai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum, kebutuhan masyarakat, dan
kebutuhan tata kelola Bea Meterai sehingga perlu diganti.
2.6 UU BPHTB
UU No. 20 Tahun 2000
2.7 UU Dokumen Negara
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997
2.8 UU Pajak Daerah dan Retribusi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
http://www.wikiapbn.org/pajak-daerah-dan-retribusi-daerah/
https://www.pajakku.com/read/5d82eb4574135e0390823b09/Definisi-Pajak-Daerah-dan-Jenis-
jenis-Pajak-Daerah
https://jdih.kemenkeu.go.id/
https://www.rusdionoconsulting.com/pajak-bumi-dan-bangunan-objek-pajak-dan-cara-
menghitungnya/
https://klikpajak.id/blog/bphtb-pengertian-objek-tarif-cara-menghitung-dan-syarat-mengurus/
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/bea-materai
https://arsip.usu.ac.id/images/pdf/UU-Nomor-8-Tahun-1997-Tentang-Dokumen-Perusahaan.pdf
https://igedearianta.co.id/download/uu-bphtb/
http://kejari-jakbar.go.id/index.php/arsip/berita/item/222-kasus-ott-pegawai-pajak-daerah-di-
serahkan-ke-kejari-jakbar