Anda di halaman 1dari 32

Materi ke – 08

AKUNTANSI BIAYA
Sistem Kos Proses I - Dasar

R. M. JUKADI NATALEGAWA, SE.AK. MM. CA


NIDN : 0422067505

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridharma


2021
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mempu menjelaskan definisi sistem kos proses, tujuan, dan karakteristiknya;


2. Mampu menjelaskan perbedaan antara sistem kos pekerjaan - order dan sistem kos
proses;
3. Mampu menjelaskan konsep unit ekuivalen;
4. Mampu menghitung kos produksi berdasarkan laporan kos produksi dengan metode
empat tahap;
5. Mampu menyesuaikan kos per unit ketika bahan ditambahkan dalam produksi
setelah departemen pertama.
SISTEM KOS PROSES – KONSEP
A. SISTEM KOS PROSES
• Sistem kos proses dapat didefinisikan sebagai sistem akumulasi kos produksi
berdasarkan departemen atau pusat kos.
• Sistem kos ini efektif digunakan untuk perusahaan yang proses produksinya
berjalan secara kontinu atau berkelanjutan dan jenis produk yang dihasilkan sejenis
atau seragam.
• Produk diproses secara berkelanjutan mengalir dari satu departemen produksi ke
departemen produksi berikutnya.
• Setelah proses produksi selesai, pekerja akan mentransfer produk jadi ke gudang
penyimpanan produk jadi atau barang jadi karena produk tersebut tidak diproduksi
atas pesanan pelanggan tertentu.
• Semua unit produk di lini produksi yang sama akan memiliki tingkat penyelesaian
dan kos produksi yang identik.
B. TUJUAN SISTEM KOS PROSES
• Sistem kos proses bertujuan untuk menentukan atau menghitung kos per unit
produk yang dihasilkan dan membebankan kos produksi pada produk dalam proses
di akhir periode.
• Alokasi kos dalam departemen hanya merupakan tahap antara, tujuan utama
adalah menghitung kos unit total untuk penentuan penghasilan (income).
• Selama periode tertentu, sejumlah unit produk akan mulai diproduksi, akan tetapi
tidak selesai pada akhir periode tersebut.
SISTEM KOS PROSES – KONSEP
• Sebagai akibat, setiap departemen harus menentukan seberapa besar kos total yang
terjadi di departemen tersebut harus dibebankan pada unit produk yang masih dalam
proses dan seberapa besar yang harus dibebankan pada produk jadi.
• Sebagai contoh, asumsikan selama bulan Juli terdapat 3.000 unit yang mulai diproses
produksi di Departemen A.
• Selama bulan Juli tersebut kos yang terjadi adalah sebagai berikut: bahan baku
Rp4.000.000; tenaga kerja langsung Rp1.450.000; dan overhead pabrik Rp740.000.
• Pada akhir bulan, 2.200 unit selesai diproses dan ditransfer ke Departemen B.
• Tujuan sistem kos proses adalah menentukan seberapa besar kos produksi yang terjadi di
Departemen A yang harus dibebankan pada unit yang selesai diproses dan ditransfer ke
Departemen B (2.200 unit) dan seberapa besar yang harus dibebankan pada produk dalam
proses (800 unit) yang masih ada di Departemen A.
• Gambar 8.1 mengilustrasi akumulasi kos dalam sistem kos proses.
SISTEM KOS PROSES – KONSEP
• Dalam Gambar 8.1 Anda dapat melihat bagaimana kos produksi mengalir dari satu
departemen ke departemen lain.
• Sebagai contoh, di Departemen 1 terdapat kos produksi sebesar Rp1.000.000.
• Setelah produk selesai diproses di Departemen 1, unit produk secara fisik dan kos yang
melekat padanya akan ditransfer ke Departemen 2.
• Di Departemen 2, unit produk mendapatkan tambahan proses yang berkonsekuensi pada
adanya tambahan kos produksi sebesar Rp500.000.
• Setelah produk selesai diproses di Departemen 2 kemudian produk secara fisik beserta kos
produksi yang melekat padanya ditransfer ke Departemen 3.
• Departemen 3 mendapatkan transfer masuk kos produksi sebesar Rp1.500.000, yaitu
penjumlahan kos produksi di Departemen 1 sebesar Rp1.000.000 ditambah kos produksi di
Departemen 2 sebesar Rp500.000.
• Di Departemen 3 produk mendapatkan proses penyelesaian dan terdapat tambahan kos
produksi sebesar Rp600.000.
• Setelah selesai diproses, produk jadi kemudian ditransfer ke gudang produk jadi dengan kos
produksi total sebesar Rp2.100.000.

C. KARAKTERISTIK SISTEM KOS PROSES


• Berikut ini merupakan karakteristik yang dimiliki oleh sistem kos proses, yaitu sebagai
berikut.
1. Kos diakumulasi berdasarkan departemen atau pusat kos.
2. Setiap departemen di pabrik memiliki akun Produk Dalam Proses. Akun ini didebit ketika
kos produksi terjadi di departemen bersangkutan dan dikredit ketika produk ditransfer ke
departemen berikutnya atau ditransfer ke gudang produk jadi.
SISTEM KOS PROSES – KONSEP
3. Unit ekuivalen digunakan untuk menyatakan Produk Dalam Proses dalam pengertian
produk jadi pada akhir periode. Penjelasan mengenai unit ekuivalen akan menyusul.
4. Kos per unit ditentukan oleh departemen atau pusat kos setiap periode.
5. Unit yang selesai diproses di departemen tertentu akan ditransfer ke departemen tahap
pemrosesan berikutnya disertai dengan kos yang melekat pada unit produk tersebut.
6. Kos total dan kos unit untuk setiap departemen secara periodik dijumlahkan, dianalisis,
dan dihitung dengan tujuan pembuatan laporan kos produksi setiap departemen.

D. ALIRAN PRODUK DALAM SISTEM KOS PROSES


• Sebagaimana telah dijelaskan dalam bahasan sebelumnya, dalam sistem kos proses, unit
produk (secara fisik), dan kos yang melekat pada unit tersebut akan mengalir dari satu
departemen ke departemen lain.
• Aliran ini tidak selalu berjalan secara sekuensial dalam pengertian dari Departemen 1
kemudian mengalir ke Departemen 2 dan seterusnya sampai dengan departemen terakhir.
Terdapat beberapa bentuk aliran produk, yaitu sebagai berikut.
1. Aliran Produk Sekuensial
Dalam bentuk ini bahan baku dimasukkan ke departemen pertama dan setelah selesai
diproses di departemen tersebut maka produk dan kos produksi akan mengalir ke
departemen berikutnya secara sekuensial atau urut. Di masing-masing departemen
mungkin saja terdapat tambahan bahan baku atau tidak terdapat. Gambar 8.2 merupakan
ilustrasi aliran produk sekuensial.
2. Aliran Produk Paralel
Bahan baku awal di proses di lebih dari satu departemen. Setelah selesai maka produk
selesai di setiap departemen digabungkan di departemen berikutnya. Gambar 8.3
mengilustrasi aliran produk paralel.
SISTEM KOS PROSES – KONSEP
3. Aliran Produk Selektif
Pada bentuk aliran ini, dari bahan baku yang sama yang diproses di satu departemen
akan menghasilkan beberapa jenis produk yang selanjutnya akan diproses di departemen
yang berbeda-beda. Gambar 8.4 mengilustrasi aliran produk selektif.

E. PERBEDAAN SISTEM KOS PROSES DAN SISTEM KOS PEKERJAAN - ORDER


• Pada subkegiatan belajar di atas kita telah mendiskusikan mengenai sistem kos proses,
aliran kos dalam sistem ini, serta karakteristik yang dimilikinya. secara ringkas dapat
dikatakan bahwa sistem kos proses adalah sistem kos yang mengakumulasi kos produksi
berdasarkan departemen dan proses produksi berjalan secara kontinu tanpa harus
menunggu adanya order dari pelanggan.
SISTEM KOS PROSES – KONSEP
• Sebaliknya, sistem kos pekerjaan - order umumnya digunakan oleh perusahaan yang proses
produksi baru akan berjalan ketika mendapatkan order atau pesanan dari pelanggan.
• Setiap pekerjaan atau order diproses produksi secara spesifik tergantung pada spesifikasi
yang diminta oleh pelanggan.
• Akibatnya, setiap pekerjaan membutuhkan bahan baku dan konversi yang berbeda-beda dan
hal ini akan menyebabkan kos produksi setiap pekerjaan - order akan berbeda-beda juga.
• Setelah proses produksi selesai, produk atau barang akan sesegera mungkin diserahkan
pada pelanggan.
• Tabel 8.1 menunjukkan beberapa perbedaan utama dalam sistem kos proses dan sistem kos
pekerjaan - order.
Berdasarkan Gambar 8.5 dan 8.6 dapat dilihat bahwa dalam sistem kos
proses, kos bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik
dibebankan ke setiap departemen yang menikmatinya. Selain itu, kos produk
total dihitung berdasarkan akumulasi total kos produksi yang berasal dari
akumulasi kos di departemen 1 ditambah departemen 2 ditambah departemen
3. Sedangkan pada sistem kos pekerjaan - order, kos bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik dibebankan pada pekerjaan - order.
Gambar 8.5.
Aliran Kos Sistem Kos Proses

Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Pabrik


Langsung

PDP PDP PDP


Departemen 1 Departemen 2 Departemen 3 Sediaan Produk Jadi

Kos Unit Total =


Departemen 1 + 2 + 3
PDP: Produk Dalam Proses

Gambar 8.6.
Aliran Kos Sistem Kos Pekerjaan - Order

Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Pabrik


Langsung

PDP PDP PDP


Pekerjaan No. 1 Pekerjaan No. 2 Pekerjaan No. 3

Sediaan Produk Jadi

Unit Kos Unit Kos Unit Kos


Pekerjaan No. 1 Pekerjaan No. 2 Pekerjaan No. 3

PDP: Produk Dalam Proses


Akuntansi Biaya 

F. UNIT EKUIVALEN 2 F

Perhitungan kos unit untuk proses produksi yang dilakukan selama


periode tertentu merupakan tahap penting dalam pembuatan laporan kos
produksi. Kos unit dibutuhkan untuk menghitung kos produksi yang
ditransfer ke departemen lain dan menentukan nilai produk dalam proses.
Jika tidak terdapat produk dalam proses pada akhir periode maka perhitungan
kos unit dalam sistem kos proses merupakan hal yang sederhana, yaitu hanya
membagi kos total yang terjadi selama periode tersebut dengan jumlah unit
yang diproduksi. Akan tetapi, setiap departemen umumnya memiliki produk
dalam proses pada akhir periode. Perhitungan produk dalam proses yang
masih ada pada akhir periode merupakan masalah penting dan sulit dalam
sistem kos produksi. Produk dalam proses ini tidak dapat diabaikan dalam
perhitungan kos unit karena setiap unitnya telah menikmati bahan baku,
tenaga kerja, dan overhead pabrik. Masalah pertama, definisi unit produksi
menjadi sulit karena sejumlah unit telah selesai diproses, sedangkan sebagian
lagi belum. Masalah ini akan diselesaikan melalui pendekatan unit ekuivalen.
Masalah kedua, bagaimana seharusnya kos produk dalam proses awal periode
akan diperlakukan? Akankah kos ini diakumulasi bersama kos yang terjadi di
periode sekarang ataukah dipisahkan? Metode rata-rata berbobot (weighted
average) dan masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau disebut juga
first-in-first-out (FIFO) digunakan untuk mengatasi masalah kedua.
Berdasarkan definisi, produk dalam proses di akhir periode
merupakan produk yang belum selesai sehingga unit yang selesai dan
ditransfer ke departemen lain selama periode tersebut tidak sama
(ekuivalen) dengan unit produk dalam proses. Konsekuensinya, kos yang
dilekatkan pada setiap unit produk selesai dan unit produk dalam
proses) harus berbeda. Untuk menghitung kos unit maka jumlah output
periode tersebut harus ditentukan.
Berikut ini merupakan ilustrasi masalah tersebut. Data di Departemen A
pada bulan Juli.

2
Disebut juga produksi ekuivalen atau ekuivalen unit penuh.
 EKMA4315/MODUL 6 6.11

Unit produk dalam proses awal 3 F F -


Unit selesai 1.000
Unit produk dalam proses akhir 4 (25% tingkat
F F 600
penyelesaian 5 )
F F

Kos produksi total Rp11.500.000

Berapakah jumlah output bulan Juli? Jika Anda menjawab 1.000 unit
maka Anda mengabaikan adanya 600 unit yang masih dalam proses.
Sebaliknya, apabila Anda menjawab 1.600 unit maka Anda mengabaikan
bahwa 600 unit baru mendapatkan 25% proses produksi. Artinya, 1.000 unit
selesai tidak dapat disamakan dengan 600 unit produk dalam proses. Output
harus dinyatakan dalam ukuran yang merefleksi usaha yang telah dicurahkan
untuk menghasilkan baik produk selesai maupun yang masih dalam proses.
Solusi untuk menjawab berapa jumlah output di Departemen A adalah
dengan menggunakan pendekatan unit ekuivalen. Unit ekuivalen adalah unit
selesai yang dapat diproduksi dalam suatu periode berdasarkan sumber daya
yang dicurahkan dalam periode tersebut untuk menyelesaikan produk jadi.
Sumber daya untuk membuat produk adalah bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik sehingga konsep ini juga dapat diterapkan
pada masing-masing sumber daya atau elemen-elemen produk tidak hanya
pada tingkat produk selesai. Konsep ini terlihat membingungkan, akan tetapi
pada praktiknya mudah. Dalam bahasa yang lebih sederhana, unit ekuivalen
berkaitan dengan pertanyaan jika terdapat sejumlah X unit produk selesai dan
X unit dalam proses akhir maka seluruh unit tersebut setara (ekuivalen)
dengan berapa unit produk selesai? Salah satu cara untuk menghitung
ekuivalen ini adalah dengan melihat tingkat penyelesaian yang telah
didapatkan oleh unit tersebut. Tingkat penyelesaian adalah pecahan atau
persentase bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang telah
digunakan untuk memproses suatu produk yang masih belum selesai
diproses. Sebagai contoh, untuk memproduksi 1 unit produk dibutuhkan
bahan baku sebanyak 4 kg, tenaga kerja langsung 3 jam kerja langsung

3
Lengkapnya adalah unit produk dalam proses di awal periode.
4
Lengkapnya adalah unit produk dalam proses di akhir periode.
5
Suatu proses dikatakan lengkap atau selesai ketika unit telah menerima 100%
tingkat penyelesaian (proses produksi) yang dibutuhkan. Tingkat penyelesaian
tidak hanya dapat dinyatakan dalam bentuk persentase, tetapi juga bisa dalam
bentuk pecahan (1/4, 2/4, dsb.).
Akuntansi Biaya 

(JKL), dan overhead pabrik sebanyak 12 jam mesin (JM). Pada akhir periode
terdapat produk dalam proses akhir sejumlah 100 unit yang telah
menggunakan 320 kg bahan baku, 150 JKL, dan 600 JM. Berapakah tingkat
penyelesaian yang telah dinikmati 100 unit produk dalam proses akhir
tersebut? Tingkat penyelesaian 100 unit produk tersebut dapat ditentukan
sebagai berikut.

Bahan baku: 320kg digunakan/400kg kebutuhan = 80%


Tenaga kerja langsung: 150 JKL/300 JKL kebutuhan = 50%
Overhead pabrik: 600 JM/1.200 JM kebutuhan = 50%

Keterangan:
Kebutuhan bahan baku: 100 unit × 4kg per unit = 400kg.
Kebutuhan tenaga kerja langsung: 100 unit × 3 JKL per unit = 300 JKL
Kebutuhan overhead pabrik: 100 unit × 12 JM per unit = 1.200 JM

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat


penyelesaian 100 unit produk dalam proses akhir adalah bahan baku 80% dan
konversi 50%. Dalam kasus ini, tingkat penyelesaian tenaga kerja langsung
dan overhead pabrik sama. Akan tetapi, dalam kasus lain sangat mungkin
keduanya memiliki tingkat penyelesaian yang berbeda.
Kembali pada contoh di atas, jumlah output produk selesai adalah 1.000
unit. Oleh karena 1.000 unit tersebut adalah produk selesai maka unit
ekuivalennya adalah 1.000 unit juga. Mengapa? Produk selesai adalah produk
yang telah menikmati 100% bahan baku dan 100% konversi yang dibutuhkan
sehingga 1.000 unit dikalikan 100% adalah tetap 1.000 unit. Untuk 600 unit
merupakan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian 25%. Di sini
kita harus menghitung 600 produk dalam proses di akhir periode ekuivalen
dengan berapa unit produk selesai. Caranya dengan mengalikan tingkat
penyelesaian dengan jumlah unit produk dalam proses sehingga didapatkan
jumlah unit ekuivalen = 150 unit. Artinya, 600 unit produk dalam proses
akhir adalah setara dengan 150 unit produk selesai.

Unit Ekuivalen = Unit Produk × Tingkat Penyelesaian


Total output atau unit ekuivalen di Departemen A pada bulan Juli adalah
sebanyak 1.150 unit. Kos unit dapat dihitung dengan cara membagi kos total
Rp11.500.000 dengan 1.250 unit = Rp10.000 per unit. Maka kos total untuk
produk selesai adalah 1.000 unit × Rp10.000 per unit = 10.000.000. Nilai
total dari 600 unit produk dalam proses di akhir periode adalah 150 unit
ekuivalen × Rp10.000 = Rp1.500.000. Harus diingat, meskipun unit produk
dalam proses di akhir periode berjumlah 600 unit, tetapi yang
digunakan untuk menentukan nilai adalah unit ekuivalen! Gambar 8.7
mengilustrasi konsep unit ekuivalen.

100 unit selesai 100 unit ekuivalen

200 PDP* akhir, tingkat 100 unit ekuivalen


penyelesaian 50%

200 unit ekuivalen


* Produk Dalam Proses
Gambar 8.7.
Unit Ekuivalen Produk

Konsep unit ekuivalen tidak hanya dihubungkan dengan unit selesai,


tetapi juga dapat dihubungkan dengan elemen atau komponen-komponen
produk, yaitu bahan baku dan konversi (tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik). Sebagai contoh, selama bulan November kos yang terjadi di
Departemen A adalah bahan baku Rp78.975.000; tenaga kerja langsung
Rp63.000.000 dan overhead pabrik Rp59.400.00. Informasi mengenai jumlah
produk yang diproses adalah sebagai berikut.
Akuntansi Biaya 

Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 50.000


PDP akhir (100% BB 6 , dan 2/3 konversi)
F F 15.000
Unit total 65.000

Berdasarkan data tersebut di atas maka kita bisa menghitung berapa


besarnya kos per unit dengan terlebih dahulu menghitung jumlah unit
ekuivalen. Berbeda dengan contoh sebelumnya, unit ekuivalen harus dihitung
berdasarkan komponen sumber daya produk, yaitu:

Bahan baku:
50.000 + (15.000 × 100%) = 65.000 unit ekuivalen

Tenaga kerja dan overhead pabrik:


50.000 + (15.000 × 2/3) = 60.000 unit ekuivalen

Jumlah 50.000 unit di bahan baku berasal dari unit selesai dan
ditambahkan dengan tingkat penyelesaian bahan baku dan konversi.
Bagaimana perhitungan kos per unit? Untuk menghitung kos per unit terlebih
dahulu harus dihitung kos per unit per sumber daya, yaitu sebagai berikut.
Kos
Kos Unit =
Unit Ekuivalen
Rp78.975.000
Bahan Baku = = Rp1.215
65.000
Rp63.000.000
Tenaga Kerja Langsung = =Rp1.050
60.000
Rp59.400.000
Overhead Pabrik = = Rp990
60.000

Kos total per unit = Rp1.215 + Rp1.050 + Rp990 = Rp3.255 per unit
sehingga kos produksi yang dibebankan ke produk selesai adalah 50.000 ue 7 F F

× Rp3.255 = 162.750.000. Untuk nilai dari PDP akhir adalah (15.000 8 ue ×F F

Rp1.215) + (10.000 9 ue × 1.050) + (10.000 ue × Rp990) = Rp38.625.000.


F F

6
BB = Bahan Baku
RA NGK UMA N

Sistem kos proses adalah sistem kos yang bertujuan untuk


menentukan kos per unit yang akan dibebankan pada produk yang
dihasilkan dalam periode waktu tertentu dan membebankan kos produksi
pada produk dalam proses di akhir periode. Beberapa karakteristik
sistem kos ini adalah (1) kos diakumulasi berdasarkan departemen atau
pusat kos; (2) kos produksi di tiap departemen akan diakumulasi pada
akun produk dalam proses; (3) kos per unit ditentukan oleh departemen
untuk setiap periodenya; (4) diperlukan konversi dari produk dalam proses
akhir menjadi produk selesai dengan menggunakan konsep unit ekuivalen;
(5) unit fisik dan kos yang melekat pada unit tersebut akan ditransfer ke
departemen lain atau ke gudang produk jadi; dan (6) secara berkala, setiap
departemen akan membuat laporan kos produk.

Unit ekuivalen adalah unit selesai yang dapat diproduksi dalam


suatu periode berdasarkan sumber daya yang dicurahkan dalam periode
tersebut untuk menyelesaikan produk jadi. Dalam bahasa yang lebih
sederhana, unit ekuivalen berkaitan dengan pertanyaan jika terdapat
sejumlah X unit produk selesai dan X unit dalam proses akhir maka unit
tersebut setara (ekuivalen) dengan berapa unit produk selesai? Salah satu cara
untuk menghitung ekuivalen ini adalah dengan melihat tingkat
penyelesaian yang telah didapatkan oleh unit tersebut.
Akuntansi Biaya 

Akuntansi Sistem Kos Produksi dan


Laporan Kos Produksi – Tanpa PDP Awal
dan Penambahan Bahan Baku

A. AKUNTANSI SISTEM KOS PRODUKSI

Akuntansi sistem kos produksi terkait dengan pengasingan/pembebanan


kos produksi (bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik) pada
akun Produk Dalam Proses departemen yang tepat. Sistem kos proses dapat
mengakumulasi baik kos normal (bahan baku aktual, tenaga kerja aktual,
overhead pabrik dibebankan) atau kos standar. Pada modul ini, kita hanya
akan membahas penggunaan kos normal, sedangkan kos standar akan dibahas
di modul-modul berikutnya. Berikut ini merupakan penjurnalan elemen-
elemen kos produksi dalam sistem kos produksi.

B. BAHAN BAKU

Jurnal untuk mencatat penggunaan bahan baku sebesar Rp2.100.000 di


Departemen A adalah sebagai berikut.

Produk dalam proses – Departemen A 2.100.000


Sediaan bahan 2.100.000

Bahan baku selalu digunakan di departemen awal. Akan tetapi, tidak


selalu di departemen berikutnya. Seandainya di departemen berikutnya
digunakan bahan baku maka jurnal yang digunakan tetap sebagaimana di
atas. Perubahan hanya pada penambahan nama departemen yang sesuai di
belakang akun produk dalam proses.

C. TENAGA KERJA LANGSUNG

Untuk mencatat penggunaan tenaga kerja langsung di Departemen A


sebesar Rp1.200.000; Departemen B Rp 1.450.000 adalah sebagai berikut.
Produk dalam proses – Departemen A 1.200.000
Produk dalam proses – Departemen B 1.450.000
Utang gaji dan upah 1.650.000

D. OVERHEAD PABRIK

Dalam sistem kos proses, sebagaimana yang telah kita pelajari di sistem
kos proses, penggunaan kos normal tetap dibenarkan. Untuk mengalokasi
overhead pabrik ke akun produk dalam proses kita menggunakan akun
overhead pabrik dibebankan. Untuk mencatat overhead pabrik sesungguhnya
kita gunakan akun overhead pabrik kendali. Sebagai contoh, dengan
mendasarkan pada informasi tenaga kerja langsung di atas, tarif overhead
pabrik ditentukan sebesar 80% dari kos tenaga kerja langsung. Jurnal yang
digunakan adalah sebagai berikut.

Produk dalam proses – Departemen A 960.000


Produk dalam proses – Departemen B 1.160.000
Overhead pabrik dibebankan 2.120.000

E. LAPORAN KOS PRODUKSI

Dalam sistem kos proses, kos diakumulasi oleh departemen berdasarkan


suatu periode waktu. Dokumen yang digunakan untuk mengakumulasi adalah
laporan kos produksi. Sebelum laporan kos produksi dibuat oleh akuntan,
terlebih dahulu dibutuhkan dokumen sebagai sumber informasi. Dokumen
tersebut adalah laporan produksi yang dibuat oleh supervisor departemen
atau pabrik pada akhir periode tertentu, Gambar 8.8 dan Gambar 8.9.
Laporan produksi berisi informasi mengenai berikut ini.
1. Jumlah unit produk dalam proses awal.
2. Jumlah unit selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang produk jadi.
3. Jumlah unit produk dalam proses akhir beserta estimasi tingkat
penyelesaiannya.

Terakhir, seluruh informasi dalam laporan kos produksi akan diringkas


dalam kertas kerja kos departemental (Departmental Cost Work Sheet).
Akuntansi Biaya 

Setelah menerima laporan produksi, bagian akuntansi akan memulai


penyusunan laporan kos produksi dengan mengumpulkan informasi kos
produksi periode tertentu yang berasal dari berbagai dokumen. Dokumen
tersebut, antara lain formulir permintaan bahan, penggajian, dan kartu
analisis overhead pabrik.

LAPORAN PRODUKSI

Untuk bulan yang berakhir

Produk dalam proses awal


Produk selesai
Produk dalam proses akhir
Estimasi tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir

Keterangan

Supervisor

Gambar 8.8.
Laporan Produksi – Satu Departemen

Laporan kos produksi adalah dokumen yang meringkas aktivitas proses


produksi pada suatu departemen dalam periode waktu tertentu. Laporan kos
produksi, antara lain berisi informasi mengenai kos transferan dari
departemen lain, kos yang dikeluarkan atau ditambahkan di departemen
terkait. Laporan ini sebenarnya seperti buku pembantu bagi akun produk
dalam proses. Mirip seperti kartu kos pekerjaan dalam sistem kos pekerjaan -
order. Selain informasi mengenai kos, laporan kos produksi juga berisi
informasi mengenai unit produk secara fisik yang diterima, diproses, dan
ditransfer oleh suatu departemen. selain untuk tujuan manajerial, laporan kos
produksi juga merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian akuntansi
sebagai sumber pembuatan jurnal.
LAPORAN PRODUKSI

Untuk bulan yang berakhir


Departemen

Produk dalam proses awal


Tingkat penyelesaian produk dalam proses awal
Unit dimasukkan ke proses
Diterima dari Departemen Jumlah
Ditransfer ke Departemen Jumlah
Ditransfer ke Gudang produk jadi
Produk dalam proses akhir
Estimasi tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir

Keterangan

Supervisor

Gambar 8.9.
Laporan Produksi – Beberapa Departemen

Laporan kos produksi dapat disusun berdasarkan metode empat tahap.


Setiap tahap merepresentasi skedul terpisah dan keempat skedul secara
bersama-sama membentuk laporan kos produksi. Berikut ini 4 langkah
penyusunan laporan kos produksi.
Langkah 1. Pertanggungjawaban aliran fisik unit produk (skedul kuantitas).
Skedul ini merupakan pertanggungjawaban unit fisik yang
masuk maupun keluar dari departemen. Harus selalu diingat
jumlah unit dipertanggungjawabkan harus sama dengan jumlah
unit pertanggungjawaban.
Langkah 2. Perhitungan unit ekuivalen produksi (skedul ekuivalen
produksi). Skedul ini berisi perhitungan unit ekuivalen produk
selesai dan produk dalam proses akhir yang dipisahkan untuk
setiap elemen kos produksi. Konsep unit ekuivalen telah kita
pelajari dalam Kegiatan Belajar 1.
Akuntansi Biaya 

Langkah 3. Pengakumulasian kos, secara total dan per unit, kos


dipertanggungjawabkan oleh departemen (skedul kos
dipertanggungjawabkan). Skedul ini berisi akumulasi dari kos
produksi yang terjadi di departemen yang dipecah ke dalam
elemen-elemen kos produksi. Selain itu, dihitung kos per unit
per elemen produksi yang nantinya informasi ini akan
digunakan untuk menentukan pembebanan kos ke produk
selesai dan produk dalam proses akhir.
Langka 4. Pengalokasian kos akumulasian ke unit transferan atau produk
dalam proses akhir (skedul kos pertanggungjawaban). Skedul
ini berisi pembebanan kos pada produk selesai dan produk
dalam proses akhir dengan menggunakan informasi berupa unit
ekuivalen (skedul unit ekuivalen) dan kos per unit (skedul kos
dipertanggungjawabkan). Harus selalu diingat bahwa kos total
pertanggungjawaban di skedul ini harus sama dengan kos total
dipertanggungjawabkan di skedul kos dipertanggungjawabkan.

F. LAPORAN KOS PRODUKSI SATU DEPARTEMEN

Berikut ini merupakan data produksi pada PT Buana Suci selama bulan
Maret 20XX.

Departemen A
Unit:
Unit dimasukkan ke proses 5.100
Ditransfer ke produk jadi 4.900
Produk dalam proses akhir:
Departemen A (BB 100%; Konversi 40%) 200
Kos:
Bahan baku Rp10.200.000
Tenaga kerja langsung 5.478.000
Overhead pabrik (dibebankan) 2.739.000

Dengan menggunakan metode empat tahap maka laporan


produksi PT Buana Suci dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Langkah 1: Kuantitas
Di Departemen yang bersangkutan, unit yang dimasukkan ke
dalam proses produksi berjumlah 5.100. Dari jumlah unit yang
dimasukkan dalam proses, di akhir periode unit yang selesai
berjumlah 4.900 dan yang masih tertinggal di produk dalam
proses akhir berjumlah 200.

Langkah 2: Unit Ekuivalen


Perhitungan unit ekuivalen mengikuti konsep unit ekuivalen
yang telah kita pelajari dalam Kegiatan Belajar 1. Unit ekuivalen
dihitung berdasarkan elemen-elemen produk, yaitu bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan overhead.

Langkah 3: Kos Dipertanggungjawabkan


Dalam langkah 3 ini dihitung akumulasi kos total yang terjadi di
departemen bersangkutan. Kos produksi dipisah ke dalam
elemen-elemen kos produksi, yaitu bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead pabrik. Kemudian dari masing-masing elemen kos
produksi dihitunglah kos per unit per elemen, yaitu dengan cara
membagi kos dengan unit ekuivalen.

Langkah 4: Kos Pertanggungjawaban


Langkah 4 ini dihitung pembebanan kos produksi ke produk
selesai atau jadi dan ke produk dalam proses akhir.
Perhitungannya dengan mengalikan kos per unit total dengan
produk selesai untuk menentukan kos produk selesai. Untuk
produk dalam proses akhir adalah dengan mengalikan unit
ekuivalen dengan kos per unit untuk masing-masing elemen
produksi.

Perlu Anda perhatikan bahwa kos total dipertanggungjawabkan dan kos


total pertanggungjawaban harus memiliki jumlah nominal yang sama! Pada
akhir bulan, jurnal yang akan dibuat adalah sebagai berikut.

Mencatat penggunaan bahan baku:


Produk dalam proses – Departemen A 5.478.000
Utang gaji dan upah 5.478.000
Akuntansi Biaya 

Mencatat penggunaan tenaga kerja langsung:

Produk dalam proses - Departemen A 10.200.000


Sediaan bahan 2.100.000

Mencatat penggunaan overhead pabrik (asumsikan overhead pabrik


sesungguhnya atau aktual sama dengan overhead pabrik dibebankan):

Produk dalam proses - Departemen A 2.739.000


Overhead pabrik dibebankan 2.739.000

Overhead pabrik kendali 2.739.000


Macam-macam akun dikredit 2.739.000

Mencatat transfer produk jadi ke gudang produk jadi:

Produk jadi 17.885.000


Produk dalam proses - Departemen A 17.885.000
Tabel 8.2.
Laporan Kos Produksi PT Buana Suci
PT Buana Suci
Laporan Kos Produksi
Untuk Bulan yang berakhir 31 Maret 20XX

Kuantitas

Unit dipertanggungjawabkan:
Unit dimasukkan ke proses 5.100
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer 4.900
Produk dalam proses akhir 200 5.100

Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer 4.900 4.900
Produk dalam proses akhir:
200 × 100% 200
200 × 40% 80
Unit ekuivalen Total 5.100 4.980

Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku Rp10.200.000 5.100 Rp2.000
Tenaga kerja langsung 5.478.000 4.980 1.100
Overhead pabrik 2.739.000 4.980 550
Kos total dipertanggungjawabkan Rp18.417.000 Rp3.650

Kos Pertanggungjawaban

Kos ditransfer ke produk jadi (4.900 × Rp3.650) Rp17.885.000


Produk dalam proses - akhir:
Bahan baku (200 × Rp2.000) Rp400.000
Tenaga kerja langsung (80 × RP1.100) 88.000
Overhead pabrik (80 × Rp550) 44.000 Rp532.000
Kos total pertanggungjawaban Rp18.417.000

G. LAPORAN KOS PRODUKSI DUA DEPARTEMEN

Berikut ini merupakan ilustrasi metode empat tahap pada PT Berkah


Ilahi. Terdapat dua departemen, yaitu Departemen A dan Departemen B.
PT Berkah Ilahi menggunakan aliran proses produksi yang konstan. Setelah
produk selesai diproses di Departemen A kemudian produk tersebut
ditransfer ke Departemen B sehingga bahan baku bagi Departemen B adalah
unit yang ditransfer dari Departemen A. Tidak ada penambahan bahan baku
lain di Departemen B. Gambar 8.10 mengilustrasi aliran produksi di
PT Berkah Ilahi.
Akuntansi Biaya 
Gambar 8.10.
Aliran Produksi PT Berkah Ilahi

Bahan Tenaga kerja Overhead


Baku langsung Pabrik

Departemen A Departemen B Gudang


Produk Jadi

Berikut ini data produksi PT Berkah Ilahi pada bulan Maret 20XX:

Departemen A Departemen B
Unit:
Unit dimasukkan ke proses 75.000
Diterima dari Departemen A 60.000
Ditransfer ke Departemen B 60.000
Ditransfer ke produk jadi 55.000
Produk dalam proses akhir:
Departemen A (BB 100%; Konversi 40%) 15.000
Departemen B (Konversi 30%) 5.000
Kos:
Bahan baku Rp300.000.000
Tenaga kerja langsung 171.600.000 Rp161.025.000
Overhead pabrik (dibebankan) 85.800.000 81.360.000

Laporan produksi Departemen A dan Departemen B dapat dilihat pada


Tabel 8.3 dan 8.4.
Tabel 8.3.
Laporan Kos Produksi PT Berkah Ilahi Departemen A
PT Buana Suci
Laporan Kos Produksi
Untuk Bulan yang berakhir 31 Maret 20XX

Kuantitas

Unit dipertanggungjawabkan:
Unit dimasukkan ke proses 75.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 60.000
Produk dalam proses akhir 15.000 75.000

Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 60.000 60.000
Produk dalam proses akhir:
15.000 × 100% 15.000
15.000 × 40% 6.000
Unit ekuivalen Total 75.000 66.000

Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku Rp300.000.000 75.000 Rp4.000
Tenaga kerja langsung 171.600.000 66.000 2.600
Overhead pabrik 85.800.000 66.000 1.300
Kos total dipertanggungjawabkan Rp557.400.000 Rp7.900

Kos Pertanggungjawaban

Kos ditransfer ke Departemen B (60.000 × Rp7.900) Rp474.000.000


Produk dalam proses - akhir:
Bahan baku (15.000 × Rp4.000) Rp60.000.000
Tenaga kerja langsung (6.000 × Rp2.600) 15.600.000
Overhead pabrik (6.000 × Rp1.300) 7.800.000 Rp83.400.000
Kos total pertanggungjawaban Rp557.400.000
Akuntansi Biaya 

Jurnal yang dibuat di Departemen A adalah sebagai berikut.

Mencatat penggunaan bahan baku:


Produk dalam proses - Departemen A 300.000.000
Sediaan bahan 300.000.000

Mencatat penggunaan tenaga kerja


langsung:
Produk dalam proses - Departemen A 171.600.000
Utang gaji dan upah 171.600.000

Mencatat penggunaan overhead pabrik:

Produk dalam proses - Departemen A 85.800.000


Overhead pabrik dibebankan 85.800.000

Mencatat transfer ke Departemen B:


Produk dalam proses - Departemen B 474.000.000
Produk dalam proses - Departemen A 474.000.000
Tabel 8.4.
Laporan Kos Produksi PT Berkah Ilahi Departemen B
PT Buana Suci
Laporan Kos Produksi
Untuk Bulan yang berakhir 31 Maret 20XX

Kuantitas

Unit dipertanggungjawabkan:
Unit diterima dari Departemen A 60.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi 55.000
Produk dalam proses akhir 5.000 60.000

Ekuivalen Produksi
Kos
Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi 55.000
Produk dalam proses akhir:
5.000 × 30% 1.500
Unit ekuivalen Total 56.500

Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos transferan dari Departemen A:
Tranfer-masuk Rp474.000.000 60000 Rp7.900
Kos ditambahkan ke departemen:
Tenaga kerja langsung 161.025.000 56.500 2.850
Overhead pabrik 81.360.000 56.500 1.440
Kos total ditambahkah Rp242.385.000 Rp4.290
Kos total dipertanggungjawabkan Rp716.385.000 Rp12.190

Kos Pertanggungjawaban

Kos ditransfer ke Produk Jadi (55.000 × Rp12.190) Rp670.450.000


Produk dalam proses - akhir:
Kos dari Departemen A (5.000 × Rp7.900) Rp39.500.000
Tenaga kerja langsung (1.500 × Rp2.850) 4.275.000
Overhead pabrik (1.500 × Rp1.440) 2.160.000 Rp45.935.000
Kos total pertanggungjawaban Rp716.385.000

Dari Tabel 8.4 yang perlu Anda perhatikan adalah skedul


ekuivalen produksi. Karena tidak ada penambahan bahan baku di
Departemen B maka yang perlu ditentukan unit ekuivalennya adalah
konversi yang terdiri dari tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Skedul ekuivalen produksi menunjukkan unit ekuivalen total sebesar
56.500 unit. Selain itu, yang perlu diperhatikan berikutnya adalah
skedul kos dipertanggungjawabkan. Kos dan unit ekuivalen transfer
masuk berasal dari Laporan Produksi Departemen A di skedul kos
dipertanggungjawabkan.
Akuntansi Biaya 

Di skedul tersebut terdapat informasi mengenai kos transferan ke


Departemen B beserta jumlah unit transferan.
Terakhir mengenai skedul kos pertanggungjawaban. Unit yang
ditransfer ke gudang produk jadi sebanyak 55.000 unit. Sisa unit
sejumlah 5.000 (60.000 – 55.000) adalah unit yang berasal dari
transferan Departemen A. Sehingga ketika menghitung kos PDP akhir yang
berasal dari Departemen A adalah 5.000 unit × Rp7.900. Ingat, Rp7.900
merupakan kos per unit yang berasal dari transferan Departemen A.

Jurnal yang dibuat di Departemen B adalah sebagai berikut:

Mencatat penggunaan tenaga kerja langsung:


Produk dalam proses - Departemen B 161.025.000
Utang gaji dan upah 161.025.000

Mencatat penggunaan overhead pabrik:


Produk dalam proses - Departemen B 81.360.000
Overhead pabrik dibebankan 81.360.000

Mencatat transfer ke produk jadi:


Produk jadi 670.450.000
Produk dalam proses - Departemen B 670.450.000

Setelah laporan kos produksi masing-masing departemen jadi, bagian


akuntansi pabrik dapat membuat kertas kerja kos produksi
departemental (Tabel 8.5).
Tabel 8.5.
Kertas Kerja Kos Produksi Departemental
PT Buana Suci
K e r t a s K e r ja K o s P r o d u k s i D e p a r t e m e n t a l
U n tu k B u la n y a n g B e r a k h ir 3 1 M a r e t 2 0 X X
K o s p e r u n it U n i t d it e r im a U n it d it r a n s f e r K o s d ib e b a n k a n J u m la h d i k r e d i t
tra n s fe ra n k e d e p a rte m e n k e d e p a rte m e n
A n a li s i s
D e p a rte m e n A :
PD P awal
U n it d im a s u k k a n k e p r o s e s 7 5 .0 0 0
K o s p e r io d a in i:
Bahan baku R p 3 0 0 .0 0 0 .0 0 0
T e n a g a k e r ja la n g s u n g 1 7 1 . 6 0 0 .0 0 0
O v e r h e a d p a b r ik 8 5 . 8 0 0 .0 0 0
S e le s a i d a n d itr a n s f e r k e D e p B R p 7 .9 0 0 6 0 .0 0 0 4 7 4 .0 0 0 .0 0 0
P D P a k h ir 1 5 .0 0 0 8 3 .4 0 0 .0 0 0
T o ta l 7 5 .0 0 0 7 5 .0 0 0 R p 5 5 7 .4 0 0 . 0 0 0 R p 5 5 7 .4 0 0 .0 0 0

D e p a rte m e n B :
PD P awal
U n it d ite r im a d a r i D e p A 6 0 .0 0 0 R p 4 7 4 .0 0 0 .0 0 0
K o s P e r io d a in i:
Bahan baku
T e n a g a k e r ja la n g s u n g 1 6 1 . 0 2 5 .0 0 0
O v e r h e a d p a b r ik 8 1 . 3 6 0 .0 0 0
S e le s a i d a n d itr a n s f e r k e P r o d u k J a d i R p 1 2 .1 9 0 5 5 .0 0 0 6 7 0 .4 5 0 .0 0 0
P D P a k h ir 5 .0 0 0 4 5 .9 3 5 .0 0 0
T o ta l 6 0 .0 0 0 6 0 .0 0 0 R p 7 1 6 .3 8 5 .0 0 0 7 1 6 .3 8 5 .0 0 0

J u m la h T o ta l
R in g k a s a n :
Bahan baku:
D e p a r te m e n A R p 3 0 0 .0 0 0 .0 0 0
D e p a r te m e n B R p 3 0 0 .0 0 0 .0 0 0

T e n a g a k e r ja la n g s u n g :
D e p a r te m e n A 1 7 1 . 6 0 0 .0 0 0
D e p a r te m e n B 1 6 1 . 0 2 5 .0 0 0 3 3 2 .6 2 5 .0 0 0

O v e r h e a d p a b r ik :
D e p a r te m e n A 8 5 . 8 0 0 .0 0 0
D e p a r te m e n B 8 1 . 3 6 0 .0 0 0 1 6 7 .1 6 0 .0 0 0

K o s p r o d u k s i to ta l b u la n M a r e t: R p 7 9 9 .7 8 5 .0 0 0
D ik u r a n g i p r o d u k d a la m p r o s e s a k h ir M a r e t:
D e p a r te m e n A 8 3 . 4 0 0 .0 0 0
D e p a r te m e n B 4 5 . 9 3 5 .0 0 0 1 2 9 .3 3 5 .0 0 0

K o s p r o d u k s i, p r o d u k ja d i s e la m a M a r e t: R p 6 7 0 .4 5 0 .0 0 0
Akuntansi Biaya 

RA NGK UMA N

Terdapat dua dokumen yang penting dalam sistem kos produksi.


Pertama, laporan produksi yang dibuat oleh supervisor departemen.
laporan ini berisi informasi mengenai fisik unit yang diproses diproduksi
bersangkutan. Kedua, laporan kos produksi dengan menggunakan
laporan produksi ditambah informasi yang berasal dari formulir
permintaan bahan, penggajian, dan kartu analisis overhead pabrik,
bagian akuntansi akan menyusun laporan kos produksi yang terdiri atas
4 skedul, yaitu skedul kuantitas, skedul unit ekuivalen, skedul kos
dipertanggungjawabkan, dan skedul kos pertanggungjawaban. Kos yang
akan dibebankan pada produk selesai atau jadi dan produk dalam proses
akhir akan diketahui dengan menggunakan laporan kos produksi ini.
Selain itu, jurnal yang dibuat oleh bagian akuntansi juga mendasarkan
pada informasi yang terdapat di dalam laporan kos produksi.
LATIHAN

1) Jelaskan jenis perusahaan pemanufakturan yang umumnya menerapkan


sistem kos proses!
2) Identifikasi sistem kos yang paling tepat untuk perusahaan-perusahaan
berikut ini. Sertakan juga alasan Anda.
a) Perusahaan perakitan mobil.
b) Perusahaan mainan.
c) Perusahaan pembuatan lemari berdasarkan pesanan.
d) Perusahaan perakitan komputer.
e) Perusahaan furnitur.
f) Perusahaan furnitur berdasarkan pesanan.
g) Klinik jasa dokter gigi.
h) Rumah sakit.
i) Perusahaan kertas.
j) Perusahaan bengkel mobil.
k) Perusahaan arsitektur.
l) Perusahaan penghasil lampu.
3) Jelaskan tujuan dari sistem kos proses!
4) Sebutkan karakteristik sistem kos proses!
5) Jelaskan perbedaan sistem kos pekerjaan - order dan sistem kos proses!
6) Jelaskan dalam bahasa sederhana pengertian dari unit ekuivalen.
Mengapa konsep ini penting dalam sistem kos proses?
7) Jelaskan mengapa produk selesai akan memiliki unit ekuivalen setara
dengan jumlah produk selesai tersebut, tanpa ada penurunan jumlah?
8) Jelaskan tiga bentuk aliran produk dalam sistem kos proses!
9) Berikut ini adalah data produk yang diproses di Departemen 1 selama
bulan Maret:
PDP awal −
Unit selesai 2.500
PDP akhir (tingkat penyelesaian 60%) 1.000
Kos produksi total Rp38.750.000
Diminta: Hitunglah:
a) Jumlah unit ekuivalen.
b) Kos unit.
c) Kos unit untuk produk selesai dan PDP akhir.
Akuntansi Biaya 

10) Selama bulan Agustus kos yang terjadi di Departemen Pencampuran


adalah sebagai berikut: bahan baku Rp59.000.000; tenaga kerja langsung
Rp39.900.000 dan overhead pabrik Rp22.800.00. Untuk informasi
mengenai jumlah produk yang diproses adalah sebagai berikut.
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen Pencetakan 50.000
PDP akhir (90% BB 10 , dan 70% konversi)
F F 10.000
Unit total 60.000
Diminta: Hitunglah:
a) Jumlah unit ekuivalen.
b) Kos unit untuk produk selesai dan PDP akhir.

11) Jelaskan informasi yang terkandung dalam laporan produksi


dan sebutkan kegunaan dari laporan ini!
12) Jelaskan mengenai laporan kos produksi!
13) Jelaskan pendekatan empat tahap dalam penyusunan laporan produksi!
14) Berikut ini merupakan data produksi PT Karunia selama bulan
Maret 20XX:
Departemen Departemen
Pemotongan Perakitan
Unit:
Unit dimasukkan ke proses 3.900
Diterima dari Departemen A 3.000
Ditransfer ke Departemen B 3.000
Ditransfer ke produk jadi 2.700
Produk dalam proses akhir:
Departemen A (BB 100%; TKL 60%; 900
Overhead 50%)
Departemen B (TKL 50%, Overhead 40%) 300
Kos:
Bahan baku Rp95.232.000
Tenaga kerja langsung 48.321.000 Rp24.225.00
0
Overhead pabrik (dibebankan) 32.430.000 17.907.000
Diminta: Hitunglah:
a) Buatlah laporan kos produksi untuk Departemen Pemotongan dan
Departemen Perakitan.
b) Buatlah jurnal yang dibutuhkan.

7
Ue = unit ekuivalen
8
Unit ekuivalen BB = 15.000 × 100%
9
Unit ekuivalen konversi = 15.000 × 2/3
10
BB = Bahan Baku

Anda mungkin juga menyukai