Anda di halaman 1dari 20

DISKUSI 5 AKUNTANSI BIAYA.

07

Nama: Tri Dharma Nur Patria


NIM: 041149165
UPBJJ: Bogor

Selamat malam, salam sejahtera untuk Tutor Mata Kuliah Akuntansi Biaya
dan rekan - rekan mahasiswa lainnya.

Saya akan mencoba menanggapi diskusi kali ini.

Topik:

Soal 1
Jelaskan jenis perusahaan pemanufakturan yang umumnya menerapkan
sistem kos proses beserta contoh real kasus!

Soal 2
Berikut ini adalah data produk yang diproses di Departemen 1 selama bulan
Maret:
PDP Awal -
Unit selesai 2.500
PDP Akhir (tingkat penyelesaian 60%) 1.000
Kos produksi total Rp 38.750.000

Diminta: Hitunglah!
- Jumlah unit ekuivalen
- Kos unit
- Kos unit untuk produk selesai dan PDP Akhir

Soal 3
Jelaskan yang Anda pahami mengenai laporan kos produksi!

Soal 4
Jelaskan pendekatan empat tahap dalam penyusunan laporan produksi!

Tanggapan:

Soal 1
Karakteristik perusahaan pemanufakturan yang umumnya menerapkan
sistem kos proses adalah perusahaan tersebut memproduksi produk sejenis
atau seragam secara kontinu (continue) atau berkelanjutan dan proses
produksi dari bahan menjadi produk jadi umumnya melalui beberapa
departemen atau disebut sebagai pusat kos (cost center). Kos produksi
diakumulasi di setiap departemen produksi sehingga jika dibandingkan
dengan sistem kos pekerjaan - order yang mengakumulasi kos produksi di
setiap pekerjaan - order, sistem proses lebih sederhana karena pada
umumnya hanya terdapat beberapa departemen produksi. Untuk lebih jelas,
dapat memperhatikan uraian berikut ini.

Perusahaan pemanufakturan
Perusahaan pemanufakturan adalah perusahaan yang mengonversi
(mengubah melalui proses produksi) bahan baku menjadi produk jadi
(barang jadi) dengan menggunakan tenaga kerja dan berbagai sumber daya
lainnya di departemen produksi atau sering disebut pabrik (factory). Selain
produksi, perusahaan pemanufakturan juga melaksanakan kegiatan
pemasaran dan administrasi. Perusahaan pemanufakturan harus melakukan
banyak investasi pada aset tetap, seperti bangunan pabrik, mesin-mesin,
dan peralatan-peralatan. Perusahaan pemanufakturan memiliki beberapa
akun sediaan, yaitu:
a. sediaan bahan,
b. sediaan bahan habis pakai pabrik,
c. sediaan produk dalam proses, dan
d. sediaan produk jadi.

Sediaan bahan menunjukkan kos bahan yang tersedia untuk diproses lebih
lanjut; sediaan produk dalam proses menunjukkan kos produk yang belum
selesai; dan sediaan produk jadi menunjukkan kos produk jadi. Selain itu,
masih ada beberapa akun spesifik lainnya seperti akun overhead pabrik.
Tambahan akun ini diperlukan karena manajemen perusahaan
pemanufakturan membutuhkan beberapa laporan yang digunakan untuk
kepentingan manajerial perusahaan dan pelaporan kepada pihak eksternal.
Laporan tersebut antara lain adalah laporan kos produksi (cost of production
report) atau disebut juga laporan produksi (production report).

Definisi Sistem Kos Proses


Sistem kos proses dapat didefinisikan sebagai sistem akumulasi kos produksi
berdasarkan departemen atau pusat kos. Sistem kos ini efektif digunakan
untuk perusahaan yang proses produksinya berjalan secara kontinu atau
berkelanjutan dan jenis produk yang dihasilkan sejenis atau seragam.
Produk diproses secara berkelanjutan mengalir dari satu departemen
produksi ke departemen produksi berikutnya. Setelah proses produksi
selesai, pekerja akan mentransfer produk jadi ke gudang penyimpanan
produk jadi atau barang jadi karena produk tersebut tidak diproduksi atas
pesanan pelanggan tertentu. Semua unit produk di lini produksi yang sama
akan memiliki tingkat penyelesaian dan kos produksi yang identik.
melekat padanya ditransfer ke Departemen 3. Departemen 3 mendapatkan
transfer masuk kos produksi sebesar Rp1.500.000, yaitu penjumlahan kos
produksi di Departemen 1 sebesar Rp1.000.000 ditambah kos produksi di
Departemen 2 sebesar Rp500.000. Di Departemen 3 produk mendapatkan
proses penyelesaian dan terdapat tambahan kos produksi sebesar
Rp600.000. Setelah selesai diproses, produk jadi kemudian ditransfer ke
gudang produk jadi dengan kos produksi total sebesar Rp2.100.000.

Karakteristik Sistem Kos Proses


Berikut ini merupakan karakteristik yang dimiliki oleh sistem kos proses,
yaitu sebagai berikut.

1. Kos diakumulasi berdasarkan departemen atau pusat kos.


2. Setiap departemen di pabrik memiliki akun Produk Dalam Proses.
Akun ini didebit ketika kos produksi terjadi di departemen
bersangkutan dan dikredit ketika produk ditransfer ke departemen
berikutnya atau ditransfer ke gudang produk jadi.
3. Unit ekuivalen digunakan untuk menyatakan Produk Dalam Proses
dalam pengertian produk jadi pada akhir periode. Penjelasan
mengenai unit ekuivalen akan menyusul.
4. Kos per unit ditentukan oleh departemen atau pusat kos setiap
periode.
5. Unit yang selesai diproses di departemen tertentu akan ditransfer ke
departemen tahap pemrosesan berikutnya disertai dengan kos yang
melekat pada unit produk tersebut.
6. Kos total dan kos unit untuk setiap departemen secara periodik
dijumlahkan, dianalisis, dan dihitung dengan tujuan pembuatan
laporan kos produksi setiap departemen.

Aliran Produk Dalam Sistem Kos Proses


Dalam sistem kos proses, unit produk (secara fisik), dan kos yang melekat
pada unit tersebut akan mengalir dari satu departemen ke departemen lain.
Aliran ini tidak selalu berjalan secara sekuensial dalam pengertian dari
Departemen 1 kemudian mengalir ke Departemen 2 dan seterusnya sampai
dengan departemen terakhir. Terdapat beberapa bentuk aliran produk, yaitu
sebagai berikut.

1) Aliran Produk Sekuensial


Dalam bentuk ini bahan baku dimasukkan ke departemen pertama dan
setelah selesai diproses di departemen tersebut maka produk dan kos
produksi akan mengalir ke departemen berikutnya secara sekuensial atau
No. Item penjelasan Sistem Kos Proses
Sistem Kos

1 Tujuan Penentuan kos produksi per unit dan kos yang


harus dibebankan/diasignasi (assigned) ke
produk dalam proses pada akhir periode

2 Fasilitas Produksi permanen

3 Variasi Produk Variasi produk rendah atau homogen

4 Akumulasi Kos Kos diakumulasi berdasarkan tahap proses


produksi atau departemen

5 Perhitungan Kos Per Kos Per Unit dihitung dengan membagi kos
Unit proses periode tertentu dengan jumlah unit
yang dihasilkan di periode tersebut

6 Dokumen Pencatatan Akun produk dalam proses

7 Perusahaan Perusahaan Roti (contohnya Sari Roti),


pemanufakturan Perusahaan Elektronik (contohnya Polytron),
pengguna Perusahaan Furniture (contohnya Olympic),
Perusahaan Penyulingan Minyak Bumi
(contohnya Pertamina)

Pada gambar berikut ini dapat dilihat bahwa dalam sistem kos proses, kos
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik dibebankan ke
setiap departemen yang menikmatinya. Selain itu, kos produk total dihitung
berdasarkan akumulasi total kos produksi yang berasal dari akumulasi kos di
departemen 1 ditambah departemen 2 ditambah departemen 3.
Unit Ekuivalen
Perhitungan kos unit untuk proses produksi yang dilakukan selama periode
tertentu merupakan tahap penting dalam pembuatan laporan kos produksi.
Kos unit dibutuhkan untuk menghitung kos produksi yang ditransfer ke
departemen lain dan menentukan nilai produk dalam proses. Jika tidak
terdapat produk dalam proses pada akhir periode maka perhitungan kos unit
dalam sistem kos proses merupakan hal yang sederhana, yaitu hanya
membagi kos total yang terjadi selama periode tersebut dengan jumlah unit
yang diproduksi. Akan tetapi, setiap departemen umumnya memiliki produk
dalam proses pada akhir periode. Perhitungan produk dalam proses yang
masih ada pada akhir periode merupakan masalah penting dan sulit dalam
sistem kos produksi. Produk dalam proses ini tidak dapat diabaikan dalam
perhitungan kos unit karena setiap unitnya telah menikmati bahan baku,
tenaga kerja, dan overheadpabrik. Masalah pertama, definisi unit produksi
menjadi sulit karena sejumlah unit telah selesai diproses, sedangkan
sebagian lagi belum. Masalah ini akan diselesaikan melalui pendekatan unit
ekuivalen.

Berdasarkan definisi, produk dalam proses di akhir periode merupakan


produk yang belum selesai sehingga unit yang selesai dan ditransfer ke
departemen lain selama periode tersebut tidak sama (ekuivalen) dengan
unit produk dalam proses. Konsekuensinya, kos yang dilekatkan pada setiap
unit produk selesai dan unit produk dalam proses) harus berbeda. Untuk
menghitung kos unit maka jumlah output periode tersebut harus ditentukan.

Contoh kasus dan penyelesaiannya:


· Contoh 1:
PT Sari Jaya adalah perusahaan pemanufakturan yang memproduksi roti.
Berikut adalah data produksi di Departemen A pada bulan Juli.

Unit produk dalam proses awal -


Unit selesai 1.000
Unit produk dalam proses akhir (25% tingkat penyelesaian) 600
Kos produksi total Rp11.500.000

Berapakah jumlah output bulan Juli?


Jika Anda menjawab 1.000 unit maka Anda mengabaikan adanya 600 unit
yang masih dalam proses. Sebaliknya, apabila Anda menjawab 1.600 unit
maka Anda mengabaikan bahwa 600 unit baru mendapatkan 25% proses
produksi. Artinya, 1.000 unit selesai tidak dapat disamakan dengan 600 unit
produk dalam proses. Output harus dinyatakan dalam ukuran yang
merefleksi usaha yang telah dicurahkan untuk menghasilkan baik produk
selesai maupun yang masih dalam proses.

Solusi untuk menjawab berapa jumlah output di Departemen A adalah


dengan menggunakan pendekatan unit ekuivalen. Unit ekuivalen adalah unit
selesai yang dapat diproduksi dalam suatu periode berdasarkan sumber
daya yang dicurahkan dalam periode tersebut untuk menyelesaikan produk
jadi. Sumber daya untuk membuat produk adalah bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan overheadpabrik sehingga konsep ini juga dapat diterapkan
pada masing-masing sumber daya atau elemen-elemen produk tidak hanya
pada tingkat produk selesai. Konsep ini terlihat membingungkan, akan tetapi
pada praktiknya mudah. Dalam bahasa yang lebih sederhana, unit ekuivalen
berkaitan dengan pertanyaan jika terdapat sejumlah X unit produk selesai
dan X unit dalam proses akhir maka seluruh unit tersebut setara (ekuivalen)
dengan berapa unit produk selesai? Salah satu cara untuk menghitung
ekuivalen ini adalah dengan melihat tingkat penyelesaian yang telah
didapatkan oleh unit tersebut. Tingkat penyelesaian adalah pecahan atau
persentase bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang telah
digunakan untuk memproses suatu produk yang masih belum selesai
diproses. Sebagai contoh, untuk memproduksi 1 unit produk dibutuhkan
bahan baku sebanyak 4 kg, tenaga kerja langsung 3 jam kerja langsung
(JKL), dan overhead pabrik sebanyak 12 jam mesin (JM). Pada akhir periode
terdapat produk dalam proses akhir sejumlah 100 unit yang telah
menggunakan 320 kg bahan baku, 150 JKL, dan 600 JM. Berapakah tingkat
penyelesaian yang telah dinikmati 100 unit produk dalam proses akhir
tersebut? Tingkat penyelesaian 100 unit produk tersebut dapat ditentukan
sebagai berikut.

Bahan baku 320kg digunakan/400kg kebutuhan = 80%


Tenaga kerja langsung 150 JKL/300 JKL kebutuhan = 50%
Overheadpabrik: 600 JM/1.200 JM kebutuhan = 50%

Keterangan:
Kebutuhan bahan baku: 100 unit × 4kg per unit = 400kg.
Kebutuhan tenaga kerja langsung: 100 unit × 3 JKL per unit = 300 JKL
Kebutuhan overhead pabrik: 100 unit × 12 JM per unit = 1.200 JM
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat
penyelesaian 100 unit produk dalam proses akhir adalah bahan baku 80%
dan konversi 50%. Dalam kasus ini, tingkat penyelesaian tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik sama. Akan tetapi, dalam kasus lain sangat
mungkin keduanya memiliki tingkat penyelesaian yang berbeda.

Kembali pada contoh kasus di atas, jumlah output produk selesai adalah
1.000 unit. Oleh karena 1.000 unit tersebut adalah produk selesai maka unit
ekuivalennya adalah 1.000 unit juga. Mengapa? Produk selesai adalah
produk yang telah menikmati 100% bahan baku dan 100% konversi yang
dibutuhkan sehingga 1.000 unit dikalikan 100% adalah tetap 1.000 unit.
Untuk 600 unit merupakan produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 25%. Di sini kita harus menghitung 600 produk dalam proses
di akhir periode ekuivalen dengan berapa unit produk selesai. Caranya
dengan mengalikan tingkat penyelesaian dengan jumlah unit produk dalam
proses sehingga didapatkan jumlah unit ekuivalen = 150 unit. Artinya, 600
unit produk dalam proses akhir adalah setara dengan 150 unit produk
selesai.

Unit Ekuivalen = Unit Produk x Tingkat Penyelesaian

Total output atau unit ekuivalen di Departemen A pada bulan Juli adalah
sebanyak 1.150 unit. Kos unit dapat dihitung dengan cara membagi kos
total Rp11.500.000 dengan 1.250 unit = Rp10.000 per unit. Maka kos total
untuk produk selesai adalah 1.000 unit × Rp10.000 per unit = 10.000.000.
Nilai total dari 600 unit produk dalam proses di akhir periode adalah 150 unit
ekuivalen × Rp10.000 = Rp1.500.000. Harus diingat, meskipun unit produk
dalam proses di akhir periode berjumlah 600 unit, tetapi yang digunakan
untuk menentukan nilai adalah unit ekuivalen!

· Contoh 2:
Konsep unit ekuivalen tidak hanya dihubungkan dengan unit selesai, tetapi
juga dapat dihubungkan dengan elemen atau komponen-komponen produk,
yaitu bahan baku dan konversi (tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik). Sebagai contoh kasus, selama bulan November kos yang terjadi
pada PT Sari Jaya di Departemen A adalah bahan baku Rp78.975.000;
tenaga kerja langsung Rp63.000.000 dan overhead pabrik Rp59.400.00.
Informasi mengenai jumlah produk yang diproses adalah sebagai berikut.

Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 50.000


PDP akhir (100% BB, dan 2/3 konversi) 15.000
Unit total 65.000
Berdasarkan data tersebut di atas maka kita bisa menghitung berapa
besarnya kos per unit dengan terlebih dahulu menghitung jumlah unit
ekuivalen. Berbeda dengan contoh sebelumnya, unit ekuivalen harus
dihitung berdasarkan komponen sumber daya produk, yaitu:

Bahan baku:
50.000 + (15.000 × 100%) = 65.000 unit ekuivalen
Tenaga kerja dan overhead pabrik:
50.000 + (15.000 × 2/3) = 60.000 unit ekuivalen

Jumlah 50.000 unit di bahan baku berasal dari unit selesai dan ditambahkan
dengan tingkat penyelesaian bahan baku dan konversi. Bagaimana
perhitungan kos per unit? Untuk menghitung kos per unit terlebih dahulu
harus dihitung kos per unit per sumber daya, yaitu sebagai berikut.

Kos Unit = Kos____


Unit Ekuivalen

Bahan Baku = Rp78.975.000 = Rp1.215


65.000

Tenaga Kerja Langsung = Rp63.000.000 = Rp1.050


60.000

Overhead Pabrik = Rp59.400.000 = Rp990


60.000
Kos total per unit = Rp1.215 + Rp1.050 + Rp990 = Rp3.255 per unit
sehingga kos produksi yang dibebankan ke produk selesai adalah 50.000 ue
× Rp3.255 = 162.750.000. Untuk nilai dari PDP akhir adalah (15.000 ue ×
Rp1.215) + (10.000 ue × 1.050) + (10.000 ue × Rp990) = Rp38.625.000.

Soal 2
Diketahui:
PDP Awal -
Unit selesai 2.500
PDP Akhir (tingkat penyelesaian 60%) 1.000
Kos produksi total Rp 38.750.000

Maka:

· Jumlah unit ekuivalen = 2.500 + (1.000 × 60%) = 3.100 unit ekuivalen.

· Kos Unit = Rp38.750.000 = Rp12.500


3.100

· Kos unit produk selesai = 2.500 × Rp12.500 = Rp31.250.000

· Kos PDP akhir = 600 × Rp12.500 = Rp7.500.000

Soal 3
Laporan Kos Produksi:
Dalam sistem kos proses, kos diakumulasi oleh departemen berdasarkan
suatu periode waktu. Dokumen yang digunakan untuk mengakumulasi
adalah laporan kos produksi. Sebelum laporan kos produksi dibuat oleh
akuntan, terlebih dahulu dibutuhkan dokumen sebagai sumber informasi.
Dokumen tersebut adalah laporan produksi yang dibuat oleh supervisor
departemen atau pabrik pada akhir periode tertentu.
Laporan produksi berisi informasi mengenai berikut ini.
1. Jumlah unit produk dalam proses awal.
2. Jumlah unit selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang produk jadi.
3. Jumlah unit produk dalam proses akhir beserta estimasi tingkat
penyelesaiannya.

Terakhir, seluruh informasi dalam laporan kos produksi akan diringkas


dalam kertas kerja kos departemental (Departmental Cost Work Sheet).
Setelah menerima laporan produksi, bagian akuntansi akan memulai
penyusunan laporan kos produksi dengan mengumpulkan informasi kos
produksi periode tertentu yang berasal dari berbagai dokumen. Dokumen
tersebut, antara lain formulir permintaan bahan, penggajian, dan kartu
analisis overhead pabrik.

Laporan kos produksi adalah dokumen yang meringkas aktivitas proses


produksi pada suatu departemen dalam periode waktu tertentu. Laporan kos
produksi, antara lain berisi informasi mengenai kos transferan dari
departemen lain, kos yang dikeluarkan atau ditambahkan di departemen
terkait. Laporan ini sebenarnya seperti buku pembantu bagi akun produk
dalam proses. Mirip seperti kartu kos pekerjaan dalam sistem kos pekerjaan
- order. Selain informasi mengenai kos, laporan kos produksi juga berisi
informasi mengenai unit produk secara fisik yang diterima, diproses, dan
ditransfer oleh suatu departemen. selain untuk tujuan manajerial, laporan
kos produksi juga merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian
akuntansi sebagai sumber pembuatan jurnal.

Laporan kos produksi adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi
dan dijual sesuai nilai sisanya atau dibuang. Jika dalam suatu proses
penjaminan kualitas ditemukan adanya produk rusak maka produk rusak
tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan tidak ada pekerjaan tambahan
yang digunakan untuk memperbaikinya. Contohnya, apabila undangan yang
dicetak ternyata tintanya luntur maka undangan tersebut akan dikeluarkan
dari produksi dan tidak ada tindakan apa pun pada undangan tersebut.

Soal 4
Pendekatan empat tahap dalam penyusunan laporan produksi:
Laporan kos produksi dapat disusun berdasarkan metode empat tahap.
Setiap tahap merepresentasi skedul terpisah dan keempat skedul secara
bersama-sama membentuk laporan kos produksi. Berikut ini 4 langkah
penyusunan laporan kos produksi.
· Langkah 1. Pertanggungjawaban aliran fisik unit produk (skedul
kuantitas). Skedul ini merupakan pertanggungjawaban unit fisik yang
masuk maupun keluar dari departemen. Harus selalu diingat jumlah unit
dipertanggungjawabkan harus sama dengan jumlah unit
pertanggungjawaban.
· Langkah 2. Perhitungan unit ekuivalen produksi (skedul ekuivalen
produksi). Skedul ini berisi perhitungan unit ekuivalen produk selesai dan
produk dalam proses akhir yang dipisahkan untuk setiap elemen kos
produksi.
· Langkah 3. Pengakumulasian kos, secara total dan per unit, kos
dipertanggungjawabkan oleh departemen (skedul kos
dipertanggungjawabkan). Skedul ini berisi akumulasi dari kos produksi
yang terjadi di departemen yang dipecah ke dalam elemen-elemen kos
produksi. Selain itu, dihitung kos per unit per elemen produksi yang
nantinya informasi ini akan digunakan untuk menentukan pembebanan
kos ke produk selesai dan produk dalam proses akhir.
· Langkah 4. Pengalokasian kos akumulasian ke unit transferan atau
produk dalam proses akhir (skedul kos pertanggungjawaban). Skedul ini
berisi pembebanan kos pada produk selesai dan produk dalam proses
akhir dengan menggunakan informasi berupa unit ekuivalen (skedul unit
ekuivalen) dan kos per unit (skedul kos dipertanggungjawabkan). Harus
selalu diingat bahwa kos total pertanggungjawaban di skedul ini harus
sama dengan kos total dipertanggungjawabkan di skedul kos
dipertanggungjawabkan.

Untuk lebih jelas, berikut ini adalah contoh laporan kos produksi.
· Contoh laporan kos produksi satu departemen:

Berikut ini merupakan data produksi pada PT Buana Suci selama bulan
Maret 20XX.

Departemen A
Unit:
Unit dimasukkan ke proses 5.100
Ditransfer ke produk jadi 4.900
Produk dalam proses akhir:
Departemen A (BB 100%; Konversi 40%) 200
Kos:
Bahan baku Rp10.200.000
Tenaga kerja langsung 5.478.000
Overhead pabrik (dibebankan) 2.739.000

· Langkah 1: Kuantitas
Di Departemen yang bersangkutan, unit yang dimasukkan ke dalam
proses produksi berjumlah 5.100. Dari jumlah unit yang dimasukkan
dalam proses, di akhir periode unit yang selesai berjumlah 4.900 dan
yang masih tertinggal di produk dalam proses akhir berjumlah 200.
· Langkah 2: Unit Ekuivalen
Unit ekuivalen dihitung berdasarkan elemen-elemen produk, yaitu bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead.
· Langkah 3: Kos Dipertanggungjawabkan
Dalam langkah 3 ini dihitung akumulasi kos total yang terjadi di
departemen bersangkutan. Kos produksi dipisah ke dalam elemen-elemen
kos produksi, yaitu bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.
Kemudian dari masing-masing elemen kos produksi dihitunglah kos per
unit per elemen, yaitu dengan cara membagi kos dengan unit ekuivalen.
· Langkah 4: Kos Pertanggungjawaban
Langkah 4 ini dihitung pembebanan kos produksi ke produk selesai atau
jadi dan ke produk dalam proses akhir. Perhitungannya dengan
mengalikan kos per unit total dengan produk selesai untuk menentukan
kos produk selesai. Untuk produk dalam proses akhir adalah dengan
mengalikan unit ekuivalen dengan kos per unit untuk masing-masing
elemen produksi.

Perlu diperhatikan bahwa kos total dipertanggungjawabkan dan kos total


pertanggungjawaban harus memiliki jumlah nominal yang sama! Pada akhir
bulan, jurnal yang akan dibuat adalah sebagai berikut.

Mencatat penggunaan bahan baku:


Produk dalam proses – Departemen A 5.478.000
Utang gaji dan upah 5.478.000

Mencatat penggunaan tenaga kerja langsung:


Produk dalam proses - Departemen A 10.200.000
Sediaan bahan 2.100.000

Mencatat penggunaan overheadpabrik (asumsikan overhead pabrik


sesungguhnya atau aktual sama dengan overheadpabrik dibebankan):
Produk dalam proses - Departemen A 2.739.000
Overhead pabrik dibebankan 2.739.000

Overhead pabrik kendali 2.739.000


Macam-macam akun dikredit 2.739.000

Mencatat transfer produk jadi ke gudang produk jadi:


Produk jadi 17.885.000
Produk dalam proses - Departemen A 17.885.000

Dengan menggunakan metode empat tahap maka laporan produksi


PT Buana Suci dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
· Contoh laporan kos produksi dua departemen:
Berikut ini merupakan ilustrasi metode empat tahap pada PT Buana Suci.
Terdapat dua departemen, yaitu Departemen A dan Departemen B.
PT Buana Suci menggunakan aliran proses produksi yang konstan. Setelah
produk selesai diproses di Departemen A kemudian produk tersebut
ditransfer ke Departemen B sehingga bahan baku bagi Departemen B adalah
unit yang ditransfer dari Departemen A. Tidak ada penambahan bahan baku
lain di Departemen B.

Berikut ini data produksi PT Buana Suci pada bulan Maret 20XX:
Departemen A Departemen B
Unit:
Unit dimasukkan ke proses 75.000
Diterima dari Departemen A 60.000
Ditransfer ke Departemen B 60.000
Ditransfer ke produk jadi 55.000
Produk dalam proses akhir:
Departemen A (BB 100%; Konversi 40%) 15.000
Departemen B (Konversi 30%) 5.000
Kos:
Bahan baku Rp300.000.000
Tenaga kerja langsung 171.600.000 Rp161.025.000
Overheadpabrik (dibebankan) 85.800.000 81.360.000

Laporan produksi Departemen A dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Jurnal yang dibuat di Departemen A adalah sebagai berikut. Mencatat


penggunaan bahan baku:
Produk dalam proses - Departemen A 300.000.000
Sediaan bahan 300.000.000

Mencatat penggunaan tenaga kerja


langsung:
Produk dalam proses - Departemen A 171.600.000
Utang gaji dan upah 171.600.000

Mencatat penggunaan overhead pabrik:


Produk dalam proses - Departemen A 85.800.000
Overhead pabrik dibebankan 85.800.000

Mencatat transfer ke Departemen B:


Produk dalam proses - Departemen B 474.000.000
Produk dalam proses - Departemen A 474.000.000

Laporan produksi Departemen B dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Dari Tabel di atas yang perlu Anda perhatikan adalah skedul ekuivalen
produksi. Karena tidak ada penambahan bahan baku di Departemen B maka
yang perlu ditentukan unit ekuivalennya adalah konversi yang terdiri dari
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Skedul ekuivalen produksi
menunjukkan unit ekuivalen total sebesar 56.500 unit.
Selain itu, yang perlu diperhatikan berikutnya adalah skedul kos
dipertanggungjawabkan. Kos dan unit ekuivalen transfer masuk berasal dari
Laporan Produksi Departemen A di skedul kos dipertanggungjawabkan. Di
skedul tersebut terdapat informasi mengenai kos transferan ke Departemen
B beserta jumlah unit transferan.

Terakhir mengenai skedul kos pertanggungjawaban. Unit yang ditransfer ke


gudang produk jadi sebanyak 55.000 unit. Sisa unit sejumlah 5.000 (60.000
– 55.000) adalah unit yang berasal dari transferan Departemen A. Sehingga
ketika menghitung kos PDP akhir yang berasal dari Departemen A adalah
5.000 unit × Rp7.900. Ingat, Rp7.900 merupakan kos per unit yang berasal
dari transferan Departemen A.

Jurnal yang dibuat di Departemen B adalah sebagai berikut:

Mencatat penggunaan tenaga kerja langsung:


Produk dalam proses - Departemen B 161.025.000
Utang gaji dan upah 161.025.000

Mencatat penggunaan overhead pabrik:


Produk dalam proses - Departemen B 81.360.000
Overhead pabrik dibebankan 81.360.000

Mencatat transfer ke produk jadi:


Produk jadi 670.450.000
Produk dalam proses - Departemen B 670.450.000

Setelah laporan kos produksi masing-masing departemen jadi, bagian


akuntansi pabrik dapat membuat kertas kerja kos produksi departemental
seperti berikut ini.
Demikian tanggapan dari saya, atas kesempatan yang diberikan saya
ucapkan terima kasih.

*Sumber: BMP EKMA4315 Akuntansi Biaya, Modul 6 dan Modul 1

Anda mungkin juga menyukai