“AKUNTANSI BIAYA”
DISUSUN OLEH :
NIM : B1C120040
KELAS :A
UNIVERSITAS HALUOLEO
2021
POKOK PEMBAHASAN
Proses produksi yang terjadi di perusahaan manufaktur dapat dilakukan melalui bebera
departemen dan setiap departemen tersebut melakukan kegiatan operasional tertentu
untuk menyelesaikan produk. Produk jadi yang dihasilkan oleh departemen tertentu
menjadi bahan di departemen berikutnya dan seterusnya sampai unit-unit produk tersebut
akhirnya selesai diproses dan ditransfer ke gudang produk jadi. Sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses adalah sistem yang mengakumulasikan biaya produksi yang
dilakukan oleh departemen untuk periode tertentu. sehingga objek dari sistem
perhitungan biaya berdasarkan proses adalah departemen. Berikut beberapa karakteristik
yang dimiliki sistem perhitungan biaya berdasarkan proses.
1. Proses produksi bersifat kontinu dan massal, sehingga produk yang dihasilkan
perusahaan sifatnya homogen dan standar.
2. Perhitungan total biaya maupun biaya per unit dilakukan di setiap akhir periode.
3. Biaya diakumulasikan per departemen dan biaya per unit untuk setiap departemen
diperoleh dengan membagi antara total biaya setiap departemen dengan jumlah unit
produk yang dihasilkan di departemen tersebut.
4. Laporan biaya pokok produksi di setiap departemen merupakan laporan yang
digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan menghitung total biaya
maupun biaya per unit untuk setiap departemen di akhir periode.
Dalam skema proses produksi, unit-unit produk dapat mengalir dengan cara yang berbeda
dalam pengerjaan/penyelesaiannya. Pengetahuan mengenai aliran atau pergerakan fisik
sangat penting karena aliran biaya suatu produk mengikuti aliran fisik produk yang
bersangkutan. Berikut klasifikasi secara umum dari aliran proses produksi untuk
pembebanan biaya.
1. Aliran Produk secara berurutan (Sequental Product Flow)
Pada aliran produk secara berurutan, semua produk diproduksi melalui proses yang
sama dalam urutan yang sama. Bahan diproses mulai dari departemen pertama dan
mengalir melalui setiap departemen bagian yang ada di dalam Departemen Produksi.
Terdapat kemungkinan penambahan bahan langsung dan bahan penolong di
departemen berikutnya setelah departemen pertama. Dalam suatu industri sepatu
sebagai ilustrasi, produk diproses melalui tiga departemen secara berurutan, yaitu
Departemen Cutting Departemen Sewing, dan Departemen Assembling. Proses
produksi dimulai di Departemen Cutting, yang mana biaya bahan, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik dibebankan. Selanjutnya, setelah selesai diproses di
Departemen Cutting, produk ditransfer ke Departemen Sewing, yang mana terdapat
penambahan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Apabila
produk telah selesai diproses di Departemen Sewing, produk ditransfer ke
Departemen Assembling, yang mana di departemen yang terakhir ini terdapat
penambahan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Berikutnya,
setelah proses produksi selesai dilakukan, produk jadi tersebut ditransfer ke gudang
produk jadi. Hal ini berarti produk tersebut siap Tamnilan 4 1 merupakan ilustrasi
aliran produk tersebut.
2. Aliran Produk secara Paralel (Parallel Product Flow)
Pada aliran produk secara paralel, bagian-bagian tertentu dari tahapan pekerjaan
dilakukan secara simultan dan kemudian digabungkan ke dalam suatu proses atau
proses final untuk diselesaikan dan ditransfer menjadi produk jadi.
Dalam industri mie instan sebagai ilustrasi, proses produksi antara mie instan bumbu-
bumbu dilakukan secara paralel. Proses produksi mie instan dilakukan di s
departemen, yaitu Departemen Pencampuran dan Departemen Pengolahan. Skema
prOS produksi dimulai di Departemen Pencampuran, yang mana bahan berüpa
tepung terigu telur, mentega, dan bahan lainnya ditambahkan dan dicampur. Biaya
tenaga kerja dan biava overhead pabrik juga dibebankan di Departemen
Pencampuran ini. Selanjutnya, setelah selesai diproses di Departemen Pencampuran,
produk ditransfer ke Departemen Pengolahan yang mana terdapat penambahan biaya
bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik Pada waktu yang bersamaan,
proses produksi untuk bumbu-bumbu dilakukan di dun proses departemen, yaitu
Departemen Penggilingan dan Departemen Pengepakan. Skema produksi dimulai di
Departemen Penggilingan, yang mana seluruh bahan yang merupakan bahan-bahan
racikan ditambahkan dan diolah. Biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik juga
dibebankan di Departemen Penggilingan ini. Selanjutnya, setelah selesai diproses di
Departemen Penggilingan, produk ditransfer ke Departemen Pengepakan, yang mana
terdapat penambahan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
3. Aliran Produk secara Selektif (Selective Product Flow)
Pada aliran produk secara selektif, produk berpindah antardepartemen bagian yang
berbeda dalam satu departemen produksi, tergantung pada produk akhir seperti apa
yang akan dihasilkan. Setiap proses akan menghasilkan produk akhir Dalam industri
pengolahan daging sebagai ilustrasi, seluruh proses produksi dimulai di Departemen
Pemotongan. Unit produk yang dihasilkan di Departemen Pemotongan yang berbeda-
beda
Konsep dasar yang digunakan dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan juga
berlaku pada sistem perhitungan biaya berdasarkan proses. Penggunaan sistem
perhitungan biaya berdasarkan proses tidak mengubah sistem akumulasi biaya produksi
(biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik). Perbedaan mendasar dari
sistem perhitungan biaya berdasarkan proses adalah bahwa biaya dapat ditelusuri ke
departemen pemrosesan yang terkait, sehingga biaya yang muncul/terjadi dapat
dibebankan ke masing-masing departemen tersebut. Biaya yang muncul/ terjadi di setiap
departemen adalah biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Pada
departemen kedua dan departemen-departemen yang berikutnya, biaya bahan berasal dari
unit produk yang dihasilkan di departemen sebelumnya, dan kemungkinan terdapat
penambahan biaya bahan dari departemen yang bersangkutan. Berikut merupakan
penjelasan terkait penggunaan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
sampai akhirnya menghasilkan produk jadi dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan
proses.
Untuk memberikan gambaran lengkap terkait proses produksi dengan sistem perhitungan
biaya berdasarkan proses, bergerak dalam bidang pembuatan produk-produk berbahan
dasar keramik, seperti piring. Produk diproses melalui dua departemen, yaitu:
Departemen Pencampuran dan Departemen Pencetakan. Berikut informasi terkait proses
produksi selama bulan Januari 2011. berikut ilustrasi PT DUNIA KERAMIK sebagai
perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan produk berbahan dasar
keramik, seperti piring. Produk diproses melalui dua departemen yaitu: Departemen
Pencampuran dan Departemen Percetakan. Berikut informasi terkait proses produksi
selama bulan 11 2011.
Departemen Departemen
Keterangan
Pencampuran Pencetakan
Produk:
Dimasukkan dalam proses produksi 50.000 unit
Produk selesai yang ditransfer ke
47.000 unit
Departemen pencetakan
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
42.000 unit
produk jadi
Produk dalam proses akhir 3.000 unit 5.000 unit
Biaya:
Biaya yang dikeluarkan di bulan Januari
2011
Biaya bahan Rp. 9.219.600
Biaya tenaga kerja Rp.74.958.500 Rp.32.930.000
Biaya overhead pabrik Rp.5.781.250 Rp.6.594.900
Tingkat penyelesaian produk dalam
proses akhir
Biaya bahan 100%
Biaya konversi 75% 50%
Informasi tambahan:
Produk yang terjual sebanyak 35.000 unit
dengan harga jual sebesar Rp.4.000/unit
Kebijakan perusahaan terkait tarif BOP di Departemen Pencampuran sebesar 62,5% dari
biaya bahan langsung, sementara di Departemen Pencetakan sebesar 20% dari biaya
tenaga kerja langsung. Dumbebanan biaya overhead pabrik di Departemen Pencampuran
sebesar Rp5.762.250 (62,5% x Da9 219.600) dan di Departemen Pencetakan sebesar
Rp6.586.000 (20% x Rp32.930.000). Berikut apat jurnal yang dibuat Departemen
Akuntansi untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam produk pada
bulan Januari 2011.
Tanggal Nama Akun & Ket Ref Debit Kredit
Jan PDP – BOP – Dept. Pencampuran Rp.5.762.250
PDP – BOP – Dept. Pencetakan Rp.6.586.000
BOP Dibebankan – Dept.Pencampuran Rp.5.762.250
BOP Dibebankan – Dept Pencetakan Rp.6.586.000
(Pembebanan tenaga kerja di Dept. Pencampuran dan Dept.Pencetakan)
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (BOP aktual) diakumulasi dalam akun
pabrik dicatat di buku pembantu biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik aktual
yang terjadi mda bulan Januari 2011 di Departemen Pencampuran sebesar Rp5.660.000
dan di Departemen Pencetakan sebesar Rp6.520.000 dengan rincian: pemakaian bahan
habis pakai secara tunai sebesar Rp4.100.000, dan secara kredit sebesar Rp1.200.000,
pemakaian perlengkapan pabrik sebesar Ro125.000, asuransi pabrik yang telah jatuh
tempo sebesar Rp580.000, penyusutan aset tetap pabrik sebesar Rp6.175.000. Informasi
terinci terkait biaya overhead pabrik ini digunakan sebagai alat pengendali biaya
overhead pabrik. Berikut ayat jurnal yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat
akumulasi biaya overhead pabrik aktual selama bulan Januari 2011. Biaya Overhead
Pabrik Aktual sebagai akun pengendali/kontrol.
Pada akhir periode, Departemen Akuntansi menutup akun Biaya Overhead Pabrikyang
Dibebankan ko dalam akun Biaya Overhead Pabrik Aktual di setiap departemen untuk
menghitung selisih BOP (rang lebih dibebankan atau kurang dibebankan). Apabila selisih
BOP relatif kecil, jumlah tersebut dapat langsung dibebankan ke akun Beban Pokok
Penjualan. Berikut ayat jurnal yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat selisih
BOP yang terjadi selama bulan Januari 2011.
Unit produk yang telah selesai proses pengerjaannya di departemen yang terakhir (dalam
kasus ini, di Departemen Pencetakan) langsung ditransfer ke gudang produk jadi sebagai
persediaan produk jadi. Produk jadi pada akhir periode di Departemen Pencetakan adalah
sebesar Rp113.904.000 dengan rincian: biaya bahan sebesar Rp76.608.000 (42.000 unit x
Rpl.824), biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp31.080.000 (42.000 unit x Rp740), dan
biaya overhead pabrik sebesar Rp6.216.000 (42.000 unit x Rp148). Berikut ayat jurnal
yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat produk jadi yang dihasilkan
Departemen Pencetakan selama bulan Januari 2011.
Produk dalam proses akhir di Departemen Pencetakan adalah produk yang masih perlu
pemrosesan lebih lanjut di periode akuntansi berikutnya. Produk dalam proses akhir
sebesar Rp11.340.000 dengan rincian: biaya bahan sebesar Rp9,120.000 (5.000 unit x
Rp1.824), biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp1.850.000 {(5.000 unit x 50%) x
Rp740), dan biaya overhead pabrik sebesar Rp370.000 (5.000 unit x 50%) x Rp148}.
Berikut ayat jurnal yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat produk dalam
proses akhir di Departemen Pencetakan.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, seluruh biaya yang terjadi di setiap
departemen Laporan biaya pokok produksi adalah suatu analisis terhadap departemen
atau pusat biaya selama satu periode, yang mana laporan tersebut merupakan sarana
untuk menyajikan jumlah unit produk Berikut tiga informasi penting yang dimuat dalam
laporan biaya pokok produksi. diikhtisarkan dalam satu laporan biaya pokok produksi
untuk departemen yang bersangkutan. yang diproses, jumlah akumulasi biaya produk,
dan perinciannya selama satu periode tertentu.
Informasi ini memuat jumlah produk masuk proses dan hasil dari pemrosesan selama
satu periode. Data kuantitas tersebut dinyatakan dalam unit produk (misalnya,
kilogram, iter dan sebagainya). Produk masuk proses berasal dari produk dalam proses
awal (kalau ada) dan produk masuk proses pada periode tertentu. Sementara hasil dari
pemrosesan, antara lain adalah produk jadí yang ditransfer ke gudang produk jadi atau
ke departemen berikutnya, produk dalam proses akhir dan produk hilang, produk
rusak, dan produk cacat apabila ada., Dengan demikian, jumlah unit yang diproses
harus sama dengan jumlah kuantítas hasil pemrosesan.
2. Pembebanan Biaya
Informasi ini memuat jumlah biaya yang dibebankan, unit ekuivalen, dan biaya-blaya
produk per unit. Jumlah biaya produk yang dibebankan termasuk biaya yang berasal
dari saldo awal (kalau ada), biaya yang diperoleh dari departemen sebelumnya (untuk
departemen lanjutan), dan tambahan biaya di departemen yang bersangkutan. Unit
ekuivalen adalah unit produk dalam proses yang diukur dengan satuan produk jadi
yang digunakan untuk menghitung biaya per unit untuk masing-masing elemen biaya,
Sementara biaya produk per unit diperoleh dengan membagi di antara elemen-clemen
biaya (biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik) dengan
unit ekuivalen dari masing-masing elemen biaya yang bersangkutan.
3. Pertanggungjawaban Biaya
Dalam proses produksi yang dilakukan melalui beberapa departemen (lebih dari satu
departemen). ng kali ada penambahan bahan di departemen setelah departemen pertama
atau departemen Lanjutan. Dalam kaitannya dengan jumlah unit produk yang dihasilkan,
penambahan bahan di departemen lanjutan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
a. Tambahan bahan di departemen lanjutan tidak menambah jumlah unit produk vang
dihasilkan. Penambahan bahan di departemen lanjutan tidak memengaruhi biaya
per unit yang diterima dari departemen sebelumnya karena jumlah unit sebagai
dasar perhitungan tidak berubah (tetap). Penambahan bahan tersebut akan
memengaruhi (menambah) biaya per unit di departemen yang bersangkutan.
b. Tambahan bahan di departemen lanjutan dapat menambah jumlah unit produk yang
dihasilkan. Penambahan bahan baku di departemen lanjutan yang menambah
jumlah unit produk yang dihasilkan akan memengaruhi perhitungan biaya produk,
sehingga perlu adanya penyesuaian atas biaya per unit yang diperoleh dari
departemen sebelumnya karena jumlah unit produk yang dijadikan sebagai dasar
perhitungan bertambah. Hal tersebut berdampak pada biaya per unit yang diperoleh
dari departemen sebelumnya, yang mana biaya per unitnya menjadi lebih kecil.
Sementara penambahan bahan di departemen lanjutan yang menambah jumlah unit
produk tersebut mengakibatkan biaya per unitnya menjadi lebih besar di
departemen yang bersangkutan.
Berdasarkan Tampilan 4.4, biaya yang dibebankan ke dalam proses produksi (biaya
masuk Proses) sebesar Rp89.970.750 yang terdiri dari biaya bahan sebesar
Rp9.250.000, biaya tenaga kerja Langsung sebesar Rp74.958.500, dan biaya
overhead pabrik sebesar Rp5.762.250. Biaya tersebut harus na dengan biaya yang
dipertanggungjawabkan (biaya keluar proses) yang sebesar Rp89.970.750 yang
terdiri dari biaya produk jadi sebesar Rp85.728.000 dan biaya produk dalam, proses
sebesar Rp4.242.750.
Berdasarkan Tampilan 4.5, biaya yang dibebankan ke dalam proses produksi (biaya
masuk Dancetakan (biaya bahan) sebesar Rp85.728.000, biaya tenaga kerja
langsung sebesar Rp32.930.000, n biava overhead pabrik sebesar Rp6.586.000,
Biaya tersebut harus sama dengan biaya yang dipertanggungjawabkan (biaya keluar
proses) yang sebesar Rp125,244.000 yang terdiri dari biaya produk jadi sebesar
Rp113,904.000 dan biaya produk dalam proses sebesar Rp11.340.000. Untuk
memberikan ilustrasi terkait penambahan bahan di departemen berikutnya setelah
departemen pertama (departemen lanjutan), berikut contoh dari PT SAMUDRA
MAJU INDUSTRIES yang merupakan perusahaan di bidang industri pengolahan
udang tepung, yang mana proses produksi melalui dua departemen produksi yang
utama, yaitu Departemen Pengupasan dan Departemen Penepungan. Departemen
Pengupasan terdiri dari bagian pengupasan kulit udang dan bagian pembuangan
kepala udang, sementara Departemen Penepungan terdiri dari bagian penepungan
halus kemudian bagian penepungan cair yang sudah diberikan bumbu- bumbu, dan
terakhir bagian penepungan kasar, untuk selanjutnya ditransfer ke gudang produk
jadi untuk disimpan dengan suhu -40% celcius. Berikut informasi terkait
operasional di Departemen Pengupasan dan Departemen Penepungan selama bulan
April 2010.
Departemen Pengupasan
1. Pembebanan Biaya Bahan
Pemakaian bahan selama bulan April 2010 adalah sebesar Rp.5.264.842.980.
Berikut ayat jurnal yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat
pemakaian bahan di Departemen Pengupasan.
Pengupasan.
Departemen Penepungan
1. Pemakaian Bahan
Pemakaian bahan selama bulan April 2010 adalah sebesar Rp.792.382.080. Berikut
ayat jurnal yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat pemakaian bahan di
Departemen Penepungan.
Tgl Nama Akun & Ket Rf Debit Kredit
Apr PDP – B.B – Dept. Penepungan Rp.792.382.080
Departemen Pengolahan
Persediaan produk dalam proses akhir di Departemen Pengolahan adalah
sebesar Rp.22.420.860 dengan rincian biaya: biaya bahan sebesar
Rp.18.489.240 (14.168 unit × Rp.1.305), biaya tenaga kerja sebesar
Rp.1.795.794 (14.168 unit × 75%) × Rp.169), dan BOP sebesar Rp.2.135.826
(14.168 unit × 75%) × Rp.201). Berikut ayat jurnal yang dibuat Departemen
Akuntansi
Purwadji Agus, Wibowo., dan Sabarudin Muslim. 2016. Akuntansi Biaya. Edisi ke-2.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat